Patofisiologi
d. Faktor Risiko
e. Manifestasi Klinis
Ada dua jenis glomerulonefritis yaitu akut dan kronis. Bentuk akut berkembang
secara tiba-tiba setelah infeksi ditenggorokan atau infeksi kulit. Gejala awal penyakit
akut antara lain wajah membengkak dipagi hari, adanya darah dalam urine, dan urine
lebih sedikit dari biasanya. Selain itu, gejala lain yang bisa timbul meliputi sesak
napas dan batuk karena cairan ekstra di paru-paru dan tekanan darah tinggi.
Bentuk kronis dapat berkembang tanpa gejala selama beberapa tahun dan
seringkali menyebabkan gagal ginjal total. Tanda dan gejala awal dari bentuk kronis
termasuk:
g. Komplikasi
1) Gagal ginjal akut. Hilangnya fungsi dalam bagian nefron dapat mengakibatkan
akumulasi produk limbah yang cepat.
2) Penyakit ginjal kronis. Ginjal secara bertahap kehilangan kemampuan
penyaringannya. Fungsi ginjal yang memburuk hingga kurang dari 10% dari
kapasitas normal menghasilkan penyakit ginjal stadium akhir, yang memerlukan
dialisis atau transplantasi ginjal untuk mempertahankan hidupnya.
3) Tekanan darah tinggi. Kerusakan pada ginjal dan penumpukan limbah yang
dihasilkan dalam aliran darah dapat meningkatkan tekanan darah.
4) Sindrom nefrotik. Dengan sindrom ini, akan ada terlalu banyak protein dalam
urine dan mengakibatkan menurunnya jumlah protein dalam darah. Sindrom
nefrotik dapat dikaitkan dengan kolesterol darah tinggi dan pembengkakan
(edema) pada kelopak mata, kaki, dan perut,
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes urine. Urinalisis bisa menunjukkan sel darah merah umum dan sel darah
merah dalam urine, sebuah indikator kemungkinan kerusakan pada glomeruli.
Hasil urinalisis mungkin juga menunjukkan sel darah putih, indikator umum
infeksi atau peradangan, dan peningkatan protein, yang dapat menunjukkan
kerusakan nefron. Indikator lain yang perlu dicurigai adalah peningkatan kadar
kreatinin atau urea darah.
2) Tes darah. Ini dapat memberikan informasi tentang kerusakan ginjal dan
gangguan glomeruli dengan mengukur tingkat produk limbah, seperti kreatinin
dan nitrogen urea darah.
3) Tes pencitraan. Bila ditemukan tanda-tanda kerusakan, studi diagnostik yang
memungkinkan visualisasi ginjal, seperti sinar-X ginjal, pemeriksaan USG, atau
CT scan bisa digunakan untuk memastikan diagnosis.
4) Biopsi ginjal. Prosedur ini melibatkan penggunaan jarum khusus untuk
mengekstrak potongan-potongan kecil jaringan ginjal untuk pemeriksaan
mikroskopis dan membantu menentukan penyebab peradangan. Biopsi ginjal
hampir selalu diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis glomerulonefritis.
i. Penatalaksanan Medis
Beberapa kasus glomerulonefritis akut, terutama yang diakibatkan infeksi
streptokokus, akan membaik dengan sendirinya dan tidak memerlukan pengobatan.
Jika ada penyebabnya, seperti tekanan darah tinggi, infeksi, atau penyakit autoimun,
perawatan akan diarahkan ke penyebab yang mendasarinya. Secara umum, tujuan
perawatan adalah melindungi ginjal dari kerusakan lebih lanjut.
Untuk glomerulonefritis akut dan gagal gnjal akut, dialisis dapat membantu
membuang kelebihan cairan dan mengontrol tekanan darah tinggi. Satu-satunya
terapi jangka panjang untuk penyakit ginjal stadium akhir adalah dialisis ginjal dan
transplantasi ginjal. Namun terkadang transplantasi tidak memungkinkan dilakukan,
apabila kesehatan umum pasien buruk.
1) Glomerulonefritis Akut
Tidak ada pengobatan khusus yang tersedia pada sebagian besar kasus
glomerulonefritis akut. Ganguan yang menyebabkan glomerulonefritis dapat
diobati bila memungkinkan. Mengikuti diet yang rendah protein dan natrium
bisa dilakukan sampai fungsi ginjal pulih. Selain itu, diuretik diresepkan untuk
membantu ginjal mengrluarkan kelebihan natrium dan air.
Ketika infeksi bakteri dicurigai sebagai penyebab
glomerulonefritisakut,antibiotik biasanya tidak efektif karena nefritis dimulai 1
sampai 6 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah infeksi. Namun, jika infeksi
bakteri masih ada ketika glomerulonefritis akut ditemukn, terapi antibiotik bisa
diresepkan. Obat antimalaria dapat bermanfaat jika glomerulonefritis disebabkan
oleh malaria. Beberapa gangguan autoimun yang menyebabkan
glomerulonefritis diobati dengan kortikosteroid, obat yang menekan sistem
kekebalan tubuh, atau kombinasi keduanya.
2) Glomerulonefritis Progresif Cepat
Untuk glomerulonefritis progresif cepat, obat untuk menekan sistem
kekebalan tubuh harus dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis ditetapkan.
Dosis tinggi kortikosteroid biasanya diberikan secara intravena selama sekitar 1
minggu, diikuti oleh periode waktu variabel ketika cairan diberikan secara olar.
Siklofosfamid dan imunosupresan juga dapat diberikan. Selain itu, pertukaran
plasma kadang-kadang digunakan untuk menghilangkan antibodi dari darah.
Semakin cepat perawatan dilakukan, semakin kecil kemungkinan gagal
ginjal dan kebutuhan dialisis. Traansplantasi ginjl terkadang dipertimbangkan
untuk orang-orang yang mengembangkan penyakit ginjal kronis dengan gagal
ginjl, tetapi glomerulonefritis prograsif cepat dapat kambuh pada ginjal nyang
ditransplantasikan.
3) Glomerulonefritis Kronis
Mengonsumsi inhibitor angiotensi-converting enzyme (ACE) atau
penghambatan reseptor angiotensi II (ARB) sering memperlambat
perkembangan glomerulonefritis kronis dan cenderung menurunkan tekanan
darah dan ekspresi protein dalam urine. Mengurangi tekanan darah dan asupan
natrium juga dianggap bermanfaat bagi pasien. Membatasi jumlah protein dalam
makanan sangat membatu mengurangi tingkat kerusakan ginjal. Gagal ginjal
stadium akhir dapat diobati dengan dialisis atau transplantasi ginjal.
3. Sindrom Nefrotik
a. Definisi
b. Etiologi