Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem


gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi, sekarang
lebih dikenal dengan “Penyakit Diare“, karena sebutan penyakit diare akan
mempercepat penanggulangannya. (Ngastiyah, 2005, hal 223)

Penyakit diare sering disebut dengan Gastroenteritis, yang masih merupakan


masalah masyarakat indonesia. Dan diare merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas pada anak di negara berkembang.

Kematian akibat gastroenteritis yang jumlahnya jutaan, mayoritas disebabkan


oleh hal sepele, yaitu habisnya cairan tubuh yang keluar karena buang air dan
muntah. Hilangnya cairan sedikit demi sedikit oleh banyak orang dianggap hal
biasa. Di pelosok desa terutama di daerah Jawa, bahkan ada yang menganggap
bahwa anak gastroenteritis sebagai pertanda akan bertambah pintar. Padahal
jika kekurangan cairan lebih dari 10% dari berat badan anak atau bayi akan
menyebabkan kematian hanya dalam tempo tiga hari.

Perawat mempunyai peranan penting dalam memnberikan asuhan


keperawatan pada anak dengan gastroenteritis. Upaya promotif adalah
melakukna promosi kesehatan guna meningkatkan status kesehatan dengan
memberikan penyuluhan agar setiap orang dapat berperilaku hidup bersih dan
sehat seperti melakukan penyuluhan pentingnya pencegahan diare pada anak.
Sedangkan upaya preventif yaitu menganjurkan para orang tua untuk
memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan rumah, kebersihan alat makan,
pengolahan makanan yang baik, dll. Upaya kuratif yaitu dengan

1
2

mengobservasi tanda – tanda vital, memperhatikan pemberian hidrasi yang


adekuat pada anak, meningkatkan status gizi pada anak, kolaborasi dalam
pemberian terapi pada anak, dll. Upaya rehabilitatif yaitu perawatan di rumah
setelah pasien di rawat di rumah sakit. Peranan orang tua sanagat dibutuhkan
untuk mengawasi anak agar anak tidak jajan sembarangan, orang tua juga
perlu mengajarkan anak untuk mencuci tangan, dll.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Memperoleh gambaran secara nyata serta pengalaman dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Gastroenteritis.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Gastroenteritis.
b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien dengan
Gastroenteritis.
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
Gastroenteritis.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
Gastroenteritis.
e. Mampu melaksanakan evaluasi pada klien dengan Gastroenteritis.
f. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan pada
klien dengan Gastroenteritis dalam bentuk narasi.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada An. D diruang IGD Rumah Sakit Bhayangkara Tk I
Raden Said Sukanto Jakarta”.

1.4 Metode Penulisan


3

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah


metode deskriptif yang berbentuk laporan pelaksanaan asuhan
keperawatan. Dalam metode penulisan makalah ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data, yaitu :

1. Observasi
Melakukan pengamatan langsung terhadap pasien serta mempelajari
dokumen pasien atau status pasien baik catatan medik maupun catatan
keperawatan selama pasein di rawat.
2. Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada klien dan
keluarga yang menjadi subjek penelitian.
3. Pemeriksann fisik
Melakukan teknik pengumpulan data dengan cara melkukan inspeksi,
perkusi, dan aauskultasiyang bertujuan untuk mendapatkan data objektif.

4. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber seperti buku-buku
yang berhubungan dengan pembuatan makalah ini.
5. Studi Kasus
Dengan mengadakan observasi untuk melakukan pengamatan dan
observasi langsung melalui pendekatan proses keperawatan.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari lima bab yang disusun secara sistematis dengan
urutan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan,
ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari pengertian, patofisiologi (etiologi,
proses penyakit, manifestasi klinis dan komplikasi), penatalaksanaan,
4

pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatana,


pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
BAB III : Tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.
BAB IV : Pembahasan terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan.
BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar pustaka.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Gastroenteritis merupakan salah satu gejala dari penyakit pada sistem


gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran pencernaan. Tetapi, sekarang
lebih dikenal dengan “Penyakit Diare“, karena sebutan penyakit diare akan
mempercepat penanggulangannya. (Ngastiyah, 2005, hal 223)

Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :


a.       Akut : jika < 1 minggu
b.      Berkepanjangan : antara 7 – 14 hari
c.       Kronis : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
d.      Persisten :  > 14 hari, disebabkan oleh infeksi

2.2 Etiologi

2.2.1 Faktor Infeksi


1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak meliputi :
a. Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella,
compylobacter yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
b. Infeksi virus : Eterovirus (Virus echo, coxsaekie,
poliomyelitis), Adenovirus, rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
c. Infeksi parasit : Cacing (ascaris, thrichiuris, oxyuris,
strongyloides protozoa (entamoeba hystolytica, giardia lamblia,
trichomonas hominis), jamur (candida albicans).

5
6

2) Infeksi parenteral  yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat


pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.
2.2.2 Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
2.2.3 Faktor makanan : Makanan basi, beracun, elergi terhadap
makanan.

2.3 Patofisiologi
2.3.1 Proses Penyakit

Bakteri / virus / sebab lain dari gastroenteritis

Reaksi peradangan pada gaster dan usus

Bakteri produksi toksin

Toksin merusak mukosa usus (nekrosis dan ulserasi)

Peningkatan sekresi mukus ke lumen usus

Peningkatan motilitas usus

Pengeluaran cairan dan elektrolit

Dehidrasi

Asidosis metabolik hipokalemia

Syok hipovolemik
7

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan faktor


diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran perncernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan
dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan
sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor
malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga
terjadilah diare. Ketiga, faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada
tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus
yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang
kemudian menyebabkan diare. Keempat, faktor psikologis dapat mempengaruhi
terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya mempengaruhi proses
penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare. (A. Aziz Alimul Hidayat,
2006).

2.3.2 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang sering ditemukan antara lain mula-mula klien


cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang/
tidak ada, sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
yang mungkin disertai lendir dan darah, mual dan muntah, kram abdomen
(disebabkan karena ketidakseimbangan elektrolit), lemah, pucat,
perubahan tanda-tanda vital, menurun atau tidak ada pengeluaran urin, dan
dehidrasi.

Tahapan dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1997) dikutip dari


Suriadi dan Yuliani (2001):
a. Dehidrasi ringan : 0 – 5 % atau rata-rata 25 ml/kg BB
b. Dehidrasi sedang : 5 – 10 % atau rata-rata 75 ml/kg BB
8

c. Dehidrasi berat : 10- 15 % atau rata-rata 125 ml/ kg BB

2.3.3 Komplikasi
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik)
2) Dehidrasi isotonik
Pada dehidrasi isotonic (isonatermia), terjadi kehilangan air dan natrium
secara proporsional (natrium serum 130-150 mmol/L). pertahankan
konsentrasi cairan tubuh dan osmolalitas dalam batas normal. Dengan
demikian, tidak ada perbedaaan tekanan osmotic anatara cairan
intraseluler dengan ekstraseluer dan kehilangan cairan terbatas pada
cairan ekstraseluler.
3) Dehidrasi hipotonik
Pada dehidrasi hipotonik (hiponatremia), natrium yang hilang lebih
banyak dibandingkan airnya (natrium serum <130mmol/L). Cairan yang
sebenarnya hilang bersifat hipertonik sehingga cairan ekstraseluler mula-
mula menjadi hipotonik dibanding cairan intraseluler. Peningkatan
volume intraseluler akan menyebabkan peningkatan volume dalam otak
dan kadang-kadang menimbulkan kejang, sedangkan kehilangan cairan
ekstraseluler yang nyata menyebabkan syok yang lebih besar untuk
setiap unit air yang hilang.
4) Dehidrasi hipertonik
Pada dehidrasi hipertonik (hipernatermia, terdapat kehilangan cairan dan
natrium yang tidak proporsional (natrium serum <150 mmol/L). Cairan
yang hilang hipotonik, biasanya karena kehilangan cairan insensible
yang tinggi (demam yang tinggi atau lingkungan yang panas dan kering,
poliuria pada diabetes insipidus atau diare rendah natrium yang kadang-
kadang diperberat dengan pemberian diet yang terlalu encer atau
kandungan protein yang tinggi). Mula-mula cairan ekstraselular menjadi
hipotonik dibandingkan intraseluler sehingga terjadi pergeseran air dari
ruang intaseluler ke ekstraseluler. Meskipun tanda-tanda akibat
kehilangan cairan ekstraseluler per unit cairan yang hilang berkurang, air
9

yang tertarik keluar dari otak dan pelisutan jaringan serebral dapat
menyebabkan pendarahan dibeberapa bagian otak dan menimbulkan
kejang.

a. Renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat,


nadi cepat dan kecil, tekanan darah menurun, lemas, kesadaran
menurun (apatis, somnolen, sopor).
b. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah,
bradikardia, perubahan elektrokardiogram).
c. Hipoglikemia.
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim lactase.
e. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau
kronik).
f. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik) tampak pucat
dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul). Pada
awalnya muntah dapat menyebakan alkalosis metabolik disertai
peningkatan pH dan bikarbonat (HCO3). Muntah yang lama dapat
menyebabkan kehilangan basa dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare dapat menyebabkan asidosis metabolik disertai penurunan pH
dan HCO3. Produk-pr
g. oduk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena
oliguria/ anuria), perpindahan ion natrium dan cairan ektrasel kedalam
intrasel dan penimbunan asam laktat (anoreksia jaringan).

2.4 Pemeriksaan Diagnostik


1) Pemeriksaan feses
a) Makroskopis dan mikroskopis.
b) pHdan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
10

c) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

1) Pemeriksaan Darah
a) pH darah dan cadangan alkali dan elektrolit ( Natrium, Kalium,
Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan
keseimbangan asama basa.
b) Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
c) Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.5 Penatalaksanaan Medis

2.5.1 Dasar pengobatan diare antara lain :

1) Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam
lemak. Beri makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
2) Obat – obatan
a) Obat anti sekresi
b) Obat Spasmolotik
c) Obat antibiotic
3) Pemberian cairan
a) Cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan oralit, NaCl dan Na, HCO, K dan
Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,
atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri
(mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula
dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah
sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b) Cairan Parenteral
11

Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari


berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan
cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setempat. Pada umumnya cairan RL (Ringer Laktat) diberikan
tergantung berat/ringan dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
a.    Dehidrasi ringan : 1 jam pertama 50-100 ml/kg BB/ oral kemudian
125 ml/ kg / hari
b. Dehidrasi sedang : 1 jam pertama 50-100ml / kg BB / oral kemudian
125 ml / kg BB / hari
c. Dehidrasi berat : 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg
BB / menit (inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam berikutnya 105 ml/ kg BB
oralit per oral.

2.6 Pengkajian Keperawatan

1. Pengkajian Primer
a) Airway

Klien dengan gastroenteritis biasanya didapatkan kondisi dengan


karakteristik adanya mual dan muntah dan diare yang disebabkan oleh
infeksi, alergi atau keracunan zat makanan
Emergency treatment :
1. Pastikan kepatenan jalan napas
a. Kaji adanya penyumbatan jalan napas seperti air ludah,
muntahan, dan secret.
b. Pasien dimiringkan ke kanan untuk mencegah aspirasi ludah
atau muntahan.
c. Lidah dijaga agar tidak menghalangi jalan nafas atau tergigit.
12

2. Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu

b) Breathing

Pada klien GED dapat ditemkan abnormalitas metabolik atau ketidak


seimbangan asam basa yang dapat menimbulkan gangguan
pernapasan.
Emergency treatment:
1. Kaji respiratory rate
2. Kaji saturasi oksigen
3. Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan
saturasi > 92%
4. Auskultasi dada
5. Lakukan pemeriksaan rontgent

c) Circulation
Pada klien GED ditemukan penurunan kadar kalium darah di bawah
3,0 mEq / liter (SI : 3 mmol / L) sehingga menyebabkan disritmia
jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan
kontraksi ventrikel prematur).
Emergency treatment:
1. Kaji denyut jantung
2. Monitor tekanan darah
3. Kaji lama pengisian kapiller
4. Pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi
5. Periksakan darah lengkap, urin dan elektrolit
6. Catat temperature
7. Lakukan kultur jika pyreksia
8. Lakukan monitoring ketat
9. Berikan cairan per oral
10. Jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik IV.
13

d) Disability

Pada klien GED terjadi penurunan tingkat kesadaran karena dehidrasi


dengan gejala seperti gelisah, kulit yang lembab, lengket dan dingin
dan berkeringat tidak muncul sampai total volume darah yang hilang
sebesar 10-20% sehingga dapat menyebapkan terjadinya syok
hipovolemik.
Emergency treatment :

1. Pantau tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, curah jantung, refleks


korneal, batuk dan muntah, tonus otot dan pergerakan motorik.
2. Perhatikan perubahan pasien sebagai respon terhadap stimulus.
3. Tinggikan bagian kepala sampai 45 derajat, bergantung pada
kondisi.

e) Exposure
Klien GED biasanya mengalami dehidrasi akibatnya dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh karena proses infeksi sekunder.
Emergency treatment:
Kaji riwayat sedetil mungkin
1. Kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya
2. Kaji tentang waktu sampai adanya gejala
3. Kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena
4. Apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?
5. Lakukan pemeriksaan abdomen
6. Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal
7. Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan
sensitivitas
8. Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur
diketahui
9. Laporkan jika mengalami keracunanan makanan

2. Pengkajian Sekunder
a) Identitas
14

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun


pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11
bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap
infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas
aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama
dilihat dari pola makan dan perawatannya .

a. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

b. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau


kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA.

d. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah
dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi
makanan, kebiasan cuci tangan,

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

f. Riwayat Kesehatan Lingkungan


15

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,


lingkungan tempat tinggal.

g. Pemeriksaan Fisik
1) Pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
2) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup
pada anak umur 1 tahun lebih.
5) Mata : cekung, kering, sangat cekung
6) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen,
peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual
muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
7) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
8) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang .
9) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt,
suhu meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada
syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada
daerah perianal.
10) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-
400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
11) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu
bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.
16

2.7 Diagnosa keperawatan

a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output


berlebih.
b. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang
air besar.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak
e. Ansietas pada anak / orang tua berhubungan dengan dampak
hospitalisasi dan kondisi sakit.

2.8 Perencanaan keperawatan

a. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan outpput


berlebih.
Tujuan: Meningkatkan hidrasi, keseimbangan cairan dan elektrolit
dapat dipertahankan dalam batas normal.
Kriteria hasil: Pengeluaran urine sesuai, pengisisan kembali kapiler
(capillery refill time) kurang dari dua detik, turgor kulit elastis,
membran mukosa lembab, dan berat badan tidak menunjukkan
penurunan.
Intervensi:
1) Kaji status hidrasi; ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran
mukosa.
2) Kaji pengeluaran urine; gravitasi atau berat jenis urine (1.005-
1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per
jam.
3) Kaji pemasukan dan pengeluaran urine.
4) Monitor tanda-tanda vital.
17

5) Pemeriksaan laboratorium sesuai program; elektrolit, Hematokrit,


pH, dan serum albumin.
6) Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit,
dan cairan parenteral bila indikasi).
7) Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program.
8) Anak diistirahatkan.

b. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang


air besar.
Tujuan: Anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit, kulit utuh.
Kriteria hasil: kulit utuh dan tidak lecet.
Intervensi :
1) Kaji kerusakan kulit atau iritasi disetiap buang air besar.
2) Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk
membersihkan anus setiap buang air besar.
3) Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.
4) Ganti popok/ kain apabila lembab atau basah.
5) Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal.

1) .

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan: Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum.
Kriteria hasil: Berat badan dalam batas normal, dan tidak terjadi
kekambuhan diare.
Intervensi :
1) Timbang berat badan anak setiap hari.
2) Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).
3) Setelah rehidrasi, berikan minum oral dengan sering dan makanan
yang sesuai dengan diit dan usia atau berat badan anak.
4) Hindari minuman buah-buahan.
18

5) Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan.


6) Bagi bayi, ASI tetap diteruskan.
7) Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah
laktosa.

d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak.


Tujuan: Meningkatkan pengetahuan orang tua.
Kriteria hasil: Orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak.

Intervensi:
1) Kaji tingkat pemahaman orang tua.
2) Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare.
3) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi.
4) Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan.
5) Jelaskan pentingnya kebersihan.

e. Ansietas pada anak/ orang tua berhubungan dengan dampak


hospitalisasi dan kondisi sakit.
Tujuan: Menurunkan rasa takut/ cemas pada anak dan orang tua.
Kriteria hasil: orang tua aktif merawat anak, bertanya dengan perawat
atau dokter tentang kondisi dan klarifikasi, dan anak tidak menangis.
Intervensi:
1) Ajarkan pada orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa
takut dan cemas; dengarkan keluhan orang tua dan bersikap
empati, dan sentuhan terapeutik.
2) Gunakan komunikasi terpeutik; kontak mata, sikap tubuh dan
sentuhan.
3) Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan
orang tua.
4) Libatkan orang tua dalam perawatan anak.
5) Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan.
19

2.9 Pelaksanaan keperawatan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan


dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap
ini, perawat harus mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik
dan perlindungan pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam
prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam
memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan rencana
tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis mandiri dan
tindakan kolaborasi (Hidayat, A. A. A, 2008: hal. 122).

2.10 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan dengan cara melakukan


identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana leperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta
kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan kepada kriteria
hasil. (Azis Alimul H, 2004)

Adapun jenis evaluasi terdiri dari 2 macam, yaitu:

1) Evaluasi formatif

Adalah evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan


respon segera.

2) Evaluasi sumatif

Merupakan rekaputilasi dari hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap
20

perencanaan. Ada tiga alternatif yang dapat digunakan oleh perawat dalam
memutuskan atau menilai :

a) Tujuan tercapai : jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan


standar yang telah ditetapkan.

b) Tujuan tercapai sebagai : jika klien menunjukan perubahan


sebagian dari standard dan kriteria yang telah ditetapkan.

c) Tujuan tidak tercapai : jika klien tidak menunjukan perubahan dan


kemajuan sama sekali dan akan timbul masalah baru.
BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini kelompok akan menguraikan tentang “asuhan keperawatan


kegawatdaruratan pada An. D dengan diagnosa medis Gastroenteritis di ruang
Instalasi Gawat Darurat (IGD)”. Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 September
2017 melalui pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
pencatatan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan keperawatan dan
evaluasi keperawatan.

3.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan data klien yang berkaitan dengan penyakitnya. Data didapat
dari pengamatan dan wawancara langsung pada klien dan keluarga, dan dari
perawat yang bertanggung jawab terhadap klien serta menelaah catatan medic
dan catatan keperawatan klien. Adapun hasil pengkajian yang diperoleh yaitu
sebagai berikut :

3.1.2 Identitas Klien


Klien bernama An. D berusia 8 tahun. Status klien belum menikah,
agama Islam, pendidikan terakhir SD, suku bangsa Jawa, pekerjaan
pelajar , klien tiba di IGD pada tanggal 12 September 2017, no RM :
95-77-43. Alamat : Jl. Lubang Buaya Rt. 14/01 No. 26 Cipayung,
Jakarta Timur.

3.1.3 Resume

21
22

Klien tiba di ruang IGD pada tanggal 12 September 2017 pada pukul
10.00 WIB. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, ibu klien
mengatakan sudah BAB 6 kali dalam satu hari, mual, klien mengatakan
badan terasa lemas, klien mengatakan perut terasa mulas, ibu klien
mengatakan klien tidak nafsu makan dan hanya habis ½ porsi. Hasil
observasi tanda-tanda vital yang didapat pada tanggal12 September
2017, TD : - mmHg, N : 100 x/menit, Sh : 37,2º C, Rr : 20 x/menit. BB
saat ini 20 kg, BB sebelum sakit 22 kg, TB 120 cm.

Masalah keperawatan yang muncul adalah kekurangan volume cairan dan


elektrolit tindakan yang dilakukan antara lain : memantau tanda dan
gejala kekurangan cairan dan elektrolit, memantau intake dan output,
menimbang berat badan, menganjurkan keluarga untuk memberi
minum banyak pada klien, 2-3 lt/hr, Kolaborasi : Pemeriksaan
laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN), Cairan parenteral ( IV
line ) sesuai dengan umum. Evaluasi keperawatan yaitu masalah
keperawatan belum teratasi dan tindakan keperawatan dilanjutkan.

3.1.1 Riwayat Keperawatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pengkajian klien mengeluh badan terasa lemas, klien
mengatakan perut terasa mulas, ibu klien mengatakan sudah BAB
6 kali/hari.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Ibu klien mengatakan beberapa kali pernah menderita batuk pilek.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit DM,
Hipertensi, Asma.
d. Kondisi lingkungan rumah
Ibu klien mengatakan lingkungan rumahnya baik dan tidak ada
yang memperngaruhi kesehatan klien saat ini.
e. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum masuk rumah sakit
23

Sebelum masuk rumah sakit ibu klien mengatakan makan teratur


3x sehari. Sebelum masuk rumah sakit buang air kecilnya lancar 5
sampai 6 x/hari, berwarna kuning dan tidak ada keluhan dalam
buang air kecil. Begitu pula dalam proses BAB, klien mengatakan
BAB rutin 1 x/hari dan tidak ada keluhan. Membersihkan gigi 2
x/hari.

Dalam pola tidur ibu klien mengatakan tidak mengalami gangguan.


Klien menggunakan waktu luangnya bersama keluarga. Kebiasaan
sehari-hari yang mempengaruhi kesehatan klien saat ini adalah
klien sering membeli makanan di sekolahnya yang belum diketahui
pasti kebersihannya.

3.1.2 Primary Survey


A = airway (jalan nafas)
Jalan nafas bersih, tidak ada obstruksi jalan nafas,RR: 20 x/menit, tidak
ada fraktur tulang wajah, trakea dan servikal.

B = Breathing (Pernafasan)
Tidak ada kelainan pada dada klien, pergerakan dinding dada simetris,
RR: 20 x/menit, suara nafas klien vesikuler.

C = Circulation (Sirkulasi)
Hasil observasi tanda-tanda vital pada pukul 10.30 WIB: TD : - mmHg,
N : 100 x/menit irama nadi teratur, denyut nadi teraba kuat, Sh : 37,2º
C, Rr : 20 x/menit, pola nafas teratur.

D = Disability/Drug dan Fluid (Obat dan Cairan)


Keadaan umum klien lemah, kesadaran klien compos mentis, reaksi
pupil terhadap cahaya normal, nilai GCS 15 (E:4, M:6, V:5), obat yang
didapat yaitu Lacto B 1X1 sach, cairan yang diberikan yaitu IVFD
KaEN 3B 14 tetes/menit.
24

3.1.3 Secondary Survey


1) Keadaan umum sewaktu masuk rumah sakit :

Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis,

2) Penyakit lain yang diderita/penyakit keluarga :


Keluarga mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit
lain.
3) Pemeriksaan fisik :
a) Kesadaran
Kesadaran kompos mentis dengan hasil tanda-tanda vital : TD : -
mmHg, N : 100 x/menit, Sh : 37,2º C, Rr : 20x/menit. Tinggi
badan: 120 cm, berat badan : 20 kg, nilai GCS E:4, M:6, V:5 dan
reaksi pupil kanan dan kiri terhadap cahaya normal.
b) Kepala/leher
Bentuk kepala normal tidak ada kelainan, tidak ada pembesaran
getah bening pada leher, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
mukosa bibir kering.
c) System penglihatan
System penglihatan klien baik, konjungtiva pucat anemis. Sklera
anikterik, kornea normal, pupil isokor, otot mata tidak ada
kelainan, tidak terdapat tanda-tanda radang pada mata, klien juga
tidak menggunakan lensa kontak dan reaksi terhadap cahaya baik.
d) THT
Pada system pendengaran klien didapatkan daun telinga normal,
kondisi telinga normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga,
tidak tinitus, fungsi pendengaran normal dan klien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran. Pada hidung tidak ada
deviasi septum, tidak ada secret. Tidak ada pembesaran tonsil.
e) Tulang belakang
Bentuk tulang belakang normal tidak ada kelainan.
f) Paru
25

Tidak ada secret di paru, suara nafas vesikuler, pola nafas klien
teratur, irama teratur.
g) System kardiovaskuler
Sirkulasi perifer nadi 100x/menit, irama teratur, denyut kuat, Tidak
ada distensi vena jugularis, temperature kulit hangat, pengisian
kapiler 2 detik, turgor kulit tidak elastis , tidak ada edema.
h) Abdomen

Abdomen tampak datar, ada distensi abdomen, bising usus 16


x/menit, tidak adanya lesi.

i) Ekstremitas
Akral hangat, tidak ada edema pada kaki, tangan, wajah dan
seluruh bagian tubuh klien.
j) Eliminasi

BAB 6 x/hari konsistensi encer ± 200 cc/hari

4) Terapi medis
Therapy yang didapat pada saat pengkajian tanggal 12 September
2017 adalah sebagai berikut : IVFD KAEN 3B 14 tetes/menit, Lacto
B 1 X 1 sach.

5) Hasil pemeriksaan diagnostik


Pemeriksaan hasil laboratorium pada tanggal 12 September 2017
yaitu :
Haemoglobin :11,3g/dl,
Leukosit : 13500 u1,
Hematokrit : 35%,
Trombosit : 478000/ul,
Natrium: 136 mmol/1,
Kalium: 4,1 mmol/1,
Chlorida: 111 mmol/1.
3.2 Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
26

1) Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan


ditandai dengan:

DS : ibu klien mengatakan klien sudah BAB 6x/hari, klien mengatakan


perut terasa mulas
DO : keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis,turgor kulit
tidak elastis, mukosa bibir kering,klien tampak lemas BAB 6 x/hari
konsistensi encer ± 200 cc/hari, N: 100x/menit, suhu 37,2ºC, RR: 20
x/menit, intake infus: 1000cc, minum: 350cc, am: 8x20: 160 total:
1410cc. output: urine: 1300cc, feses: 200cc, iwl: 440cc total :1940cc.
Balance Cairan: -530cc.

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake


nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan :
DS : ibu klien mengatakan anak tidak nafsu makan,mual, makan habis
½ porsi
DO : keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, BB saat ini 20
kg sebelum sakit 22 kg, IMT : 13,8 kg/m, N: 100 x/menit, Suhu 37,2ºC,
RR : 20 x/menit.

3.3 Perencanaan Keperawatan

Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan dan elektrolit b/d output yang berlebihan
ditandai dengan :

DS : ibu klien mengatakan klien sudah BAB 6x/hari


DO : keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, turgor kulit
tidak elastis, mukosa bibir kering,klien tampak lemas BAB 6 x/hari
konsistensi encer ± 200 cc/hari, N: 100 x/menit, suhu 37,2ºC, RR: 20
x/menit, intake infus: 1000cc, minum: 350cc, am: 8x20: 160 total: 1410cc.
output: urine: 1300cc, feses: 200cc, iwl: 440cc total :1940cc. Balance
Cairan: -530cc
27

Tujuan dan Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24


jam diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi, TTV dalam batas
normal nadi : 70-100 x/menit, suhu: 36,5-37,5 ºC, RR: 18-20 x/menit,
frekuensi BAB 1x/hari, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab.

Intervensi :

1. Kaji keadaan umum


2. Observasi tanda-tanda vital
3. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
4. Pantau intake dan output
5. Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
6. Kolaborasi Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
7. Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur anak

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d


intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan :
DS : ibu klien mengatakan anak tidak nafsu makan, makan habis ½ porsi
DO : keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, BB saat ini 20kg BB
sebelum sakit 22kg, IMT : 13,8 kg/m, N: 100x/menit, Suhu 37,2ºC, RR : 20
x/menit.
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24 jam diharapkan nutrisi dapat terpenuhi dengan KH: BB meningkat,
nafsu makan meningkat, makan habis 1 porsi, TTV dalam batas normal nadi
: 70-120x/menit, suhu: 36,5-37,5 ºC, RR: 18-30x/menit.
Intervensi:
1. Timbang berat badan anak setiap hari.
2. Monitor intake dan output (pemasukan dan pengeluaran).
3. Setelah rehidrasi, berikan minum oral dengan sering dan makanan yang
sesuai dengan diit dan usia atau berat badan anak.
4. Hindari minuman buah-buahan.
5. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan.
6. Anjurkan makanan porsi sedikit tapi sering dan beri makan selgi hangat
28

7. Kolaborasi terapi gizi diit TKTP

3.4 Tindakan Keperawatan


Tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu :
1. Mengkaji keadaan umum klien.
Hasil : keadaan umum klien lemah, kesadaran compos mentis.
2. Mengobservasi tanda-tanda vital.
Hasil : TD : - mmHg, N : 100 x/menit, Sh : 37,2º C, Rr : 20x/menit.
3. Mengukur BB dan TB klien.
Hasil : BB 20 kg dan TB 120 kg.
4. Memasang IVFD KaEN 3B 14 tetes/menit.
Hasil : tampak klien terpasang IVFD KaEN 3B 14 tetes/menit di tangan
kiri .
5. Memberikan Lacto B 1x1 sach.
Hasil : tampak klien mau minum obat.
6. Menganjurkan klien untuk banyak minum.
Hasil: ibu klien memberikan munim sesering mungkin.
7. Memberikan diit makan lunak
Hasil: makan habis ½ porsi.

3.5 Evaluasi Keperawatan


S = klien mengatakan masih lemas
O = - Tampak klien lemah
- Kesadaran compos mentis
- Keadaan umum lemah
- GCS 15, E:4, M:6, V:5
- Wajah klien tampak pucat
- Hasil observasi tanda-tanda vital: TD : - mmHg, N : 100 x/menit,
Sh : 37,2º C, Rr : 20 x/menit.
A = Masalah keperawatan belum teratasi
P = Tindakan keperawatan dilanjutkan diruangan.
Dan klien dirawat diruang Anggrek II.
29
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis mengemukakan kesenjangan yang terjadi antara teori dan
kasus pada klien An. D, menganalisa adanya faktor-faktor penghambat dan
pendukung serta mencari alternative dan penyelesaian masalah. Adapun lingkup
pembahasan meliputi pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, dan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan ini di lakukan pada


tanggal 12 September 2017. Data di peroleh dari wawancara langsung
dengan klien dan keluarga, dan melakukan pemeriksaan fisik. Pada
pengkajian tanda-tanda dan gejala yang muncul sesuai dengan teori.
Sehingga masalah keperawatan yang muncul adalah Kekurangan volume
cairan dan elektrolit b/d output cairan yang berlebihan.
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukann pada An.D sesuai dengan teori
adalah pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na,K,Ca, BUN).
Faktor pendukung saat pengkajian adalah klien dan keluarga mau bekerja
sama dan kooperatif saat penulis melakukan pengumpulan data. Dan
perawat ruangan memberikan informasi ysng membantu penulis saat
pengkajian, sehingga tidak ada factor penghambat ditemukan penulis saat
pengkajian terhadap klien An.D.

4.2 Diagnosa Keperwatan

Diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak muncul pada kasus ini adalah :
Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air
besar. Diagnosa ini tidak muncul pada kasus karena tidak dilakukan
pemeriksaan pada anus klien.Cemas dan takut pada anak/ orang tua

30
31

berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit.Diagnosa keperawatan


tersebut tidak muncul karena pada kasus ini klien tidak mengalami takut
dan cemas untuk di rawat di rumah sakit.

Adapun factor pendukung dalam perumusan diagnosa ini adalah klien dan
keluarga koopertif sehingga penulis dapat menentukan prioritas masalah
yang muncul pada klien. Adapun Faktor penghambat dalam perumusan
masalah ini adalah data yang ada pada status klien kurang lengkap.
Alternatif yang dilalukan adalah penulis bertanya pada perawat ruangan
tentang data yang tidak di peroleh penulis dalam status klien.

4.3 Perencanaan Keperawatan


Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka tahap selanjutnya adalah
perencanaan. Rencana tindakan di susun berdasarkan prioritas, sedangkan
tujuannya adalah untuk mengatasi masalah yang terjadi pada An. D,
dimana dalam menyusun rencana disesuaikan dengan kondisi klien.
Diagnosa pada An. D yang menjadi prioritas adalah :
Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d output berlebih. Penulis
mengangkat diagnosa ini prioritas pertama karena klien mengatakan perut
terasa mulas dan sudah BAB 6x/hari, klien mengatakan badan terasa
lemas.

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat ditemukan dalam pengkajian karena ibu klien mengatakan klien
tidak nafsu makan dan makan hanya abis ½ porsi, klien tampak lemas, BB
saat ini 20 kg, BB sebelum sakit 22 kg, TB 120 cm.
oleh karena itu penulis mengangkat sebagian prioritas ke dua.

Dalam perencanaan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus, yaitu


pada tujuan. Pada teori perencanaan tidak menggunakan waktu sedangkan
pada kasus menggunakan waktu. Pada kasus tujuan dan kriteria hasil dapat
di capai sesuai dengan masalah, sehingga tindakan yang di lakukan tidak
32

menyimpang, efektif, efisien, dan tertuju pada pemecahan masalah, dan


perencanaan keperawatan.

Faktor pendukung dalam membuat perencanaan keperawatan adalah pada


kasus untuk rencanan tindakan yang diagnosa sama dengan yang terdapat
pada teori disesuaikan dengan keadaan klien. Faktor penghambat dalam
perencanaan adalah penulis kesulitan pada tujuan dalam menentukan
waktu perencannan sehingga pemecahan masalahnya penulis berpedoman
pada buku-buku referensi.

4.4 Pelaksanaan Keperawatan


Dalam pelaksanaan tindakan kaperawatan, klien dan kelurga kooperatif
dan mau berkerja ama sehingga rencana tindakan dapat di laksanakan.
Namun ada pelaksanaan tindakan keperawatan yg tidak di lakukan sesuai
rencana yang tidak pada diagnoasa.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan adalah klien dan keluarga kooperatif
dan mau di ajak bekerjasama sehingga rencana tindakan dapat
dilaksanakan. Factor penghambat pelaksannan tindakan keperawatan
adalah keterbatasan penulis tidak berada di ruangan 24 jam sehingga tidak
dapat semua tindakan di lakukan oleh penulis.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan menilai
sejauh keberhasilan asuhan keperawatan yang telah dicapai. Berdasarkan
evaluasi yang diperoleh dari 2 diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus An.D maka diagnosa yang belum teratasi yaitu : kekurangan volume
cairan & elektrolit berhubungan dengan output yang berlebih masalah ini
belum teratasi karena klien masih BAB terus menerus dengan konsistensi
feses cair. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake tidak adekuat. Masalah ini belum teratasi
karena klien masih tidak nafsu makan dan makan hanya habis ½ porsi.
33

Faktor pendukung yang penulis temukan saat melakukan evaluasi


keperawatan yaitu bantuan dari perawat ruangan senior dan rekan
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien, serta
adanya informasi dari tentang medis lainnya, serta adanya kriteria hasil
yang sudah penulis buat sebelumnya sehingga dapat dijadikan pedoman
dalam menentukan apakah tujuan sudah tercapai atau belum serta menjadi
acuan dalam pelaksanaan tindakan dan evaluasi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Pengkajian

Masalah kesehatan Gastroenteritis pada An.D yang didapat saat


pengkajian yaitu An.D masih BAB terus menerus dengan konsistensi
feses encer. Dengan hasil TTV N: 100x/menit, suhu: 37,2ºC, Rr:
24x/menit. Dapat disimpulkan bahwa masalah kekurangan volume
cairan & elektrolit masih terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa penulis mengangkat satu tipologi diagnosa keperawatan


yaitu diagnose pertama kekurangan volume cairan & elektrolit
berhubungan dengan output yang berlebih ditandai dengan klien BAB
6x/hari dengan konsistensi encer. Diagnosa kedua ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak adekuat ditandai dengan penurunan BB ± 2kg.

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam memberikan asuhan keperawatan dapat


disesuaikan dengan teori sehingga dalam pelaksanaannya tidak
mengalami hambatan, sedangkan untuk prioritas masalah disesuaikan
dengan kondisi klien pada saat pengkajian.

34
35

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan penulis melaksanakan tindakan keperawatan


sesuai dengan rencana keperawatan prioritas yang telah dibuat dan
sesuaikan dengan kondisi klien saat itu. Adapun terapi yang diberikan
pada An. D dengan diagnosa Gastroenteritis adalah IVFD KAEN 3B 14
ttes/menit, Lacto B 1X1 sach. Dan hasil observasi tanda-tanda vital
yang didapat pada saat pengkajian yaitu TD : - mmHg, N : 100 x/menit,
Sh : 37,2º C, Rr : 24x/menit.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilihat dari perkembangan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan. Pada tahap evaluasi dapat disimpulkan bahwa masalah
prioritas kekurangan volume cairan & elektrolit belum teratasi,
sehingga tindakan dapat dilanjutkan sesuai renca keperawatan prioritas
dan kondisi klien saat itu.

6. Faktor pendukung, factor penghambat, dan solusi

Factor pendukung yang penulis temukan dalam melakukan asuhan


keperawatan gawat darurat pada An.D yaitu klien dan keluarga
koopertif sehingga penulis dapat menentukan prioritas masalah yang
muncul pada klien, Faktor penghambat dalam perencanaan adalah
penulis kesulitan pada tujuan dalam menentukan waktu perencannan
sehingga pemecahan masalahnya penulis berpedoman pada buku-buku
referensi.
36

5.2 Saran

1. Untuk perawat
Diharapkan perawat dalam pendokumentasiannya dapat mencantumkan
nama dan tanda tangan yang jelas agar dalam pelaksanaan pemberian
Asuhan Keperawatan sesuai dengan yang diharapkan dan upayakan
dengan adanya pemberian pendidikan kesehatan terhadap klien dengan
Gastroenteritis.

2. Untuk mahasiswa

Dalam melakukan asuhan keperawatan klien dengan Gastroenteritis


sebaiknya diperhatikan semua kebutuhan klien yang dapat dilihat
dalam kebutuhan fisiologisnya seperti oksigen, nurisi, eliminasi,
cairan, istirahat agar semua kebutuhan klien dapat terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai