PENDAHULUAN
1
2
1. Observasi
Melakukan pengamatan langsung terhadap pasien serta mempelajari
dokumen pasien atau status pasien baik catatan medik maupun catatan
keperawatan selama pasein di rawat.
2. Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada klien dan
keluarga yang menjadi subjek penelitian.
3. Pemeriksann fisik
Melakukan teknik pengumpulan data dengan cara melkukan inspeksi,
perkusi, dan aauskultasiyang bertujuan untuk mendapatkan data objektif.
4. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber seperti buku-buku
yang berhubungan dengan pembuatan makalah ini.
5. Studi Kasus
Dengan mengadakan observasi untuk melakukan pengamatan dan
observasi langsung melalui pendekatan proses keperawatan.
Makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis dengan
urutan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari pengertian, patofisiologi (etiologi,
proses penyakit, manifestasi klinis dan komplikasi), penatalaksanaan,
4
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
2.2 Etiologi
5
6
2.3 Patofisiologi
2.3.1 Proses Penyakit
Dehidrasi
Syok hipovolemik
7
2.3.3 Komplikasi
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik)
2) Dehidrasi isotonik
Pada dehidrasi isotonic (isonatermia), terjadi kehilangan air dan natrium
secara proporsional (natrium serum 130-150 mmol/L). pertahankan
konsentrasi cairan tubuh dan osmolalitas dalam batas normal. Dengan
demikian, tidak ada perbedaaan tekanan osmotic anatara cairan
intraseluler dengan ekstraseluer dan kehilangan cairan terbatas pada
cairan ekstraseluler.
3) Dehidrasi hipotonik
Pada dehidrasi hipotonik (hiponatremia), natrium yang hilang lebih
banyak dibandingkan airnya (natrium serum <130mmol/L). Cairan yang
sebenarnya hilang bersifat hipertonik sehingga cairan ekstraseluler mula-
mula menjadi hipotonik dibanding cairan intraseluler. Peningkatan
volume intraseluler akan menyebabkan peningkatan volume dalam otak
dan kadang-kadang menimbulkan kejang, sedangkan kehilangan cairan
ekstraseluler yang nyata menyebabkan syok yang lebih besar untuk
setiap unit air yang hilang.
4) Dehidrasi hipertonik
Pada dehidrasi hipertonik (hipernatermia, terdapat kehilangan cairan dan
natrium yang tidak proporsional (natrium serum <150 mmol/L). Cairan
yang hilang hipotonik, biasanya karena kehilangan cairan insensible
yang tinggi (demam yang tinggi atau lingkungan yang panas dan kering,
poliuria pada diabetes insipidus atau diare rendah natrium yang kadang-
kadang diperberat dengan pemberian diet yang terlalu encer atau
kandungan protein yang tinggi). Mula-mula cairan ekstraselular menjadi
hipotonik dibandingkan intraseluler sehingga terjadi pergeseran air dari
ruang intaseluler ke ekstraseluler. Meskipun tanda-tanda akibat
kehilangan cairan ekstraseluler per unit cairan yang hilang berkurang, air
9
yang tertarik keluar dari otak dan pelisutan jaringan serebral dapat
menyebabkan pendarahan dibeberapa bagian otak dan menimbulkan
kejang.
1) Pemeriksaan Darah
a) pH darah dan cadangan alkali dan elektrolit ( Natrium, Kalium,
Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan
keseimbangan asama basa.
b) Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
c) Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
1) Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam
lemak. Beri makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
2) Obat – obatan
a) Obat anti sekresi
b) Obat Spasmolotik
c) Obat antibiotic
3) Pemberian cairan
a) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan oralit, NaCl dan Na, HCO, K dan
Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,
atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula
dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah
sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b) Cairan Parenteral
11
1. Pengkajian Primer
a) Airway
b) Breathing
c) Circulation
Pada klien GED ditemukan penurunan kadar kalium darah di bawah
3,0 mEq / liter (SI : 3 mmol / L) sehingga menyebabkan disritmia
jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan
kontraksi ventrikel prematur).
Emergency treatment:
1. Kaji denyut jantung
2. Monitor tekanan darah
3. Kaji lama pengisian kapiller
4. Pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
5. Periksakan darah lengkap, urin dan elektrolit
6. Catat temperature
7. Lakukan kultur jika pyreksia
8. Lakukan monitoring ketat
9. Berikan cairan per oral
10. Jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik IV.
13
d) Disability
e) Exposure
Klien GED biasanya mengalami dehidrasi akibatnya dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh karena proses infeksi sekunder.
Emergency treatment:
Kaji riwayat sedetil mungkin
1. Kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
2. Kaji tentang waktu sampai adanya gejala
3. Kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
4. Apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
5. Lakukan pemeriksaan abdomen
6. Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal
7. Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan
sensitivitas
8. Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur
diketahui
9. Laporkan jika mengalami keracunanan makanan
2. Pengkajian Sekunder
a) Identitas
14
a. Keluhan Utama
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,
g. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih.
5) Mata : cekung, kering, sangat cekung
6) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
7) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
8) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
9) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
10) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
11) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
16
1) .
Intervensi:
1) Kaji tingkat pemahaman orang tua.
2) Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare.
3) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi.
4) Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan.
5) Jelaskan pentingnya kebersihan.
1) Evaluasi formatif
2) Evaluasi sumatif
Merupakan rekaputilasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
20
perencanaan. Ada tiga alternatif yang dapat digunakan oleh perawat dalam
memutuskan atau menilai :
TINJAUAN KASUS
3.1.3 Resume
21
22
Klien tiba di ruang IGD pada tanggal 12 September 2017 pada pukul
10.00 WIB. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, ibu klien
mengatakan sudah BAB 6 kali dalam satu hari, mual, klien mengatakan
badan terasa lemas, klien mengatakan perut terasa mulas, ibu klien
mengatakan klien tidak nafsu makan dan hanya habis ½ porsi. Hasil
observasi tanda-tanda vital yang didapat pada tanggal12 September
2017, TD : - mmHg, N : 100 x/menit, Sh : 37,2º C, Rr : 20 x/menit. BB
saat ini 20 kg, BB sebelum sakit 22 kg, TB 120 cm.
B = Breathing (Pernafasan)
Tidak ada kelainan pada dada klien, pergerakan dinding dada simetris,
RR: 20 x/menit, suara nafas klien vesikuler.
C = Circulation (Sirkulasi)
Hasil observasi tanda-tanda vital pada pukul 10.30 WIB: TD : - mmHg,
N : 100 x/menit irama nadi teratur, denyut nadi teraba kuat, Sh : 37,2º
C, Rr : 20 x/menit, pola nafas teratur.
Tidak ada secret di paru, suara nafas vesikuler, pola nafas klien
teratur, irama teratur.
g) System kardiovaskuler
Sirkulasi perifer nadi 100x/menit, irama teratur, denyut kuat, Tidak
ada distensi vena jugularis, temperature kulit hangat, pengisian
kapiler 2 detik, turgor kulit tidak elastis , tidak ada edema.
h) Abdomen
i) Ekstremitas
Akral hangat, tidak ada edema pada kaki, tangan, wajah dan
seluruh bagian tubuh klien.
j) Eliminasi
4) Terapi medis
Therapy yang didapat pada saat pengkajian tanggal 12 September
2017 adalah sebagai berikut : IVFD KAEN 3B 14 tetes/menit, Lacto
B 1 X 1 sach.
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan
ditandai dengan :
Intervensi :
Pada bab ini penulis mengemukakan kesenjangan yang terjadi antara teori dan
kasus pada klien An. D, menganalisa adanya faktor-faktor penghambat dan
pendukung serta mencari alternative dan penyelesaian masalah. Adapun lingkup
pembahasan meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada kasus ini adalah :
Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air
besar. Diagnosa ini tidak muncul pada kasus karena tidak dilakukan
pemeriksaan pada anus klien.Cemas dan takut pada anak/ orang tua
30
31
Adapun factor pendukung dalam perumusan diagnosa ini adalah klien dan
keluarga koopertif sehingga penulis dapat menentukan prioritas masalah
yang muncul pada klien. Adapun Faktor penghambat dalam perumusan
masalah ini adalah data yang ada pada status klien kurang lengkap.
Alternatif yang dilalukan adalah penulis bertanya pada perawat ruangan
tentang data yang tidak di peroleh penulis dalam status klien.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat ditemukan dalam pengkajian karena ibu klien mengatakan klien
tidak nafsu makan dan makan hanya abis ½ porsi, klien tampak lemas, BB
saat ini 20 kg, BB sebelum sakit 22 kg, TB 120 cm.
oleh karena itu penulis mengangkat sebagian prioritas ke dua.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan
34
35
4. Pelaksanaan Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilihat dari perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Pada tahap evaluasi dapat disimpulkan bahwa masalah
prioritas kekurangan volume cairan & elektrolit belum teratasi,
sehingga tindakan dapat dilanjutkan sesuai renca keperawatan prioritas
dan kondisi klien saat itu.
5.2 Saran
1. Untuk perawat
Diharapkan perawat dalam pendokumentasiannya dapat mencantumkan
nama dan tanda tangan yang jelas agar dalam pelaksanaan pemberian
Asuhan Keperawatan sesuai dengan yang diharapkan dan upayakan
dengan adanya pemberian pendidikan kesehatan terhadap klien dengan
Gastroenteritis.
2. Untuk mahasiswa