DISUSUN OLEH :
AISYAH
RENI GUSNIDA
RANDI IRAWAN
ELVIRA ANGRAINI
VITOCER NOVERIO
KHAIRIAH INDRIANI
IKHSAN DARMAWAN
Etiologi
Secara garis besar, etiologi glomerulonefritis adalah segala hal yang dapat
mencetuskan respons imun pada glomerulus. Etiologi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
glomerulonefritis yang diperantarai antibodi dan yang tidak diperantarai antibodi.Beberapa
penyakit sistemik juga dapat mencetuskan terjadinya glomerulonefritis. Berikut ini
merupakan beberapa penyakit sistemik dan obat yang dapat menyebabkan
glomerulonefritis:Penyakit imunologi: lupus eritematosus sistemik, granulomatosis dengan
poliangitis, penyakit jaringan ikat campuran, Henoch-Schonlein purpuraPenyakit metabolik-
genetik: diabetes mellitus, amiloidosis, penyakit sel sabitPenyakit hematoonkologi: multipel
myeloma, macroglobulinemia, krioglobulinemia, trombositopenia trombotik purpura,
sindroma hemolitik-uremik, limfoma, leukemia, dan karsinomaObat-obatan: obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), captopril, siklosporin, tacrolimus, bifosfonat,
penicillamine[6-8]
Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya glomerulonefritis sampai sekarang belum diketahui secara
pasti. Akan tetapi beberapa studi telah menyimpulkan bahwa penyebab tersering terjadinya
glomerulonefritis adalah akibat respons imun.
Glomerulonefritis merupakan suatu proses kompleks yang umumnya berkaitan
dengan respons imun humoral maupun cell-mediated. Patofisiologi dasar dari
glomerulonefritis adalah deposisi kompleks antigen-antibodi pada membran basal
glomerular. Secara kasat mata, ginjal akan tampak membesar hingga 50%. Secara
histopatologi, akan terlihat infiltrasi sel polimorfonuklear dan edema pada sel ginjal.
Pada post streptococcal glomerulonephritis (PSGN), neuraminidase Streptokokus
dapat menyebabkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang akan menumpuk di
glomeruli. Hal ini akan memicu respon imun lebih lanjut dan pelepasan sitokin proinflamasi.
Manifestasi klinis
Gejala yang dialami penderita glomerulonefritis tergantung pada jenis penyakitnya,
baik itu akut maupun kronis.
Gejala yang umumnya muncul antara lain:
1.Urine yang berbuih
2.Kencing berdarah (hematuria)
3.Pembengkakan di wajah, tangan, kaki, atau perut
4.Frekuensi buang air kecil berkurang
5.Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Selain beberapa gejala di atas, penderita glomerulonefritis juga dapat mengalami
gejala lain berupa: Sakit perut,Muntaber,Diare,Ruam,Demam,Batuk,Sesak napas,Tubuh
mudah lelah,Hilang nafsu makan,Nyeri sendi dan otot,Mimisan
Glomerulonefritis kronis sering kali sulit terdeteksi karena dapat berkembang tanpa
menimbulkan gejala. Apabila muncul, gejala glomerulonefritis kronis biasanya akan
menyerupai gejala akut. Namun, pada glomerulonefritis kronis terjadi peningkatan frekuensi
buang air kecil pada malam hari.
Klasifikasi
Glomerulonefritis dibedakan menjadi 3:
1.Diifus
Mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul akibat gagal
ginjal kronik.
bentuk klinisnya ada 3:
1.akut : jenis gangguan yang klasik dan jinak yang selalu diawali oleh infeksi
stroptococcus dan disertai endapan kompleks imun pada membrana basalis
glomerulus dan perubahan proliferasif seluler.
2.Sub akut : bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat,ditandai dengan
perubahan-perubahan proliferatif seluler nyata yang merusak glomerulus sehingga
dapat mengakibatkan kematian akibat uremia.
3.kronik: Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan menuju perubahan
sklerotik dan abliteratif pada glomerulus,ginjal mengisut dan kecil,kematian akibat
uremia.
2.Fokal
Hanya sebagian glomerulus yang abnormal.
3.lokal
hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai kapiler.
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
LED ( laju endap darah) meningkat.
Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia(retensi garam dan
air).
Pemeriksaan urine menunjukkan jumlah urine menurun,berat
jenis urine meningkat.
Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien,ditemukan:
albumin(+),eritrosit(++),leukosit (+),silinder leukosit,eritrosit,dan
hialin.
Albumin serum sedikit menurun,komplemen serum (globulin
beta-IC) sedikit menurun.
Ureum dan kreatinin meningkat.
Titer antistreptolisin umumnya meningkat,kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja
Uji fungsi ginjal pada 50% pasien.
2.Tes gangguan kompleks imun
3. Biopsi ginjal
2. Jenis kelamin : glomerunefritis dapat menyerang laki-laki maupun perempuan (Prabowo &
Pranata, 2014, p. 47).
3. Tempat tinggal : ada tidaknya faktor predisposisi yang berhubungan dengan pola kebiasaan
dan higiene (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47).
Penyakit pasien sebelumnya adalah ISPA (Bararah & Jauhar, 2013, p. 226).
Riwayat pengobatan
Pada riwayat pengobatan diberikan obat diuretik untuk mengurangi kelebihan cairan misalnya
furosemide dan berikan obat anti hipertensi jika terdapat hipertensi misalnya amodibin (Suharyanto &
Madjid, 2013, p. 135).
1. Pemeriksaan fisik
2. Keadaan umum
3. Kesadaran
Pasien mengalami nyeri abdomen yang disertai kencing kemerahan (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47).
1. TTV
Suhu : lebih dari 36,7°c
TD : 120/80 mmHg
RR : 20 X/m
2. Body sistem
3. Sistem pernafasan
Pada fase akut biasanya tidak ditemukan adanya gangguan pada pola pernafasan dan masalah pada
jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47).
1. Sistem kardiovaskular
Salah satu tanda khas glomerulonefritis adalah peningkatan darah sekunder dari retensi natriumdan air
yang memberikan dampak pada peningkatan volume intravaskular. Peningkatan volume cairan intra
vaskular akan berdampak pada sistem kardiovaskular dimana akan terjadi penurunan perfusi jaringan
akibat tingginya beban sirkulasi (Prabowo & Pranata, 2014, p. 48).
1. Sistem persyarafan
Akan ditemukan edema pada wajah terutama pada daerah periorbital, konjungtiva, anemis. Pada fase
kronik pada retina mencakup hemoragi, adanya eksudat, arterior menyempit dan berliku-liku
(Prabowo & Pranata, 2014, p. 48).
1. Sistem perkemihan
2. Inspeksi
Terdapat edema pada ektremitas dan wajah, perubahan warna urine berwarna kola dari proteinuri,
silenderuri, hematuri.
2. Palpasi
Pasien akan mengeluh adanya nyeri tekan ringan pada area kostovertebra.
3. Perkusi
Pemeriksaan ketuk pada sujud kostovertebra memberikan stimulus ringan lokal disertai suatu
perjalaran nyeri ke pinggang dan perut (Prabowo & Pranata, 2014, p. 48).
Sistem pencernaan
Ditemukan keluhan mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan penurunan intakel
nutrisi dari kebutuhan. Pada fase kronik pasien akan mengalami diare sekunder, bau mulut amoniak
dan peradangan mukosa di mulut, dan ulkus pada saluran cerna (Prabowo & Pranata, 2014, p. 49).
Ditemukan juga adanya edema serta terjadi penurunan haluan urin (Bararah & Jauhar, 2013, hal. 226)
1. Sistem intergumen
Pigmen kulit nampak kuning keabu-abuan (Prabowo & Pranata, 2014, p. 49).
2. Sistem muskuluskeletal
Pasien akan mengalami kelemahan fisik secara umum. Pada fase kronik pasien akan sangat kurus,
pigmen kulit nampak kuning keabu-abuan, terjadinya edema perifer (dependen), dan periorbital,
didapatkan nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, kulit gatal, dan adanya infeksi berulang.
Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada kulit, dan keterbatasan gerak.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer
daeri hipertensi (Prabowo & Pranata, 2014, p. 49).
Sistem endokrin
Pada pasien dengan gangguan glomerulonefritis terjadi perbandingan albumin dan globulin terbalik
dan kolesterol darah meninggi (Ngastiyah, 2014, hal. 305)
Sistem reproduksi
Pada pasien glomerulonefritis kronik terjadi gagal ginjal yang menyebabkan tubuh menjadi
lemah sehingga sistem reproduksi menjadi terganggu (Ngastiyah, 2014, hal. 305)
Sistem penginderaan
Pada indera pembau, pasien glomerulonefritis akan mengalami napas pendek yang ditandai
dengan takipnea, dispnea, serta peningkatan frekuensi (Bararah & Jauhar, 2013, p. 226). Pada indera
penglihatan, pasien glomerulonefritis akan mengalami edema ringan disekitar mata (Bararah &
Jauhar, 2013, p. 225).
Sistem imun
Proses autoimun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan
autoimun yang merusak glomerulus (Ngastiyah, 2014, hal. 297)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium urin
Pada pemeriksaan urin ditemukan protein (proteinuria), terdapat darah (hematuria) yang
mengakibatkan urin berwarna kemerah-merahan seperti kopi (Prabowo & Pranata, 2014, p. 45).
Gravitasi spesifik mendekati 1.010 serta adanya endapan atau butir-butir protein (Suharyanto &
Madjid, 2013, p. 134).
Pada rontgen
IVP abnormalitas pada sitem penampung (ductus koligentes). (Bararah & Jauhar, 2013, p. 226).
Elektrokardiogram (EKG)
Mungkin normal namun dapat juga menunjukkan adanya hipertensi disertai hipertropi ventrikel kiri
dan gangguan elektrolit, seperti hiperkalemia dan gelombang T inverted (Suharyanto & Madjid, 2013,
p. 134).
Penatalaksanaan
Subjektif :
Merasa takut mengalami cedera berulang
Objektif :
Bersikap protektif
Waspada
Pola tidur berubah
Anoreksia
Fokus menyempit
Berfokus pada diri sendiri
Kondisi klinis terkait : kondisi kronis, infeksi, cedera medula spinalis, kondisi pasca trauma, dan
tumor.
Subjektif : cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun
Objektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otoe menelan lemah, membran mukosa pucat,
sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, dan diare
Faktor yang berhubungan : stroke, parkinson, mobius syndrom, cerebral palsy, cleft lip, cleft palate,
amvotropic leteral sclerosis.
Gangguan integritas kulit atau jaringan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, p. 282)
Definisi : kerusakan kulit (dermis/epidermis) atau jaringan (mebran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan ligamen).
Penyebab :
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kekurangan atau kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrim
7. Faktor mekanis (misalnya penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau elektris
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8. Efek samping radiasi
9. Kelembaban
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubahan hormonal
14. Kurang terpapar informasi tenntang upaya melindungi intregitas jaringan
15.
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : tidak ada
Objektif : kerusakan jaringan atau lapisan kulit
Faktor resiko :
Prosedur pembedahan mayor
1. Trauma/perdarahan
2. Luka bakar
3. Aferesis
4. Asites
5. Obstruksi intestinal
6. Peradangan pankreas
7. Penyakit ginjal dan kelenjar
8. Disfungsi intestinal
9.
Kondisi klinis yang terkait :
Prosedur pembedahan mayor
1. Penyakit ginjal dan kelenjar
2. Perdarahan
3. Luka bakar
Intervensi
Pada asuhan keperawatan glomerulonefritis intervensi yang muncul antara lain :
Nyeri kronis
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual
atau potensial.
Tujuan : menunjukkan nyeri: efek merusak, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan
1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):