3
SKENARIO 2
KELOMPOK 2
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD bersama istrinya dengan keluhan diare
bercampur darah dan lendir sejak 3 hari yang lalu. Keluhan ini disertai pusing, mual dan
muntah, dan kram otot perut. Sehari sebelumnya, pasien banyak mengkonsumsi makanan
laut (ikan dan kepiting). Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 90/60
mmhg, denyut nadi 120x/menit, frekuensi nafas 22x/menit, suhu 37,5° C. Pada
pemeriksaan fisik abdomen didapatkan nteri tekan (+), bising usus meningkat, datar dan
lemah. Dokter IGD melakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis serta
tatalaksana yang adekuat pada pasien sehingga komplikasi lanjutan dapat dicegah, dan
juga dokter IGD mengira pasien mengalami keracunan makanan.
KLARIFIKASI ISTILAH
Diare : Buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair/setengah cair (setengah
padat) ≥ 3 X sehari kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya ≥ 200 gram/
200ml/24jam
IDENTIFIKASI MASALAH
3. Apa makna klinis diare bercampur darah dan lendir sejak 3 hari yang lalu ?
Jawab :
Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi faktor
kausal (agent) dan faktor pejamu/host, faktor pejamu adalah kemampuan tubuh
untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare
akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna
antara lain : keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan
mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel
mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus
halus serta daya lekat kuman.
Diare karena bakteri/parasit invasif yaitu bakteri yang merusak (invasif)
antara lain Enteroinvasive E.coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia,
C.perpringens tipe C. Diare disebakan oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis
dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur
lendir dan darah.
Sesuai dengan patomekanisme/patofisiologi dan clinical type : diare ini tergolong
acute bloody diarrhea akibat infeksi bakteri/parasit (diare infeksi). 3
Diare disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parasit, virus),
keracunan makanan, efek obat-obat dan lain-lain.
Infeksi
1. Enteral
Bakteri: Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio Cholera, Yersinia
enterocolytica, Campilobacter jejuni, V. parahaemoliticus, V.NAG.,
Staphylococcus aureus, Streptococcus, Klebsiella, Pseudomonas, Aeromonas,
Proteus, dll.
Virus: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus, cytomegalovirus
(CMV), echovirus, virus HIV.
Parasit: -Protozoa: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum, Balantidium coli.
Worm: A.lumbricoides, Cacing Tambang, Trichuris trichiura, S.stercoralis,
cestodiasis, dll.
Fungus: Kandida/moniliasis
2. Parenteral: Otitis media akut (OMA), pneumonia.
Traveler’s diarrhea: E.coli, Giardia Lamblia, Shigella, Entamoeba histolytica, dll.
Makanan:
5. Apa saja penyakit yang ditandai dengan diare yang bercampur darah dan
lendir?
Diare akut:
Disentri : darah bercampur lendir, ulkus pada rectum, dan entamoeba
histolytica pada feses, demam, berkeringat
Bila diare yang terjadi dalam bentuk feses bercampur darah dan lendir disertai
demam biasanya disebabkan oleh kerusakan mukosa usus (terutama kolon)
yang ditimbulkan oleh invasi Shigella, salmonella, dan amuba.
Diare kronis:
Kolitis ulseratif: intermitten, darah dan lendir, nyeri kolik, dewasa muda.
Mungkin terjadi singkat pada keluhan awal 5 6
6. Apa makna klinis pusing, mual dan muntah, dan kram otot?
Pusing, mual, muntah, dan kram perut bisa dijadikan salah satu bagian dari
manifestasi gejala klinis keracunan hebat. Sedangkan pada skenario ini, gejala diare
berdarah dan berlendir serta nyeri perut juga ditemukan.
Mekanika sederhana– usus halus atas. Kolik (kram) pada abdomen pertengahan
sampai ke atas, distensi, muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi
gemerincing bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus
minimal.
Mekanika sederhana – usus halus bawah. Kolik (kram) signifikan di abdomen,
distensi berat,muntah – sedikit atau tidak ada kemudian mempunyai ampas,
bising usus dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus
minimal.
Mekanika sederhana – kolon Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi
yang muncul terakhir, kemudian terjadmuntah (fekulen), peningkatan bising
usus, nyeri tekan difus minimal.
Obstruksi mekanik parsial. Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada
penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
b. Mual
Merupakan penyakit yang disebabkan perasaan tidak enak yang biasanya
terjadi pada perut, gejala mual ini pada akhirnya berujung pada keinginan untuk
muntah. Sedangkan muntah sendiri merupakan pengeluaran isi lambung dengan
sangat kuat melalui mulut. Muntah biasanya terjadi pada saat pusat muntah di
bagian susunan saraf pusat terstimulasi.
Penyebab dari mual dan muntah adalah adanya pusat muntah pada bagian otak
yang aktif mengeluarkan zat yang merugikan tubuh. Muntah dapat dipicu oleh
asupan makanan yang mengandung zat beracun atau zat iritatif. Mual dan muntah
juga dapat dipicu oleh makanan yang telah basi, rusak, bahkan membusuk.
Penyebab muntah pada orang dewasa adalah:
Reaksi terhadap keracunan obat atau makanan.
Infeksi pada saluran pencernaan.
Penyumbatan saluran pencernaan.
Gangguan pergerakan pada usus.
Trauma kepala.
Gangguan keseimbangan.
Keluhan :
2. Nyeri perut.
3. Nyeri kram otot perut; menunjukkan hilangnya elektrolit yang mendasari, seperti
pada kolera yang berat.
4. Kembung.
Faktor Risiko
3. Konsumsi makanan laut mentah dapat dicurigai untuk Norwalk-like virus, Vibrio
spp, atau hepatitis A.
1. Diare, dehidrasi, dengan tanda–tanda tekanan darah turun, nadi cepat, mulut
kering, penurunan keringat, dan penurunan output urin.
Pemeriksaan Penunjang
CBC atau pemeriksaan darah rutin, tentu saja dengan hitung jenis leukosit.
Menilai serum elektrolit, yang ini akan sulit dilakukan di rumah sakit kecil.
Kadar BUN dan Kreatinin.
Pengecatan Gram untuk feses dan pengecatan Leoffler methylene blue untuk sel
darah putih: guna membedakan jenis yang invasif dan bukan invasif.
Pemeriksaan mikroskopik feses, mendeteksi apakah ada parasit atau telur parasit.
Kultur bakteri untuk patogen enterik. Diharuskan jika sampel feses menunjukkan
positif sel darah putih atau darah, atau jika pasien memiliki gejala persisten yang
lebih lama dari 3-4 hari.
Kultur darah jika pasien memiliki demam tinggi.
Penilaian C difficile guna membantu menentukan diare yang dihubungkan dengan
penggunaan antibiotik, atau pada mereka yang memiliki riwayat penggunaan
antibiotik baru-baru saja.9
- keracunan makanan
- diare akut
- colitis
- Keracunan Makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena mengonsumsi
makanan yang mengandung bahan berbahaya/toksik atau yang terkontaminasi.
Keracunan makanan terjadi ketika bakteri atau patogen jenis tertentu yang
membawa penyakit mengontaminasi makanan, dapat menyebabkan penyakit
keracunan makanan yang sering disebut dengan ”keracunan makanan”. Salmonella,
Campylobacter, Listeria, dan Escherichia coli (E. coli) merupakan jenis bakteri
yang kerap menyebabkan keracunan makanan. Sayangnya, beberapa bakteri
penyebab keracunan makanan seperti Bacillus cereus menghasilkan racun yang
tahan panas, sehingga bakteri ini tidak dapat dilenyapkan melalui proses
pemasakan. Penyakit keracunan makanan dapat berujung serius atau bahkan fatal.
Bakteri tumbuh subur dan berkembang biak pada beberapa jenis makanan
dengan lebih mudah. Jenis makanan yang cenderung dihinggapi bakteri, antara
lain: daging, unggas, produk olahan susu, telur, produk laut, nasi matang, buah
potong.
Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih
dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu
buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. Buang air besar encer tersebut
dapat/tanpa disertai lendir dan darah.
Manifestasi Klinis
- Kolitis
Rasa haus/muntah 1
Kesadaran apati 1
Facies cholerica 2
Vox cholerica 2
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50 – 60 tahun -1
Diet
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien
dianjurkan justru minum-minuman sari buah, the, minuman tidak bergas, makanan
yang mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi harus
dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi
virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena dapat
meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
Terapi definitif
Obat diare: Attapulgite 2 tab tiap kali setelah buang air besar. Dosis 630 mg.
Maksimal 12 tab/hari.
Pencegahan
Keracunan makanan dapat dicegah melalui beberapa cara, yaitu (1) cleaning, (2)
cooking, (3) chilling, (4) cross-contamination.
1. Cleaning
Menjaga kebersihan tangan, misalny sering mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, terutama sebelum dan setelah memegang makanan.
Bersihkan semua permukaan dan benda-benda yang bersentuhan dengan makanan
secara menyeluruh.
2. Cooking
Makanan dimasak sampai matang menyeluruh (terutama daging).
3. Chilling
Pastikan makanan disimpan dalam suhu yang benar untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
4. Prevent cross-contamination
Selalu mencuci tangan setelah memegang makanan mentah.
Pisahkan makanan mentah dari makanan siap saji.
Simpan daging mentah dalam wadah tertutup pada bagian bawah kulkas, sehingga
tidak akan menetes ke makanan yang lain.
Gunakan talenan yang berbeda untuk makanan mentah dan makanan siap saji, atau
cuci terlebih dahulu sebelum digunakan untuk bahan makanan lain.
Bersihkan pisau, pembuka kaleng, dan peralatan dapur lain setelah digunakan.8
Bakteri tersebut dapat tumbuh dengan cepat dalam makanan berisiko tinggi
tersebut bila disimpan pada suhu antara 5°C dan 60°C. Orang-orang tertentu juga
lebih berisiko terhadap keracunan makanan. Mereka adalah anak-anak, wanita
hamil, dan orang tua.
1. Marcellus SK, Daldiyono. Diare Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Jakarta : Interna Publishing. 2012. Hal: 1901-1913.
2. Setiati, S. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 6. Jakarta:
InternaPublishing. 2014 : 1900,1902.
3. Sudoyo W. Aru, Setiyohadi Bambang dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam
Jilid II. Edisi V.Jakarta :FKUI
4. Setiati, S., Alwi, I., dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI, Jilid II.
Jakarta: Interna Publishing. Hal:1899-1900.
5. Grace PA, Borley NR. 2007. At a Glance ilmu bedah edisi ketiga. Jakarta: EMS
(Erlangga Medical Series)
6. Barr W, Smith A. Acute Diarrhea in Adults. Am Fam
Physician. 2014 Feb 1;89(3):180-189
7. Motarjemi Y et al. Food safety. Dalam: International occupational and
environmental medicine. St Louis, MO, Mosby, 1998:62—619.
8. Ramanathan, Hema. Food Poisoning A Threat to Humans. New York: Marsland
Press. (diakses pada 31 Oktober 2017 dari URL
http://www.sciencepub.net/book/041_1349book.pdf )
9. Panduan Praktik Klinis BAGI DOKTER Hal.52 Edisi Revisi Tahun 2014
10. W.B. Saunders Company Philadelphia. 1996. Major’s Physical Diagnosis. Jakarta:
EGC
11. www.searo.who.int Penyakit Akibat Keracunan Makanan
12. Ciesla WP, Guerrant RL. Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL, Henry
NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New
York: Lange Medical Books, 2003. 225 - 68. 2.
13. Hendarwanto. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman AM,
Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi
ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI
;1996. 451-57.
14. Glickman RM. Penyakit Radang Usus (Kolitis Ulseratif dan penyakit Crohn).
Dalam : Asdie AH, editors. Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology.
2nd ed. International ed: McGraw-Hill; 2003. P.108-30
15. Gamarra, Roberto M. Food Poisoning. Medscape; 2015. (Diakses di
emedcine.medscape.com/article/175569-overview#a1) (Diakses pada 31 Oktober
2017).
16. Frazier, Margaret Schell., Drzymkowski, Jeanette Wist. 2016. Essentials of Human
Diseases and Conditions. Canada: Elsevier. P: 434.