Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUTORIAL BLOK 9

SKENARIO 2 “DEMAM DAN NYERI PERUT”

Tutor : dr. Merry Tiyas Anggraini, M.Kes

Disusun oleh : Kelompok 9

Pertemuan I :

Moderator : Galaparanadi Ayundi (H2A018007)

Sekertaris : Ahmad Yusuf Habib (H2A018083)

Pertemuan II

Moderator : Ayu Silvi Endiarama (H2A018002)

Sekertaris : Annisa Dwi (H2A018006)

Anggota :

1. Arrini Fahamsya (H2A018005)


2. Fatima Khiarun N (H2A018028)
3. Cici Rezkika Nasution (H2A018076)
4. Anggita Pungki L (H2A018079)
5. Abel Larasati S (H2A018117)
6. Yusri Candra Alim (H2A018122)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2020
Demam dan Nyeri Perut

Jojo berusia 30 tahun diantar istrinya ke IGD RS dengan keluhan demam,diare bercampur
darah dan lendir sejak 3 hari yg lalu. Keluhan ini disertai pusing, mual, muntah, nyeri perut
hilang timbul disertai melilit. Sebelumnya Jojo mengaku mengkonsumsi seafood yang terlalu
banyak. Dari pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak lemah, tanda vital didapatkan tekanan
darah 90/60mmhg,denyut nadi 130 x/mnt, frekuensi nafas 26 x/mnt, suhu 37,6 oC. Pada
pemeriksaan fisik abdomen didapatkan nyeri tekan perut (+), bising usus meningkat, datar dan
lemah. Dokter melakukan pemeriksaan feses makroskopis ditemukan warna kuning,
steatore(+), lendir(+), konsistensi cair, darah (+), bau khas. Pada pemeriksaan mikroskopis
ditemukan bakteri positif (++). Dokter kemudian meminta Jojo untuk di rawat inap, namun
Jojo takut jika dia terlalu lama di rawat di RS dia akan di PHK dan tidak bias membayar biaya
RS.

Step 1 : Identifikasi Istilah

1. Diare : Peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari
biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.

2. Steatorrhea : Adanya lemak berlebih dalam tinja.

3. Bising usus : Bunyi yang disebabkan oleh bunyi udara dan cairan didalam usus yang
bergerak karena peristaltik usus.

Step 2 : Identifikasi Masalah

1. Mengapa pasien mengalami diare serta feses yang berlendir, berdarah dan terdapat
steatorrhea?

2. Apa yang dialami oleh pasien pada skenario diatas?

3. Bagaimana hubungan seafood dengan diare?

4. Bagaimana interpretasi dengan pemeriksaan?


5. Mengapa terjadi nyeri hilang timbul,mual, dan muntah pada pasien ?

Step 3 : Pembahasan Rumusan Masalah

1. Mengapa pasien mengalami diare serta feses yang berlendir, berdarah dan terdapat
steatorrhea?
Mikroorganisme menembus lapisan muskularis mukosa bersarang di submukosa
membuat kerusakan yang luas di mukosa usus. Ulkus bisa melebar ke lateral sepanjang
sumbu usus kerusakan jadi luas sekali. Ulkus saling berhubungan dan terbentuk sinus
dibawah mukosa mikroorganisme ditemukan dalam jumlah besar di dasar dan dinding
ulkuskarena peristaltik usus, mikroorganisme dikeluarkan bersama isi ulkus ke rongga
usus menyerang lagi mukosa usus yang sehat dikeluarkan menjadi tinja yang disertai
dengan darah.
Pada diare osmotik diperoleh substansi intraluminal yang tidak dapat diabsorpsi dan
diinduksi sekresi cairan dengan mengalihkan kerusakan dari mukosa saluran cerna.
Akumulasi dari zat yang tidak dapat diserap, misalnya magnesium (laksan, antasid),
dikonsumsi atau asam amino lumen usus di dalam lumen usus menyebabkan
peningkatan tekanan osmotik intraluminal, sehingga terjadi perpindahan cairan plasma
ke usus. Akumulasi karbohidrat merupakan salah satu contoh dari tipe diare ini dan
paling sering terjadi. Karbohidrat seperti laktosa, sukrosa, glukosa dan galaktosa
dalam jumlah cukup besar di usus dapat disebabkan oleh gangguan transportasi baik
kongenital maupun dapatan.Misalnya pada laktosa intoleransi, terjadi Kurangi fungsi
enzim laktase dari brush border usus halus. Laktosa tidak bisa dipecah sehingga tidak
dapat diabsorpsi. Laktosa yang tidak tercerna menarik air ke dalam lumen sehingga
terjadilah diare. Defisiensi enzim laktase dapat terjadi primer juga sekunder
2. Apa yang dialami oleh pasien pada skenario diatas?
Pasien mengalami Disentri Basiler. Disentri Basiler disebabkan oleh bakteri genus
Shigella. Di indonesia, Shigella sp merupakan penyebab tersering ke-2 dari diare
yang dijelaskan di rumahsakit, yaitu sebesar 27,3%. Dari Keseluruhan Shigella sp
tersebut, 82,8%merupakan S. flexneri; 15,0% adalah S. sonnei; dan 2,2%
merupakan S Disenti Bakteri ini termasuk dalam suku Enterobacteriaceae dan
merupaka bakteri gram negatif yang berbentuk batang / basil. Selain itu bakter ini
berarti anaerob fakultatif, yang berarti dapat hidup tanpa atau dengan keberadaan
oksigen. Shigellosis atau disentri basiler merupakan penyakit infeksi saluran
disambung dengan cairan cair atau disentri (tinja bercampur darah, lender, dan nanah)
perut Penyakit ini ditularkan melalui jalan fekal-oral dengan masa inkubasi 1-7 hari,
untuk meminta penularan tersebut Diperlukan dosis minimal penularan 100 bakteri
Shigella sp. Berdasarkan aspek biokimia dan serologi, Shigella sp. dibagi menjadi
4 spesies, yaitu S.dysentriae (serogroup A), S.flexneri (serogroup B), S.boydii
(serogroup C) dan S.sonei (serogroup D)
3. Bagaimana hubungan seafood dengan diare?
Faktor penyebaran bakteri shigella dari makanan seafoods, serta pada saat proses
pengolahan terdapat zat yang sudah tercemar dengan shigella akibat kurangnya
kebersihan atau air yang terkontaminasi alergi / bakteri yang masih terdapat pada
makanan sehingga menyebabkan gejala seperti keluhan dari pasien. disentrri basiler
bisa terdapat pada makanan seafoods sebelum jadi makanan yang tergantung pada
lingkungan hidup dari bakteri itu sendiri.
4. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan ?
Pemeriksaan fisik tanda-tanda vital
- Keadaan umum : Tampak lemah ,menunjukkan tanda-tanda dehidrasi karena
pasien diare
- Tekanan darah : 90/60 mmHg ,termasuk normal karena normalnya kurang dari
120/80 mmHg
- Denyut nadi : 130x/menit, termasuk takikardi karena kurangnya cairan dalam
darah berpotensi mempercepat detak jantung yang dimana nilai normal denyut nadi
60-100x/menit,
- Respiratory rate : 26x/menit, termasuk takipnea karena nilai normal respiratory
rate 16-20x/menit
Pemeriksaan fisik abdomen

- Inspeksi : Normal tampak datar


- Auskultasi : Bising usus meningkat/ hiperperistaltik karena disebabkan adanya
radang atau obstruksi pada usus
- Perkusi : Hipertimpani karena indikasi adanya udara bebas yang terdapat di
dalam rongga usus
- Palpasi : nyeri tekan (+) dikarenakan adanya inflamasi mukosa usus

Pemeriksaan feses

- Pemeriksaan maksroskopis ditemukan warna kuning, steatore (+), lendir (+),


konsistensi cair, darah (+), bau khas , pada keadaan fisiologis pemeriksaan
makroskopis fesesnya tidak ditemukan adanya steatore, lender, dan darah.
- Pemeriksaan mikroskopis ditemukan bakteri

5. Mengapa terjadi nyeri hilang timbul, mual dan muntah?


Penyebab nyeri hilang timbul dapat diakibatkan karena adanya spasme otot
polos organ berongga dan biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ
tersebut seperti obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, atau peningkatan intraluminar.
Karena kontraksi pada usus berjeda, sehingga nyeri yang dirasakan juga hilang timbul.
Mual muntah merupakan salah satu gejala klinis dari disentri basiler, gejala disentri
basiler/shigellosis secara tipikal dimulai 24-72 jam setelah kuman tertelan dengan
demam dan malaise, diikuti dengan diare yang awalnya watery diare dan secara cepat
berkembang menjadi diare dengan mucus, tenesmus( perasaan ingin buang air besar
yang tidak tuntas), kram perut dan nyeri saat akan defekasi diakibatkan karena inflamasi
dan ulcerasi mukosa colon, mual muntah dan tanda-tanda dehidrasi.
Step 4 : Skema

ETIOLOGI & FAKTOR


RESIKO

PATOFISIOLOGI

DISENTRI
DD & Dx
BASILER

TATA LAKSANA

PROGNOSIS & KOMPLIKASI

PERAN DOKTER KELUARGA


Step 5 : Sasaran Belajar

1. Etiologi dan Factor Resiko pada Disentri Basiler


2. Patofisologi Disentri Basiler
3. DD & Dx pada Disentri Basiler
4. Tata Laksana pada Disentri Basiler
5. Prognosis & Komplikasi Disentri Basiler
6. Peran Dokter Keluarga yang diperlukan pada kasus Disentri Basiler

Step 6 : Belajar Mandiri

Step 7 : Menjawab Sasaran Belajar

1. Etiologi dan Factor Resiko pada Disentri Basiler

Disentri basiler merupakan penyakit infeksi usus yang diakibatkan oleh beberapa jenis basil
gram negatif dari Genus Shigella. Masa inkubasi bakteri Shigella dysentriae ini 1-7 hari.
Gejalanya adalah demam sampai 39-40◦C , nyeri perut, tenesmus serta diare beserta lendir
dan darah (Tjay, 2013). Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko epidemic Shigella
seperti sanitasi dan kebersihan personal yang buruk, tidak tersedianya air, malnutrisi, dan
peningkatan penduduk (Sukandar, 2013).

Berdasarkan aspek biokimia dan serologi, Shigella sp. dibagi menjadi 4 spesies, yaitu
S.dysentriae (serogroup A), S.flexneri (serogroup B), S.boydii (serogroup C) dan S.sonei
(serogroup D) (WHO, 2005).

Shigella dysentriae menyebabkan disentri berat dibandingkan dengan jenis Shigella lainnya.
Hal-hal lain dari Shigella dysentriae yaitu menghasilkan Shiga toksin yang kuat,
menyebabkan penyakit yang lebih lama, lebih parah, dan lebih sering fatal, lebih sering
meyebabkan resistensi antibiotik (WHO, 2005).
2. Patofisologi Disentri Basiler

Shigella termasuk dalam family Enterobacteriacae, gram negatif berbentuk batang, tidak
bergerak, tidak berkapsul dan lebih tahan asam dibanding enteropatogen lain. Shigella
mampu menginvasi permukaan sel epitel kolon, jarang menembus sampai melewati
mukosa, sehingga tidak ditemukan pada biakan darah walaupun ada gejala hiperpireksia
dan toksemia. Setelah menginvasi enterosit kolon, terjadilah perubahan permukaan
mikrovili dari brush border yang menyebabkan pembentukan vesikel pada membran
mukosa. Selanjutnya dapat menghancurkan vakuola fagositik intraselular, memasuki
sitoplasma untuk memperbanyak diri dan menginvasi sel yang berdekatan. Kemampuan
menginvasi sel epitel ini dihubungkan dengan adanya plasmid besar (120-140 Mdal)
yang mampu mengenali bagian luar membran protein seperti plasmid antigen invasions
(Ipa).

Sel epitel akan mati dan terjadi ulserasi serta inflamasi mukosa. Dari bagian yang
mengalami inflamasi tersebut shigella menghasilkan ekso-toksin yang berdasarkan cara
kerja toksin dikelompokkan menjadi neurotoksik, enterotoksik, dan sitotoksik. Toksin yang
terbentuk inilah yang menimbulkan berbagai gejala shigellosis, seperti demam, malaise,
dan nyeri otot.Shigotoksin, suatu eksotoksin kuat penghambat-sintesis protein, dihasilkan
dalam jumlah yang berarti hanya oleh serotype 1 S.dysenteriae dan E.coli tertentu (E.coli
enterohemoragik atau E.coli penghasil toksin-seperti-shiga). Fase diare berair shigellosis
dapat disebabkan oleh enterotoksin unik; enterotoksin shigella 1 (ShET-1), dikode pada
kromosom bakteri, dan ShET-2 dikode pada plasmid virulens.

Shigella memerlukan amat sedikit inokulum agar menimbulkan sakit. Penelanan sebanyak
10 organisme S.dysenteriae serotip 1 dapat menyebabkan disentri pada beberapa individu
yang rentan. Hal ini berbeda pada organisme seperti Vibrio cholera, yang memerlukan
penelanan 108-1010 organisme agar menimbulkan sakit. Pengaruh inokulum menjelaskan
kemudahan penularan shigella dari orang ke orang yang berbeda dengan V.cholerae.

Perubahan patologis shigellosis terjadi terutama pada kolon, organ sasaran untuk shigella.
Perubahan-perubahannya paling kuat dalam kolon distal, walaupun pankolitis dapat terjadi.
Secara umum dapat ditemukan edema mukosa setempat atau difus, ulserasi, mukosa rapuh,
perdarahan dan eksudat. Secara mikroskopis,ulserasi, pseudomembran, kematian sel epitel,
infiltrasi sel polimorfonuklear dan mononuklear meluas dari lapisan mukosa sampai lapisan
muskularis, dan terjadi edema submukosa.

3. DD & Dx pada Disentri Basiler


Manifestasi klinis berupa :
a. Defekasi terus menerus/diare disertai adanya darah,lender,dan steatore
b. Nyeri abdomen bawah
c. Muntah
d. Mual
e. Sakit kepala
f. Suhu dapat bervariasi rendah-tinggi
g. Frekuensi nadi cepat
Pemeriksaan mikroskopik feces : didapatkan adanya eritrosit dan leukosit PMN
Pemeriksaan endoskopi : terlihat mukosa hemoragik yang terlepas dan ulserasi kadang
tertutup eksudat sebagian besar lesi terdapat dibagian distal kolon dan secara progresif
berkurang di segmen proksimal kolon.
Pemeriksaan Enzim immunoassay : untuk mendeteksi adanya toksi di feces
Diagnosis Banding
a. Disentri amoeba
b. Gastroenteritis
c. Eschericia coli Enteroinvasive
d. Eschericia coli Enterohemoragik

4. Tata Laksana pada Disentri Basiler


 Non Medikamentosa
1. Pasien tidak dipuasakan dan diberikan cairan yang adekuat untuk rehidrasi
(dewasa: 1 gelas Oralit tiap BAB cair).
2. Hindari susu sapi karena terdapat defisiensi laktase transien.
3. Hindari minuman yang mengandung alkohol atau kafein (meningkatkan motilitas
dan sekresi usus).
4. Diet tidak mengandung gas dan mudah dicerna.
 Medikamentosa

Anti diare
1. Loperamide (tidak diberikan pada pasien disentri disertai demam), dosis awal 4
mg, berikutnya 2 mg tiap BAB cair (maksimal 16mg/hari).
2. Absorben (Attapulgite) (2 tablet ~ 1,2-1,5 g tiap BAB cair, max 8,4 g/24jam)
Antibiotik
1. Golongan kuinolon, Ciprofloxacin 2 x 500 mg/hari selama 5-7 hari
2. Trimetroprim/Sulfamethoxazole 160/800 2 x 1 tablet/hari.
5. Prognosis & Komplikasi Disentri Basile
Prognosis
a. Vitam : dubia ad bonam
b. Fungsionam : bonam
c. Sationam : subia ad bonam

Prognosis tergantung pada :

i. Kondisi dan tingkatan yang diderrita pasien


ii. Adanya komplikasi atau tidak
iii. Pengobatan dan tata laksana
Komplikasi
Komplikasi pada kasus ini bisanya terjadi dapat berupa komplikasi intestinal dan
ekstraintestinal, yaitu
1. Intestinal
a) Megakolon toksin
b) Perforasi intestinal
c) Dehidrasi renjatan hipovolemik, dan
d) Malnutrisi
2. Ekstraintestinal
a) Batuk
b) Pilek
c) Pneumonia
d) Meningismus
e) Kejang
f) Neuropati perifer
g) Leukomoid, dan
h) Artritis ( sindrom reiter)
6. Peran Dokter Keluarga

Rencana tindak lanjut

Pasien perlu dilihat perkembangan penyakitnya karena memerlukan waktu


penyembuhan yang cukup lama berdasarkan berat ringannay penyakit

Konseling dan edukasi

1. Penularan disentri dapat dikurangi dan dicegah dengan kondisi lingkungan dan
diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak
terkontaminasi serta penggunaan jamban yang bersih
2. Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan dengan kondisi lingkungan
dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang
tidak terkontaminasi serta penggunaan jamban yang bersih
3. Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan yang lunak sampai
frekuensi BAB kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan
seperti biasanya bila terdapat kemajuan
Daftar Pustaka

1. Kamus Kedokteran Dorland


2. Sya`roi A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi ke 4. Jakarta. FK UI. 2006
3. Oesman, Nizam. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. Jakarta. FK UI. 2006
4. Marsis O Ilham. Panduan Klinis Bagi Dokter di Fasilita Pelayanan Kesehatan Primer.
Edisi 1. IDI. Jakarta 2015
5. Peran Dokter Keluarga yang diperlukan pada kasus Disentri Basiler
6. Bush, L. M., Perez, M.T. (2014). Shigellosis (Bacillary Dysentry). from
http://www.merckmanuals.com/professional/infectiousdisease/gramnegative_bacilli/s
higellosis.html
7. Castellani, A., Chalmers, A.J. (1919). Manual of Tropical Medicine, 3rd ed. Williams,
Wood and Co., New York. P.937. CDC. (2011). Shigellosis. from
http://www.cdc.gov/ncezid/dfwed/PDFs/Shigella-Overview-508.pdf
8. Ganiswara, Sulistia G. (1995). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta: Gaya Baru
p.586.

Anda mungkin juga menyukai