Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KMB

ASUHAN KEPERAWATAN GLOMERULINEFRITIS

DISUSUN OLEH :
AISYAH
RENI GUSNIDA
RANDI IRAWAN
ELVIRA ANGRAINI
VITOCER NOVERIO
KHAIRIAH INDRIANI
IKHSAN DARMAWAN

DOSEN PENGAMPUH : Ns. Seti Julita, M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNI KESEHATAN KEMENKES RIAU JURUSAN
KEPERAWATAN
2022/2023
Definisi
Glomerulonefritis adalah peradangan yang terjadi di glomerulus, yaitu bagian ginjal
yang berfungsi untuk menyaring zat sisa, serta membuang cairan dan elektrolit berlebih dari
tubuh. Bila tidak segera diobati, glomerulonefritis yang berat atau terjadi berkepanjangan
bisa mengakibatkan gagal ginjal.
Glomerulonefritis bisa terjadi secara tiba-tiba (akut) atau berlangsung dalam jangka
panjang (kronis). Kondisi ini juga bisa berkembang dengan cepat dan menyebabkan
kerusakan ginjal (rapidly progressive glomerulonephritis).

Etiologi
Secara garis besar, etiologi glomerulonefritis adalah segala hal yang dapat
mencetuskan respons imun pada glomerulus. Etiologi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
glomerulonefritis yang diperantarai antibodi dan yang tidak diperantarai antibodi.Beberapa
penyakit sistemik juga dapat mencetuskan terjadinya glomerulonefritis. Berikut ini
merupakan beberapa penyakit sistemik dan obat yang dapat menyebabkan
glomerulonefritis:Penyakit imunologi: lupus eritematosus sistemik, granulomatosis dengan
poliangitis, penyakit jaringan ikat campuran, Henoch-Schonlein purpuraPenyakit metabolik-
genetik: diabetes mellitus, amiloidosis, penyakit sel sabitPenyakit hematoonkologi: multipel
myeloma, macroglobulinemia, krioglobulinemia, trombositopenia trombotik purpura,
sindroma hemolitik-uremik, limfoma, leukemia, dan karsinomaObat-obatan: obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), captopril, siklosporin, tacrolimus, bifosfonat,
penicillamine[6-8]

Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya glomerulonefritis sampai sekarang belum diketahui secara
pasti. Akan tetapi beberapa studi telah menyimpulkan bahwa penyebab tersering terjadinya
glomerulonefritis adalah akibat respons imun.
Glomerulonefritis merupakan suatu proses kompleks yang umumnya berkaitan
dengan respons imun humoral maupun cell-mediated. Patofisiologi dasar dari
glomerulonefritis adalah deposisi kompleks antigen-antibodi pada membran basal
glomerular. Secara kasat mata, ginjal akan tampak membesar hingga 50%. Secara
histopatologi, akan terlihat infiltrasi sel polimorfonuklear dan edema pada sel ginjal.
Pada post streptococcal glomerulonephritis (PSGN), neuraminidase Streptokokus
dapat menyebabkan terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang akan menumpuk di
glomeruli. Hal ini akan memicu respon imun lebih lanjut dan pelepasan sitokin proinflamasi.
Manifestasi klinis
Gejala yang dialami penderita glomerulonefritis tergantung pada jenis penyakitnya,
baik itu akut maupun kronis.
Gejala yang umumnya muncul antara lain:
1.Urine yang berbuih
2.Kencing berdarah (hematuria)
3.Pembengkakan di wajah, tangan, kaki, atau perut
4.Frekuensi buang air kecil berkurang
5.Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Selain beberapa gejala di atas, penderita glomerulonefritis juga dapat mengalami
gejala lain berupa: Sakit perut,Muntaber,Diare,Ruam,Demam,Batuk,Sesak napas,Tubuh
mudah lelah,Hilang nafsu makan,Nyeri sendi dan otot,Mimisan
Glomerulonefritis kronis sering kali sulit terdeteksi karena dapat berkembang tanpa
menimbulkan gejala. Apabila muncul, gejala glomerulonefritis kronis biasanya akan
menyerupai gejala akut. Namun, pada glomerulonefritis kronis terjadi peningkatan frekuensi
buang air kecil pada malam hari.

Klasifikasi
Glomerulonefritis dibedakan menjadi 3:
1.Diifus
Mengenai semua glomerulus, bentuk yang paling sering ditemui timbul akibat gagal
ginjal kronik.
bentuk klinisnya ada 3:
1.akut : jenis gangguan yang klasik dan jinak yang selalu diawali oleh infeksi
stroptococcus dan disertai endapan kompleks imun pada membrana basalis
glomerulus dan perubahan proliferasif seluler.
2.Sub akut : bentuk glomerulonefritis yang progresif cepat,ditandai dengan
perubahan-perubahan proliferatif seluler nyata yang merusak glomerulus sehingga
dapat mengakibatkan kematian akibat uremia.
3.kronik: Glomerulonefritis progresif lambat yang berjalan menuju perubahan
sklerotik dan abliteratif pada glomerulus,ginjal mengisut dan kecil,kematian akibat
uremia.
2.Fokal
Hanya sebagian glomerulus yang abnormal.
3.lokal
hanya sebagian rumbai glomerulus yang abnomral misalnya satu sampai kapiler.

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
 LED ( laju endap darah) meningkat.
 Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia(retensi garam dan
air).
 Pemeriksaan urine menunjukkan jumlah urine menurun,berat
jenis urine meningkat.
 Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien,ditemukan:
albumin(+),eritrosit(++),leukosit (+),silinder leukosit,eritrosit,dan
hialin.
 Albumin serum sedikit menurun,komplemen serum (globulin
beta-IC) sedikit menurun.
 Ureum dan kreatinin meningkat.
 Titer antistreptolisin umumnya meningkat,kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja
 Uji fungsi ginjal pada 50% pasien.
2.Tes gangguan kompleks imun
3. Biopsi ginjal

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
Identitas
1. Umur : penyakit glomerulonefritis kronis bisa terjadi pada semua umur tet api sering
ditemukan pada usia 3-7 tahun (Bararah & Jauhar, 2013, p. 225).

2. Jenis kelamin : glomerunefritis dapat menyerang laki-laki maupun perempuan (Prabowo &
Pranata, 2014, p. 47).

3. Tempat tinggal : ada tidaknya faktor predisposisi yang berhubungan dengan pola kebiasaan
dan higiene (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47).

Status kesehatan saat ini


1. Keluhan utama
Keluhan utama yang menjadi alasan untuk masuk rumah sakit adalah adanya gejala dan tanda
urine tampak kemerah-merahan atau seperti kopi dan sakit pada saat kencing (Prabowo & Pranata,
2014, p. 47). Alasan masuk rumah sakit
Menurut Burner & Suddarth dalam (Prabowo & Pranata, 2014, p. 43)pasien glomerulonefritis
kronis mengeluh sakit kepala, demam, dan nyeri panggul.

Riwayat penyakit sekarang


Menurut Burner & Suddarth dalam (Prabowo & Pranata, 2014, p. 43)pasien dengan
glomerulonefritis kronis biasa mengalami gejala hipertensi ringan sampai berat, proteinuria,
hematuria, dan oliguria.

1. Riwayat kesehatan terdahulu


2. Riwayat penyakit sebelumnya

Penyakit pasien sebelumnya adalah ISPA (Bararah & Jauhar, 2013, p. 226).

Riwayat penyakit keluarga


Pada riwayat penyakit keluarga terdapat salah satu anggota keluarga yang pernah mengalami
hipertensi atau peningkatan kadar BUN dan creatinin serum (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 134).

Riwayat pengobatan
Pada riwayat pengobatan diberikan obat diuretik untuk mengurangi kelebihan cairan misalnya
furosemide dan berikan obat anti hipertensi jika terdapat hipertensi misalnya amodibin (Suharyanto &
Madjid, 2013, p. 135).

1. Pemeriksaan fisik
2. Keadaan umum
3. Kesadaran

Pasien mengalami nyeri abdomen yang disertai kencing kemerahan (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47).

1. TTV
Suhu : lebih dari 36,7°c

Nadi : lebih dari 80x/menit

TD : 120/80 mmHg

RR : 20 X/m

HR : 80 X/mt (Bararah & Jauhar, 2013, p. 228)

2. Body sistem
3. Sistem pernafasan
Pada fase akut biasanya tidak ditemukan adanya gangguan pada pola pernafasan dan masalah pada
jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan (Prabowo & Pranata, 2014, p. 47).

1. Sistem kardiovaskular
Salah satu tanda khas glomerulonefritis adalah peningkatan darah sekunder dari retensi natriumdan air
yang memberikan dampak pada peningkatan volume intravaskular. Peningkatan volume cairan intra
vaskular akan berdampak pada sistem kardiovaskular dimana akan terjadi penurunan perfusi jaringan
akibat tingginya beban sirkulasi (Prabowo & Pranata, 2014, p. 48).

1. Sistem persyarafan
Akan ditemukan edema pada wajah terutama pada daerah periorbital, konjungtiva, anemis. Pada fase
kronik pada retina mencakup hemoragi, adanya eksudat, arterior menyempit dan berliku-liku
(Prabowo & Pranata, 2014, p. 48).

1. Sistem perkemihan
2. Inspeksi
Terdapat edema pada ektremitas dan wajah, perubahan warna urine berwarna kola dari proteinuri,
silenderuri, hematuri.

2. Palpasi
Pasien akan mengeluh adanya nyeri tekan ringan pada area kostovertebra.

3. Perkusi
Pemeriksaan ketuk pada sujud kostovertebra memberikan stimulus ringan lokal disertai suatu
perjalaran nyeri ke pinggang dan perut (Prabowo & Pranata, 2014, p. 48).
Sistem pencernaan
Ditemukan keluhan mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan penurunan intakel
nutrisi dari kebutuhan. Pada fase kronik pasien akan mengalami diare sekunder, bau mulut amoniak
dan peradangan mukosa di mulut, dan ulkus pada saluran cerna (Prabowo & Pranata, 2014, p. 49).

Ditemukan juga adanya edema serta terjadi penurunan haluan urin (Bararah & Jauhar, 2013, hal. 226)

1. Sistem intergumen
Pigmen kulit nampak kuning keabu-abuan (Prabowo & Pranata, 2014, p. 49).

2. Sistem muskuluskeletal
Pasien akan mengalami kelemahan fisik secara umum. Pada fase kronik pasien akan sangat kurus,
pigmen kulit nampak kuning keabu-abuan, terjadinya edema perifer (dependen), dan periorbital,
didapatkan nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, kulit gatal, dan adanya infeksi berulang.
Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimosis pada kulit, dan keterbatasan gerak.
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan perfusi perifer
daeri hipertensi (Prabowo & Pranata, 2014, p. 49).
Sistem endokrin
Pada pasien dengan gangguan glomerulonefritis terjadi perbandingan albumin dan globulin terbalik
dan kolesterol darah meninggi (Ngastiyah, 2014, hal. 305)

Sistem reproduksi
Pada pasien glomerulonefritis kronik terjadi gagal ginjal yang menyebabkan tubuh menjadi
lemah sehingga sistem reproduksi menjadi terganggu (Ngastiyah, 2014, hal. 305)

Sistem penginderaan
Pada indera pembau, pasien glomerulonefritis akan mengalami napas pendek yang ditandai
dengan takipnea, dispnea, serta peningkatan frekuensi (Bararah & Jauhar, 2013, p. 226). Pada indera
penglihatan, pasien glomerulonefritis akan mengalami edema ringan disekitar mata (Bararah &
Jauhar, 2013, p. 225).

Sistem imun
Proses autoimun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan
autoimun yang merusak glomerulus (Ngastiyah, 2014, hal. 297)

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium urin
Pada pemeriksaan urin ditemukan protein (proteinuria), terdapat darah (hematuria) yang
mengakibatkan urin berwarna kemerah-merahan seperti kopi (Prabowo & Pranata, 2014, p. 45).
Gravitasi spesifik mendekati 1.010 serta adanya endapan atau butir-butir protein (Suharyanto &
Madjid, 2013, p. 134).

Pemeriksaan laboratorium darah


Laju endapan darah meningkat, kadar Hb menurun skunder dari hematuria (gross hematuria)
dan BUN cretinin melebihi angka normal (Prabowo & Pranata, 2014, p. 45).

Test gangguan kompleks imun


Biopsi ginjal dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis penyakit glomerulus (Prabowo &
Pranata, 2014, p. 45).

Pada rontgen
IVP abnormalitas pada sitem penampung (ductus koligentes). (Bararah & Jauhar, 2013, p. 226).

Pemeriksaan sinar-X pada dada


Menunjukkan pembesaran jantung dan edema pulmoner (Suharyanto & Madjid, 2013, p. 134).

Elektrokardiogram (EKG)
Mungkin normal namun dapat juga menunjukkan adanya hipertensi disertai hipertropi ventrikel kiri
dan gangguan elektrolit, seperti hiperkalemia dan gelombang T inverted (Suharyanto & Madjid, 2013,
p. 134).

Penatalaksanaan

Istirahat selama 1-2 minggu


Modifikasi diet
Pembatasan cairan dan natrium
Pemberian diuretik furosemid intravena (1 mg/kgBB/kali)
Pembatasan protein bila BUN meningkat (Bararah & Jauhar, 2013, p. 225)
Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan glomerulonefritis yang muncul antara lain :

Nyeri kronis(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, p. 174)


Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hinghga berat dan konstan,
yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyebab :

kondisi muskulus skeletal kronis


kerusakan sistem saraf
Penekanan saraf
inflitrasi tumor
ketidak seimbangan neurotransmiter, neuromedulator, dan reseptor
gangguan imunitas (mis. Neuropati terkait HIV, virus varicella joster)
gangguan fungsi metabolic
riwayat posisi kerja statis
Peningkatan Indeks Masa Tubuh
Kondisi pasca trauma
Tekanan emosional
Riwayat penganiyayaan (misalnya : fisik, psikologis, seksual)
Riwayat penyalahgunaan zat atau obat
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif :
Mengeluh nyeri
Merasa depresi (tertekan)
Objektif :
Tampak meringis
Gelisah
Tidak mampu menuntaskan aktivitas
Gejala dan tanda minor :

Subjektif :
Merasa takut mengalami cedera berulang
Objektif :
Bersikap protektif
Waspada
Pola tidur berubah
Anoreksia
Fokus menyempit
Berfokus pada diri sendiri
Kondisi klinis terkait : kondisi kronis, infeksi, cedera medula spinalis, kondisi pasca trauma, dan
tumor.

Nutrisi((Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, p. 56)


Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme

Gejala dan tanda mayor :

Objektif : berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal


Gejala dan tanda minor :

Subjektif : cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun
Objektif : bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otoe menelan lemah, membran mukosa pucat,
sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan, dan diare
Faktor yang berhubungan : stroke, parkinson, mobius syndrom, cerebral palsy, cleft lip, cleft palate,
amvotropic leteral sclerosis.

Gangguan integritas kulit atau jaringan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, p. 282)
Definisi : kerusakan kulit (dermis/epidermis) atau jaringan (mebran mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, dan ligamen).
Penyebab :
1. Perubahan sirkulasi
2. Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
3. Kekurangan atau kelebihan volume cairan
4. Penurunan mobilitas
5. Bahan kimia iritatif
6. Suhu lingkungan yang ekstrim
7. Faktor mekanis (misalnya penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau elektris
(elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)
8. Efek samping radiasi
9. Kelembaban
10. Proses penuaan
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi
13. Perubahan hormonal
14. Kurang terpapar informasi tenntang upaya melindungi intregitas jaringan
15.
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif : tidak ada
Objektif : kerusakan jaringan atau lapisan kulit

Gejala dan tanda minor :


Subjektif : tidak tersedia
Objektif : nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma
Kondisi klinis terkait : imobilisasi, gagal jantung kongetif, gagal ginjal, diabetes melitus,
imonedefisien (misal AIDS).
Resiko ketidakseimbangan cairan (Tim Pokja SDKI PPNI, 2017, p. 87)
Definisi : beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan perpindahan cairan dari
intravaskuler, interstisial atau intraseluler.

Faktor resiko :
Prosedur pembedahan mayor
1. Trauma/perdarahan
2. Luka bakar
3. Aferesis
4. Asites
5. Obstruksi intestinal
6. Peradangan pankreas
7. Penyakit ginjal dan kelenjar
8. Disfungsi intestinal
9.
Kondisi klinis yang terkait :
Prosedur pembedahan mayor
1. Penyakit ginjal dan kelenjar
2. Perdarahan
3. Luka bakar

Intervensi
Pada asuhan keperawatan glomerulonefritis intervensi yang muncul antara lain :
Nyeri kronis
Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan aktual
atau potensial.

Tujuan : menunjukkan nyeri: efek merusak, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut (sebutkan
1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada):

1. Gangguan performa peran


2. Gangguan konsentrasi
3. Gangguan perawatan diri
4. Gangguan pola tidur
5. Kehilangan selera makan

Anda mungkin juga menyukai