i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Parlia Lopa Sari, S.Ked
G1A218050
Universitas Jambi
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat Clinical Science Session (CSS) yang berjudul
“Perubahan Jaringan Epitel Auditori sensorik pada Vertebrata Dewasa Setelah
Terjadi Trauma” sebagai salaah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian THT-KL di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Hj. Ismelia Fadlan, Sp.THT-
KL. M.Kes yang telah bersedia meluangkan waktudan pikirannya untuk
membimbing penulis selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian
THT-KL di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekerangan pada referat Clinical Science
Session (CSS) ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan referat ini. Penulis mengharapkan semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
iii
Perubahan Jaringan Epitel Auditori sensorik pada Vertebrata
Dewasa Setelah Terjadi Trauma
ABSTRAK :
1. Pendahuluan
Ketika sel-sel rambut mati, sel-sel pendukung terdekat menutup lesi yang
ada. Pada jaringan epitel auditori vertebrata non-mamalia, sel-sel pendukung juga
menghasilkan sel-sel rambut pengganti melalui dua mekanisme: 1) sel-sel
1
pendukung memasuki kembali siklus pembelahan sel, membelah, dan anak sel
kemudian berdiferensiasi menjadi rambut dan/atau sel-sel pendukung ( Corwin
dan Cotanche, 1988 ; Ryals dan Rubel, 1988 ), dan 2) sel-sel pendukung diubah
menjadi sel-sel rambut tanpa adanya pembelahan sel, suatu proses yang disebut
"direct transdifferentiation" ( Adler dan Raphael, 1996 ; Baird et al.,
1996 ;Roberson et al., 1996 , 2004 ).
Sel-sel rambut auditori secara langsung rentan terhadap trauma yang telah
disebutkan, sedangkan sel-sel pendukung dan sel-sel ganglion spiral, sel-sel
neuron bipolar yang menginervasi sel-sel rambut dan mengirim akson ke dalam
sistem saraf pusat (SSP), dianggap memiliki sensitivitas sekunder terhadap
trauma. Kematian sel pendukung dan sel ganglion spiral diperkirakan terjadi
sebagai akibat dari kehilangan sel rambut primer. Akan tetapi, penemuan terbaru
dalam jaringan epitel auditori vertebrata dewasa menunjukkan sel pendukung dan
sel ganglion spiral memiliki sensitivitas primer dalam beberapa kasus. Studi
pengambilan aminoglikosida dengan penandaan fluoresensi menunjukkan
penyerapan aminoglikosida yang cepat dalam sel pendukung organ corti ( Dai et
al., 2006 ; Wang dan Steyger 2009), menguatkan studi imunohistokimia,
ultrastruktural, dan autoradiografi sebelumnya (misalnya, von Ilberg et al.,
1971 ; de Groot et al., 1990 ; Imamura dan Adams, 2003 ).
2
Pada marmut yang rusak oleh aminoglikosida, degenerasi jaringan epitel
yang menjadi pipih dapat terjadi dengan cepat, dalam waktu 1 minggu
( Izumikawa et al., 2008 ), dan ada kemungkinan bahwa degenerasi cepat
disebabkan oleh kerusakan sel pendukung primer. Kehilangan sel ganglion spiral
primer (kehilangan sel ganglion tanpa adanya rambut yang hilang) dilaporkan
setelah adanya paparan suara yang berlebihan ( Kujawa dan Liberman, 2009 ),
paparan aminoglikosida ( Hinojosa et al., 2001 ; Teufert et al., 2006 ), dan
penuaan ( Makary et al., 2011). Cisplatin juga menargetkan sel-sel ganglion spiral
secara langsung ( van Ruijven et al., 2004 , 2005 ). Singkatnya, temuan ini
menunjukkan bahwa paparan yang berlebihan terhadap suara, aminoglikosida,
atau obat anti kanker tertentu dapat melukai sel pendukung dan sel ganglion spiral
secara langsung, di samping melukai sel rambut.
Fig.1. diagram skema jaringan epitel auditori sel rambut pada telinga dalam vertebrata dewasa. (A) Reptil
( alligator kadal ) basillar papilla. (B) Burung basillar papilla. (C) Organ Corti Mamalia.
Seluruh jaringan epitel auditori vertebrata mengandung sel reseptor mechanosensitive sensory, sel rambut
( merah, HC), dan sel pendukung ( kuning, SC). Sel rambut didistribusikan sepanjang jaringan eptel
permukaan lumenal; sel tersebut tidak berinteraksi dengan membran basilar (BM). Sekumpulan stereocilia
menyerupai rambut, tampak kelihatan dari permukaan apikal sel rambut yang meluas sampai ke lumen. Pada
basilar papilla reptil (A), kinocilium, cilium tunggal berada pada sekumpulan sel rambut dewasa. Sel
pendukung ( kecuali sel tektal pada organ Corti ) memperluas kedalaman seluruh jaringan epitel, mulai dari
lumen sampai ke basilar membran, dan inti sel tersebut berpusat sampai setengah basal jaringan epitel. (B)
Basilar papila pada burung yang mengandung sel rambut panjang dan pendek (HC), diapit oleh sel sensory
clear (C) dan sel hyaline (H). (C) Organ Corti mamalia memliki pola jaringan kompleks yang mengandung
sederet sel rambut bagian dalam (IHC), 3 deretan sel rambut bagian luar (OHC), dan sel pendukung dengan
berbagai macam morphologies khusus. Sebaliknya pada vertebrata non-mamalia, sel pendukung pada organ
Corti secara struktural dan fungsional beragam jenis dan disubtipekan sebagai Hensen’s (H). Tectal (T),
Deiters’ (D), inner pillar (IP), outer pillar (OP), inner phalangeal (P), dan sel-sel border (B). Sel-sel non-
sensorik inncer sulcus (IS), jaringan epitel sensorik sel-sel claudius border (C). Inner phalangeal dan sel-sel
border terkait dengan sel rambut bagian dalam, dan sel-sel inner pillar dan Deiters’ terkait dengan sel rambut
bagian luar. Sel-sel Pillar dan Deiters’ menyediakan susunan dan kepadatan pada jaringan epitel. Keahlian
terowongan Corti (TC) dan sel pendukung dalam beradaptasi dibutuhkan untuk pendengaran frekuensi tinggi
(Dallos dn Harris ; Hudspeth 1985). Sel pendukung subtipe yang unggul, dapat ditemukan pada Spicer dan
Schulte (1994), Slepecky (1996), dan Taylor et al. (2012). Serabut saraf dan endings tidak diceritakan pada
gambar.
3
3. Memperbaiki kapasitas jaringan epitel auditori vertebrata yang trauma
Sel-sel rambut yang sekarat dalam jaringan epitel auditori ayam dengan
cepat diekstrusi dari permukaan lumenal jaringan epitel ( Cotanche, 1987 ; Hirose
et al., 2004 : Duncan et al., 2006 ), berbeda dengan jaringan epitel vestibular
vertebrata di mana sel-sel rambut vestibular apoptosis umumnya difagositosis
oleh sel-sel pendukung yang berdekatan ( Forge dan Li, 2000 ; Bird et al.,
2010 ). Temuan terbaru menunjukkan bahwa makrofagus tidak penting untuk
menghilangkan sel-sel rambut yang sekarat ( Warchol dan Hirose, 2012 ).
Dalam kasus kerusakan yang sangat parah, di mana sel-sel rambut dan sel-
sel pendukung rusak, jaringan epitel auditori vertebrata non-mamalia tidak dapat
meregenerasi sel-sel rambut pengganti. Dalam jaringan epitel auditori ayam yang
terpapar suara keras, sel-sel hyalin non-sensorik di dekatnya membelah ( Girod et
4
al., 1989 ) dan bermigrasi ke jaringan epitel sensorik untuk secara permanen
menutupi permukaan membran basilar di daerah yang rusak, mungkin berfungsi
untuk mempertahankan jaringan epitel penghalang antara cairan endolimfe dan
perilimfe dan komponen biomekanik dari kompleks membran basilar (Cotanche et
al., 1995).
5
dihipotesiskan bahwa kemampuan mendukung sel proliferatif hilang karena tidak
adanya reseptor mitogenik tertentu dan jalur sinyal, pengeluaran inhibisi siklus sel
seperti p27 Kip1, kurangnya pengeluaran pengaturan siklus-sel positif seperti cyclin
D1, pengeluaran jalur sinyal penghambatan tambahan, dan/atau perubahan dalam
cytoskeleton aktin (misalnya, White et al., 2006 ; Burns et al., 2008 ; Laine et al.,
2010 ; McCullar et al., 2010 ; Oesterle et al., 2011 ; Liu et al., 2012c ). Telah
ditunjukkan bahwa sel induk pluripotent, terdapat dalam regenerasi organ-organ
seperti usus dan kulit, tetapi tidak ada pada koklea dewasa. Sementara sel yang
menyerupai sel induk telah diisolasi dari koklea tikus baru lahir, namun belum
diidentifikasi dalam koklea tikus dewasa ( Oshima et al., 2007 ).
Sementara sel-sel pendukung dalam organ corti yang terluka tidak mengisi
kembali jaringan epitel dengan sel-sel rambut pengganti, sel-sel pendukung secara
aktif terlibat dalam proses perbaikan. Mereka memperluas, mengatur ulang, dan
mengembangkan pembentukan bekas luka di permukaan apikal lamina retikularis
di tempat hilangnya sel rambut (misalnya, Hawkins, 1976 ; Johnsson et al.,
1981 ; Forge, 1985 ; Raphael dan Altschuler, 1991a , b ). Bekas luka tersebut
mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan epitel sensorik, karena mencegah
pencampuran endolymphatic dan cairan organ corti, dengan demikian
mempertahankan potensi endolymphatik dan memastikan bahwa sisa sel rambut
dapat terus berfungsi ( Bohne dan Rabbitt, 1983 ; Forge, 1985).
6
Sel-sel rambut auditori beroperasi dalam lingkungan ekstraseluler yang
didefinisikan secara tepat yang mendukung pemindahan mekanis. Stereocilia yang
memanjang dari permukaan lumen sel rambut berada dalam endolimfe, cairan
ekstraseluler yang unik dengan konsentrasi kalium yang tinggi, sedangkan
permukaan sel rambut basolateral dikelilingi oleh cairan interseluler dalam organ
corti, perilimfe interstitial dengan komposisi kalium yang sangat rendah. Sel-sel
pendukung membentuk penghalang jaringan epitel penting dengan sel-sel rambut
yang membatasi aliran ion antara interstitial endolimfe dan perilimfe. Pertemuan
antara endolimfe dan perilimfe pada permukaan endolymphatic jaringan epitel
adalah komponen penting dari inhibisi ini. Studi terbaru menunjukkan bahwa
mutasi pada pertemuan antara protein CLDN9, CLDN14, dan TRIC
memungkinkan jalan masukknya endolimfe pada ruang cairan dalam organ corti
dan mengakibatkan degenerasi sel rambut (Wilcox et al., 2001 ; Ben-Yosef et al.,
2003 ; Riazuddin et al., 2006 ; Nakano et al., 2009 ). Peningkatan kadar kalium
yang mengelilingi membran basolateral sel-sel rambut dianggap sebagian besar
penyebab kematian sel rambut ( Raphael et al., 2007 ).
7
Makrofagus dibawa ke organ Corti yang rusak (mis., Hirose et al., 2005 ),
tetapi mereka tidak dianggap memainkan peran penting dalam memperbaiki organ
setelah kehilangan sel rambut ( Taylor et al., 2012)). Telah pastikan bahwa
proteolysis calpain mungkin terlibat dalam perubahan struktural dalam proses
Deiter’s phalangeal yang terlibat dalam proses pembentukan bekas luka yang
mengikuti hilangnya sel rambut luar ( Ladrech et al., 2004 ). Penelitian
selanjutnya diperlukan untuk mengidentifikasi sinyal yang memediasi
penghapusan sel rambut yang telah mati oleh sel-sel pendukung dan mengontrol
pembentukan bekas luka. Dapat dibayangkan bahwa meminimalkan atau
mencegah pembentukan bekas luka sel dapat membantu proses regeneratif pada
organ Corti yang rusak.
8
diperbaiki yang terus menunjukkan beberapa fitur molekul dan struktural khusus
( Gambar 2B, D-E ) dan pada pendeknya sel-sel kuboid yang tidak digambarkan
dalam epitel pipih yang tidak memiliki fitur-fitur dari sel-sel pendukung yang
berdiferensiasi ( Gbr. 2C, F-G). Kedua jenis jaringan epitel dapat membentuk
substrat untuk terapi potensial di masa depan dalam kasus klinis, dan memahami
karakteristik sel yang tersisa setelah hilangnya sel rambut akan sangat penting
untuk mengidentifikasi prosedur regeneratif yang layak. Kondisi sel yang tersisa
kemungkinan akan menentukan pilihan terapi. Sangat sedikit yang diketahui
mengenai karakteristik sel yang tersisa, dan dirangkum di bawah ini.
Pertama melihat pada jaringan epitel kolumnar yang diperbaiki, di mana
sel-sel pendukung yang terdiferensiasi tetap terlepas dari kehilangan sel rambut
yang masif atau kehilangan seluruh sel rambut, telah dihipotesiskan bahwa
pendekatan reparatif di masa depan mungkin lebih berhasil ketika sel-sel
pendukung yang dibedakan tetap dalam jaringan. Sebuah studi kontroversial, yang
masih harus diverifikasi di tempat lain, melaporkan bahwa memaksa pengeluaran
Atoh1 dalam organ marmut dewasa yang rusak, berbeda dari Corti (mengandung
pilar dan sel Deiters') menginduksi sel-sel pendukung untuk diubah menjadi sel-
sel rambut (Izumikawa et al., 2005).
9
dipertahankan dalam perbaikan organ Corti ketika sel-sel pendukung kolumnar
tetap ada meskipun sel rambut hilang secara besar atau menyeluruh (Taylor et al.,
2012). Taylor dan rekan (2012) menunjukkan bahwa glutamat aspartate
transporter (GLAST), yang pengeluarannya meningkat di inner border, inner
phalangeal, dan sel Deiters 'selama tahap terakhir pengembangan organ Corti (Jin
et al., 2003), dipertahankan, dan pola pengeluaran connexin dan hubungan antar
sel gap-junctional, termasuk kompartementalisasi sel digabungkan dalam organ,
dipertahankan dalam jaringan epitel kolumnar yang diperbaiki (Taylor et al.,
2012).
Melihat jaringan epitel pipih, lesi parah pada organ Corti dewasa dapat
menyebabkan hilangnya sel-sel rambut dan sel-sel pendukung yang
terdiferensiasi. Berbagai etiologi dapat menyebabkan degenerasi jaringan epitel
auditori menjadi keadaan datar, termasuk presbikusis berat (Bhatt et al., 2001),
cedera ototoksik parah (Coco et al., 2007; Forge et al., 1998; Kim dan Raphael ,
2007), patologi koklea herediter (Webster, 1992), atau implantasi implan koklea
(Nadol et al., 1994). Bercak kecil jaringan epitel pipih dapat diselingi dengan
segmen sel epitel kolumnar yang diperbaiki yang berisi pilar dan sel Deiters tetapi
tidak dapat mengganti sel-sel rambut yang hilang (Gbr. 2F-G). Transisi dari
jaringan epitel kolumnar yang diperbaiki ke jaringan epitel pipih tiba-tiba, tanpa
bukti untuk tahap menengah antara sel dengan spesialisasi sitoskeletal dari pilar
yang dibedakan dan sel Deiters 'dan sel-sel berbentuk seperti kuboid sederhana
dari sel epitel pipih (Taylor et al., 2012, Fig 2F – G).
10
Mekanisme yang menginduksi transformasi jaringan epitel yang rusak
menjadi jaringan epitel datar yang tidak berdiferensiasi tidak jelas. Tidak
diketahui apakah jaringan epitel pipih terdiri dari sel-sel pendukung yang telah
berdiferensiasi, atau apakah sel-sel dalam jaringan epitel pipih berasal dari daerah
yang mengapit, seperti sulkus dalam atau luar, dengan sel-sel mengapung yang
bermigrasi ke daerah yang rusak untuk menggantikan sel pendukung yang telah
mati. Seperti dibahas sebelumnya, sel-sel pendukung peka terhadap paparan
tertentu yang dapat menyebabkan kematian sel dukungan primer.
Degenerasi tertunda sekunder juga dapat terjadi (Forge et al., 1998). Saat
ini, tidak ada bukti langsung yang mendukung sel berdiferensiasi ke dalam sel
skuamosa epitel pipih yang kurang jelas. Berkurangnya jumlah sel terlihat pada
jaringan epitel pipih relatif terhadap jaringan epitel kolumnar yang diperbaiki
dengan sel-sel pendukung yang terdiferensiasi, yang mengarah ke spekulasi
bahwa kematian sel dan pilar Deiters telah terjadi (Taylor et al., 2012). Penelitian
di masa depan tentang pemetaan sel, penelitian isolasi sel dan analisis
transkriptome, dan karakterisasi fenotipik jaringan epitel pipih harus membantu
menentukan identitas sel-sel ini, dan ini akan memfasilitasi manipulasi genetik
masa depan sel-sel ini untuk tujuan terapeutik.
Protein yang telah dideteksi dalam jaringan epitel datar termasuk protein
ZO-1 (Kim dan Raphael, 2007) dan protein gap-junction connexin 26 dan
connexin 30 (Taylor et al., 2012), menunjukkan bahwa sel-sel dalam epitel pipih
terhubung satu sama lain dengan tight and gap junction. Kadar protein
penghambat siklus sel p27Kip1 yang rendah terlihat pada jaringan epitel pipih
relatif terhadap organ Corti normal, dan sel-sel pada jaringan epitel pipih, berbeda
dengan perbaikan jaringan epitel yang berdiferensiasi, selalu bergerak. Jaringan
epitel pipih dapat mengalami fase proliferasi yang kuat (Kim dan Raphael, 2007).
11
Fig.2. Lesion Phatologies pada kerusakan berat organ Corti. Diagram skema pada organ normal Corti (A) dan
dua lesion pathologies terlihat oada keruskan berat organ Corti, jaringan epitel kolumnal yang diperbaiki (B)
dan jaringan epitel datar (C). Sel rambut (merah) tidak ada pada kedua lesion phatologies. Sel pendukung
yang telah berlainan (kuning) tetap berada pada jaringan epitel kolumnar yang telah diperbaiki. Sel-sel
Deiters’ dapat menyebar pada seluruh terowongan daerah Corti di jaringan epiter kolumnar yang telah
diperbaiki (Taylor et al., 2012). Jenis kerusakan jaringan epitel bisa merupakan prosedur regeneratif. (D – G)
Kerusakan Organ tikus dewasa C57BL/6 oleh kombinasi aminoglikosida-diuretic, sebelumnya telah
digambarkan (satu suntikan dosis tinggi kanamycin digabungkan dengan suntuikan furomide, Oesterle et al.,
2008; Oesterle dan Campbelle, 2009). Jaringan yang telah dikumpulkan dua bulan steleah diberikan suntikan,
dipersiapkan sebagai seluruh tumpukan, diberi label immunolabel pada acetylated tubulin (green), dan
bagian inti diberikan perlawanan dengan DAPI (blue) setelah sebelumya digambarkan (Oesterle dan
Campbell, 2009). Keseluruhan gambar pada D – G diambil dari seluruh persiapan pada pertengahan proses.
Yang ditunjukkan adalah projeksi dari point terbesar dari confocal Z-series menjangkau seluruh bagian dalam
jaringan epitel. (D – E) jaringan epitel kolumnar. Beberapa sel pendukung dipertahanan di jaringan epitel
kolumnar yang langsung dihubungkan untuk mengeluarkan acetylate tubulin (bagian tertentu ditunjukkan
dengan warna golongan putih), bagian-bagian dari sel Pillar dan Deiters’ yang telah berlainan, bercampur
baur dengan kumpulan intracellular microtubule yang berada pada subtipe sel pendukung. Pelabelan
acetylated tubulin juga berada pada daerah sel Claudius (C). (F – G) sedikit peregangan oleh jaringan epitel
datar (panah putih) diapit oleh daerah jaringan epitel kolumanar yang diperbaiki. Perhatikan bahwa transisi
mendadak pada daerah dan masa jenis inti sel yang menurun, tidak adanya pelabelan acetylated tubulin pada
jaringan epitel datar. Skala ukuran pada D = 20 mikrometer dan berlaku pada panel D – F
12
6. Peran sel pendukung auditori dalam memelihara sel ganglion spiral
setelah trauma
Pemicu kehilangan SGN mungkin berasal dari sel-sel tersebut dari pada
bagain dalam sel rambut. Ide ini didasarkan pada pengamatan berikut: (1) sel
dewasa mengekspresikan faktor trophic yang meningkatkan kemampuan bertahan
SGN (mis. Faktor neurotropik brain-derived) BDNF dan neurothropin-3 (NT3):
Sobkowicz et al., 2002; Stankovic et al., 2004; Sugawara et al., 2007; Zuccotti et
al., 2012); (2) transgenetika model tikus yang menunjukkan disfungsi sel
pendukung menyebabkan disfungsi SGN. Sebagai contoh, kehilangan reseptor
erbB pada se pendukung koklea mengarah ke degenerasi SGN setelah perbaikan
pendengaran tanpa ada kehilangan sel rambut atau sel pendukung. (Stankovic et
al., 2004).
Studi dalam BDNF knock-out tikus menunjukkan BDNF hal yang krusial
dalam memelihara pengiriman daerah dan jumlah sel rambut (Zuccotti et al.,
2012); (3) studi menggunakan model tikus yang kehilangan sel rambut dalam,
tidak mencakup noise atau obat ototoxic yang telah memperlihatkan bahwa sel
rambut tidak diperlukan guna mempertahankan kelangsungan SGN pada koklea
dewasa. Tikus kekurangan genetika untuk thiamine dosis tinggi ( vitamin b1)
transporter (Slc19a2) memliki struktur dan fungsi koklea normal ketika di
13
berikan diet regular (thiamine-rich), dan keterbatasan thiamine menyebabkan
kehilangan sel rambut yang meyebarluas tanpa kekurangan SGNs yang signifikan
(Zilberstein et al., 2012); dan (4) korelasi antara sel rambut dalam dan kematian
SGN menimbulkan trauma pendengaran dan obat ototoksik biasanya
menghancurkan kebanyakan sel pendukung di tempat dimana sel rambut dalam
degenerasi (Sugawara et al., 2005), dan trauma berpengaruh pada neuronal
(Spoendlin, 1971; Liberman and Mulroy,1982; Robertson,1983).
7. Kesimpulan
14
menghasilkan sel dengan karakteristik sel rambut dari sel induk embrionik tikus
dan sel induk pluripotent (Li et al., 2003; Oshima et al., 2010b; reviewed in
Groves, 2010; Oshima et al., 2010a; de Felipe et al., 2011). Kedua pendekatan
tersebut menjanjikan dan memahami lebih banyak tentang sel-sel yang tersisa di
telinga yang rusak adalah prasyarat yang jelas untuk mecapai tujuan regenerasi
sel-sel rambut pengganti di telinga manusia yang rusak.
Kompleksitas telinga rusak parah, dengan sisa dari epitel pipih dan
kolumnar yang diperbaiki dalam telinga individu dapat memerlukan aplikasi lebih
dari satu pendekatan terapi (Taylor et al., 2012). Penelitian dalam beberapa
dekade terakhir telah mengungkapkan peristiwa intraselluler kunci yang dapat
menyebabkan kematian sel rambut dan kandidat pelindung seperti anti-oksidan,
caspase inhibitors, jun kinase inhibitors, da faktor pertumbuhan telah di evaluasi
(Kopke et al., 1997; Liu et al., 1998; Yamasoba et al., 1999; Matsui et al., 2002;
Sugahara et al., 2006; ditinjau in Shibata and Raphael, 2010). Sebaliknya, sedikit
yang diketahui tentang gejala intraseluler yang menyebabkan kematian sel
pendukung potensial pelindung. Meminimalkan kematian sel pendukung terbukti
penting dalam pendekatan reparatif masa depan mungkin lebih berhasil ketika sel-
sel pendukung terdiffrensiasi tetap dalam jaringan (Izumikawa et al., 2008).
15