Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PATOFISIOLOGI

GASTEROENTERITIS

Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Teori Mata Kuliah Patofisiologi
Semester II Sarjana Terapan Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta Tahun 2018

Disusun oleh:

Disusun Oleh :

Annisaa Khusnul Khotimah P07134217006


Intiar Ulinnuha P07134217018
Mufidah P07134217022
Natalia Ratna Sari P07134217025
Ridzka Safitri P07134217029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

2018
A. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak
normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair
(Suharyono: 2008). Gastroenteritis adalah buang air besar dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair dengan kandungan air tinja lebih banyak dari
biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata: 2006).
Gastroenteritis adalah buang air besar dengan fases berbentuk cair atau
setengah cair, dengan demikian kandunngan air pada feses lebih banyak dari
biasanya (Priyanta: 2009).
Gastroenteritis didefinisikan sebagai peningkatan frekuensi, volume,
dan kandungan fluida dari tinja. Propulsi yang cepat dari isi usus melalui hasil
usus kecil diare dan dapat menyebabkan defisit volume cairan serius.
Penyebab umum adalah infeksi, sindrom malabsorpsi, obat, alergi, dan
penyakit sistemik. (Black Joyce, Hawks Jane, 2010)
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penyakit gastroenteritis adalah
buang air besar dengan frekuensi tidak normal dan konsistensi tinja yang lebih
lembek atau cair, dengan kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya
yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.

B. Ciri – Ciri Gastroenteritis


Gastroenteritis jarang sekali menyebabkan komplikasi pada orang
yang sehat. Kondisi ini akan dengan mudah menyerang pada kondisi tubuhnya
lemah dan bisa berpotensi fatal dan bahkan mematikan, jika terjadi pada bayi,
orang tua dan orang yang mengalami masalah kekebalan dengan tubuhnya.
Gejala penyakit Gastroenteritis muncul antara 1-3 hari setelah
terinfeksi. Tingkat keparahan penyakit inipun beragam mulai dari ringan
hinga parah. Gejala ini akan bertahan selama 1-2 hari tapi bisa juga hingga
puluhan hari. Gastroenteritis menyerang usus manusia sehingga menimbulkan
rasa mual dan muntah, penurunan berat badan, demam, sakit kepala dan sakit
otot. Jika keadaan yang lebih parah pada orang dewasa bisa menimbulkan
gejala yang lebih parah lagi yaitu muntah darah, frekuensi muntah lebih
sering, muntah lebih dari 48 jam, demam diatas 48 oC, dehidrasi, dan BAB
berdarah
Gastroenteritis parah juga dapat diderita oleh anak-anak dan bayi
dengan ciri-ciri atau gejalanya adalah Lesu, diare yang disertai darah, demam
tinggi, merasa sakit atau tidak nyaman dan mengalami dehidrasi.
C. Etiologi Gastroenteritis
Etiologi adalah ilmu yang mempelajari penyebab atau asal penyakit
dan faktor-faktor yang menghasilkan atau memengaruhi suatu penyakit
tertentu atau gangguan. Etiologi dari penyakit Gastroenteritis yang paling
umum adalah virus, secara global yang sering menyebabkan diare dan
kematian pada bayi dan anak-anak adalah jenis rotavirus. Virus lain yang
umum menyebabkan diare adalah norovirus, astrovirus, enteric adenovirus,
dan sapovirus.
Rotavirus adalah virus berlapis tiga bersegmen RNA double-stranded
(dsRNA) dan masuk ke dalam famili Reoviridae. Ukuran virus ini termasuk
paku (spike) adalah 100 nm. Genom virus memiliki 11 segmen , yang
mengkode 6 protein struktural dan 5-6 protein non-struktural.
Replikasi rotavirus dimulai dari perlekatan virus ke permukaan sel
menggunakan virus protein 4 atau 8 (VP 4 atau VP8) yang akan membelah
menjadi VP5. Kemudian, virus akan masuk ke dalam sel melalui 3
kemungkinan, yaitu receptor-mediated endositosis, masuk secara langsung,
ataupun berfusi. Setelah itu, konsentrasi kalsium intrasel menurun dan
memicu uncoating VP7 serta hilangnya kapsid luar. Kemudian double-layered
particle (DLP) dilepaskan ke dalam sitosol.
Transkripsi dan translasi terjadi di sitoplasma sel. Kompleks
polimerase internal mulai mentranskripsikan capped (+)RNA dari masing-
masing sebelas segmen dsRNA. NSP2 dan NSP5 berinteraksi untuk
membentuk viroplasma, dimana replikasi dan perakitas partikel sub-virus
berlangsung. DLP dibentuk dalam viroplasma. Proses perakitan kapsid luar
tidak sepenuhnya dipahami tetapi diperkirakan bahwa transmembran protein
NSP4 merekrut DLP dan protein kapsid luar VP4 ke sisi sitosol dari membran
retikulum endoplasma. NSP4/VP4/DLP-complex kemudian beralih ke
retikulum endoplasma. Penghilangan membran retikulum endoplasma dan
NSP4 terjadi di retikulum endoplasma melalui interaksi dengan ER-residen
VP7 dan triple-layered particle (TLP) pun terbentuk.
Pelepasan virus dari sel yang terinfeksi adalah melalui lisis sel atau
Golgi-independent nonclassical vesicular transport. Di saluran pencernaan,
virion akan terpapar dengan trypsin-like protease, yang akan membantu
pembelahan VP4 menjadi VP5 dan VP8, sehingga menghasilkan virion yang
infektif.
Penyebab lainnya adalah Bakteri dan Parasit. Penyebab umum
gastroenteritis bakterial adalah Escherichia coli, Campylobacter sp,
Salmonella sp, Shigella sp, dan Yersinia enterocolitica. Sedangkan contoh
parasite yang daptn menyebabkan Gastroenteritis adalah Cryptosporidium,
Giardia, dan Entamoeba histolytica.
D. Patofisiologi

Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri,


virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor fisiologis.
Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman yang
masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung yang
kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri terlalu
banyak maka ada beberapa yang lolos sampai ke duodenum dan berkembang
biak.
Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang sering
diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan memproduksi enzim
yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus,
sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan
usus dibagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan. Sebagai akibat dari
keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang
mengakibatkan dinding usus menggembung dan tenaga dan sebagian dinding
usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk
mengalirkan cairan diusus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi
kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare. Diare yang disebabkan karena
mal absorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit keadaan rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga
timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare
karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus menyebabkan
hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltic
menurun akan mengakibatkan bakteri akan tumbuh berlebihan, selanjutnya
timbul diare pula. Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan
dirongga usus menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena
2 hal itu, nyeri perut / kram timbul karena metabolisme KH oleh bakteri
diusus yang nmenghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung
dan flatis berlebihan. Biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual
bahkan muntah dan nafsu makan menurun. Karena terjadi ketidak
seimbangan asam basa dan elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit yang
berlebihan akan menyebabkan klien jatuh pada keadaan dehidrasi. Yang
ditandai dengan berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-
ubun bisa menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering. Bila keadaan ini terusberlanjut dan klien tidak mau
makan maka akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas.
Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa usus menyebabkan
peningkatan suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit
yang berlebihan membuat cairan ektraseluler dan intraseluler menurun.
Dimana selain itu air tubuh juga kehilangan Na, K dan ion karbohidrat. Bila
keadaan ini berlanjut terus maka volume darah juga berkurang. Tubuh
mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat
menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, klien sangat lemah kesadaran
menurun. Selain itu, akibat akibat lain dari kehilangan cairan ektrasel yang
berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan
tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan
kussmaul).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor
psikologis (stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalan
dibawah pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk merangsang
pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga
bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan, dalam bentuk
peningkatan mortalitas usus.

E. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:


Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,
Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,
Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana
merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang
lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan
dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan
multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi)
yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan
Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia
dan gangguan sirkulasi darah.
Berikut ini merupakan alur timbulnya penyakit Gastroenteritis beserta
dampak-dampak yang diakibatkan oleh gastroenteritis akut, menurut Mutaqin,
(2011) dalam Siti, (2012).

F. Diagnosis Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu
mengindentifikasi Gastroenteritis antara lain ;
a. Hamtest fases-untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan yang
bacterial)
b. Evaluasi fases terhadap volume, warna, konsistensi adanya kus atau pus.
c. Hitung darah lengkap dengan deferensial.
d. Uji antigen imonosasi enzim-untuk memastikan rota firus.
e. Kultur feses (juka anak dihospilitasi, pus dalam feses atau diare yang
berkepanjangan) untuk menentukan fatogen.
f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit.
g. Aspirasi duodenum (jika diduga coli lamblia)

G. Pengobatan Gastroenteritis

Tujuan utama dari pengobatan gastroenteritis adalah untuk mencegah


terjadinya dehidrasi. Karena itu, penderita dianjurkan untuk banyak minum
air. Jika dehidrasi yang dialami cukup parah, penderita mungkin perlu dirawat
di rumah sakit untuk mendapatkan cairan melalui infus.
 Oralit bisa diberikan untuk membantu dehidrasi. Obat ini mengandung
elektrolit dan mineral yang diperlukan oleh tubuh. Meskipun oralit bisa
dibeli secara bebas di pasaran, pastikan untuk selalu mengikuti aturan
pakai yang tertulis pada kemasan. Bila perlu, tanyakan kepada dokter atau
apoteker untuk mendapatkan informasi lebih jelas.
 Obat-obatan antibiotik tidak efektif untuk mengatasi virus. Selain itu,
jangan memberikan aspirin untuk menghilangkan gejala nyeri pada
penderita yang masih berusia di bawah 16 tahun.

Untuk membantu meringankan gejala gastroenteritis, lakukan lah


beberapa tips berikut ini di rumah:
 Upayakan untuk selalu meminum lebih banyak cairan. Jika kesulitan
minum langsung dari gelas, gunakanlah sedotan. Hindari mengonsumsi
jus buah-buahan karena minuman ini justru bisa meningkatkan gejala
diare yang dialami.
 Konsumsi makanan dalam jumlah sedikit dan mudah dicerna, seperti
pisang, bubur, dan ikan. Hal ini bertujuan untuk memberikan waktu
pemulihan bagi perut Anda. Berhenti makan jika mual mulai terasa
kembali.
 Gunakan lebih banyak waktu untuk beristirahat.
 Anak-anak dan orang dewasa bisa mengonsumsi minuman berenergi
untuk menggantikan elektrolit dalam tubuh. Oralit juga sangat disarankan
untuk mengobati bayi dan anak-anak. Hindari es krim atau minuman
bersoda karena justru bisa memperparah diare pada anak-anak.

Pada penderita anak-anak, gastroenteritis harus ditangani sedini


mungkin karena penyakit ini menyumbang angka kematian pada anak yang
cukup tinggi di Indonesia. Gejala yang patut diwaspadai antara lain mudah
mengantuk, bibir dan mulut menjadi kering, tangan dan kaki mereka juga
terasa dingin. Jika hal itu terjadi pada anak Anda, bergegas lah pergi ke rumah
sakit untuk mendapat penanganan terbaik.
Dokter akan memberikan asupan cairan kepada anak Anda dengan
nasograstic atau tabung NG, yaitu alat berupa tabung yang dimasukkan
melalui hidung menuju ke perut. Asupan cairan itu juga bisa diberikan kepada
anak Anda secara langsung dengan terapi intravena yang disuntikkan melalui
pembuluh darah.
Anda juga bisa melakukan perawatan mandiri dengan memberikan
cairan pada bayi, 15-20 menit setelah mereka mengalami muntah atau diare.
Jeda waktu ini diperlukan agar perut sang bayi bisa beristirahat sejenak. ASI
bisa diberikan pada bayi jika dia masih mengonsumsi ASI. Selain ASI, cairan
oralit atau susu formula juga bisa diberikan jika bayi sudah bisa minum dari
botol

1. Pemberian cairan
a. Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan
diberikan peroral berupa cairan yang berisikan oralit, NaCl dan Na,
HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan
dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat
sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang
diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi
lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan
tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang
diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya
cairan setempat. Pada umumnya cairan RL (Ringer Laktat) diberikan
tergantung berat/ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi ringan
1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/ oral kemudian 125 ml/ kg / hari
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg
BB/ hari
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/ kg BB oralit
per oral.

2. Diatetik 
Diatetik adalah pemberian makanan dan minuman khusus pada
klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal
yang perlu diperhatikan :
1) Memberikan asi.
2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
3. Obat-obatan.
1) Obat anti sekresi.
2) Obat anti spasmolitik.
3) Obat antibiotik.

            Ada beberapa saha yang dapat dilakukan agar dapat menghindari
gastroenteritis yang mengakibatkan dehidrasi yaitu dengan cara Menggunakan air
bersih dan sanitasi yang baik, memasak makanan dan air minum hingga matang,
mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, menghindari makanan
yang telah terkontaminasi oleh lalat, tidak mengonsumsi makanan yang telah basi,
menghindari makanan-makanan yang dapat menimbulkan diare, serta menjaga makan
dan minum teratur.
DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, Alif. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Ny.T dengan Gangguan


Sistem Pencernaan Gastroenteritis di Ruang Cempaka Bawah RSUD Sukoharjo.
Karya Tulis Ilmiah. Surakarta : Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Unniversitas Muhammadiyah Surakarta.
Jahja, Riawati. Etiologi Gastroenteritis.
https://www.alomedika.com/penyakit/gastroenterohepatologi/gastroenteritis/etiologi?
gclid=EAIaIQobChMI7rzxpOnV2wIVSouPCh1RLAhcEAMYASAAEgKBqfD_Bw
E diakses pada 15 Juni 2018 pukul 21:05 WIB
http://rumahtradisional.com/2016/05/17/ciri-ciri-penyakit-gastroenteritis/ diakses
pada 15 Juni 2018 pukul 21.11 WIB

https://www.scribd.com/document/360226732/jtptunimus-gdl-s1-2007-suhendrago-
122-2-bab2-pdf# diakses pada 16 juni 2018 pukul 07.15 WIB
https://www.scribd.com/doc/256249261/Patogenesis-Gastroenteritis diakses pada
tanggal 16 Juni 2018 pukul 08.05 WIB

Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Salemba medika. Diakses papa tanggal 18 Juni 2018
pukul 15.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai