Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : keperawatan medical bedah I
Dosen pengampu : Ns. Elmukhsinur, S.Kep, M.Biomed

Kelompok 1
Lathifah riezkika yoana
Azimah
Nurul aulia
Wilsa gusfareza
Dewi rapenda s
Vitocer noverio
DAFTAR ISI

ASUHAN KEPERAWATAN GASTROENTERITIS..............................................................1


DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
KONSEP GASTREONTERITIS...............................................................................................4
A. Definisi gastroenteritis.................................................................................................4
B. Klasifikasi gastroenteritis............................................................................................4
C. Etiologi........................................................................................................................5
D. Manisfestasi klinis.......................................................................................................6
E. Patofisiologi gastroenteritis.........................................................................................6
F. Pemeriksaan diagnostik...................................................................................................7
G. Komplikasi gastroenteritis...........................................................................................8
BAB II........................................................................................................................................9
Asuhan keperawatan gastroenteritis...........................................................................................9
1. Pengkajian.......................................................................................................................9
2. Diagnosis keperawatan..................................................................................................11
3. Intervensi keperawatan..................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul askep gastreonteritis ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
Elmukhsinur, S.Kep, M.Biomed  pada matakuliah keperawatan medikal bedah. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang askep gastroenteritis bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Elmukhsinur, S.Kep, M.Biomed , selaku dosen
mata kuliah keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pematang reba, 30 agustus 2022

Kelompok 1
BAB I

KONSEP GASTROENTERITIS
A. Definisi gastroenteritis

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri, virus
dan parasit yang pathogen (Bararah, 2013).
Diare merupakan pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa jugadidefinisikan
sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak
dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan
neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air besar (Vivian, 2010).

B. Klasifikasi gastroenteritis

Menurut Wong (2008), diare dapat diklasifikasikan, sebagai berikut:


1. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut didefenisikan sebagai
peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius
dalam traktus Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi saluran
napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut biasanya sembuh sendiri
(lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika
dehidrasitidak terjadi.
2. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan air
dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis terjadi
karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi
kekebalan, alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau sebagai
akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak memadai.
3. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi dalam usia minggu
pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai
penyebabnya dan bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang paling
sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara memadai.
4. Diare kronis nonspesifik
Diare ini juga dikenal dengan istilah kolon iritabel pada anak atau diare todler, merupakan
penyebab diare kronis yang sering dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54
minggu. Feses pada anak lembek dan sering disertai dengan partikel makanan yang tidak
tercerna, dan lamanya diare lebih dari 2 minggu. Anakanak yang menderita diare kronis
nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan tidak terdapat gejala malnutrisi, tidak ada
darahdalam fesesnya serta tidak tampak infeksi enterik.

C. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari
penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan penyakit diare
akan mempercepat tindakan penanggulangannya.Penyakit diare terutama pada bayi perlu
mendapatkan tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana bisa terlambat. Faktor
penyebab diare, antara lain :

1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
(1) Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya.
(2) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dan lainlain.
(3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa,
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida
albicans)
b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti: otitis media
akut (OMA) , tonsilitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

2. Faktor Malabsorbs
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa);,
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak, yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2) Malabsorbsi lemak.
3) Malabsorbsi protein.
3. Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, baracun dan alergi terhadap
jenis makanan tertentu.

4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis yaitu rasa takut dan cemas (jarang terjadi
tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar).Selain kuman, ada beberapa perilaku
yang dapat meningkatan resikoterjadinya diare, yaitu :
1) Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.
2) Menggunakan botol susu.
3) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar.
4) Air minum tercemar dengan bakteri tinja.
5) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, atau sebelum
menjamaah makanan.

D. Manisfestasi klinis
Menurut Suriadi (2010) antara lain adalah sebagai berikut:

 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer,

 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi;

 turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun)

 ubun ubun dan mata cekung

 membran mukosa kering

 Keram abdominal

 Demam, Mual dan muntah

 Anorexia

 Lemah, Pucat

 Perubahan tanda tanda vital; nadi dan pernafasan cepat ,

 Menurun atau tidak ada pengeluaran urin.

E. Patofisiologi gastroenteritis

Patofisiologi dari diare adalah meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada
intestinal merupakan akibat dari ganguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang
berlebihan, cairan sodium, potassium dan akibat bikarbonat berpindah dari rongga
ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan
dapat terjadi asidosis metabolik. Diare yang terjadi merupakan proses dari transport aktif
akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel dalam
mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi
fungsi permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbs
cairan dan elektrolit (Suriadi, 2010).
Pathway

Resiko defisit
nutrisi

Nyeri akut
Hipovolemia

F. Pemeriksaan diagnostik

Menurut (Lestari, 2016) diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
fisik :
1 Pemeriksaan tinja
- Makroskopis dan mikroskopis
- pH dan kadar gula dalam tinja
- Bila perlu dilakukan uji bakteri untuk mengetahui organism penyebabnya, dengan
melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlahsel darah
putih.
4. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dengan menentukan pH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup.
5. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
6.Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atauparasit
secara kuantitatif, terutama dilakuan pada penderita diare kronik.

G. Komplikasi gastroenteritis

Muntah dan diare yang dialami penderita gastroenteritis menyebabkan tubuh kehilangan
banyak cairan dan nutrisi, Kondisi ini dapat memicu munculnya gejala dehidrasi yang
meliputi:
1. Pusing
2. Mudah lelah dan mengantuk
3. Rasa haus terus menerus
4. Mulut kering
5. Urine berwarna pekat atau gelap
BAB II

Asuhan keperawatan gastroenteritis

1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, psikal assesment. Kaji data
menurut Ambarwati Fitri Respati dan Nasution Nita (2012) adalah :
1. Identitas pasien/biodata
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama orang tua,pekerjaan dan No telpon
2. Keluhan utama
Buang air besar (Bab) lebih dari 3 kali sehari, Bab < 4 kali dan cair (GE tanpa dehidrasi), Bab
4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau Bab > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila GE
berlangsung < 14 hari maka GE tersebut adalah GE akut, sementara apabila langsung selama
14 hari atau lebih adalah GE persisten.
3. Riwayat penyakit sekarang
menurut suharyono (1999:59)
a) Keadaan umum klien. suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan menuru atau tidak
ada, dan kemungkinan timbul GE.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah GE.
e) Apabila telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi
f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi.
4. Riwayat kesehatan
a) Riwayat imunisasi terutama campak, karena GE lebih sering terjadi atau berakibat berat
pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir,
sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
b) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena factor ini
merupakan salah satu kemungkinan penyebab GE
c) Riwayat penyakit yang terjadi sebelum, selama, atau setelah GE. Informasi diperlukan
untuk melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan GE.
5. Riwayat nutrisi
Riwayat pola makanan sebelum sakit GE meliputi:
a) Konsumsi makanan penyebab GE, pantangan makanan atau makanan yang tidak biasa
dimakannya.
b) Perasaan haus. Pada pasien yang GE tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa).
Pada dehidrasi ringan/sedang pasen merasa haus dan ingin minum banyak. Sedangkan pada
dehidrasi berat, sudah malas minum atau tidak mau minum.
6. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
2) Gelisah, (dehidrasi ringan atau sedang)
3) Lesu, lemah ,lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
b) Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan
cara mencubit daerah perut atau tangan menggunakan kedua ujung jari (buka kedua kuku).
Apabila turgor kembali dengan cepat (Kurang dari 2 detik), berarti GE tersebut tanpa
dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubit kembali dalam waktu 2 detik), ini
berarti GE dengan dehidrasi ringa/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan
kembali lebih dari 2 detik), ini termasuk GE dengan dehidrasi berat.
c) Kepala Pada klien dewasa tidak di temukan tanda – tanda tapi pada anak berusia di bawah
2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya ubun – ubun cekung kedalam.
d) Mata. Kelopak mata tampak cekung bila dehidrasi berat saja
e) Mulut dan lidah
1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi)
2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang)
3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat)
f) Abdomen kemungkinan mengalami distensi kram dan bising usus yaitu :
1) Inspeksi : melihat permukaan abdomen simetris atau tidak dan tanda lain
2) Auskultasi : Terdengar bising usus meningkat > 30 x/ menit
3) Perkusi : biasanya Terdengar bunyi tympani / kembung
4) Palasi :Ada tidak nyeri tekan epigastrium kadang juga terjadi distensi perut
g) Anus, apakah terdapat iritasi pada kulitnya
h) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam meningkatkan
diagnosis yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula. Pemeriksaan yang
perlu dilakukan pada klien yang mengalami GE, yaitu:
- Pemeriksaan tinja, baik secara mikroskopis maupun mikroskopi dengan kultur
- Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (ph, Clini Test) dan lemak

2. Diagnosis keperawatan

1. Diare b.d inflamasi gastrointestinal


Gejala dan tanda mayor
Subjektif
-
Objektif
1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam
Fases lembek atau cair

Gejala dan tanda minor


Subjektif
1. Urgency
2. Nyeri/kram abdomen
Objektif
1. Frekuensi paristatik meningkat
Bising usus hiperaktif

2. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif


Gejala dan tanda mayor
Subjektif : -
Objektif :
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan nadi menyempit
5. Turgor kulit menurun
6. Membran mukosa kering
7. Volume urin menurun
Hematokrit meningkat

Gejala dan tanda minor


Subjektif
1. Merasa lemah
2. Mengeluh haus

Objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
Berat badan turun tiba - tiba

3. Risiko defisit nutrisi d.d faktor resiko ketidakmampuan mencerna makanan dan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient

3. Intervensi keperawatan

No Tgl/jam Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


Dx
1 1. Setelah dilakukan intervensi MANAJEMEN DIARE
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
maka eliminasi fekal membaik 1. Identifikasi penyebab diare
dengan kriteria hasil : ( mis. Inflamasi
gastrointestinal, iritasi
1. Control pengeluaran gastrointestinal, proses infeksi,
feses meningkat melabsorpsi, ansietas, stress,
2. Konsistensi feses efek obat-obatan)
membaik 2. Identifikasi riwayat pemberian
3. Frekuensi defekasi makanan
membaik 3. Monitor warna, volume,
4. Nyeri abdomen frekuensi dan konsistensi tinja
menurun 4. Monitor tanda dan gejala
Kram abdomen menurun hipovelemia (Takikardi, nadi
teraba lemah, tekanan darah
turun, turgor kulit turun,
mukosa mulut kering, bb
menurun )
5. Monitor jumlah pengeluaran
diare
6. Monitor keamanan penyiapan
makanan
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
( larutan garam gula, oralit)
2. Pasang jalur intravena
3. Berikan cairan intravena
(ringer asetat, ringer laktat)
4. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
5. Ambil sampel fases untuk
kultur
Edukasi
1. Anjurkan makanan porsi kecil
dan sering secara bertahap
2. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung
laktosa
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas (loperamid,
difenoksilat)
2. Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses (atapulgit,
smektit, kaolin-pektin)
PEMANTAUAN CAIRAN
Observasi
1. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor tekanan darah
3. Monitor berat badan
4. Monitor elastisitas atau
turgor kulit
5. Identifikasi tanda-tanda
hipovelemia (frekuensi nadi
meningkat, nadi terasa
lemah, tekanan darah
menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa
kering, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
Terapeutik
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan
2 2.Setelah di lakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam Menajemen hipovolemia
maka satatus cairan membaik Tindakan
dengan kriteria hasil : Observasi
1. Frekuensi nadi 1. Periksa tanda dan gejala
membaik hipovolemia ( mis . frekuensi
2. Tekanan darah nadi meningkat , nadi teraba
membaik lemah , tekanan darah
3. Membran mukosa menurun , tekanan nadi
membaik menyempit , turgor kulit
4. Tugor kulit meningkat menurun , membran mukosa
5. Berat badan membaik kering , volume urin menurun
6. Perasaan lemah , hematokrit meningkat , haus
menurun , lemah )
7. Suhu tubuh membaik 2. Monitor intake dan output
8. Status mental membaik cairan

Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified
Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
IV isotonis ( mis . NaCl ,
RL )
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis ( mis . glukosa
2,5 % , NaCl 0,4 % )
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid ( mis . albumin ,
Plasmanate )
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
3. 3.setelah dilakukan intervensi
4. keperawatan selama 1x24 jam MANAJEMEN GANGGUAN
maka status nutrisi membaik, MAKAN
dengan kriteria hasil : Observasi
1. porsi makanan yang 1. Monitor asupan
dihabiskan meningkat keluarnya makanan
2. nyeri abdomen menurun dan cairan serta
3. diare menurun kebutuhan kalori
4. berat badan membaik Terapeutik
5. indeks masa tubuh membaik
2. Timbang berat badan
6. frekuensi makan membaik
secara rutin
7. nafsu makan membaik
3. Diskusikan perilaku
makan dan jumlah
aktivitas fisik yang
sesuai
4. lakukan kontrak
perilaku
5. berika penguatan
positif terhadap
keberhasilan target
dan perubahan
perilaku
Edukasi
1. Anjurkan pengaturan diet
yang tepat
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengandengan
ahdengan ahli gizi tentang
target berat badan, kebutuhan
kalori dan pilihan makanan
MANAJEMEN NUTRISI
Observasi

1. Identifikasi status nutrisi


2. Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang
disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
7. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

1. Lakukan oral hygiene


sebelum makan, jika perlu

2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
3. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
5. Berikan suplemen makanan,
jika perlu

   Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika


mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan 
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah 
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai