PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
DAFTAR ISI
PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan penanggulangan penderita gawat darurat antara lain ditentukan
oleh tersedianya sumber daya yang sesuai dengan standar dan terlaksananya
sistem penanggulangan gawat darurat, karena keadaan tersebut memerlukan waktu
tanggap (response time) yang sangat terbatas
Keadaan gawat darurat medik merupakan suatu peristiwa yang dapat menimpa
seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba yang dapat membahayakan jiwa
sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar dapat meminimalkan
angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu
Pasien yang masuk instalasi gawat darurat rumah sakit tentunya butuh
pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan
pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga
dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat
dan penanganan yang tepat
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pedoman Pelayanan
Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara Kediri. Diharapkan dengan tersusunnya
buku ini dapat meningkatkan pelayanan gawat darurat sesuai standar yang
ditentukan
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan disusunnya buku Pedoman Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RS
Bhayangkara Kediri adalah untuk menata Instalasi Gawat Darurat RS Bhayangkara
Kediri agar dapat meningkatkan kemampuan dan mutu pelayanan yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, perubahan
peraturan perundang-undangan yang diberlakukan, dan harapan masyarakat
D. BATASAN OPERASIONAL
Gawat darurat
Adalah suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan seseorang atau
banyak orang memerlukan penanganan/pertolongan segera dalam arti pertolongan
secara cermat, tepat, dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam
itu maka korban akan mati atau cacat/kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup
Triase
Adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat
ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Atau
proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat
Transfer pasien
Adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ ruang tindakan
lain didalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan pasien dari satu
rumah sakit ke rumah sakit lain (antar rumah sakit)
Visum et repertum
Adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam ilmu kedokteran forensik
atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik
terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh
6
Keselamatan kerja
Keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Jumlah dan kualifikasi tenaga dokter dan perawat instalasi gawat darurat harus
memenuhi syarat sesuai dengan kebutuhan pasien. Instalasi gawat darurat harus
memiliki dokter terampil dan perawat terampil dengan dibuktikan adanya sertifikat
pelatihan yang masih berlaku.
Atas dasar tersebut dia atas maka kepala instalasi gawat darurat membuat pola
kebutuhan tenaga instalasi gawat darurat dan disampaikan kepada pimpinan rumah
sakit sebagai dasar untuk merencanakan kebutuhan tenaga dan dasar untuk
mengukur kecukupan jumlah dan kualifikasi tenaga dokter atau perawat instalasi
gawat darurat, dengan melakukan rekruitmen dan seleksi terhadap tenaga yang
dipersiapkan
Analisa tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 81 / Menkes / SK / I / 20014 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan di Tingkat Propinsi, Kabupaten, atau Kota, serta
Rumah Sakit menggunakan metode WISN (Workload Indikator Staff Need) atau
kebutuhan sumber daya manusia kesehatan berdasarkan indikator beban kerja
8
C. POLA KETENAGAAN
No Jenis Pendidikan Jumlah Tenaga
1 Dokter Umum 7
2 D III Keperawatan 18
3 D III Kebidanan 1
D. PENGATURAN JAGA
a. Dokter Konsulen (DPJP)
i. Dokter konsulen untuk masing-masing spesialis tiap harinya telah
ditentukan oleh Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Kediri
ii. Bila dokter konsulen oleh karena satu dan lain hal tidak bisa memnuhi
jadwal yang telah ditetapkan tersebut harus memberitahukan terlebih
dahulu beserta dokter konsulen penggantinya
b. Dokter Jaga IGD
i. Pengaturan jadwal dokter jaga IGD terbagi dalam 2 shift untuk:
1. Hari Kerja (Senin-Jumat)
a. Shift pagi : 08.00 14.00
b. Shift malam : 14.00 08.00
2. Hari Sabtu
a. Shift pagi : 08.00 13.00
b. Shift malam : 13.00 07.00
3. Hari Minggu/Hari Libur
a. Shift pagi : 07.00 19.00
b. Shift malam : 19.00 07.00
ii. Jadwal dokter jaga IGD disusun setiap bulan atas sepengetahuan
Kepala Instalasi dan diperbanyak untuk didistribusikan pada minggu
terakhir setiap bulan kepada setiap dokter jaga IGD dan bagian lain
yang terkait
iii. Bila dokter jaga IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang sudah
ditentukan, maka harus berkoordinasi dan mengupayakan mencari
penggantinya serta membuat Surat Alih Tugas Jaga ditandatangani
oleh Kepala Instalasi
c. Ka Sub IGD
9
i. Jadwal Kasub IGD sesuai dengan jam kerja staf setiap Senin sampai
Jumat kecuali hari libur jam 07.00 15.00
ii. Bila Kasub IGD akan menjalani tugas supervisi RS pada malam
harinya, maka jadwal pagi adalah jam 07.00 12.00 untuk
selanjutnya tugas supervisi jam 20.00 07.00 kemudian lepas libur,
kecuali pada hari libur maka tidak masuk pagi, langsung supervisi
d. Administrasi/Logistik
i. Jadwal Administrasi/Logistik setiap hari Senin sampai Sabtu jam
07.00 13.00 kecuali hari libur
e. Perawat
i. Pengaturan jadwal jaga perawat IGD terbagi dalam 3 shift yaitu:
1. Shift pagi : jam 07.00 13.00
2. Shift siang : jam 13.00 20.00
3. Shift malam : jam 20.00 07.00
ii. Jadwal jaga perawat tiap shift bergantian pagi selama 3 hari
kemudian libur 1 hari kemudian malam 3 hari setelah itu libur lepas 2
hari lalu sore 3 hari.
iii. Setiap kali shift jaga terdiri dari 4 orang perawat
iv. Jadwal jaga perawat disusun tiap bulan oleh Ka Sub IGD
ditandatangani oleh Kepala Instalasi dan didistribusikan kepada
bagian lain yang terkait
v. Bila perawat IGD berhalangan memenuhi jadwal jaga yang telah
ditentukan, maka harus berkoordinasi untuk mencari gantinya yang
sesuai jabatan untuk selanjutnya melaporkan kepada Ka Sub IGD
10
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
B. STANDAR FASILITAS
1. Ruang Resusitasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan penanganan segera atau
tindakan resusitasi dan memerlukan pengawasan ekstra, misalnya:
Kasus henti nafas/ henti jantung
Pasien tidak sadar (stupor, koma) oleh penyebab yang belum teridentifikasi
Kasus kejang (status konvulsi)
Kasus syok
Ruang resusitasi dilengkapi oleh akses oksigen sentral dengan peralatan:
a. 1 tempat tidur
b. Troley emergency, berisi:
Peralatan o DC shock dan monitor vital sign
o Syringe pump
o Elektrode (6 buah)
o Gel
11
o Mesin suction
o Tissue
o Sarung tangan, masker, apron
o Kassa steril
o Gunting
o Plester
o Kresek
Airway o Endotracheal tube (6 buah)
o Suction cateter (2 buah)
o Oropharingeal airway (3 buah)
o Nasofaringeal airway (3 buah)
o Laringoskop dewasa (1 set)
o Laringoskop anak (1 set)
o Collar brace
Breathing o Bag valve mask anak
o Bag valve mask dewasa
o Nasal canule (2 buah)
o Masker non rebreathing dan selang (2 buah)
o Jackson Rees anak (2 set)
o Jackson Rees dewasa (2 set)
o Micromist dan selang (2 buah)
o Stetoskop
Circulation o Infuset makro (2 buah)
o Transfusi set (2 buah)
o Infuset mikro (2 buah)
o Tourniquet
o Canule intra vena (6 buah)
o Vena sectie (1 set)
o Kapas alkohol
o Spuit 1cc, 3cc, 5cc, 10 cc (12 buah)
o Spuit 50 cc NGT (2 buah)
o Spuit 50 cc syringe pump (2 buah)
o Perfusor (2 buah)
o Selang NGT (3 buah)
o Foley catheter (3 buah)
12
o Kotak/waskom
o Hand rub
o Benang jahit beberapa ukuran
o Kapas
o Verban roll
o Hacting set steril dalam tromol
o Rawat luka set steril dalam tromol
b. THT set
o Spekulum telinga
o Pinset bayonet
o Klem
o Hak lancip
o Hak tumpul / bulat
o Pinset kecil
o Spekulum hidung
o Tongue spatel
o Kassa steril
o Cermin laringoskopi
o Head lamp
c. Otoskop
d. Lampu tindakan
4. Ruang Observasi
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang membutuhkan tindakan non bedah atau
pasien yang memerlukan pemantauan namun tidak perlu ditempatkan di ruang
resusitasi, misalnya:
Tindakan EKG
Pemasangan kateter urin
Pemasangan NGT
Kumbah lambung
Pasien hiperglikemia sedang diregulasi insulin
Pasien stroke tidak sadar tanpa gangguan ABC
Pasien sesak tanpa gangguan A dan C
Ruang ini terdiri dari 3 tempat tidur yang dipisahkan oleh kelambu dilengkapi
dengan akses oksigen sentral
5. Ruang Isolasi
16
Ruang yang digunakan untuk pasien yang terindikasi menderita penyakit menular
dalam kondisi stabil sementara menunggu untuk ditransfer, misal pasien:
Difteri
Morbili
TBC
Ruangan ini delengkapi oleh APD untuk pasien dan penunggu dengan menerapkan
prinsip kewaspadaan standar
6. Ruang Transit
Ruang yang difungsikan untuk pasien yang telah selesai dilakukan
tindakan/penanganan dan dalam kondisi stabil menunggu untuk ditransfer. Ruang
ini terdiri dari 6 tempat tidur, dimana 2 tempat tidur dilengkapi dengan akses
oksigen sentral
7. Ruang Admisi
Ruang yang difungsikan bagi pasien atau keluarga pasien atau pengantar yang
berfungsi untuk
a. Pendaftaran dan pembayaran pasien IGD yang rawat jalan
b. Proses admisi pasien IGD yang rawat inap mulai pencarian ruang
perawatan, pengisian form yang dibutuhkan, pendataan dan input data,
penyelesaian administrasi untuk rekanan, pembayaran resep, dan
penandaan gelang identitas
c. Komunikasi awal untuk proses transfer antar rumah sakit
d. Pengurusan SEP untuk pasien rekanan di luar jam kerja
e. Administrasi pasien rawat inap di luar jam kerja
Ruang ini ditempati oleh dua orang petugas admisi dan satu orang petugas kasir
dengan peralatan:
1 buah komputer untuk kasir dan printer
1 buah komputer untuk admisi
1 buah komputer untuk administrasi rekanan dan printer
Telepon ke dalam dan luar RS
Lemari penyimpanan untuk gelang identitas, berkas rekam medis kosong,
form rekanan, dan kuitansi
8. Ruang Tunggu
Ruang yang difungsikan untuk pengantar atau keluarga pasien menunggu selama
proses di IGD sebelum transfer pasien. Ruang ini dilengkapi dengan:
a. Tempat duduk
17
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
SKRINING
ASESMEN ULANG /
OBSERVASI
IBS RUJUK
TRANSFER
ICU RAWAT
INAP
B. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi IGD RS Bhayangkara Kediri tersedia 24 jam dalam bentuk:
1. Telepon internal (ext 137)
Telepon antar petugas di RS tersedia 24 jam. Telepon ini dapat menerima
panggilan dari luar RS melalui operator. Telepon ini juga dapat melakukan
panggilan keluar melalui operator (ext 100) untuk nomor telepon yang terdaftar
di program operator atau langsung ke nomor telepon yang sudah terdaftar
dengan kode bintang (*)
2. Telepon eksternal (HP 082141086666)
Dapat diakses dari luar RS langsung ke petugas IGD RS Bhayangkara Kediri
untuk keperluan pelayanan IGD. Dapat juga digunakan untuk telepon keluar RS
oleh petugas IGD
3. Telepon code blue (ext 119)
21
C. Penerimaan Pasien
Pasien yang datang di teras IGD diterima oleh petugas terlatih yang ada di depan
IGD dibantu perawat jaga dimana telah tersedia alat transportasi seperti kursi roda
dan brankar pasien. Pada saat pasien masuk ke IGD dicatat jam datangnya untuk
selanjutnya dilakukan triase
D. Triase
IGD RS Bhayangkara Kediri menggunakan sistem triase dalam memberikan
pelayanan kepada pasien, terutama pasien dengan kondisi dimana beberapa
pasien datang hampir bersamaan, jumlah tenaga kesehatan yang terbatas dan
adanya konsulan dari ruang rawat inap untuk tetap bisa memberikan pelayanan
kepada pasien dengan menggunakan skala prioritas. Sistem triase yang dipakai di
IGD RS Bhayangkara Kediri adalah Metode ESI (Emergency Severity Index)
Triase metode ESI dapat dilakukan oleh dokter jaga atau perawat IGD yang sudah
berpengalaman. Oleh karena itu, pengalaman petugas pelaksana triage di IGD
sangat penting untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam penggolongan
tingkat kegawatan pasien. Menurut algoritme ESI, pasien digolongkan dalam 5 level
sesuai hasil pemeriksaannya
Triase ESI tidak menentukan lama waktu yang diperlukan hingga dievaluasi oleh
dokter (response time), melainkan pemilahan secara cepat pasien mana yang
harus dievaluasi lebih dahulu oleh dokter jaga.
Tatalaksana triase ESI lebih lanjut dapat dilihat di Panduan Triase
E. Asesmen Pasien
Dokter dan perawat IGD berkoordinasi dalam melakukan asesmen IGD dengan
mengacu pada form asesmen IGD dan form asesmen keperawatan IGD. Untuk
kasus gawat darurat, pengisian form dapat ditunda sampai tindakan medis dan
keperawatan awal selesai dilakukan. Selain itu, terdapat lembar observasi yang
22
F. Pendaftaran Pasien
Penanganan pasien gawat darurat tidak menunggu pendaftaran melainkan
penanganan terlebih dahulu. Pasien atau keluarga atau pengantar membawa surat
keterangan dari petugas IGD ke bagian admisi untuk penempatan ruang rawat inap
dan pendaftaran. Proses admisi dilakukan oleh petugas admisi berkoordinasi
dengan petugas kasir. Setelah proses admisi selesai, petugas admisi akan
menyerahkan berkas rekam medis/status ke petugas IGD untuk dilengkapi. Setelah
menyerahkan status, petugas admisi akan memasang gelang identitas pasien.
G. Transfer Pasien
Proses transfer pasien IGD di dalam RS Bhayangkara Kediri mengikuti buku
Panduan Transfer Pasien RS Bhayangkara Kediri yang ada. Pasien telah
distabilkan terlebih dahulu di IGD sebelum proses transfer. Pasien dinilai
berdasarkan level transfernya untuk menentukan kebutuhan peralatan dan petugas
transfer. Setelah itu pasien disiapkan untuk transfer baik untuk kepentingan
pemeriksaan penunjang, masuk rawat inap, maupun tindakan bedah di kamar
operasi. Setelah transfer, petugas transfer melakukan serah terima dengan perawat
jaga.
H. Informed Consent
Pemberian informasi dilakukan oleh dokter jaga IGD kepada pasien atau
keluarganya mengenai persetujuan yang akan dibuat. Pasien dan keluarga diberi
kesempatan untuk bertanya dan memahami maksud persetujuan tersebut. Setelah
itu pasien atau keluarga akan mengisi formulir Informed Consent yang tersedia dan
menandatanganinya. Dokter jaga IGD juga menandatangani formulir tersebut.
Pelaksanaan informed consent sesuai SPO Pemberian Informed Consent. Untuk
informed consent bedah dilakukan oleh dokter spesialis bedah dan informed
consent anestesi oleh dokter spesialis anestesi.
23
J. Stabilisasi
Proses stabilisasi pasien di IGD sebelum dilakukan transfer harus mencapai:
a. Airway
Jalan nafas bebas atau telah terpasang alat bantu pembebasan jalan nafas. Bila
dicurigai patah tulang leher, dipasang collar brace
b. Breathing
SpO2 > 92% dengan pemberian oksigen atau ventilasi.
c. Circulation
Bila ada luka terbuka, dilakukan debridement untuk menghentikan perdarahan.
Pemberian cairan loading adekuat / koloid / obat vasopresor sehingga tekanan
darah sistolik 90mmHg
d. Disability
Patah tulang ekstremitas yang ada telah dipasang bidai
e. Time
Setelah pasien diobservasi selama 4 jam di IGD, harus ada keputusan untuk
transfer ke rawat inap atau rujuk
P. Sistem Rujukan
Pasien di IGD RS Bhayangkara Kediri yang telah dilakukan stabilisasi dan perlu
dirujuk karena ketidakmampuan pelayanan ataupun alasan non medis akan
diberikan informasi terlebih dahulu untuk memperoleh persetujuan rujukan. Setelah
setuju untuk dirujuk, maka petugas IGD akan mempersiapkan rujukan dengan:
1. Berkoordinasi dengan petugas admisi mengenai pasien yang akan dirujuk dan
kebutuhan pelayanannya
27
BAB V
KEBIJAKAN
1. Setiap pasien IGD yang telah dilakukan asesmen (dan asuhan bila diperlukan),
keluarga atau pengantar akan diarahkan ke bagian admisi untuk diproses rawat jalan
atau rawat inap
2. Pelayanan gawat darurat terutama life saving dilaksanakan tanpa membayar uang
muka terlebih dahulu
3. Dalam memberikan pelayanan, seluruh petugas IGD selalu menghormati dan
melindungi hak-hak pasien
4. Selain menangani kasus true emergency, IGD RS Bhayangkara Kediri juga melayani
kasus false emergency sesuai kebijakan RS
5. Pasien DOA tidak dilakukan resusitasi kecuali atas permintaan keluarga dan dicatat di
lembar asesmen IGD serta didaftarkan nomor rekam medis
6. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku (terutama obat dan alat
resusitasi) harus selalu tersedia
7. Memberikan pelayanan kesehatan pasien Gawat Darurat selama 24 jam secara terus
menerus dan berkesinambungan
8. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan triase untuk mendapatkan pelayanan
yang tepat sesuai kondisinya
9. Bila terjadi bencana baik yang terjadi di dalam maupun luar RS Bhayangkara Kediri,
IGD siap untuk melakukan penanggulangan bencana sesuai disaster plan yang
dilaksanakan Komite K3 RS Bhayangkara Kediri
10. Setiap tindakan medis yang dilakukan harus berdasarkan permintaan dokter atas
persetujuan pasien/ penanggung jawabnya
11. Setiap ada pasien dengan perhatian khusus (contoh: anggota polisi, tahanan,
karyawan, pejabat, tanpa identitas, kasus kepolisian) dilakukan penanganan sesuai
kondisinya dan pelaporan melalui SMS kepada Ka Sub IGD, Karumkit, Humsar, dan
Ka Instalasi terkait
12. Bila ada pasien umum rawat inap (tanpa penjamin/asuransi) dan tidak membawa
biaya saat itu namun telah dilakukan penanganan sesuai kondisinya, maka resep
yang dipakai di IGD saat itu bisa masuk resep dalam (dibayarkan saat pulang tanpa
menitipkan uang muka)
13. Pemasangan gelang identitas untuk pasien IGD yang rawat inap dilakukan oleh
petugas bagian admisi
29
14. Pengantar pasien IGD tidak diperbolehkan masuk ke ruangan IGD kecuali atas
permintaan petugas IGD
15. Pengunjung dan pasien RS selain akan berobat ke IGD tidak diperbolehkan masuk ke
ruangan IGD
16. Pasien yang meninggal di IGD, jenazah yang telah dirawat akan dikirim ke kamar
jenazah untuk selanjutnya diproses sesuai prosedur
17. Setiap pasien IGD dilakukan asesmen medis dan asesmen keperawatan oleh dokter
jaga dan perawat IGD
18. Setiap pelayanan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan SPO yang berlaku di
RS Bhayangkara Kediri
30
BAB VI
LOGISTIK
Pengelolaan obat dan alat kesehatan dan alat umum meliputi pemesanan, pengambilan,
penyimpanan, dan pencatatan obat atau alat untuk keperluan pelayanan IGD
Mekanisme logistik di IGD RS Bhayangkara Kediri adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat
a. Buku inventaris (stok opname) obat dan alkes IGD
b. Buku inventaris peralatan IGD
c. Buku renbut (rangkap 3) untuk permintaan pengadaan
d. Buku bon alkes untuk ke gudang obat
e. Buku bon alat umum ke gudang umum
f. Buku setor linen kotor ke bagian laundry
g. Buku setor alkes reuse ke bagian CSSD
h. Buku laporan kerusakan alat ke bagian IPSRS
2. Penyediaan dan pemeliharaan obat
Ka Sub IGD akan membuat daftar permintaan obat untuk persediaan di IGD sesuai
kebutuhan kepada petugas di gudang obat. Kemudian petugas di gudang obat akan
menyediakan obat sesuai permintaan dan diantar ke IGD. Setelah itu petugas logistik
IGD akan mencatat di buku inventaris (stok opname). Setiap pemakaian obat dan
alkes ke pasien akan diganti dengan resep dan dikembalikan ke lemari. Perawat jaga
akan melakukan serah terima inventaris tersebut kepada perawat jaga selanjutnya.
Untuk logistik obat dan alat di Lemari Obat IGD dibawah tanggung jawab Instalasi
Farmasi
3. Penyediaan alat kesehatan
Untuk peralatan medis besar (misal: defibrilator, monitor ekg), Ka Sub IGD akan
membuat nota dinas permintaan alat yang ditujukan kepada Kasubbid
Yanmeddokpol untuk ditindaklanjuti sesuai prosedur. Setelah alat diterima oleh
petugas logistik IGD akan dicatat di dalam buku inventaris peralatan IGD
Untuk peralatan medis biasa (misal: tensimeter, stetoskop, termometer, instrumen),
Ka Sub IGD akan membuat daftar permintaan di buku renbut untuk selanjutnya
petugas logistik akan mengajukan ke gudang umum untuk pengadaan. Setelah
barang tersedia, petugas logistik akan mengambil barang ke gudang umum untuk
selanjutnya mencatat proses serah terima di dalam buku inventaris peralatan IGD
31
BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Proses ini meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya dsebut insiden adalah setian kejadian
yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari:
a. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera
pada pasien. Insiden sudah terjadi dan pasien mengalami cedera
b. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai
terpapar ke pasien
c. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien,
tapi tidak timbul cedera. Artinya kejadian ini sudah terjadi tetapi tidak
menimbulkan cedera kepada pasien
d. Kejadian Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera tapi belum terjadi insiden
e. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius. Definisi tentang kejadian sentinel adalah:
i. Kematian yang tidak diduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh: bunuh diri)
ii. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya
iii. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah
iv. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang yang bukan
orang tuanya
33
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya kepercayaan pasien dan masyarakat terhadap IGD RS
Bhayangkara Kediri
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di IGD RS Bhayangkara Kediri
4. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien selama 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai
risiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan
dan keselamatan dirinya dari risiko tertular penyakit.
Selain itu, RS Bhayangkara Kediri membentuk suatu sistem untuk mengurangi
risiko kecelakaan kerja bagi seluruh karyawannya termasuk tenaga kesehatan yang
bertugas di IGD RS Bhayangkara Kediri.
Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam pengendalian infeksi
nosokomial adalah peningkatan kemampuan petugas kesehatan dalam
menerapkan Kewaspadaan Standar, yaitu cara penanganan untuk meminimalkan
pajanan darah dan cairan tubuh dari semua pasien tanpa memperdulikan status
infeksi.
B. Tujuan
1. Tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri, pasien, dan masyarakat dari penyebaran infeksi
2. Tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
risiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
kewaspadaan standar
3. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS Bhayangkara Kediri
Setiap tindakan medis yang dilakukan oleh dokter dan perawat mengandung
risiko pajanan. Berdasarkan risiko pajanan yang mungkin muncul, maka dokter
dan perawat yang melakukan tindakan medis menggunakan alat pelindung diri.
Alat pelindung diri yang disediakan antara lain: sarung tangan bersih, sarung
tangan steril, sarung tangan rumah tangga, masker, apron, sepatu bot, dan
pelindung mata (google)
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
Alat kesehatan bekas pakai hanya dipakai satu kali untuk satu pasien. Setelah
itu alat akan disterilkan di CSSD sesuai prosedur sterilisasi
4. Pengelolaan benda tajam (termasuk jarum)
Pembuangan jarum di tempat sampah benda tajam yang disediakan tidak perlu
disarungkan kembali.
5. Pengelolaan limbah
Pembuangan limbah dibedakan infeksius dan non infeksius disediakan tempat
sampah dengan kresek kuning dan hitam. Pembuangan sampah sesuai
ketentuan untuk kemudian dijemput petugas kesling yang bertugas
6. Pengelolaan tumpahan cairan tubuh
Bila ada tumpahan cairan tubuh digunakan spill kit yang telah disediakan sesuai
prosedur yang ada
7. Penanganan pasien dengan penyakit menular menerapkan prinsip
kewaspadaan standar dengan memakai APD
36
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
BAB X
PENUTUP
Demikianlah buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat ini disusun. Kami mengharapkan
semua pihak di RS Bhayangkara Kediri untuk dapat bersama-sama mendukung dan
mengembangkan sistem pelayanan IGD RS Bhayangkara Kediri. Semua petugas baik
petugas medis, paramedis, maupun non medis yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pelayanan gawat darurat hendaknya selalu menaati ketentuan yang telah ditetapkan di
dalam buku pedoman pelayanan ini.