Anda di halaman 1dari 14

NAMA : JHORDAN JUNIOR ALODJAHA

KELAS : KEPERAWATAN B SEMESTER 5


MATAKULIAH KEPERAWATAN ANAK 2
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA

1.3 Konsep Teori Glomerulus Nefritis Cronic


A. Pengertian
Glomerulonefritis adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
menjelaskan berbagai macam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi
dan inflamasi di glomerulus akibat suatu proses imunologis.
Glomerolunefritis Kronis adalah suatu kondisi peradangan yg lama dari
sel-sel glomerolus.Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerolonefritis akut
yg tidak membaik atau timbul secara spontan. (Arif Mutaqin & Kumala
Sari, 2011)

B. Etiologi
Glomerulonefritis kronik adalah peradangan yang lama dari sel-sel
glomerulus.Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang
tidak membaik atau timbul secara spontan. Glomerulonefritis kronik
sering beberapa tahun setelah cidera dan peradangan glomerulus sub klinis
yang disertai oleh hematuria (darah dalam urin) dan proteinuria (protein
dalam urin) ringan, yang sering menjadi penyebab diabetes mellitus dan
hipertens kron. Hasil akhir dari peradangan adalah pembentukan jaringan
parut dan menurunnya fungsi glomerulus.(Arif Mutaqin & Kumala Sari,
2011).
Penyebab dari Glomerulonefritis Kronik.yaitu:
1) Lanjutan GNA seringkali tanpa riwayat
2) Keracunan (timah hitam, tridion)
3) Penyakit sipilis
4) Diabetes mellitus
5) Trombosit vena renalis

1
6) Hipertensi kronik
C. Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul pada penderita glomerulonefritis bergantung
pada jenis penyakit ini, apakah akut atau kronis. Gejala yang umumnya
muncul antara lain:
 Hematuria
 Hipertensi.
 Edema pada wajah, tangan, kaki, dan perut.
 Kelelahan.
 Frekuensi buang air kecil berkurang.
 Sakit kepala, lemah, gelisah

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Untuk memastikan diagnosis, dokter akan
melakukan beberapa pemeriksaan, seperti:
1) Pemeriksaan Urine.
Pemeriksaan urin sangat penting untuk menegakkan diagnosis nefritis
akut.Volume urin sering berkurang dengan warna gelap atau
kecoklatan seperti air cucian daging.
Beberapa parameter yang dianalisis melalui pemeriksaan urin antara
lain:
 Adanya sel darah merah sebagai penanda adanya kerusakan
glomerulus.
 Adanya sel darah putih sebagai penanda peradangan.
 Menurunnya berat jenis urin.
 Keberadaan protein sebagai penanda adanya kerusakan sel
ginjal.
2) Tes Darah.
Bun (bloot urea nitrogen : nitrogen urea darah) dan creatinine
meningkat kreatinin serum menigkat bila fungsi ginjal mulai
menurun.Albumin serum dan protein total mungkin normal atau agak
turun (karena hemodilusi).

2
Beberapa hal yang dapat diperiksa pada darah untuk melihat kerusakan
ginjal, antara lain:
 Menurunnya kadar hemoglobin (anemia).
 Meningkatnya kadar zat sisa seperti ureum dan kreatinin.
 Menurunnya kadar protein albumin dalam darah karena keluar
melalui urin.
3) Biopsi ginjal dapat di indikasikan jika dilakukan kemungkinan temuan
adalah meningkatnya jumlah sel.

E. Patofisiologi
Penyakit ginjal kronis berupa kerusakan ginjal yang
direpresentasikan oleh penurunan laju filtrasi glomerulus yang berujung
pada berbagai komplikasi.Glomerulonefritis kronik awalnya seperti
glomerulonefritis akut atau tampak sebagai tipe reaksi antigen-antibodi
yang lebih ringan, kadang-kadang sangat ringan terabaikan.Setelah
kejadian berulangnya infeksi ini, ukuran ginjal sedikit berkurang seperlima
dari ukuran normal, dan terdiri dari jaringan fibrosa yang luas.Korteks
mengecil menjadi lapisan yang tebalnya I sampai 2 mm atau
kurang.Berkas jaringan parut merusak sisa korteks, menyebabkan
permukaan ginjal kasar dan tidak teratur.Sejumlah glomeruli dan
tubulusnya berubah menjadi jaringan parut dan cabang-cabang arteri renal
menebal.Akhimya terjadi kerusakan glomerulus yang parah, menghasilkan
penyakit tahap akhir.Glomerulonefritis kronik dikenal juga sebagai kronik
nefritik sindrom, yang akhirnya dapat menyebabkan gagalnya kronik.
Meskipun penyebab tidak jelas tetapi perubahan parenchim ginjal dapat
disebabkan :. Efek dari hipertensi.Infeksi dan inflamasi parenchim ginjal
yang sering dan berulang gangguan hemodinamik dan metabolisme

F. Komplikasi
 Gagal ginjal kronis
 Gagal jantung kongestive
 Encelopati metabolic

3
G. Penatalaksanaan
 Jika ditemukan adanya infeksi bakteri maka diberikan Infeksi
traktus urinarius harus ditangani dengan tepat untuk mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut.
 Agen diuretik diberikan untuk mengurangi retensi air dan
natrium
 Antihipertensi : Diberikan untuk mengendalikan hipertensi
 Pembenian natrium dibatasi jika ada hipertensi. edema dan
gagal jantung kongestif
 Tirah baring karena Aktifitas yang berlebihan dapat
meningkatkan proteinuri dan hematuri
 Jika proses terjadinya akut diet rendah protein diberikan sampai
dengan fungsi ginjal membaik tetapi jika tidak asupan protein
dibatasi.
 Pemantauan masukan secara cermat : cairan diberikan untuk
mengatasi kehilangan cairan dan berat badan.
Jika kerusakan ginjal berlanjut tindakan dialisa dapat dpertimbangkan
seperti :
- Medical
Perawatan medis medis harus segera membatasi kerusakan lebih lanjut
dari jaringan glomerulus.Manajemen meliputi terapi obat, diet, dan
istirahat di tempat tidur.Paparan dari klien untuk infeksi apapun harus
dihindari.Transfusi darah mungkin diperlukan untuk anemia
berat.Klien mungkin perlu dipindahkan ke fasilitas mana dialisis dan
transplantasi ginjal atau dapat dilakukan. Pencegahan kerusakan ginjal
lebih lanjut serta jantung atau komplikasi serebral merupakan fokus
dari perawatan ·
- Pharmacological
Obat diuretik dan antihipertensi yang diperintahkan Tetapii antimikroba
umumnya diberikan secara prophylactically. Efek samping dari semua
obat dimonitor untuk dan kepada dokter segera

4
- Diet

Asupan cairan yang disesuaikan dengan output urin .Protein


diperbolehkan dalam diet akan diatur sesuai dengan BUN dan kadar
kreatinin darah. Sebagai tingkat ini meningkat, protein akan
ditentukan oleh tingkat serum elektrolit. Karbohidrat biasanya
meningkat dalam makanan untuk menyediakan energi yang mencukupi

- Aktivitas dikurangi

Asuhan Keperawatan GNC

A. Pengkajian
 Anamnesa
Glomerulonefritis kronik ditandai oleh kerusakan glomerulus secara progresif
lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama. Penyakit
cenderung timbul tanpa diketahui asal usulnya, dan biasanya baru ditemukan
pada stadium yang sudah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi ginjal timbul.
Pada pengkajian ditemukannya klien yang mengalami glomerulonefritis
kronik bersifat incidental pada saat pemeriksaan dijumpai hipertensi atau
peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum (Mutaqqin dan Sari, 2012).
 Identitas
sering ditemukan pada anak umur 3-7 tahun lebih sering padapria
 Riwayat penyakit
 Sebelumnya :
Adanya riwayat infeksi streptokokus beta hemolitik dan riwayat lupus
eritematosus (penyakit autoimun lain).
 Sekarang :
Adanya keluan kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar
mata dan seluruh tubuh, tidak nafsu makan, mual , muntah  dan diare
yang dialami klien.
 Pemeriksaan Fisik
 Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan (malaise)
Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus otot
 Sirkulasi

5
Tanda : hipertensi, pucat,edema.
 Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (oliguri)
Tanda : Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
 Makanan atau cairan
Gejala : edema, anoreksia, mual, muntah
Tanda : penurunan keluaran urine

 Pernafasan
Gejala : nafas pendek
Tanda :Takipnea, dispnea, peningkatan frekwensi, kedalaman
(pernafasan kusmaul)
 Nyeri (kenyamanan)
Gejala: nyeri pinggang, sakit kepala
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
 Pengkajian berpola
 Pola nutrisi  dan metabolik:
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema
pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Perlukaan pada kulit dapat terjadi
karena uremia.
 Pola eliminasi :
Gangguan pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak
dapat diekskresi  dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada
tubulus yang tidak mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria,
anuria, proteinuri, hematuria.
 Pola Aktifitas dan latihan :
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia.
Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan jantung
dan  dan tekanan darah mutlak selama 2  minggu dan mobilisasi  duduk
dimulai  bila tekanan ddarah sudah normaal selama 1 minggu. 
 Pola  tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus

6
 Kognitif & perseptual :
Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik kasar  dan rasa
gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila terjadi ensefalopati
hipertensi.

 Persepsi diri :
Klien  cemas  dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan 
perawatan yang  lama.
 Hubungan peran :
Anak  tidak dibesuk oleh teman – temannya karena jauh  serta anak
mengalami kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
 Nilai keyakinan :
Klien berdoa memohon kesembuhan kepada Tuhan.
 Pemeriksaan Diagnostik
Hasil yang didapat Pada laboratorium :
 Hb menurun ( 8-11 )
 Ureum dan serum kreatinin meningkat.
o Ureum
Laki-laki : 8,84-24,7 mmol/24jam atau 1-2,8 mg/24jam
Wanita : 7,9-14,1 mmol/24jam atau 0,9-1,6 mg/24jam
o Serum kreatinin
Laki-laki : 55-123 mikromol/L atau 0,6-1,4 mg/dl
Wanita : 44-106 mikromol/L atau 0,5-1,2 mg/dl
 Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
 Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus
koligentes)
 Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 , albumin Å, Eritrosit Å,
leukosit Å)
 Pemeriksaan darah
o LED meningkat.
o Kadar HB menurun.
o Albumin serum menurun (++).
o Ureum & kreatinin meningkat.
o Titer anti streptolisin meningkat.

7
B. Analisa Data

Data Etiologi Masalah keperawatan


DS : Kelebihan volume
Faktor resiko dan
- klien mengeluh etiologi cairan
jarang berkemih
Reaksi implamasi
- klien mengeluh pada glomerulus
bagian kaki terasa
Glomerulonefritis
bengkak
DO : Penurunan GFR

- klien tampak edema Penurunan volume


- hipernatremia urine

- hipoalbuminemia Retensi air dan Na

Edema

Glomerulonefritis

Permeabilitas
membrane filtrasi
turun

Proteinuria

Hipoalbuminemia

Tekanan onkotik
membrane sel turun

Ekstravasasi cairan ke
intertisial

Edema

Kelebihan volume

8
cairan

DS : Ketidakseimbangan
Faktor resiko dan nutrisi : kurang dari
- klien mengeluh etiologi kebutuhan tubuh
mual dan muntah
Reaksi implamasi
- klien mengeluh pada glomerulus
tidak nafsu makan
Glomerulonefritis
DO :
- hipoalbuminemia Respon GIT

- terjadi fluktuasi Fetoruremia


berat badan
Peradangan mukosa
- klien tampak lemah saluran pencernaan

Anoreksia

Intek nutrisi tidak


adekuat

Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh

DS : Resiko infeksi
Faktor resiko dan
- klien mengeluh etiologi
gatal-gatal pada
Reaksi implamasi
kulit pada glomerulus
DO :
Glomerulonefritis
- klien tampak edema
- hiperuremia Penurunan GFR

- klien tampak lemah Penurunan volume


urine

Retensi air dan Na

Edema

Retensi ureum pada


darah dn menyebar di

9
jaringan kulit

Gatal- gatal pada kulit

Tindakan klien untuk


mengatasi gatal pada
kulit

Resiko terjadi luka


pada kulit

Resiko infeksi

10
C. Daftar Prioritas
Nama Klien :X
No. Reg :
No Tgl Diagnosa Keperawatan TTD
Muncul

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan


gangguan mekanis meregulasi yang ditandai dengan :
- Klien mengeluh jarang berkemih
- Klien tampak edema
- Hipoalbuminemia
- Hipernatremia

2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan faktor biologis yang
ditandai dengan
- Klien mengeluh tidak nafsu makan
- Klien mengeluh mual dan muntah
- Klien tampak lemah
- Terjadi fluktuasi berat badan
- Hipoalbuminemia

3. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

11
D. Rencana Asuhan Keperawatan
 Diagnosa Keperawatan No. 1
Kelebihan volume cairan
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi selama 4 X24 jam kelebiahan
volume cairan klien dapat teratasi dengan criteria hasil
Kriteria Hasil :
NOC : Fluid overload severity, Kidney function
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Tidak ada edema

2 24 jam intake dan output seimbang

3 Elektrolit urin dalam batas normal


(Na : 40-220 mEq /hari)

Intervensi NIC : Fluid management, Electrolyte management: hypernatremia

1. Monitor posisi edema klien


2. Monitor kadar albumin darah klien
3. Perbaiki status albumin darah klien
4. Kolaborasi pemberian deuritik
5. Monitor intake dan output urin 24
6. Monitor status hemodinamik

 Diagnosa Keperawatan No. 2


Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

12
Tujuan :Setelah dilakukan intervensi selama 7X24 jam status nutrisi
klien teratasi dengan criteria hasil
Kriteria Hasil :
NOC : Nutritional status, Nutritional status : biochemical measure

No Indikator 1 2 3 4 5
1 Intek nutrisi klien terpenuhi
2 Energy untuk beraktivitas terpenuhi
3 Ada peningkatan berat badan ( 2 kg)
4 Serum albumin dalam batas normal
(> 3,5 mg/dl)

Intervensi NIC : Nutritional monitoring, Nutritional management

1. monitor mual dan muntah pasien


2. Anjurkan klien mengkonsumsi makan tinggi kalori dan protein
3. Monitor berat badan klien secar berkala.
4. kolaborasidenganahligiziuntuk diet TKTP

 Diagnosa Keperawatan No. 3


Resikoinfeksi
Tujuan : Setelah dilakuakan intervensi selama 3 X 24 jam klien terhindar
dari resiko infeksi dengan criteria hasil

13
Kriteria Hasil :
NOC : risk control: infectious proses
No Indikator 1 2 3 4 5
1 Pasien mampu mngidentifikasi
penyebab infeksi

2 Pasien mampu mngontrol lingkungan

3 Pasien mengenali tanda dan gejala


infeksi

Intervensi NIC : Infection protection

1. Ajarkan pasien cara untuk menghindari infeksi


2. anjurkan pasein dan keluarga untuk membatasi pengunjung
3. Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi
4. Anjurkan klien untuk segera melaporkan apabila ada tanda infeksi

14

Anda mungkin juga menyukai