1. Pengertian
2. Klasifikasi Diare
a. Diare akut
Merupakan penyebab utama keadaan sakit pada balita. Diare akut
didefenisikan sebagai peningkatan atau perubahan frekuensi defekasi
yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus
Gastroenteritis Infeksiosa (GI). Keadaan ini dapat menyertai infeksi
saluran napas atau (ISPA) atau infeksi saluran kemih (ISK). Diare akut
biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan
mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.
b. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan
kandungan air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14
hari. Kerap kali diare kronis terjadi karena keadaan kronis seperti
sindrom malabsorpsi, penyakit inflamasi usus, defisiensi kekebalan,
alergi makanan, intoleransi latosa atau diare nonspesifik yang kronis,
atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang tidak
memadai.
c. Diare intraktabel
Yaitu diare membandel pada bayi yang merupakan sindrom pada bayi
dalam usia minggu pertama dan lebih lama dari 2 minggu tanpa
ditemukannya mikroorganisme patogen sebagai penyebabnya dan
bersifat resisten atau membandel terhadap terapi. Penyebabnya yang
paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak ditangani secara
memadai.
3. Etiologi
Ngastiyah (2014), mengatakan diare dapat disebabkan oleh
berbagai infeksi, selain penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare
sebenarnya merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem
gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi
sekarang lebih dikenal dengan “penyakit diare”, karena dengan sebutan
penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangannya. Penyakit
diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena
dapat membawa bencana bisa terlambat.
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari
kehidupan.
b. Faktor malabsorpsi,
1) Gangguan osmotik
Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di
usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus Akibatnya
akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat.
Gangguan osmotik meningkat menyebabkan terjadinya pergeseran
air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Hal ini menyebabkan
banyak cairan ditarik ke dalam lumen usus dan akan menyebabkan
terjadinya hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak
diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare
(Nursalam, 2008).
2) Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga
usus (Nursalam, 2008).
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bisa
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari diare yaitu
kehilangan air dan elektrolit yang dapat menyebabkan cairan
ekstraseluler secara tiba-tiba cepat hilang, terjadi ketidakseimbangan
elektrolit yang mengakibatkan syok hipovolemik dan berakhir pada
kematian jika tidak segera diobati (Nursalam, 2008).
c. Faktor makanan, ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu
diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang
mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare (Hidayat, 2008). Diare akut berulang dapat
menjurus ke malnutrisi energi protein, yang mengakibatkan usus halus
mengalami perubahan yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke
defisiensi enzim yang menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan
terjadilah diare berulang yang kronik. Anak dengan PEM terjadi
perubahan respons imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit
terlambat, berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang
beredar.yang disebabkan oleh PEM tersebut menjurus ke defisiensi enzim
yang menyebabkan absorpsi yang tidak adekuat dan terjadilah diare
berulang yang kronik. Anak dengan PEM terjadi perubahan respons
imun, menyebabkan reaksi hipersensitivitas kulit terlambat,
berkurangnya jumlah limfosit dan jumlah sel T yang beredar.
Setelah mengalami gastroenteritis yang berat anak mengalami
malabsorpsi. Malabsorpsi juga terdapat pada anak yang mengalami
malnutrisi, keadaan malnutrisi menyebabkan atrofi mukosa usus, faktor
infeksi silang usus yang berulang menyebabkan malabsorpsi, enteropati
dengan kehilangan protein. Enteropati ini menyebabkan hilangnya
albumin dan imunogobulin yang mengakibatkan kwashiorkor dan infeksi
jalan nafas yang berat (Suharyono, 2008).
d. Faktor psikologis, faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan
makanan yang dapat menyebabkan diare. Proses penyerapan terganggu
(Hidayat, 2008).
5. Manifestasi Klinis
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Jika anak telah banyak kehilangan
cairan dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia, hipovolemia.
Gejala dari dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun, turgor kulit
kembali sangat lambat, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, mukosa
bibir kering.
6. Respon Tubuh
a. Sistem Integumen
b. Sistem Respirasi
c. Sistem Pencernaan
Kekurangan kadar
natrium dan kalium
plasma pada anak yang
diare dapat menyebabkan
nyeri otot, kelemahan
otot, kram dan detak
jantung sangat lambat.
b. Sistem Sirkulasi
c. Sistem Otak
d. Sistem Eliminasi
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Dehidrasi sebagai
prioritas utama
pengobatan. Empat hal
penting yang perlu
diperhatikan
a) Jenis cairan
b) Jumlah cairan
2) Pengobatan dietetik
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Rencana terapi A
b) Jika anak
memperoleh ASI
Eksklusif, berikan
oralit atau air
matang sebagai
tambahan.
b) Umur 1 sampai
5 tahun: 100
sampai 200 ml
setiap kali berak.
a) Agar meminumkan
sedikit-sedikit tapi
sering dari mangkuk/
cangkir/ gelas.
2. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi
ringan/ sedang dengan oralit.
Berikan oralit di klinik
sesuai yang
dianjurkan
selama periode 3
19
20
Respon Tubuh
c. Sistem Integumen
adekuatnya kebutuhan
cairan dan elektrolit pada
jaringan tubuh anak
sehingga kelembapan
kulitpun menjadi
berkurang.
d. Sistem Respirasi
e. Sistem Pencernaan
f. Sistem Muskoloskletal
Kekurangan kadar
natrium dan kalium
plasma pada anak yang
diare dapat menyebabkan
nyeri otot, kelemahan
otot, kram dan detak
jantung sangat lambat.
g. Sistem Sirkulasi
mengakibatkan terjadinya
syok hipovolemik.
h. Sistem Otak
i. Sistem Eliminasi
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Dehidrasi sebagai
prioritas utama
pengobatan. Empat hal
penting yang perlu
diperhatikan
25
a) Jenis cairan
b) Jumlah cairan
diberikan tergantung
dari berat
27
ringannya dehidrasi,
yang diperhitungkan
dengan kehilangan
cairan sesuai dengan
umur dan berat
badannya.
2) Pengobatan dietetik
formula yang
mengandung laktosa
rendah dan asam
lemak tidak jenuh,
misalnya LLM,
Almiron atau sejenis
lainnya).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
cara:
3. Rencana terapi A
b) Jika anak
memperoleh ASI
Eksklusif, berikan
oralit atau air
matang sebagai
tambahan.
b) Umur 1 sampai
5 tahun: 100
sampai 200 ml
setiap kali berak.
d) Agar meminumkan
sedikit-sedikit tapi
sering dari mangkuk/
cangkir/ gelas.
tunggu 10 menit.
Kemudian lanjutkan
lagi dengan lebih
lambat.
4. Rencana terapi B
Penanganan dehidrasi
ringan/ sedang dengan oralit.
Berikan oralit di klinik
sesuai yang
dianjurkan
selama periode 3
Tabel 2.2
Pemberian Oralit
menginginkan, boleh
diberikan lebih
banyak dari pedoman
diatas.
d) Setelah 3 jam
klasifikasikan
kembali
derajat
dehidrasinya.
5. Rencana terapi C
Penanganan
dehidrasi berat
dengan cepat, yaiu
dengan:
a. Memberikan cairan
intravena secepatnya.
Jika anak bisa minum,
beri oralit melalui
mulut sementara infus
dipersiapkan. Beri 100
ml/kg cairan Ringer
Laktat (atau jika tak
tersedia, gunakan cairan
Nacl yang dibagi
sebagai berikut:
40
T
a
b
e
l
2
.
3
P
e
m
b
e
r
i
a
n
C
a
i
r
a
n
41
Umur
P
e
m
b
e
r
i
a
n
P
e
r
t
a
m
a
3
0
m
l
/
k
g
Sela
ma
42
(dalam 30 menit).
1) Larutkan tablet
dengan sedikit air
atau ASI dalam
sendok teh (tablet
akan larut ± 30
detik), segera
berikan kepada anak.
juga dapat
memberikan
perlindungan
terhadap diare
selama 2-3 bulan ke
depan.
Probiotik merupakan
mikroorganisme hidup yang
diberikan sebagai suplemen
makanan yang memberikan
pengaruh menguntungkan
pada penderita dengan
memperbaiki keseimbangan
mikroorganisme usus, akan
terjadi peningkatan kolonisasi
bakteri probiotik di dalam
lumen saluran cerna.
Probiotik dapat meningkatkan
produksi musin mukosa usus
sehingga meningkatkan
respons imun alami (innate
immunity). Probiotik
menghasilkan ion hidorgen
yang akan menurunkan pH
usus dengan memproduksi
asam laktat sehingga
menghambat pertumbuhan
bakteri patogen.
dalam menjaga
keseimbangan flora usus
normal yang mendasari
terjadinya diare. Probiotik
aman dan efektif dalam
mencegah dan mengobati
diare akut pada anak (Yonata,
2016).
3) Kebutuhan nutrisi
yang menyebabkan
malabsorbsi harus
dihindarkan. Pemberian
makanan harus
mempertimbangkan umur,
berat badan dan
kemampuan anak
menerimanya. Pada
umumnya anak umur 1
tahun sudah bisa makan
makanan biasa, dianjurkan
makan bubur tanpa
sayuran pada hari masih
diare dan minum teh.
Hari esoknya jika
54
defekasinya telah
membaik boleh diberi
wortel, daging yang
tidak berlemak
(Ngastiyah, 2014).
8. Komplikasi
b. Adanya ketosis
kelaparan dan
metabolisme lemak
yang tidak sempurna,
sehingga benda keton
tertimbun dalam
tubuh.
55
c. Terjadi penimbunan
asam laktat karena
adanya anoksia
jaringan.
d. Produk metabolisme
yang bersifat asam
meningkat karena
tidak dapat
dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguri
dan anuria).
e. Pemindahan ion
natrium dan cairan
ekstraseluler ke
dalam cairan
intraseluler.
2. Hipoglikemia
56
Hypoglikemia terjadi
pada 2-3% dari anak-anak
yang menderita diare dan
lebih sering terjadi pada
anak yang sebelumnya
sudah menderita
kekurangan kalori protein
(KKP), karena :
b. Adanya gangguan
absorpsi glukosa
(walaupun jarang
terjadi.
3. Gangguan gizi
a. Makanan sering
dihentikan oleh orang
tua karena takut diare
atau muntahnya akan
bertambah hebat,
sehingga orang tua
hanya sering
memberikan air teh
saja.
b. Walaupun susu
diteruskan, sering
diberikan dengan
pengenceran dalam
waktu yang terlalu
lama.
c. Makanan diberikan
sering tidak dapat
dicerna dan diabsorpsi
dengan baik karena
adanya
hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
5. Hiponatremia
1. Pengkajian
a. Anamnesis: pengkajian
mengenai nama lengkap,
jenis kelamin, tanggal
lahir, umur, tempat lahir,
asal suku bangsa, nama
orang tua, pekerjaan
orang tua, dan
penghasilan.
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien
mengalamin buang air
besar (BAB) lebih
dari 3 kali sehari,
BAB < 4 kali dan cair
(diare tanpa
dehidrasi), BAB 4-10
kali dan cair
(dehidrasi ringan/
sedang), atau BAB >
10 kali (dehidrasi
berat). Apabila diare
berlangsung <14 hari
maka diare tersebut
adalah diare akut,
sementara apabila
berlangsung selama
61
2) R
i
w
a
y
a
t
K
e
s
e
h
a
t
a
n
S
e
k
a
r
a
n
g
B
i
a
s
63
a
n
y
a
p
a
s
i
e
n
m
e
n
g
a
l
a
m
i
:
a. Bayi atau anak
menjadi cengeng,
gelisah, suhu
badan mungkin
meningkat, nafsu
makan berkurang
atau tidak ada, dan
kemungkinan
timbul diare.
64
e. Apabila pasien
telah banyak
kehilangan cairan
dan eletrolit, maka
gejala dehidrasi
mulai tampak.
f. Diuresis: terjadi
oliguri (kurang 1
ml/kg/BB/jam)
bila terjadi
dehidrasi. Urine
normal pada diare
tanpa dehidrasi.
65
Urine sedikit
gelap pada
dehidrasi ringan
atau sedang. Tidak
ada urine dalam
waktu 6 jam
(dehidrasi berat)
(Nursalam, 2008).
a. Kemungkinan
anak tidak dapat
imunisasi campak
Diare lebih sering
terjadi pada anak-
anak dengan
campak atau yang
baru menderita
campak dalam 4
minggu terakhir,
sebagai akibat dari
penuruan
kekebalan tubuh
pada pasien.
Selain imunisasi
campak, anak juga
harus mendapat
imunisasi dasar
lainnya seperti
imunisasi BCG,
imunisasi DPT,
66
serta imunisasi
polio.
67
b. Adanya riwayat
alergi terhadap
makanan atau
obat-obatan
(antibiotik),
makan makanan
basi, karena faktor
ini merupakan
salah satu
kemungkinan
penyebab diare.
c. Riwayat air
minum yang
tercemar dengan
bakteri tinja,
menggunakan
botol susu, tidak
mencuci tangan
setelah buang air
besar, dan tidak
mencuci tangan
saat menjamah
makanan.
d. Riwayat penyakit
yang sering terjadi
pada anak berusia
dibawah 2 tahun
biasanya adalah
batuk, panas,
pilek, dan kejang
68
yang terjadi
sebelumnya,
selama, atau
setelah diare.
Informasi ini
diperlukan untuk
melihat tanda dan
gejala infeksi lain
yang
menyebabkan
diare seperti
OMA, tonsilitis,
faringitis,
bronkopneumonia,
dan ensefalitis
(Nursalam, 2008).
Adanya anggota
keluarga yang
menderita diare
sebelumnya, yang
dapat menular ke
anggota keluarga
lainnya. Dan juga
makanan yang tidak
dijamin
kebersihannya yang
69
disajikan kepada
anak. Riwayat
keluarga melakukan
perjalanan ke daerah
tropis (Nursalam,
2008; Wong, 2008).
5) Riwayat Nutrisi
Riwayat pemberian
makanan sebelum
mengalami diare,
meliputi:
a. Pemberian ASI
penuh pada anak
umur 4-6 bulan
sangat
mengurangi resiko
diare dan infeksi
yang serius.
70
b. Pemberian susu
formula. Apakah
dibuat
menggunakan air
masak dan
diberikan dengan
botol atau dot,
karena botol yang
tidak bersih akan
mudah
menimbulkan
pencemaran.
c. Perasaan haus.
Anak yang diare
tanpa dehidrasi
tidak merasa haus
(minum biasa).
Pada dehidrasi
ringan atau sedang
anak merasa haus
ingin minum
banyak.
Sedangkan pada
dehidrasi berat,
anak malas minum
atau tidak bisa
minum (Nursalam,
2008).
71
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
2. Berat badan
Menurut S. Partono
dalam Nursalam
(2008), anak yang
mengalami diare
dengan dehidrasi
biasanya mengalami
penurunan berat
badan, sebagai
berikut:
Tabel 2.4
P
e
r
s
e
n
t
72
a
s
e
K
e
h
i
l
a
n
g
a
n
B
e
r
a
t
B
a
d
a
n
B
e
r
d
73
a
s
a
r
k
a
n
T
i
n
g
k
a
t
D
e
h
i
d
r
a
s
i
74
%
T Kehilanga
ingkat Dehidrasi n Berat
Badan
Bayi
75
3. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Anak berusia di
bawah 2 tahun
yang mengalami
dehidrasi, ubun-
ubunnya biasanya
cekung
b) Mata
Anak yang
mengalami diare
tanpa dehidrasi,
bentuk kelopak
matanya normal.
Apabila
mengalami
dehidrasi ringan
atau sedang
kelopak matanya
cekung (cowong).
Sedangkan apabila
mengalami
dehidrasi berat,
kelopak matanya
sangat cekung.
c) Hidung
77
Biasanya tidak
ada kelainan dan
gangguan pada
hidung, tidak
sianosis, tidak ada
pernapasan cuping
hidung.
d) Telinga
f) Leher
Tidak ada
pembengkakan
pada kelenjar
getah bening,
tidak ada kelainan
78
pada kelenjar
tyroid.
g) Thorak
(1) Jantung
(a) Inspeksi
79
(b) Auskultasi
Pada diare
tanpa
dehidrasi
denyut
jantung
normal, diare
dehidrasi
ringan atau
sedang
denyut
jantung
pasien
normal
hingga
meningkat,
diare dengan
dehidrasi
berat
biasanya
pasien
mengalami
takikardi dan
bradikardi.
(2) Paru-paru
80
(a) Inspeksi
Diare tanpa
dehidrasi
biasanya
pernapasan
normal, diare
dehidrasi
ringan
pernapasan
normal
hingga
melemah,
diare dengan
dehidrasi
berat
pernapasanny
a dalam.
h) Abdomen
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
Turgor kulit
pada pasien
diare tanpa
81
dehidrasi baik,
pada pasien
diare dehidrasi
ringan kembali
< 2 detik, pada
pasien
dehidrasi berat
kembali > 2
detik.
(3) Auskultasi
Biasanya anak
yang
mengalami
diare bising
ususnya
meningkat
i) Ektremitas
Anak dengan
diare tanpa
dehidrasi
Capillary refill
(CRT) normal,
akral teraba
hangat. Anak
dengan diare
dehidrasi
82
ringan CRT
kembali < 2 detik,
akral dingin. Pada
anak dehidrasi
berat CRT
kembali > 2 detik,
akral teraba
dingin, sianosis.
j) Genitalia
Anak dengan
diare akan sering
BAB maka hal
yang perlu di
lakukan
pemeriksaan yaitu
apakah ada iritasi
pada anus.
c. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratrium
Biasanya
penderita diare
natrium plasma >
150 mmol/L,
83
Diperiksa berat
jenis dan
albuminurin.
Eletrolit urin yang
diperiksa adalah
Na+ K+ dan Cl.
Asetonuri
menunjukkan
adanya ketosis
(Suharyono,
2008).
Biasanya tinja
pasien diare ini
mengandung
sejumlah ion
natrium, klorida,
dan bikarbonat.
Biasanya pada
pemeriksaan ini
terjadi
peningkatan kadar
protein leukosit
84
(e) Pemeriksaan
biakan empedu
bila demam tinggi
dan dicurigai
infeksi sistemik
( Betz, 2009).
85
2) Pemeriksaan Penunjang
(a) Endoskopi
(1) Endoskopi
gastrointestinal
bagian atas dan
biopsi D2, jika
dicurigai
mengalami
penyakit seliak
atau Giardia.
Dilakukan jika
pasien mengalami
mual dan muntah.
(2) Sigmoidoskopi
lentur, jika diare
berhubungan
dengan
perdarahan segar
melalui rektum.
(b) Radiologi
(1) CT kolonografi,
jika pasien tidak
86
(2) Ultrasonografi
abdomen atau CT
scan, jika di
curigai
mengalami
penyakit bilier
atau prankeas
(2) Pemeriksaan
laksatif pada
pasien-pasien
yang dicurigai
membutuhkan
sampel feses dan
serologi
(Emmanuel,
2014).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare
a. Definisi
pengeluaran fases yang sering, lunak dan tidak berbentuk
b. Penyebab
87
1) Fisiologis
a) Inflamasi gastrointestinal
b) Iritasi gastrointerstinal
c) Proses infeksi
d) Malabsorpsi
2) Psikologis
a) Kecemasan
b) Tingkat stres tinggi
3) Situasional
a) Terpapar kontamina
b) Terpapar toksin
c) Penyalahgunaan laksatif
d) Penyalahgunaan zat
e) Program pengobatan (agen tiroid, analgestik, pelunak feses, ferosulfat,
antasida, cimetidine, dan atibiotik
f) Perubahan air dan makanan
g) Bakteri pada air
c. Gejala dan tanda mayor
Subyektif ( tidak tersedia)
Objektif
a) Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
b) Feses lembek atau cair
d. Gejala dan tanda minor
Subyektif
1) Urgecy
2) Nyeri atau kram abdomen
Obyektif
1) Frekuensi peristatlik
2) Bising usus hiperaktif
2. Defisit nutrisi
a. Defenisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
b. Penyebab
1) Ketidak mampuan menelan makanan
2) Ketidak mampuan mencerna makanan
3) Ketidak mampuan mengabsorsbsi nutria
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Factor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6) Factor psikologis (mis. Sters, keenganaa untuk makan)
88
3) Takikardi
4) Takkipneu
5) Kulit terasa hangat
4. Kerusakan Intrsitas Kulit ( D0129 )
a. Defense
Kerusakan kulit ( dermis dan atau epidermis ) atau jaringan ( membrane
mukosa, korena, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan atau
ligamen )
b. Penyebab
1) Perubahan sirkulasi
2) Perubahan status nutrisi
3) Kekurangan/ kelebihan volume cairan
4) Penurunan mobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yang ekstrim
7) Faktor mekanis
8) Efek samping terapi radiasi
9) Kelembabpan
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Kurang terpapar informasi
c. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif ( tidak tersedia )
Objektif
Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif ( tidak tersedia )
Objektif
1) Nyeri
2) Perdarahan
3) Kemerahan
4) Hematoma
5. Disfungsi motilitas gastrointestinal
a. Defenisi
Peningkatan, penurunan, tidak efektif atau kurangnya aktifitas peristaltic
gastrointestinal
b. Penyebab
1) Asupan enteral
2) Intolerasi makanan
90
3) Imobilisasi
4) Makanan kontaminan
5) Malnutrisi
6) Pembedahan
7) Efek agren farmakologis (mis. Narkotik/opiate, antibiotic,
laksatif,anastesia)
8) Proses penuaan
9) Kecemasan
c. Gejala dan tanda mayor
Subyektif
1) Mengungkapkan flaktus tidak ada
2) Nyeri/kram abdomen
Obyektif
Suara peristaltic berubah (tidak ada,hipoaktif, atau hiperaktif)
d. Gejala dan tanda minor
Subyektif
Merasa mual
Obyektif
1) Residu lambung meningkat/menurun
2) Muntah
3) Regurgitasi
4) Pengosongan lambung cepat
5) Distensi abdomen
6) Diare
7) Feses kering dan sulit keluar
8) Feses keras
Subjektif
1) Merasa binggung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3) Sulit berkonsentrasi
Objektif
1) Tampak gelisa
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
d. Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa tidak berdaya
Objektif
1) Ferkuensi napas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diafhoresis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu
8. Resiko ketidak seimbangan elektrolit
a. Defenisi
Beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan
perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial atau intraseluler
b. Faktor resiko
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Trauma/pendarahan
3) Luka bakar
4) Aferesis
5) Asites
6) Obstruksi intestinal
7) Peradangan pankreas
8) Penyakit ginjal
9) Disfungsi istestinal
93
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Manajemen Diare
Mengidentifikasi dan mengelola diare dan dampaknya
a. Observasi
1) Identifikasi penyebab diare (inflamasi gastronintestinal, iritasi
gastrointestinal, proses infeksi, malabsorbsi, ansietas, stres, efek obat-
obatan, pemberian botol susu).
2) Identifikasi riwayat pemberian makanan
3) Identifikasi gejala invaginasi (tangisan keras, kepucatan pada bayi)
4) Monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja.
5) Monitor tanda dan gejala hypovolemia (takikardia, nadi teraba lemah,
tekanan darah turun, turgor kulit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB menurun).
6) Monitor iritasi dan ulserasi kulit di perianal
7) Monitor jumlah pengeluaran diare
8) Monitor keamanan penyiapan makanan
b. Terapeutik
1) Berikan asupan cairan oral (larutan garam gula, oralit, pedialyte,
renalyte)
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena (ringer asetat, ringer laktat) jika perlu
4) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
5) Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu
c. Edukasi
1) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
2) Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
3) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antimotilitas misalnya (loperamide, difenosilat)
2) Kolaborasi pemberian obat antispasmodic atau spasmolitic (papaverin,
ekstak belladonna, mebeverine)
3) Kolaborasi pemberian obat pengeras feses ( atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)
2. Manajemen nutrisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang.
a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intolenransi makanan
94
(keringat berlebih)
6) Lakukan pendinginan eksternal (selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila).
7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8) Berikan oksigen jika perlu
c. Edukasi
Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu
4. Perawatan intergritas kulit
Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan, kelembaban dan
mencegah perkembangan miroorganisme
a. Observasi.
Identifikasi penyebab gangguan intergritas kulit (perubahan sirkulasi,
kelembaban dan mencegah perkembangan mikroorganisme)
b. Terapeutik.
1) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2) Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulamg jika perlu
3) Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
4) Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
5) Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
6) Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
c. Edukasi
1) Anjurkan menggunakan pelembab (lotion, serum)
2) Anjurkan minum air yang cukup
3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6) Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat berada di luar
rumah
7) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
5. Manajemen nutrisi
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang.
a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi dan intolenransi makanan
3) Identifikasi makanan yang disukai
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
96
c. edukasi
1) jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2) informasikan hasil pemantauan, jika perlu
D. Evaluasi
1. Diare
Eliminasi fekal
a. Defenisi
proses defekasi normal yang disertai dengan pengeluaran feses mudah Dan
kosistensi, frekuensi serta bentuk feses normal.
b. Ekspetasi : membaik
c. Kriteria hasil
2. Defisit Nutrisi
Status Nutrisi
a. Defenisi
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolism
b. Ekspetasi satatus nutrisi membaik
c. Kriteria hasil
10
0
3. Hepertermi
Termoregulasi
a. Defenisi .
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal
b. Ekspetasi termoregulasi membaik
c. Kriteria hasil
Suhu Kulit 1 2 3 4 5
Sensasi 1 2 3 4 5
Tekstur 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
5. Motilitas Gastrointestinal
a. Definisi
Aktivitas peristaltik gastrointestinal
b. Ekspektasi Membaik
c. Kriteria Hasil
Nyeri 1 2 3 4 5
Keram 1 2 3 4 5
abdomen
Mual 1 2 3 4 5
Muntah 1 2 3 4 5
Regurgitas 1 2 3 4 5
Distensi 1 2 3 4 5
10
3
abdomen
Diare 1 2 3 4 5
Suara 1 2 3 4 5
peristatik
Pengosongan 1 2 3 4 5
lambung
Ratus 1 2 3 4 5
6. Tingkat Ansietas
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik
akibat antisipasi bahaya yang, memungkinan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman.
b. Ekspektasi Menurun
c. Kriteria Hasil
Pola hidup 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5