Anda di halaman 1dari 5

c.

Patofisiologi

Gangguan glomerulus pada ginjal dipertimbangkan sebagai respons imunologi


akibat perlawanan tubuh terhadap mikroorganisme seperti streptokokus. Reaksi
antigen dan antibodi tersebut membentuk imun kompleks yang menimbulkan respons
peradangan dan menyebabkan kerusakan dinding kapiler. Akibat hal tersebut, lumen
pembuluh darah mengecil dan menurunkan fitrasi glomerulus, insufiensi rental, dan
perubahan permeabilitas kapiler. Pada akhirnya, molekul besar seperti protein
disekresikan dalam urine/proteiuria (Silbernagel & Lang, 2006).

d. Faktor Risiko

1) Glomerulonefritis pasca-streptokokus dapat terjadi akibat infeksi streptokokus


pada tenggorokan atau impetigo dan infeksi kulit.
2) Penyakit infeksi, seperti tuberkulolis (TB) dan sifilis, dapat menyebabkan
glomerulonefritis. Ini juga berlaku untuk endokerditis bakterial (infeksi pada
katup jantung).
3) Infeksi virus, seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C juga meningkatkan risiko.
4) Glomerulonefritis akut dapat berkembang menjadi glomerulonefritis kronis atau
jangka panjang.
5) Penggunaan jangka panjang obat-obatan tertentu, termasuk obat anti-inflamasi
nonsteroid (NSAIDS), seperti ibuprofen atau aspirin, dapat meningkatkan risiko
glomerulonefritis.
6) Orang dengan penyakit sel sabit Hodgkin dan penyakit sistemik, terutama
diabetes berisiko lebih tinggi terkena glomerulonefritis.

e. Manifestasi Klinis

Ada dua jenis glomerulonefritis yaitu akut dan kronis. Bentuk akut berkembang
secara tiba-tiba setelah infeksi ditenggorokan atau infeksi kulit. Gejala awal penyakit
akut antara lain wajah membengkak dipagi hari, adanya darah dalam urine, dan urine
lebih sedikit dari biasanya. Selain itu, gejala lain yang bisa timbul meliputi sesak
napas dan batuk karena cairan ekstra di paru-paru dan tekanan darah tinggi.

Bentuk kronis dapat berkembang tanpa gejala selama beberapa tahun dan
seringkali menyebabkan gagal ginjal total. Tanda dan gejala awal dari bentuk kronis
termasuk:

1) Darah atau protein dalam urine (hematuria, protenuria)


2) Tekanan darah tinggi
3) Pembangkakan pada pergelangan kaki atau wajah (edema)
4) Sering buang air kecil di malam hari
5) Air kencing sangat berbuih atau berbusa
f. Pathway

g. Komplikasi

Glomerulonefritis dapat merusak ginjal sehingga menurunkan kemampuan


ginjal menyaring zat-zat di dalam tubuh. Akibatnya, tingkat cairan, elektrolit, dan
limbah berbahaya menumpuk di tubuh. Kemungkinan komplikasi glomerulonefritis
meliputi:

1) Gagal ginjal akut. Hilangnya fungsi dalam bagian nefron dapat mengakibatkan
akumulasi produk limbah yang cepat.
2) Penyakit ginjal kronis. Ginjal secara bertahap kehilangan kemampuan
penyaringannya. Fungsi ginjal yang memburuk hingga kurang dari 10% dari
kapasitas normal menghasilkan penyakit ginjal stadium akhir, yang memerlukan
dialisis atau transplantasi ginjal untuk mempertahankan hidupnya.
3) Tekanan darah tinggi. Kerusakan pada ginjal dan penumpukan limbah yang
dihasilkan dalam aliran darah dapat meningkatkan tekanan darah.
4) Sindrom nefrotik. Dengan sindrom ini, akan ada terlalu banyak protein dalam
urine dan mengakibatkan menurunnya jumlah protein dalam darah. Sindrom
nefrotik dapat dikaitkan dengan kolesterol darah tinggi dan pembengkakan
(edema) pada kelopak mata, kaki, dan perut,

h. Pemeriksaan Diagnostik

Glomerulonefritis seringkali terdiagnosis ketika urinalisis rutin tidak normal.


Tes untuk menulai fungsi ginjal dan memastikan diagnosis glomerulonefritis
meliputi:

1) Tes urine. Urinalisis bisa menunjukkan sel darah merah umum dan sel darah
merah dalam urine, sebuah indikator kemungkinan kerusakan pada glomeruli.
Hasil urinalisis mungkin juga menunjukkan sel darah putih, indikator umum
infeksi atau peradangan, dan peningkatan protein, yang dapat menunjukkan
kerusakan nefron. Indikator lain yang perlu dicurigai adalah peningkatan kadar
kreatinin atau urea darah.
2) Tes darah. Ini dapat memberikan informasi tentang kerusakan ginjal dan
gangguan glomeruli dengan mengukur tingkat produk limbah, seperti kreatinin
dan nitrogen urea darah.
3) Tes pencitraan. Bila ditemukan tanda-tanda kerusakan, studi diagnostik yang
memungkinkan visualisasi ginjal, seperti sinar-X ginjal, pemeriksaan USG, atau
CT scan bisa digunakan untuk memastikan diagnosis.
4) Biopsi ginjal. Prosedur ini melibatkan penggunaan jarum khusus untuk
mengekstrak potongan-potongan kecil jaringan ginjal untuk pemeriksaan
mikroskopis dan membantu menentukan penyebab peradangan. Biopsi ginjal
hampir selalu diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis glomerulonefritis.
i. Penatalaksanan Medis
Beberapa kasus glomerulonefritis akut, terutama yang diakibatkan infeksi
streptokokus, akan membaik dengan sendirinya dan tidak memerlukan pengobatan.
Jika ada penyebabnya, seperti tekanan darah tinggi, infeksi, atau penyakit autoimun,
perawatan akan diarahkan ke penyebab yang mendasarinya. Secara umum, tujuan
perawatan adalah melindungi ginjal dari kerusakan lebih lanjut.
Untuk glomerulonefritis akut dan gagal gnjal akut, dialisis dapat membantu
membuang kelebihan cairan dan mengontrol tekanan darah tinggi. Satu-satunya
terapi jangka panjang untuk penyakit ginjal stadium akhir adalah dialisis ginjal dan
transplantasi ginjal. Namun terkadang transplantasi tidak memungkinkan dilakukan,
apabila kesehatan umum pasien buruk.
1) Glomerulonefritis Akut
Tidak ada pengobatan khusus yang tersedia pada sebagian besar kasus
glomerulonefritis akut. Ganguan yang menyebabkan glomerulonefritis dapat
diobati bila memungkinkan. Mengikuti diet yang rendah protein dan natrium
bisa dilakukan sampai fungsi ginjal pulih. Selain itu, diuretik diresepkan untuk
membantu ginjal mengrluarkan kelebihan natrium dan air.
Ketika infeksi bakteri dicurigai sebagai penyebab
glomerulonefritisakut,antibiotik biasanya tidak efektif karena nefritis dimulai 1
sampai 6 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah infeksi. Namun, jika infeksi
bakteri masih ada ketika glomerulonefritis akut ditemukn, terapi antibiotik bisa
diresepkan. Obat antimalaria dapat bermanfaat jika glomerulonefritis disebabkan
oleh malaria. Beberapa gangguan autoimun yang menyebabkan
glomerulonefritis diobati dengan kortikosteroid, obat yang menekan sistem
kekebalan tubuh, atau kombinasi keduanya.
2) Glomerulonefritis Progresif Cepat
Untuk glomerulonefritis progresif cepat, obat untuk menekan sistem
kekebalan tubuh harus dimulai sesegera mungkin setelah diagnosis ditetapkan.
Dosis tinggi kortikosteroid biasanya diberikan secara intravena selama sekitar 1
minggu, diikuti oleh periode waktu variabel ketika cairan diberikan secara olar.
Siklofosfamid dan imunosupresan juga dapat diberikan. Selain itu, pertukaran
plasma kadang-kadang digunakan untuk menghilangkan antibodi dari darah.
Semakin cepat perawatan dilakukan, semakin kecil kemungkinan gagal
ginjal dan kebutuhan dialisis. Traansplantasi ginjl terkadang dipertimbangkan
untuk orang-orang yang mengembangkan penyakit ginjal kronis dengan gagal
ginjl, tetapi glomerulonefritis prograsif cepat dapat kambuh pada ginjal nyang
ditransplantasikan.
3) Glomerulonefritis Kronis
Mengonsumsi inhibitor angiotensi-converting enzyme (ACE) atau
penghambatan reseptor angiotensi II (ARB) sering memperlambat
perkembangan glomerulonefritis kronis dan cenderung menurunkan tekanan
darah dan ekspresi protein dalam urine. Mengurangi tekanan darah dan asupan
natrium juga dianggap bermanfaat bagi pasien. Membatasi jumlah protein dalam
makanan sangat membatu mengurangi tingkat kerusakan ginjal. Gagal ginjal
stadium akhir dapat diobati dengan dialisis atau transplantasi ginjal.

3. Sindrom Nefrotik

a. Definisi

Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal yang menyebabkan tubuh


mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urine. Ekskresi urine pada penderita
sindrom nefrotikmengandung lebih dari 3-gram protein/hari karena gangguan
glomerulus yang disertai edema dan hipoalbuminemia (Jaipaul, 2018). Sindrom
nefrotik biasanya disebabkan oleh kerusakan pada kelompok pembuluh darah
kecil di ginjal yang menyaring limbah dan kelebihan cairan/elektrolit dari darah.
Sindrom nefrotik menyebabkan pembengkakan (edema), terutama di kaki dan
pergelangan kaki, serta meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya.
Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak-anak dan memiliki penyebab primer
dan sekunder.

b. Etiologi

Sindrom nefrotik biasanya disebabkan oleh kerusakan pada kelompok


pembuluh darah kecil (glomeruli) dari ginjal. Glomeruli menyaring darah saat
melewati ginjal, memisahkan hal-hal yang dibutuhkan tubuh. Glomeruli yang
sehat menjaga protein darah (terutama albumin) yang diperlukan untuk
mempertahankan jumlah cairan yang tepat dalam tubuh.

Banyak penyakit dan kondisi dapat menyebabkan kerusakan glomerulus


dan menyebabkan sindrom nefrotik, termasuk hal-hal berikut.

1) Penyakit ginjal diabetik. Diabetes dapat menyebabkan kerusakan ginjal


(nefropati diabetik) yang memengaruhi glomeruli.
2) Perubahan penyakit minimal. Ini adalah penyebab paling umum sindrom
nefrotik pada anak-anak. Perubahan penyakit minimal menghasilkan
fungsi ginjal yang abnormal, tetapi ketika jaringan ginjal diperiksa

Anda mungkin juga menyukai