Kelompok 1
Lathifah riezkika yoana
Azimah
Nurul aulia
Wilsa gusfareza
Dewi rapenda s
Vitocer noverio
DAFTAR ISI
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul askep gastreonteritis ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
Elmukhsinur, S.Kep, M.Biomed pada matakuliah keperawatan medikal bedah. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang askep gastroenteritis bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Elmukhsinur, S.Kep, M.Biomed , selaku dosen
mata kuliah keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 1
BAB I
KONSEP GASTROENTERITIS
A. Definisi gastroenteritis
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus
dan parasit yang pathogen (Bararah, 2013).
Diare merupakan pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa jugadidefinisikan
sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Vivian, 2010).
B. Klasifikasi gastroenteritis
C. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari
penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare
akan mempercepat tindakan penanggulangannya.Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Faktor
penyebab diare, antara lain :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya.
(2) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dan lainlain.
(3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa,
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida
albicans)
b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media
akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor Malabsorbs
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);,
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak, yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, baracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas (jarang terjadi
tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar).Selain kuman, ada beberapa perilaku
yang dapat meningkatan resikoterjadinya diare, yaitu :
1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.
2) Menggunakan botol susu.
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
4) Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum
menjamaah makanan.
D. Manisfestasi klinis
Menurut Suriadi (2010) antara lain adalah sebagai berikut:
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,
Keram abdominal
Anorexia
Lemah, Pucat
E. Patofisiologi gastroenteritis
Patofisiologi dari diare adalah meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari ganguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potassium dan akibat bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan
dapat terjadi asidosis metabolik. Diare yang terjadi merupakan proses dari transport aktif
akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi
fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbs
cairan dan elektrolit (Suriadi, 2010).
Pathway
Resiko defisit
nutrisi
Nyeri akut
Hipovolemia
F. Pemeriksaan diagnostik
Menurut (Lestari, 2016) diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik :
1 Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- pH dan kadar gula dalam tinja
- Bila perlu dilakukan uji bakteri untuk mengetahui organism penyebabnya, dengan
melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlahsel darah
putih.
4. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dengan menentukan pH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup.
5. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
6.Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atauparasit
secara kuantitatif, terutama dilakuan pada penderita diare kronik.
G. Komplikasi gastroenteritis
Muntah dan diare yang dialami penderita gastroenteritis menyebabkan tubuh kehilangan
banyak cairan dan nutrisi, Kondisi ini dapat memicu munculnya gejala dehidrasi yang
meliputi:
1. Pusing
2. Mudah lelah dan mengantuk
3. Rasa haus terus menerus
4. Mulut kering
5. Urine berwarna pekat atau gelap
BAB II
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, psikal assesment. Kaji data
menurut Ambarwati Fitri Respati dan Nasution Nita (2012) adalah :
1. Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan No telpon
2. Keluhan utama
Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan cair (GE tanpa dehidrasi), Bab
4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau Bab > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE
berlangsung < 14 hari maka GE tersebut adalah GE akut, sementara apabila langsung selama
14 hari atau lebih adalah GE persisten.
3. Riwayat penyakit sekarang
menurut suharyono (1999:59)
a) Keadaan umum klien. suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menuru atau tidak
ada, dan kemungkinan timbul GE.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
e) Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
4. Riwayat kesehatan
a) Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi atau berakibat berat
pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir,
sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
b) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena factor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE
c) Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE. Informasi diperlukan
untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan GE.
5. Riwayat nutrisi
Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:
a) Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan yang tidak biasa
dimakannya.
b) Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa).
Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus dan ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, sudah malas minum atau tidak mau minum.
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
2) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
3) Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b) Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan
cara mencubit daerah perut atau tangan menggunakan kedua ujung jari (buka kedua kuku).
Apabila turgor kembali dengan cepat (Kurang dari 2 detik), berarti GE tersebut tanpa
dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini
berarti GE dengan dehidrasi ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan
kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk GE dengan dehidrasi berat.
c) Kepala Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada anak berusia di bawah
2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun – ubun cekung kedalam.
d) Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
e) Mulut dan lidah
1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
f) Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus yaitu :
1) Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda lain
2) Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit
3) Perkusi : biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung
4) Palasi :Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi distensi perut
g) Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
h) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam meningkatkan
diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang
perlu dilakukan pada klien yang mengalami GE, yaitu:
- Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopis maupun mikroskopi dengan kultur
- Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test) dan lemak
2. Diagnosis keperawatan
Objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
Berat badan turun tiba - tiba
3. Risiko defisit nutrisi d.d faktor resiko ketidakmampuan mencerna makanan dan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
3. Intervensi keperawatan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis ( mis . NaCl ,
RL )
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis ( mis . glukosa
2,5 % , NaCl 0,4 % )
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid ( mis . albumin ,
Plasmanate )
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
3. 3.setelah dilakukan intervensi
4. keperawatan selama 1x24 jam MANAJEMEN GANGGUAN
maka status nutrisi membaik, MAKAN
dengan kriteria hasil : Observasi
1. porsi makanan yang 1. Monitor asupan
dihabiskan meningkat keluarnya makanan
2. nyeri abdomen menurun dan cairan serta
3. diare menurun kebutuhan kalori
4. berat badan membaik Terapeutik
5. indeks masa tubuh membaik
2. Timbang berat badan
6. frekuensi makan membaik
secara rutin
7. nafsu makan membaik
3. Diskusikan perilaku
makan dan jumlah
aktivitas fisik yang
sesuai
4. lakukan kontrak
perilaku
5. berika penguatan
positif terhadap
keberhasilan target
dan perubahan
perilaku
Edukasi
1. Anjurkan pengaturan diet
yang tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengandengan
ahdengan ahli gizi tentang
target berat badan, kebutuhan
kalori dan pilihan makanan
MANAJEMEN NUTRISI
Observasi
Terapeutik
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan,
jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu