Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PRAKTIKUM FARMAKOTERAPI III

“KASUS GASTROENTERITIS”

Dosen Pengampu :

Apt. Raising Rahmawati, M.Farm Klin.

Disusun oleh:

Widriyatul Lianah (201708058)

Yossi Febryarti (201708059)

Yurisca Nabella Nur A (201708060)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA

MADIUN

2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur panjatkan Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat

dan Karunia-Nya kepada kita semua sehingga penyusun bisa menyelesaikan

makalah ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita

Muhammad SAW, beserta keluarga-Nya, sahabat-sahabat-Nya dan kita selaku

umat-Nya hingga akhir zaman.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal

ini karena kemampuan dan pengalaman yang masih dalam keterbatasan. Untuk itu

diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah in.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat

memberikan inspirasi bagi pembaca.

Madiun, Februari 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis atau diare sampai saat ini masih merupakan

masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara

maju. Menurut Suharyono (2008) gastroenteritis akut didefinisikan sebagai

buang air besar dengan tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih

banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari. Menurut Word

Health Organization (WHO), di negara maju walaupun sudah terjadi

perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden gastroenteritis

atau diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan.

Menurut Yati (2010), salah satu penyebab utama mortalitas dan

morbiditas anak di Dunia yang menyebabkan kematian 1,6-2,5 juta anak

tiap tahunnya, serta merupakan1/5 dari seluruh penyebab kematian.

Sedangkan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia

(2001), penyakit diare menempati urutan kedua penyakit mematikan yang

berasal dari penyakit infeksi. Jumlah penderita diare di Indonesia pada

tahun itu mencapai 4 % dan angka kematiannya mencapai 3,8 %.

Dampak yang timbul dari diare adalah dehidrasi, dan gangguan

pertumbuhan (Widjaja, 2011). Hai ini kalau tidak segera ditangani akan

mengancam keselamatan klien misalnya, jika terjadi dehidrasi akan

menyebabkan syok hipovolemik, serta dapat mengakibatkan gangguan

pertumbuhan hai ini disebabkan oleh kurangnya makanan yang tidak dapat
diserap oleh tubuh dan kurangnya masukan makanan yang masuk dalam

tubuh. Oleh karena itu peran tenaga medis dalam menangani klien dengan

gangguan gastroenteritis adalah dengan memonitor intake dan output

klien, monitor tanda-tanda vital, monitor asupan makanan dan diet klien,

menyarankan pada klien untuk banyak minum, menjaga personal hygiene,

dan menjaga lingkungan agar tetap nyaman dan tenang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan asuhan kefarmasian pada pasien gastroenteritis ?

2. Parameter apa yang perlu dimonitoring pada pasien gastroenteritis ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui penerapan asuhan kefarmasian pada pasien

gastroenteritis.

2. Untuk mengetahui parameter apa yang perlu dimonitoring pada pasien

gastroenteritis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gastroenteritis adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan

pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi dengan gejalanya

terutama adalah muntah dan diare. Gatroenteritis akut merupakan perwujudan

infeksi biasanya disebabkan oleh Escherichia coli dan Salmonella, ditandai

dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses, kram perut, demam,

muntah, gemuruh usus, dan haus. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan

peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat terjadi setiap defekasi

(Muttaqin, 2011).

2.2 Etiologi

Etiologi gastroenteritis akut menurut (Ngastiyah, 2005) yaitu:

a. Faktor infeksi

Infeksi internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang

merupakan penyebab utama, infeksi internal, meliputi :

1) Infeksi bakteri : Escherichia coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.

2) Infeksi virus : Rotavirus, Enterovirus echoviruses, Adenovirus,

dan Human retrovirus

3) Infeksi parasit : Cacing, protozoa, dan jamur.


b. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida, monosakarida pada bayi dan

anak, malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan

Makanan basi beracun dan alergi makanan.

d. Faktor kebersihan

Penggunaan air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci

tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum

mengkonsumsi makanan.

e. Faktor psikologi

Rasa takut dan cemas dapat menyebabkan diare karena dapat

merangsang peningkatan peristaltik usus.

2.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah

satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah

(81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan

gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu

terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa

yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat

pada <10% pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencangkup

radang tenggorokan, batuk dan rinorea dilaporkan sekitar 10%.

Sedangkan gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung

atau memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery


diarhhea) dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang

umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek

atau cair. Umumnya gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam

setelah makan atau minurnan yang terkontaminasi.

2.4 Patogenesis

Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi

yang berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor

agent dan faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak

sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi

cairan usus halus serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan

tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat

menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau

lingkungan internal saluran cerna antara lain: keasaman lambung, motilitas

usus, imunitas, dan lingkungan mikroflora usus. Patogenesis diare karena

infeksi bakteri/parasit terdiri atas :

a. Diare karena bakteri non-invasif (enterotoksigenik)

Diare jenis ini biasanya disebut juga sebagai diare tipe sekretorik

dengan konsistensi berair dengan volume yang banyak. Bakteri yang

memproduksi enterotoksin ini tidak merusak mukosa seperti V.

cholerae Eltor, Eterotoxicgenic E.coli (ETEC) dan C. Perfringens.

V.cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang terkait pada mukosa usus

halus 15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini

menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin di nukleotid


pada dinding sel usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’-5’-

siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi

aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion

bikarbonat, kation, natrium dan kalium.

b. Diare karena bakteri/parasite invasive (enterovasif)

Diare yang diakibatkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare

Inflammatory. Bakteri yang merusak (invasif) antara lain

Enteroinvasive E. coli (EIEC), Salmonella, Shigella, Yersinia, C.

perfringens tipe C. diare disebabkan oleh kerusakan dinding usus

berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif.

Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Kuman salmonella

yang sering menyebabkan diare yaitu S. paratyphi B, Styphimurium, S

enterriditis, S choleraesuis. Penyebab parasite yang sering yaitu E.

histolitika dan G. lamblia.

2.5 Diagnosa

Diagnosa gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat,

dengan perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair,

berdarah, berlendir, purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-

tanda mengetahui dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa haus,

pusing, dan perubahan status mental. Muntah lebih sugestif penyakit


virus atau penyakit yang disebabkan oleh ingesti racun bakteri. Gejala

lebih menunjukkan invasif bakteri (inflamasi) diare adalah demam,

tenesmus, dan feses berdarah. Makanan dan riwayat perjalanan sangat

membantu untuk mengevaluasi potensi paparan agent. Anak-anak di

tempat penitipan, penghuni panti jompo, penyicip makanan, dan pasien

yang baru dirawat di rumah sakit berada pada risiko tinggi penyakit

diare menular. Wanita hamil memiliki 12 kali lipat peningkatan risiko

listeriosis, terutama yang mengkonsumsi olahan daging beku, keju

lunak, dan susu mentah. Riwayat sakit terdahulu dan penggunaan

antibiotik dan obat lain harus dicatat pada pasien dengan diare akut.

b. Pemeriksaan Fisik

Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat

dehidrasi pasien. Umumnya penampilan sakit, membran mukosa

kering, waktu pengisian kapiler yang tertunda, peningkatan denyut

jantung dan tanda-tanda vital lain yang abnormal seperti penurunan

tekanan darah dan peningkatan laju nafas dapat membantu dalam

mengidentifikasi dehidrasi. Demam lebih mengarah pada diare dengan

adanya proses inflamasi. Pemeriksaan perut penting untuk menilai

nyeri dan proses perut akut. Pemeriksaan rektal dapat membantu dalam

menilai adanya darah, nyeri dubur, dan konsistensi feses. Dehidrasi

Ringan (hilang cairan 2-5% BB) gambaran klinisnya turgor kurang,

suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok. Dehidrasi Sedang


(hilang cairan 5-8% BB) turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam

presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.

c. Pemeriksaan Penunjang

Darah :

- Darah perifer lengkap

- Serum elektrolit: Na+, K+, Cl-

- Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan

keseimbangan asam basa (pernafasan Kusmaull)

- Immunoassay: toksin bakteri (C. difficile), antigen virus

(rotavirus), antigen

- protozoa (Giardia, E. histolytica).

Feses:

- Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumiah lekosit di

feses pada inflamatory diarrhea; parasit: amoeba bentuk

tropozoit, hypha pada jamur)

- Biakan dan resistensi feses (colok dubur) Pemeriksaan

penunjang diperlukan dalam penatalaksanaan diare akut karena

infeksi, karena dengan tata cara pemeriksaan yang terarah akan

sampai pada terapi definitif.

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:

rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi

simptomatik, dan memberikan terapi definitif.


a. Terapi Rehidrasi

Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi,

dimana lebih disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan

cairan (dengan penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat

badan normal pasien dan berat badan saat pasien diare) harus ditangani

pertama. Selanjutnya, tangani kehilangan cairan dan cairan untuk

pemeliharaan. Hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan

rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

a) Jenis cairan

Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan

karena tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah

kaliumnya lebih rendah bila dibandingkan dengan kadar

Kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini, boleh

diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu

ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus

NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada

keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran

cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal

agar tidak terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya.

Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung garam dan glukosa

yang dikombinasikan dengan air.


b) Jumlah Cairan

Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai

dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan

cairan dari badan dapat dihitung dengan memakai Metode

Daldiyono berdasarkan keadaan klinis dengan skor. Rehidrasi

cairan dapat diberikan dalam 1-2 jam untuk mencapai kondisi

rehidrasi.

c) Jalur Pemberian Cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral

dan intravena. Untuk pemberian per oral diberikan larutan

oralit yang komposisinya berkisar antara 29g glukosa, 3,5g

NaCl, 2,5g Na bikarbonat dan 1,5g KCI setiap liternya. Cairan

per oral juga digunakan untuk memperlahankan hidrasi setelah

rehidrasi inisial.

b. Terapi Simtomatik

Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-

benar dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada

keuntungannya. Hal yang harus sangat diperhatikan pada pemberian

antiemetik, karena Metoklopropamid misalnya dapat memberikan

kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan ekstrapiramidal. Pada

diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada

kontraindikasi dapat dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat

maupun loperamid dalam waktu singkat. Pada diare yang berat obat-
obat tersebut dapat dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat

dikombinasi dengan pemberian obat antimikrobial.

c. Terapi Antibiotik

Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare

akut infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa

pemberian antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan

gejala dan tanda diare infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit

pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan,

persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada

pelancong dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotic

dapat secara empiris, tetapi antibiotic spesifik diberikan berdasarkan

kultur dan resistensi kuman.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai