Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

R DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN: GAGAL GINJAL KRONIS DI RUANG CEMPAKA

RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

DISUSUN OLEH:

RHADZANI MUHAMMAD ADAMS

2021010063

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERKEMIHAN: GAGAL GINJAL KRONIS DI RUANG CEMPAKA

RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Telah Disyahkan

Pada tanggal:

Mengetahui:

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(……………………….) (……………………….)
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis merupakan penyakit yang menahun dan
bersifat progresif, dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme atau keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia.Gagal ginjal kronis terjadi apabila Laju Filtrasi Glomeruler (LFG)
kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama tiga bulan atau lebih. Berbagai
faktor yang mempengaruhi kecepatan kerusakan serta penurunan fungsi
ginjal dapat berasal dari genetik, perilaku, lingkungan maupun proses
degenerative (Pongsibidang, 2016).
Gagal ginjal kronis yang juga disebut CKD atau Chronic Kidney
Disease ditandai oleh penurunan fungsi ginjal yang cukup besar, yaitu
biasanya hingga kurang dari 20% nilai GFR yang normal, dalam periode
waktu yang lama biasanya > 3 bulan. Penyakit ginjal kronis bias
berlangsung tanpa keluhan dan gejala selama bertahun - tahun dengan
peningkatan uremia dan gejala yang menyertai ketika GFR sudah turun
hingga di bawah 60 mL/menit. Penyebab gagal ginjal kronis yang
semuanya berupa penyakit kronis jangka panjang (Tao. L, 2013).
Gagal ginjal kronis merupakan suatu keadaan menurunnya fungsi
ginjal yang bersifat kronis akibat kerusakan progresif sehingga terjadi
uremia atau penumpukan akibat kelebihan urea dan sampah nitrogen di
dalam darah (Priyanti, 2016).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irrevesible dimana
kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia (Simatupang, 2019).
B. ETIOLOGI
Penyebab gagal ginjal juga dipengaruhi oleh faktor gaya hidup
yaitu merokok, mengkonsumsi minuman suplemen berenergi,
mengkonsumsi kopi (Prandari, 2013).
Penyebab gagal ginjal kronik diantaranya, yaitu:
Prarenal:
a. Stenosis arteria renalis / penyempitan arteri ginjal
b. Emboli (Kedua ginjal) / gumpalan darah atau gelembung gas
tersangkut dalam pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan
vaskuler.
Parenkim / Jaringan dasar:
a. Diabetes mellitus
b. Hipertensi
c. Glomerulonefritis kronis / Peradangan ginjal
d. Nefritis tubulointerstisial kronis / Peradangan tubulus
e. Amiloidosis / protein abnormal yang menumpuk pada organ.
f. Cancer renal / Kanker ginjal
g. Systemic lupus erythematosus / SLE
Postrenal:
a. Obtruksi saluran kemih
b. Infeksi saluran kemih (Tao. L, 2013).

C. MANIFESTASI KLINIK
Pasien akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala; Keparahan kondisi
bergantung pada tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari,
dan usia pasien.
a. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi, retinopati (kerusakan retina mata) dan ensefalopati
hipertensif (suatu sindrom akibat dari peningkatan tekanan arteri
mendadak tinggi yang dapat mempengaruhi fungsi otak), beban
sirkulasi berlebih, edema, gagal jantung kongestif (kegagalan jantung
dalam memompa pasokan darah yang dibutuhkan tubuh), dan
distritmia (gangguan irama jantung).
b. Sistem Dermatologi
Pucat, pruritis atau gatal, Kristal uremia, kulit kering, dan memar.
c. Sistem Neurologi
Mudah lelah, otot mengecil dan lemah, sistem saraf tepi : Penurunan
ketajaman mental, konsentrasi buruk, kekacauan mental, koma, otot
berkedut, kejang.
d. Sistem pernafasan
Disppnea yaitu kondisi yang terjadi akibat tidak terpenuhinya pasokan
oksigen ke paru – paru yang menyebabkan pernafasan menjadi cepat,
pendek, dan dangkal, edema paru, pneumonitis, kussmaul (pola
pernapasan yang sangat dalam).
e. Sistem Gastroinstestinal
Anoreksia, mual, muntah, nafas bau amoniak, mulut kering,
pendarahan saluran cerna, diare, stomatitis atau sariawan, parotitis
atau infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan pada kelenjar
parotis pada wajah.
f. Sistem Perkemihan
Poliuria (urine dikeluarkan sangat banyak dari normal), berlanjut
menuju oliguria (urine yang dihasilkan sangat sedikit), lalu anuria
(kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urine), nokturia
(buang air kecil di sela waktu tidur malam), proteinuria (Protein
didalam urine).
g. Hematologik
Anemia, hemolysis (kehancuran sel darah merah), kecenderungan
perdarahan, risiko infeksi.
h. Biokimia
Azotemia (penurunan GFR, menyebabkan peningkatan BUN dan
kreatinin), hyperkalemia, Retensi Na, Hipermagnesia, Hiperrurisemia.
i. Sex
Libido hilang, Amenore (ketika seorang wanita usia subur tidak
mengalami haid), Impotensi dan sterilisasi.
j. Metabolisme
Hiperglikemia kebutuhan insulin menurun, lemak peningkatan kadar
trigliserad, protein sintesis abnormal.
k. Gangguan kalsium
Hiperfosfatemia, hipokalsemia, konjungtivitis / ureamia mata merah
(Suharyanto, 2013).

D. PATOFISIOLOGI
Penyakit gagal ginjal kronis awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang
terjadi kurang lebih sama. Mula - mula karena adanya zat toksik, infeksi
dan obtruksi saluran kemih yang menyebabkan retensi urine atau sulit
mengeluarkan urin. Dari penyebab tersebut, Glomerular Filtration Rate
(GFR) di seluruh nefron turun dibawah normal. Hal yang dapat terjadi dari
menurunnya GFR meliputi: sekresi protein terganggu, retensi Na /
kelebihan garam dan sekresi eritropoitin turun. Hal ini mengakibatkan
terjadinya sindrom uremia yang diikuti oleh peningkatan asam lambung
dan pruritis.
Asam lambung yang meningkat akan merangsang mual, dapat juga
terjadi iritasi pada lambung dan perdarahan jika iritasi tersebut tidak
ditangani dapat menyebabkan melena atau feses berwarna hitam. Proses
retensi Na menyebabkan total cairan ektra seluler meningkat, kemudian
terjadilah edema. Edema tersebut menyebabkan beban jantung naik
sehingga terjadilah hipertrofi atau pembesaran ventrikel kiri dan curah
jantung menurun.
Proses hipertrofi tersebut diikuti juga dengan menurunnya aliran
darah ke ginjal, kemudian terjadilah retensi Na dan H2O atau air
meningkat. Hal ini menyebabkan kelebihan volume cairan pada pasien
GGK. Selain itu menurunnya cardiak output atau curah jantung juga dapat
mengakibatkan kehilangan kesadaran karena jantung tidak mampu
memenuhi kebutuhan oksigen di otak sehingga menyebabkan kematian
sel. Hipertrofi ventrikel akan mengakibatkan difusi atau perpindahan O2
dan CO2 terhambat sehingga pasien merasakan sesak. Adapun
Hemoglobin yang menurun akan mengakibatkan suplai O2 Hb turun dan
pasien GGK akan mengalami kelemahan atau gangguan perfusi jaringan
(Nurarif, 2015).

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah
kesehatan. Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan
tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:
a) Pola napas tidak efektif b.d kecemasan
b) Ansietas b.d ancaman kematian
c) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

F. INTERVENSI KEPERAWATAN
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan
aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan,
dan mencegah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut
perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa
keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi
dan merumuskan intervensi dan aktivitas keperawatan
a) Pola napas tidak efektif b.d kecemasan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat
mempertahankan pola napas yang efektif.
Kriteria Hasil:
- Dipsnea menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Kedalaman nafas membaik.
Rencana tindakan:
- Memonitor pola nafas (frekuensi kedalaman usaha nafas)
- Posisikan semi fowler
- Berikan oksigen 3Lpm
- Lakukan fisioterapi dada
- Distraksi relaksasi
- Teknik nafas dalam

b) Ansietas b.d ancaman kematian


Tujuan: perasaan cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi pernapasan membaik
- Tekanan darah membaik
- Frekuensi nadi membaik.
Rencana tindakan:
- Monitor tanda- tanda ansietas
- Pahami situasi yang membuat ansietas
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Latih kegiatan untuk mengurangi ketegangan
- Ajarkan teknik relaksasi

c) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.


Tujuan: rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil:
- Keluhan nyeri menurun
- Sikap protektif menurun
- Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat
Rencana tindakan:
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
- Identifikasi skala nyeri.
- Identifikasi respons nyeri nonverbal.
- Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
- Ajarkan Teknik napas dalam
- Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri.
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
G. DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing
Diagnosis Handbook, An Evidence-Based Guide to Planning Care.
11 Ed. St. Louis: Elsevier.
Carpenito, L. J., & Moyet. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Ed
13 (13th ed.). Jakarta: EGC.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions
and Classification 2015-2017. 10 Ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan nanda. (hardi, Ed.) (2nd ed.).
jogjakarta: MediAction
Padila. (2013). Asuhan keperawatan penyakit dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika
Zeleniková, R., Žiaková, K., Cap, J., & Jarošová, D. (2014). Content
validation of the nursing diagnosis acute pain in the Czech
Republic and Slovakia International Journal of Nursing
Knowledge, 25(3), 139-148. doi: 10.1111/2047-3095.12027.

Anda mungkin juga menyukai