Oleh :
DWI HASTUTI
SN211045
1. Definisi
Secara definisi, gagal ginjal kronis (GGK) disebut juga sebagai
Chronic Kidney Disease (CKD). Gagal ginjal kronis atau penyakit gagal
ginjal stadium akhir adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemapuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit sehingga
menyebabkan uremia yaitu retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah (Smeltzer & Bare, 2013). Gagal ginjal kronis merupakan penyakit
pada ginjal yang perisisten (berlangsung lebih dari 3 bulan) dengan
kerusakan ginjal dan kerusakan Glomerular Fitration Rate (GRF) dengan
angka GRF lebih dari 60 ml/menit/1.73 m2 (Prabowo & Pranata, 2014).
Gagal ginjal kronik merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang
progresif dan irevesibel. Ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus
secara mendadak dan cepat ( hitungan jam – minggu ). Penyakit gagal ginjal
tahap akhir tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan
urin secara normal, ginjal tidak dapat merespon sesuai dengan perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari-hari. Retensi natrium dan air dapat
meningkatkan beban sirkulasi berlebihan, terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi (Isroin, 2016).
2. Etiologi
Menurut Prabowo (2014) Gagal Ginjal kronis sering menjadi
penyakit kompliksi dari penyakit lainya, sehingga merupakan penyakit
sekunder atau secondary illness. Penyebab yang sering ditemukan adalah
hipertensi dan diabetes militus. Selain itu, ada beberapa penyebab lain gagal
ginjal kronis seperti :
a. Penyakit glomerular kronis ( glomerulonephritis)
b. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c. Kelainan kongenital (polikistik ginjal)
d. Peyakit vaskuler (renal nephrosclerosis)
e. Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
f. Penyakit kolagen (systemic lupus erythematosus)
g. Obat-obatan nefrotik (aminoglikosida)
3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang sering muncul pada sesorang yang menderita gagal
ginjal kronis menurut Nuari (2017), yaitu:
a. Kardiovaskuler yang terdiri dari hipertensi, pitting edema, edema
periorbital, friction rub perikardial, pembesaran vena leher.
b. Gastrointestinal terdiri dari Pendarahan saluran GI, anoreksia, mual dan
muntah, konstipasi/ diare, nafas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan
pada mulut.
c. Pulmoner terdiri dari nafas dangkal, kusmau, krekel’s.
d. Integumen terdiri dari kulit kering, bersisik, warna kulit menjadi abu-abu
mengkilat, ekimosis, pruritus, rambut tipis dan kasar, kuku titps dan
rapuh.
e. Muskulokeletal yaitu kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang, foot drop,
kram otot.
f. Reproduksi yaitu atrofi testis, amenore (Nuari, 2017).
4. Komplikasi
Komplikasi gagal ginjal (Barrimi et al., 2013) yaitu:
a. Hiperkalemia akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme, dan masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial dan tamponade jantung akibat retensi
produksi sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dalam natrium serta malfungsi sistem
renin angiostensin, aldosteron.
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, pendarahan gastrointestinal akibat iritasi.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatik akibat retensi fosfat kadar
kalium serum yang rendah.
b. Pengkajian focus
1) Breathing
Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya
benda asing pada jalan nafas ( bekas muntah, darah, secret yang
tertahan ), adanya edema pada mulut, faring, laring, disfagia, suara
stridor, gurgling atau wheezing yang menandakan adanya masalah
pada jalan nafas.
2) Blood
Kaji heart rate,tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill time,
akral, suhu tubuh, warna kulit, kelembaban kulit, perdarahan
eksternal jika ada.
3) Brain
Berisi pengkajian kesadaran dengan GCS atau AVPU,ukuran dan
reaksi pupil.
4) Bladder
Pola miksi pasien, penggunaan kateter urin
5) Bowel
Pola defikasi pasien, penggunaan alat bantu untuk defikasi
6) Bone
Fungsi musculoskeletal pasien
c. Pemeriksaan fisik ( head to toe )
1) Kepala
Mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui adanya lesi
atau bekas luka.
2) Rambut
Mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan untuk
mengetahui mudah rontok dan kotor.
3) Wajah
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui luka
dan kelainan pada kepala.
4) Mata
Mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus dan
otot-otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan atau
pandagan pada mata. Bila terjadi hematuria, kemungkinan
konjungtiva anemis.
5) Telinga
Mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang telinga.
6) Hidung
Mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya
inflamasi atau sinusitis.
7) Mulut dan gigi
Mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk mengetahui
kebersihan mulut dan gigi.
8) Leher
Menentukan struktur imtegritas leher, untuk mengetahui bentuk dan
organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
9) Abdomen
Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya
retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
Palpasi : adanya massa dan respon nyeri tekan.
Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit.
Perkusi : apakah perut terdapat kembung/meteorismus.
10) Dada
Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya retraksi
interkosta, amati pergerakan paru.
Palpasi : adakah nyeri tekan , adakah benjolan
Perkusi : untuk menentukan batas normal paru.
Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler,
wheezing/crecles.
11) Ekstremitas atas dan bawah
Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan pada
ektremitas atas dan bawah. Lakukan inspeksi identifikasi mengenai
ukuran dan adanya atrofil dan hipertrofil, amati kekuatan otot
dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah.
12) Kulit
Mengetahui adanya lesi atau gangguan padakulit klien. Lakukan
inspeksi dan palpasi pada kulit dengan mengkaji kulit
kering/lembab, dan apakah terdapat oedem
2. Diagnose keperawatan
a. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan (D.0022)
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ( keengganan
untuk makan ) (D.0019)
c. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung (D.0076)
d. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan (D.0139)
e. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
3. Perencanaan keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipervolemia (I.03114) :
keperawatan selama ...x 24 1. Periksa tanda dan gejala
jam didapatkan hipervolemia
hipervolemia teratasi (mis.ortopnea,dispnea,edema,JVP/C
dengan criteria hasil : VP meningkat, reflex hepatojugular
Keseimbangan cairan positif, suara napas tambahan)
(L.05020): 2. Identifikasi penyebab hipervolemia
a. Edema menurun 3. Monitor status hemodinamik
b. Keluaran urin (mis.frekuensi jantung, tekanan
meningkat darah, MAP, CVP, PAP, PCWP,
c. Turgor kulit membaik CO, CI), jika tersedia
d. Berat badan membaik 4. Monitor intake dan output cairan
5. Batasi asupan cairan dan garam
6. Anjurkan melapor jika haluaran urin
<0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
7. Kolaborasi pemberian diuretik
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119):
keperawatan selama ...x 24 1. Identifikasi status nutrisi
jam didapatkan deficit 2. Monitor asupan makanan
nutrisi teratasi dengan 3. Berikan suplemen makanan
criteria hasil : 4. Ajarkan diet yang diprogramkan
Status nutrisi (L.03030) : 5. Kolaborasi pemberian medikasi
a. Perasaan cepat kenyang sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
menurun antiemetic)
b. Nyeri abdomen
menurun
c. Nafsu makan membaik
d. Frekuensi makan
membaik
8. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2014 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu:
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana
evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode
evaluasi ini menggunakan SOAP.
III. DAFTAR PUSTAKA
Aisara, Sitifa, Azmi, Syaiful. (2018). Gambaran Klinis Penyakit Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 2018; 7 (1).
Barrimi, M., Aalouane, R., Aarab, C., Hafidi, H., Baybay, H., Soughi, M.,
Tachfouti, N., Nejjari, C., Mernissi, F. Z., Rammouz, I., & McKenzie,
R. B. (2013). Konsep Penyakit Gagal Ginjal Kronik. Encephale, 53(1),
59–65.
Kowalak, J.P., Welsh, W., Mayer, B. (2017). Buku ajar patofisiologi. Jakarta:
EGC
Smeltzer & Bare (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
Tim pokja PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: defenisi dan
indikator diagnostik. jakarta: DPP PPNI (Edisi 1)
Tim Pokja PPNI. (2018). standar intervensi keperawatan indonesia (1st ed.).
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.