Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 1

PATOFISIOLOGI PERADANGAN PADA SITEM DIGESTIVE DAN


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK ; DIARE, TYPHOID FEVER DAN
DAMPAKNYA TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
MANUSIA (DALAM KONTEKS KELUARGA)

Dosen pembimbing :
Ns. Dwin Seprian, M. Kep

Disusun oleh :
Lailatul Maulida (821191017)
Arief Muttaqin Dharmawan (821191019)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Patofisiologi Peradangan Pada Sistem Diggestive Dan Asuhan Keperawatan
Anak : Diare, Typhoid Fever Dan Dampaknya Terhadap Pemenuhan Kebutuhan
Dasar Manusia (Dalam Konteks Keluarga)” ini dengan lancar dan tanpa halangan
apapun.

Ucapan terima kasih tak lupa juga kami sampaikan kepada dosen
pembimbing mata kuliah Studi Keperawatan Anak 1 yakni Ns. Dwin Seprian, M.
Kep. Serta tak lupa juga kepada orang tua kami di rumah yang kami yakin tak
pernah luput doanya untuk kami.

Dalam penulisan makalah ini, kami yakin bahwa banyak sekali


kekurangan. Oleh karena itu kami mengaharap sekali kritik dan saran dari
pembaca sehingga akan membawa perbaikan untuk kedepannya. Dan yang
terakhir kami berharap makalah ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Terimakasih.

Pontianak, 7 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................

BAB II LANDASAN TEORI.........................................................................

A. Diare......................................................................................................
B. Demam Tifoid.......................................................................................
C. Asuhan Keperawatan............................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................


A. Kesimpulan.....................................................................................
B. Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diare merupakan salah satu penyakit dengan insiden tinggi di
dunia dan dilaporkan terdapat hamper 1,7 milyar kasus setiap tahunnya.
Penyakit ini sering menyebabkan kematian pada anak usia di bawah umur
lima tahun (balita). Dalam satu tahun 760.000 anak usia balita meninggal
karena penyakit ini (WHO, 2013).
Demam Typhoid ialah penyakit infeksi akut yang mengenai
saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Thyphosa. Demam
Typhoid akan sangat berbahaya jika tidak segera ditangani secara baik dan
benar, bahkan menyebabkan kematian. Prognosis menjadi tidak baik
apabila terdapat gambaran klinik yang berat, seperti demam tinggi
(hiperpireksia), febris kontinua, kesadaran sangat menurun (spoor, koma,
atau delirium), terdapat komplikasi yang berat misalnya dehidrasi dan
asidosis, perforasi (Elisabeth Purba et al, 2016).

B. Rumusan Masalah
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang Definisi Diare?
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang Pengertian
Demam Typhoid?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami Definisi Diare dan Pengertian Demam Typhoid.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Definisi Diare.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pengertian Demam
Typhoid.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare
1. Definisi Diare
Menurut Depkes RI (2011) Diare adalah suatu kondisi
dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau
cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensinya yang lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Sedangkan
menurut (Muttaqin & Sari, 2011) Diare adalah peradangan pada
lambung, usus kecil, dan usus besar dengan berbagai kondisi
patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare,
dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen. Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang
air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. (Suriadi &
Yuliani, 2010) Jadi, dari penjelasan para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan
buang air besar yang tidak normal dengan frekuensi lebih dari tiga
kali selama 24 jam yang dapat mengakibatkan hilangnya cairan dan
elektolit secara berlebih.

2. Klasifikasi Diare
Menurut (Wulandari & Erawati, 2016), diare dapat di kategorikan
menjadi:
a. Diare Akut
Diare akut didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan
perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan
oleh agens infeksius dalam traktus Gastrointestinal. Keadaan
ini dapat menyertai Infeksi Saluran Napas Atas (ISPA) atau
Infeksi Saluran Kemih (ISK), terapi antibiotik atau pemberian
obat pencahar (Laksatif).
b. Diare Kronis
Diare kronis didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya
frekuensi defekasi dan kandungan air dalam feses dengan
lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali Diare
kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom
malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan,
alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare non spesifik yang
kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut
yang tidak memadai
c. Diare Intraktabel
Diare yang membandel (Intraktabel) merupakan sindrom yang
terjadi pada bayi dalam usia beberapa minggu pertama serta
berlangsung lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukan nya
mikroorganisme pathogen sebagai penyebabnya dan bersifat
resisten atau membandel terhadap terapi. Diare kronis
nonspesifik yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada
anak atau diare toddler, merupakan penyebab diare kronis yang
sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54
minggu

3. Patofisiologi
Secara umum kondisi peradangan pada gastrointestinal disebabkan
oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi
enterotoksin, dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
menghasilkan sekresi cairan dan atau menurunkan absorpsi cairan
sehingga 17 akan terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan
elektrolit. (Muttaqin & Sari, 2011) Mekanisme dasar yang
menyebabkan diare, meliputi hal-hal berikut:
a. Gangguan osmotik Kondisi ini berhubungan dengan
asupan makanan atau zat yang sukar di serap oleh mukosa
intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkan
nya sehingga timbul diare. (Muttaqin & Sari, 2011)
b. Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu (misalnya
toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus. (Muttaqin & Sari, 2011)
c. Gangguan motilitas usus Terjadinya hiperperistaltik
(kram abdominal/perut sakit dan mules) akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltic usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula. (Muttaqin & Sari, 2011)
B. Demam Tifoid
1. Pengertian Demam Tifoid
Demam tifoid merupakan infeksi sistemik yang disebabkan
oleh Salmonella enterica serovar typhi (S typhi). Salmonella
enterica serovar paratyphi A, B, dan C juga dapat menyebabkan
infeksi yang disebut demam paratifoid. Demam tifoid dan
paratifoid termasuk ke dalam demam enterik. Pada daerah
endemik, sekitar 90% dari demam enterik adalah demam tifoid
(Linson, 2012). Penyakit sistemik yang bersifat akut atau dapat
disebut demam tifoid, mempunyai gejala dengan spektrum klinis
yang bervariasi dari ringan berupa demam, lemas serta batuk yang
ringan sampai dengan gejala berat seperti gangguan
gastrointestinal sampai dengan gejala komplikasi (Sucipta, 2015).

2. Patofisiologi
Patogenesis demam tifoid merupakan proses yang
kompleks yang melalui beberapa tahapan. Setelah kuman
Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan terhadap
asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus
pada ileum terminalis. Bakteri melekat pada mikrovili di usus,
kemudian melalui barier usus yang melibatkan mekanisme
membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi dalam
vakuola intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke
sistem limfoid mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah
melalui sistem limfatik. Bakteremia primer terjadi pada tahap ini
dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah biasanya
masih memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi
selama 7-14 hari. 26 Bakteri dalam pembuluh darah ini akan
menyebar ke seluruh tubuh dan berkolonisasi dalam organ-organ
sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan sumsum tulang.
Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah
periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam sistem
peredaran darah dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus
menandai berakhirnya periode inkubasi. Bakteremia sekunder
menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit kepala, dan nyeri
abdomen. Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila
tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini, bakteri tersebar
luas di hati, limpa, sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s
patches di mukosa ileum terminal. Ulserasi pada Peyer’s patches
dapat terjadi melalui proses inflamasi yang mengakibatkan
nekrosis dan iskemia. Komplikasi perdarahan dan perforasi usus
dapat menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman
masih menetap dalam organ-organ system retikuloendotelial dan
berkesempatan untuk berproliferasi kembali. Menetapnya
Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa
kuman atau carrier (Linson et al., 2012)

C. Asuhan Keperawatan

1. Asuhan keperawatan diare

a. Pengkajian Keperawatan Menurut Kyle (2014), temuan


pengkajian yang mengarah ke diare yaitu sebagai berikut:

1) Riwayat kesehatan. Kaji riwayat sakit saat ini dan keluhan


utama. Informasi penting yang berkaitan dengan riwayat
diare anatra lain: jumlah dan frekuensi defekasi, lama
gejala, volume feses, gejala terkait (nyeri abdomen, kram,
mual, muntah, demam), adanya darah atau mucus di feses.
Gali riwayat medis saat ini dan sebelumnya untuk faktor
risiko seperti: kemungkinan pajanan terhadap 125 agens
infeksius (air sumur, binatang ternak, kehadiran ditempat
penitipan anak), riwayat diet, riwayat keluarga dengan
gejala serupa, perjalanan baru-baru ini, usia anak (untuk
mengidentifikasi etiologic umum untuk kelompok usia
tersebut).

2) Pemeriksaan fisik. Inspeksi. Kaji dehidrasi anak yang


mengalami diare. Observasi penampilan umum dan warna
kulit anak. Pada dehidrasi ringan, anak dapat tampak
normal. Pada dehidrasi sedang, mata mengalami
penurunan produksi air mata atau lingkar mata cekung.
Membrane mukosa juga dapat kering. Status mental dapat
diperburuk dengan dehidrasi sedang hingga berat, yang
dibuktikan dengan lesu atau letargi. Auskultasi. Auskultasi
bising usus untuk mengkaji adanya bisisng usus hipoaktif
atau hiperaktif. Bising usus hipoaktif untuk
mengindikasikan obstruksi atau peritonitis. Bising usus
hiperaktif dapat mengindikasikan diare/gastroenteritis.
Perkusi. Perhatikan adanya abnormalitas. Adanya
abnormalitas pada pemeriksaan untuk diagnosis diare akut
atau kronik dapat mengindikasikan proses patologis.
Palpasi. Nyeri pada abdomen kuadran bawah dapat
berkaitan dengan gastroenteritis. Nyeri pantul atau nyeri
tidak ditemukan saat palpasi, jika ditemukan, hal ini dapat
mengindikaiskan apendisitis atau peritonitis.

b. Diagnosa Keperawatan Menurut Wong (2009), diagnosa yang


muncul pada diare yaitu sebagai berikut:
1) Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
kehilangan Cairan yang berlebihan dari traktur GI ke
dalam feses atau muntahan.
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan kehilangan cairan yang tidak
adekuat.
3) Risiko menularkan infeksi yang berhubungan dengan
mikroorganisme yang menginvasi traktus GI. 126
4) Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan iritasi karena defekasi yang sering dan feses yang
cair.
5) Ansietas berhubungan dengan keterpisahan anak dari
orang tuanya, lingkungan yang tidak biasa, dan prosedur
yang menimbulkan distress.
6) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan
krisis situasi dan kurangnya pengetahuan.

c. Intervensi Keperawatan
Menurut Wong (2009), rencana asuhan keperawatan pada diare
yaitu sebagai berikut:
1) Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
kehilangan Cairan yang berlebihan dari traktur GI ke
dalam feses atau muntahan. Intervensi:
a) Berikan larutan oralit. Rasional: untuk rehidrasi
maupun penggantian cairan yang hilang melalui feses.
b) Berikan dan pantau pemberian cairan infus sesuai
program. Rasional: untuk mengatasi dehidrasi dan
vomitus yang berat.
c) Berikan oralit secara bergantian dengan cairan rendah
natrium seperti air, ASI atau susu formula. Rasional:
untuk terapi cairan rumatan (kebanyakan pakar
mengatakan bahwa susu formula yang diberikan harus
bebas laktosa jika bayi tidak dapat menoleransi susu
formula biasa).
d) Setelah rehidrasi tercapai, berikan makanan seperti
biasa kepada anak selama makanan tersebut dapat
ditoleransinya. Rasional: karena penelitian
memperlihatkan bahwa pemberian kembali secara
dini makanan yang biasa dikonsumsi akan membawa
manfaat dengan mengurangi frekuensi defekasi dan
meminimalkan 127 penurunan berat badan serta
memperpendek lama sakit.
e) Pertahankan catatan asupan dan haluaran cairan
(urine, feses dan muntahan). Rasional: untuk
mengevaluasi keefektifan intervensi.
f) Pantau berat jenis urine setiap 8 jam sekali atau sesuai
indikasi. Rasional: untuk menilai status hidrasi.
g) Timbang berat badan setiap hari. Rasional: untuk
menilai keadaan dehidrasi.
h) Nilai tanda-tanda vital, turgor kulit, membrane
mukosa dan status kesadaran setiap 4 jam sekali atau
sesuai indikasi. Rasional: untuk menilai status hidrasi.
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan kehilangan cairan yang tidak
adekuat. Intervensi:
a) Setelah rehidrasi tercapai, beri tahu ibu yang
menyusui sendiri bayinya agar melanjutkan
pemberian ASI. Rasional: karena tindakan ini
cenderung mengurangi intensitas dan lamanya sakit.
b) Hindari pemberian diet pisang, beras, apel, dan roti
panggang atau teh. Rasional : Karena diet ini
memiliki kandungan energi dan protein yang rendah,
kandungan hidrat arang yang terlampaui tinggi.
c) Monitor berat badan pasien sesuai indikasi. Rasional :
untuk menilai keadaan dehidrasi.
d) Amati dan catat respons anak terhadap pemberian
makan. Rasional: untuk menilai toleransi anak
terhadap makanan/susu formula yang diberikan.
e) Beri tahu keluarga agar menerapkan diet yang tepat.
128 Rasional: untuk menghasilkan kepatuhan
terhadap program terapeutik.
f) Gali kekhawatiran dan prioritas anggota keluarga.
Rasional: untuk meningkatkan kepatuhan terhadap
program terapeutik.
3) Risiko menularkan infeksi yang berhubungan dengan
mikroorganisme yang menginvasi traktus GI. Intervensi:
a) Pertahankan kebiasaan mencucui tangan yang
cermat. Rasional: untuk mengurangi risiko
penyebaran infeksi.
b) Pasang popok disposibel yang superabsorbent.
Rasional: untuk menahan feses pada tempatnya dan
mengurangi kemungkinan terjadinya dermatitis
popok.
c) Upayakan bayi dan anak kecil tidak meletakkan
tangannya dan benda apa pun pada daerah yang
terkontaminasi. Bila mungkin ajarkan tindakan
proteksi kepada anak-anak.

4) Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan


dengan iritasi karena defekasi yang sering dan feses yang
cair. Intervensi:
a) Ganti popok dengan sering. Rasional: untuk menjaga
agar kulit selalu bersih dan kering.
b) Bersihkan bagian bokong secara berhatihati dengan
sabun nonalkalis yang lunak dan air atau merendam
anak dalam bathup agar dapat dibersihkan dengan
hati-hati. Rasional: karena feses pasien diare bersifat
sangat iritatif pada kulit.
c) Oleskan salep seperti zink oksida. Rasional: untuk
melindungi kulit terhadap iritasi.
d) Bila mungkin biiarkan kulit utuh yang berwarna
agak kemerahan terkena udara. Rasional: untuk
mempercepat kesembuhan.
e) Hindari pemakaian tisu pembersih komersial yang
mengandung alkohol pada kulit yang mengalami
ekskoriasi. Rasional: karena penggunaan tisu ini
akan menimbulkan rasa perih.

5) Ansietas berhubungan dengan keterpisahan anak dari


orang tuanya, lingkungan yang tidak biasa, dan prosedur
yang menimbulkan distress. Intervensi:
a) Lakukan perawatan mulut dan berikan dot kepada
bayi. Rasional: untuk memberikan rasa nyaman.
b) Anjurkan kunjungan dan partisipasi keluarga dalam
perawatan anak sesuai kemampuan keluarga.
Rasional: untuk mencegah stress pada anak karena
berpisah dari keluarganya.
c) Sentuh, peluk dan berbicara dengan anak sebanyak
mungkin. Rasional: untuk memberikan rasa nyaman
dan mengurangi stress.
d) Lakukan stimulus dan perkembangan anak. Rasional:
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal.

6) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan


krisis situasi dan kurangnya pengetahuan. Intervensi:
a) Berikan informasi kepada keluarga mengenai
keadaan sakit anaknya dan tindakan terapeutiknya.
Rasional: untuk mendorong kepatuhan terhadap
program terapeutik, khususnya dirumah. 130
b) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan
dukungan kepada anak. Rasional:
c) Izinkan anggota keluarga berpartisipasi menurut
keinginan mereka dalam perawatan anak. Rasional:
untuk memenuhi kebutuhan anak maupun keluarga.
d) Beri tahu keluarga mengenai tindakan penjagaan
yang harus diambil. Rasional: untuk mencegah
penyebaran infeksi.

d. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tahap keempat dari proses
keperawatan dimana rencana perawatan dilaksanakan,
melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah dilakukan
(Doenges, 2012).

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek
dari tindakan keperawatan pada klien (Doenges, 2012).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

2. Asuhan Keperawantan Demam Thypoid


Berdasarkan data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
a. pengkajian
pada pasien demam thypoid adalah suatu penyakit yang tertular
melalui pencernaan dimana bakteri salmonella thypy banyak
berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular,
yang ditemui di lapangan keluhan utama yang dirasakan pasien adalah
nafsu makan menurun, menggigil, riwayat demam (+), sakit kepala,
mual dan muntah, sakit perut.
b. Diagnosa keperawatan
utama yang ditegakkan oleh penulis adalah Defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan, mencerna makanan
dibuktikan dengan berat badan menurun, membrane mukosa pucat,
nafsu makan menurun. Tujuan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien dapat
terpenuhi. Kriteria hasil menunjukkan adanya peningkatan nafsu
makan, tidak mual muntah dan anoreksia.
c. Intervensi
berdasarkan diagnosa keperawatan adalah kaji KU dan TTV rasional,
memantau BB, anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering, sajikan
makanan yang hangat sesuai diit, anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan yang disukai dan menghindari makanan yang
mengandung gas atau asam dan pedis, kaji kemampuan makan pasien,
kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diit yang tepat, berikan
informasi kepada orang tua pasien tentang makanan yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan kepada pasien.
d. Implementasi
dilakukan selama 3 hari yaitu mengkaji KU dan TTV rasional,
mengobservasi BB, menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi
sering, menyajikan makanan yang hangat sesuai diit, menganjurkan
keluarga untuk memberikan makanan yang disukai dan menghindari
makanan yang mengandung gas atau asam dan pedis, mengkaji
kemampuan makan pasien, kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pemberian diit yang tepat, memberikan informasi kepada orang tua
pasien tentang makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan kepada
pasien.
e. Evaluasi
yang dilakukan adalah evaluasi kerja hasil selama 3x24 jam
didapatkan hasil bahwa masalah defisit nutrisi teratasi sebagian
sehingga rencana yang dilanjutkan intervensi terhadap pasien.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan buang air besar
yang tidak normal dengan frekuensi lebih dari tiga kali selama 24 jam
yang dapat mengakibatkan hilangnya cairan dan elektolit secara berlebih.
Salah satu faktor penyebab terjadinya diare pada balita adalah status gizi.
Pada anak yang menderita kurang gizi dan gizi buruk mengakibatkan
episode diare menjadi lebih berat dan mengakibatkan diare yang lebih
lama dan sering. Status gizi yang baik dapat menurunkan angka kejadian
diare dan lama rawat inap dapat dipersingkat. Dengan rawat inap yang
singkat, keadaan ini dapat memungkinkan meringankan beban
perekonomian kelarga, terhindarnya terkena infeksi nosokomial, dan tidak
menimbulkan masalah psikologi baik pada pasien maupun keluarga.
Demam Typhoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui
saluran cerna (mulut, esophagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus
besar, dan seterusnya). Salmonella typhi masuk ke tubuh manusia bersama
bahan makanan atau minuman yang tercemar.

B. Saran
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi teman-teman dan
semoga makalah ini memotivasi lagi dalam keperawatan anak, kurang dan
lebihnya kelompok kami sangat meminta maaf jika dalam penulisan
makalah belum baik saran dan kritik teman-teman dalam makalah ini
sangatlah penting bagi kami dan semoga kedepannya kami lebih baik lagi
dalam membuat makalah.

DAFTAR PUSTAKA

Widura, I. (2020). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DEMAM


TIFOID DENGAN DIARE DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN TAHUN
2020 (Doctoral dissertation, Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan).

NURJANAH, A. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DIARE


AKUT DENGAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN DI RUANG
KALIMAYA ATAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR SLAMET
GARUT.

Abdillah, Z. S., & Purnamawati, I. D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Anak


Dengan Diare. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah Bidang kesehatan, 3(1), 115-
132.

Iqroma, N. Z. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK


TYPHOID DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HIPERTERMIA Di Ruang
Delima RSUD Dr. Harjono Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo).

Rahman, M. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK DENGAN DEMAM THYPOID. Media
Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 15(2), 129-136.

Anda mungkin juga menyukai