Anda di halaman 1dari 32

RESPONSI KASUS

Laki-Laki 37 Tahun dengan BAB Cair yang Terdiagnosis

Gastroenteritis Akut

Disusun oleh :

Miranthi Ayu Irnanda 160070201011063

Triara Mayona 160070201011092

David Christian 160070200011074

Pembimbing :

dr. Syifa Mustika, Sp.PD (K)

LABORATORIUM/SMF ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR MALANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastroenteritis akut merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan

timbulnya defekasi berbentuk cair atau setengah padat, dengan kandungan

air tinja lebih banyak dari 200 ml/24 jam. Beberapa penyebab dari

gastroenteritis akut secara umum antara lain bakteri, virus, parasit dan non

infeksi (PAPDI,2014). Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab

utama kedatangan pasien ke rumah sakit.

Menurut data World Health Organization (WHO) terdapat sekitar 2 milyar

kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun dan 1,9 juta

anak dengan usia kurang dari 5 tahun menderita diare sepanjang tahun,

dengan insidensi paling banyak di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

insidens kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per tahun.

The Centers for Disease Control and Prevention mengungkapkan bahwa

lebih dari US$150 juta habis untuk biaya kesehatan terkait gastroenteritis

akut. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Satu studi

data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000 kematian akibat diare

dalam waktu 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia. Di seluruh

dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun.

Berdasarkan survey morbiditas yang dirilis Subdit Diare Departemen

Kesehatan dari tahun 2000 sampai dengan 2010 penyakit diare di Indonesia

terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 Incidence Rate

penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010

menjadi 411/1000 penduduk. Sedangkan kejadian Luar Biasa (KLB) diare

juga masih sering terjadi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan

dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang. Tahun 2009 terjadi

KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian

100 orang, sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan

dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang.

Dengan tingginya prevalensi gastroenteritis akut di Indonesia , maka kami

mengangkat laporan kasus yang berjudul mengenai “seorang pasien dengan

gastroenteritis akut” agar sebagai dokter umum kita dapat mengetahui

manifestasi klinis, tatalaksana dan pencegahan terhadap gastroenteritis akut.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis, penegakkan

diagnosis, dan tatalaksana dari gastroenteritis akut?

1.3 Tujuan Penulisan

Gastroenteritis akut dalam Standard Kompetisi Dokter Indonesia

merupakan kompetensi 4A dimana sebagai dokter umum harus mampu

membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik serta memberi

terapi hingga masalah pasien tuntas.

Responsi ini bertujuan untuk membahas gastroenteritis dengan level

kompetensi 4A sebagai dokter umum, sehingga mengetahui:

a. Definisi dari gastroenteritis akut

b. Epidemiologi dari gastroenteritis akut

c. Faktor resiko dari gastroenteritis akut

d. Patogenesis dari gastroenteritis akut


e. Penegakan diagnosis, penatalaksanaan, dan komplikasi dari

gastroenteritis akut

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan responsi ini dapat meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman dokter muda mengenai gastroentritis akut dalam hal

pelaksanaan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakan

diangnois, penatalaksanaan dan perawatan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gastroenteritis akut merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan

timbulnya defekasi berbentuk cair atau setengah padat, dengan kandungan

air tinja lebih banyak dari 200 ml/24 jam. Definisi lain untuk gastroenteritis

akut ini menggunakan frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali

perhari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai dengan lender dan

darah (PAPDI,2014).Gastroenteritis akut adalah inflamasi akut dari saluran

pencernaan yang melibatkan lambung dan usus halus (Schloosberg, 2015).

Tanda dan gejalanya meliputi diare, muntah, demam, dan nyeri perut (Singh,

Amandeep. 2010). Pada umumnya, inflamasi tersebut muncul pada 12-72

jam setelah terpapar agen infeksius dan berhenti dalam dua minggu

(Schloosberg, 2015).

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 15 hari.

Sedangkan menurut World Gastroenterology Organisation global guideline

2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair atau lembek

dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.

2.2 Epidemiologi

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia angka

kejadian diare untuk semua umur pada tahun 2013 adalah 3,5% dari total

jumlah penduduk. Sementara berdasarkan data World Health Organization

(WHO) ada 2 milyar kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap

tahun. Di Amerika Serikat, insiden kasus diare mencapai 200 juta hingga
300 juta kasus per tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di

rumah sakit. Di seluruh dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare

per tahun. Di Amerika serikat, diare terkait dengan mortalitas tinggi pada

lanjut usia. Satu studi data mortalitas nasional melaporkan lebih dari 28.000

kematian akibat diare dalam 9 tahun, 51% kematian terjadi pada lanjut usia.

Selain itu, diare masih merupakan penyebab kematian anak diseluruh dunia,

meskipun tatalaksana sudah maju (Lukman, 2015).

Sekitar 2 miliar kasus gastroenteritis terjadi pada tahun 2015, yang

dimana sebagian besar terjadi pada anak dan penduduk negara

berkembang. Pada negara berkembang, anak berusia dua tahun dapat

terpapar lebih dari enam kali infeksi gastroenteritis dalam satu tahun.

Gastroenteritis lebih jarang terjadi pada orang dewasa dikarenakan

perkembangan sistem kekebalan tubuh yang lebih matang (Dolin,2010).

2.3 Etiologi

Gastroenteritis akut dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, maupun

parasit (A. Helms, Richard, 2006). Penyebab paling sering adalah virus,

terutama rotavirus. Selain rotavirus, virus jenis norovirus, adenovirus, dan

astrovirus juga dapat menyebabkan gastroenteritis akut (Eckardt AJ,

Baumgart DC, 2011). Penyebab utama pada infeksi bakteri pada

gastroenteritis adalah Campylobacter jejuni dan Escherichia coli, dimana

sebagian besar dari prevalensi berhubungan dengan paparan unggas.

Bakteri lain yang dapat menyebabkan gastroenteritis akut adalah golongan

Salmonella dan Shigella. Pada orang usia tua, Clostridium difficile juga dapat

menyebabkan gastroenteritis akut (Dolin,2010). Infeksi juga dapat

disebabkan oleh protozoa seperti Giardia lamblia, Entamoeba histolytica,


atau Cryptosporidium sp., namun lebih jarang ditemukan (United States

Centers for Disease Control and Prevention, 2015).

Penyebab utama dari diare dibedakan menjadi penyebab dari enteral dan

parenteral :

1. Enteral

- Bakteri : Shigella sp, E.coli pathogen, Salmonella sp, Vibrio cholera,

Yersinia enterocolytica, Campylobacter jejuni, V.parahaemoliticus,

Staphylococus aureus, Pseudomonas

- Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Norwalk like virus,

Citomegalovirus (CMV)

- Protozoa : Entamoeba Histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium

parvum

- Worm : A.lumbricoides, Cacing tambang, Trichuris trichuria,

cestodiasis

- Fungi : Kandida

2. Parenteral : Otitis media akut, pneumonia, Traveler’s diarrhea, E. coli,

giardia lamblia, shigella, entamoeba histolytca, makanan :

- Intoksikasi makanan : makanan beracun atau mengandung logam

berat, makanan mengandung bakteri/toksin

- Alergi susu sapi

- Malabsorbsi / maldigesti : karbohidrat seperti monosakarida, lemak,

asam amino tertentu, vitamin dan mineral (PAPDI, 2015).

2.4 Faktor Resiko

Anak lebih mudah terpapar infeksi gastroenteritis akut dikarenakan sistem

kekebalan tubuh yang belum berkembang dan sanitasi yang kurang


dibandingkan orang dewasa. Kurangnya pemberian ASI juga meningkatkan

resiko terjadinya infeksi gastroenteritis pada anak (Singh, Amandeep. 2010).

Makanan yang kurang higenis dan paparan unggas dapat pula

menyebabkan infeksi gastroenteritis oleh karena bakteri ataupun parasit

(Dolin,2010).

Keadaan kelompok tertentu yang memiliki risiko tinggi terhadap infeksi

diare :

- Baru saja bepergian ke Negara berkembang, daerah tropis, kelompok

perdamaian, orang yang sering berkemah.

- Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa : makanan laut dan

shell fish yang mentah dari rumah makan cepat saji.

- Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko infeksi HIV,

sindrom usus homoseks, sindrom kekebalan didapat

- Baru saja menggunakan obat antimikroba dirumah sakit

2.5 Patogenesis

Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari

makanan/minuman yang masuk kedalam tubuh manusia. bakteri

tertelan masuk sampai lambung yang kemudian akan dibunuh oleh

asam lambung. Namun, jumlah bakteri yang terlalu banyak terkadang

memungkinkan bakteri untuk lolos sampai ke duodenum dan

berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang

sering diserang adalah usus. Didalam usus tersebut bakteri akan

memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi

permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang

sekresi cairan-cairan usus dibagian kripta vili dan menghambat absorbsi


cairan. Sebagai akibat dari keadaan ini, volume cairan dalam lumen usus

meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan sebagian

dinding usus akan mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas

untuk mengalirkan cairan di usus besar. Apabila cairan tersebut melebihi

kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.

Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan

makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare

karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus

mengakibatkan hiperperistaltik sehingga timbul diare. Sebaliknya jika

peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,

selanjutnya timbul diare pula (Ngastiyah, 2005).

Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor

psikologis (stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin

dibawah pengendalian sistem, pernapasan simpatis untuk merangsang

pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga

bila terjadi stres maka metabolisme akan terjadi peningkatan dalam bentuk

peningkatan motilitas usus (Azwar, Saifuddin, 1999).

2.6 Diagnosa

Penegakkan diagnosa Gastroenteritis Akut didasarkan kepada anamnesa,

pemeriksaan fisik, dan penunjang.


2.6.1 Anamnesa

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik

tergantung penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung

kurang dari 15 hari(PAPDI, 2014). Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis

bervariasi. Berdasarkan salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada

orang dewasa, mual (93%), muntah (81%), diare(89%), dan nyeri

abdomen(76%) adalah gejala yang paling sering dilaporkan oleh

kebanyakan pasien(bresse et al., 2012).

Beberapa gejala klinis yang sering ditemui adalah :

a. Mual dan Muntah

Pasien yang memakan toksin atau pasien yang mengalami infeksi

toksigenik secara khas mengalami mual dan muntah sebagai gejala

prominen bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami demam.

Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi lambung

melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan mengintegrasikan terjadinya

muntah. Lokasinya terletak pada formasio retikularis letral medulla

oblongata. Stimulus emetic dapat ditransmisikan langsung ke pusat muntah

ataupun melalui chemoreceptor trigger zone(chow et al., 2010).

Muntah terjadi akibat adanya hubungan koordinasi oleh batang otak dan

dipengaruhi oleh respon dari usus, faring, dan dinding torakoabdominal.

Mekanisme pasti dari muntah akibat gastroenteritis belum sepenuhnya

diketahui. Tetapi diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan stimulus

perifer dari saluran cerna melaui nervus vagus atau melalui serotonin yang

menstimulasi reseptor 5HT3 pada usus. Pada gastroenteritis akut iritasi usus

dapat merusak mukosa saluran cerna dan mengakibatkan pelepasan


serotonin dari sel-sel chromaffin yang selanjutnya akan ditransmisikan

langsung ke pusat muntah atau melalui chemoreseptor trigger zone. Pusat

muntah selanjutnya akan mengirimkan impuls ke otot-otot abdomen,

diafragma dan nervus visceral lambung dan esophagus untuk mencetuskan

muntah(Chow et al., 2010).

b. Diare

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi berbentuk cair atau

setengah cair, kandungan air tinj lebih banyak dari biasanya lebih dari 200

gram atau 200ml dalam 24 jam. Pada kasus gastroenteritis diare secara

umum terjadi karena adanya peningkatan sekresi air dan elektrolit serta

penurunan absorbs air dan elektrolit oleh usus(Simadibrata et al, 2009).

c. Nyeri perut

Giardia lamblia dan cryptosporidium merupakan parasite yang tidak

menginvasi mukosa namun dapat menyebabkan rasa tidk nyaman di

abdomen yang bersifat ringan. Organisme Yersinia seringkali menginfeksi

ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut kuadran kana

bawah, menyerupai apendisitis akut.

Nyeri perut banyak dikeluhkan oleh pasien dengan gastroenteritis akut.

Nyeri pada perut banyak jenisnya. Oleh karena itu perlu ditanyakan apakah

nyeri perut yang timbul ada hubungannya dengan makanan, apakah

timbulnya terus menurus, adakah penjalaran ke tempat lain, nagaimana sifat

nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan kualitas nyeri perut dari berbagai organ

akan berbeda(Sujono Hadi, 2012).


Patogen Gejala klinis

Mual Nyeri Demam

muntah perut

Shigella ++ ++ ++

Salmonella + ++ ++

Campylobacter + ++ ++

Yersinia + ++ ++

Norovirus + ++ +/-

Vibrio +/- +/- +/-

Cyclospora + +/- +/-

Cryptosporidium + +/- +/-

Giardia + ++ -

Shiga toksin + ++ 0

E.coli

Keterangan : ++ biasanya terjadi; + dapat terjadi; +/- bervariasi; - tidak

terjadi; 0 sering tidak terjadi

Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas krena

nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi

bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah

buang air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkerinat, dan

perubahan ortostastik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal

akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.

Dehidrasi menurut keadaan klinis dapat dibagi atas 3 tingakatan :

1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB) :

Turgor kurang, suara serak, pasien belum jatuh dalam presyok


2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB) :

Turgor buruk, suara serak paisen jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat,

napas vepat dan dalam.

3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10%) :

Tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun(apatis sampai

koma), otot-otot kaku, sianosis(PAPDI. 2014).

Ringan Sedang Berat

Keadaan Baik, sadar Lemah, Lesu, tidak

umum letargi, bisa bisa duduk

duduk dan dan berjalan

berjalan

aktivitas Dapat Bisa Tidak bisa

melakukan melakukan melakukan

aktivitas aktivitas aktivitas

tanpa dengan sehari-hari,

kesulitan sedikit berbaring

hambatan ditempat tidur

Rasa haus Tidak meningkat Sangat

meningkat merasa haus

Nadi normal takikardi takikardi

Tekanan normal Normal atau Menurun >20

darah menurun 10- mmHg sistolik

20 mmHg

sistolik

JVP normal Normal atau Flat


slightly flat

Mukosa tidak slight Severe

kering (bibir,

lidah)

Skin turgor baik fair Poor

mata Tidak cekung Sedikit Sangat

cekung cekung

(Manatsathit et al., 2002)

2.6.2 Pemeriksaan fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna

dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare.

Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada

tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas.

Pemeriksaan abdomen secara seksama merupakan hal yang penting.

Adanya kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak distensi abdomen dan

nyeri tekan merupakan petunjuk bagi penentuan etiologi(PAPDI, 2014).

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare

berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan tersebut antara lain: pemeriksaan darah tepi

lengkap, kadar elektrolit serum, Ureum dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan

pemeriksaan Enxym-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk mendeteksi

giardiasis dan test serological amebiasis, dan foto x-ray abdomen.

Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung

jenis leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien denan infeksi bakteri
terutama pada infeksi bakteri yang invasive ke mukosam memliliki

leukosiosis dengan kelebihan darah putih muda. Neutropenia dapat timbul

pada salmonellosis.

Ureum dan kreatinin dilakukan untuk memeriksa adanya kekurangan

volume cairan dan mineral tubuh. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat

adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya infeksi bakteri,

adanya cacing dan parasite dewasa.


2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Rehidrasi

Pada pasien dengan keadaan umum yang baik dan tidak terjadi

dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman

ringan, sari buah, sup. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan terjadi

dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau

rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula harus

diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis dibandingkan

dengan cairan intravena, cairan oral antara lain: pedialit, oralit, dll. Cairan

infus antara lain : ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200ml/kgbb/24jam

tergantung kebutuhan dan status dehidrasi(PAPDI, 2014).

Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dilakukan penilaian

derajat dehidrasinya. Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang, dan

berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan cairan 2-5% dari BB,

sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari BB, dan berat bila pasien

kehilangan 8-10% dari berat BB (PAPDI, 2014).

Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai

dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.

Macam-macam pemberian cairan :

1. BJ plasma dengan rumus :

Kebutuhan cairan : (BJ plasma – 1,025)/ 0,001 x BB x 4 ml

2. Metode pierce berdasarkan klinis :

Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x BB(kg)

Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x BB (kg)

Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x BB (kg)


3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis antara lain:

Kebutuhan cairan = skor/15 x 10% x BB(kg) x 1 liter

Bila skor < 3 dan tida ada tanda syok maka diberikan cairan peroral,

jika skor >= 3 dan ada tanda syok maka diberikan cairan per

intravena.

Gambar 3.1 Skor Daldiyono

Bila dehidrasi sedang/berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui

infus pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan atau sedang pada

pasien masih bisa diberikan rehidrasi melalui oral atau selang nasogastrik,
kecuali bila ada kontraindikasi atau oral dan saluran cerna bagian terdapat

gangguan. Pemberian rehidrasi oral bisa menggunakan larutan oralit yang

hipotonik.

Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:

a. 2 jam pertama(tahap prehidrasi inisial) : jumlah total kebutuhan cairan

diberikan langsung dalam 2 jam bertujuan untung memberikan agar dapat

mencapai rehidrasi seoptimal mungkin.

b. 1 jam berikutnya(tahap kdua) pemberian diberikan berdasarkan

kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial

sebelumnya. Bila tidak terjadi syok maka rehidrasi dapat diberikan secara

peroral.

c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan

cairan mealalui tinja dan insessible water loss(IWL).

2.7.2 Diet

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila terjadi muntah-muntah

yang berat. Pasien dianjurkan untuk minum sari buah, the, minuman tidak

bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, sup. Susu sapi

harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang

disbebakan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman erkafein dan alcohol

harus dihindari karena dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

2.7.3 Obat Antimikroba

Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan(self limited

disease) karena virus atau bakteri non invasive, pengobtan empirik tidak

dianjurkan kepada semua pasien. Pengobatan empirik diindikasikan pada


pasien yang diduga mengalami infeksi bakteri invasive, diare turis(travelers

diarrhea) atau imunosupresif.

Obat pilihan yaitu kuinolon(missal ciprofloxacin 500mg/hari) dapat dipakai

sebagai profilaktik yang memberikn perlindungan sekitar 90%. Obat pilihan

lain bagi diae karena Clostridium dificile adalah metronidazole oral 25-

500mg 4 kali perhari selama 7-10 hari.

2.8 Komplikasi

1. Dehidrasi

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolic asidosis)

3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkulasi berupa syok hipovolemik


BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Penderita


Nama : Tn M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 37 tahun
Alamat : Malang
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
No register : 200xxx

3.2 Anamnesis
Autoanamnesa
 Keluhan Utama
Bab cair
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bab cair sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit(1 Desember 2017). Bab terjadi dengan frekuensi ±10
kali perhari. Bab cair ±1/2 gelas aqua (100cc) tiap kali diare. Pasien
mengatakan diare lebih banyak air daripada ampasnya. Lendir (-) darah (-
). Pasien mengatakan bahwa keluhan didahului dengan demam tapi
pasien tidak mengukur suhunya. Keluhan disertai dengan nyeri perut,
rasa seperti mules, nyeri tekan (-), mual(+) muntah(-). Pada saat datang
ke IGD pasien merasakan sangat haus, lemas(+) dan pasien masih sadar
dan BAK berkurang. Batuk (-) sesak (-) Riw HT(-) DM(-) Penyakit ginjal (-
).
 Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan
- Pasien belum meminum obat atau ke dokter untuk keluhan nya saat
ini
- Pasien tidak pernah MRS sebelumnya

 Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak terdapat ada keluarga yang mempunyai riwayat bab cair
sebelumnya
 Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai petani, sudah menikah dan memiliki 2 orang
anak.
 Riwayat Alergi
Pasien tidak mempunyai alergi makanan ataupun obat
 Riwayat Imunisasi
Pasien lupa tentang riwayat imunisasinya.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum:
Tampak sakit sedang
Tanda-tanda Vital:
GCS : 456
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20X/menit
Tax : 36,7 C
Sat 02 : 99% room air

Kepala:
a. Rambut : dalam batas normal
b. Wajah : simetris, deformitas (-), rash (-), sianosis (-)
mukosa bibir kering (+)
c. Mata : konjungtiva : anemis -|-
sklera : ikterik -|-
palpebra : edema -|-
reflek cahaya (+/+), pupil bulat isokor 3mm/3mm

Leher:
Trakea normal di tengah, JVP R + 2 cm H2O, lymphnode enlargement (-)

Thoraks :
a. Jantung
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba di MCL ICS V sinistra
- Perkusi : batas jantung kiri pada iktus ICS V MCL, batas jantung
kanan pada sternal line dextra
- Auskultasi : bunyi jantung S1S2 normal, reguler, gallop (-),murmur (-)

b. Paru
- Inspeksi: Gerakan dinding dada saat bernafas simetris,
retraksi dinding dada (-),statis – dinamis D = S

- Palpasi : chest expansion simetris


stem fremitus:
Normal Normal
Normal Normal
Normal Normal

- Perkusi :
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
- Auskultasi
Suara Nafas Ronki Wheezing
Vesikuler Vesikuler - - - -
Vesikuler Vesikuler - - - -
Vesikuler Vesikuler - - - -

Abdomen :
a. Inspeksi : Soefl, scar (-), umbilicus ( hernia (-))
b. Auskultasi : bising usus (+) ↑, tidak ditemukan bruit pada
proyeksi aorta abdominalis, arteri renalis, arteri iliaca, maupun
pada arteri femoralis, friction rub (-).
c. Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen, traube’s
space dullness, shifting dullness (-), liver span 8 cm.
d. Palpasi : Nyeri tekan (-)

Ekstremitas :
Edema = | = Ikterik - -
- -

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

Pemeriksaan Hematologi tanggal 8/11/2017

Laboratory Result Normal Value Unit


Hb 14,30 13,4-17,7 g/dL
Leucocyte 10,7 4.300-10.300 /µL
Hematocrit 43,2 40-47 %
Thrombocyte 217.000 142.000-424.000 /µL
MCV 88,3 80-93 fL
MCH 29,1 27-31 pg
Eo/Bas/Neu/ 0,1/0,5/53/87,4/4,0 0-4/0-1/51-67/25- %
Limf/Mon
33/2-5
Natrium 130,3 136-145 mmol/L
Kalium 3,40 3,5-5,0 mmol/L
Chloride 97,6 98-106 mmol/L
RBS 98 < 200 mg/dL

Pemeriksaan feses lengkap (9/11/17)


Jenis Hasil Nilai Normal Satuan
pemeriksaan
Warna Kuning kecoklatan
Bentuk Cair
Elemen Negatif
Epitel + Negatif- positif 1 LPB
Leukosit + <5 LPB
Eritrosit + Negatif LPB
Parasit Negatif Negatif
Telur cacing Negatif Negatif LPB
Identifikasi telur Negatif Negatif
Larva Negatif Negatif LPB
Identifikasi Negatif Negatif
larva Negatif Negatif LPB
Trophozoit Negatif Negatif
Identifikasi Negatif Negatif LPB
Cyste Positif Negatif
Identifikasi
Sisa makanan Positif
Serat otot Negatif <10 LPB
Serat tumbuhan Positif -/+ LPB
Pati (amilum) Positif -/+ LPB
Butir lemak Negatif Steatorhoe>60 LPB
Lain lain Bakteri ++
3.5 Problem Oriented Medical Record

Cue and Clue Problem List Initial Planning Planning Therapy P


Diagosis Diagnosis Mo

Pria/37 tahun 1. Diare akut 1.1 Diare - Bedrest Sub


Anamnesa akut dt - Diet tktp Tand
- Bab cair sejak 1 hari amoeba - IVFD Nacl 0,9% 20
sebelum masuk rumah sakit, tpm
1.2 Diare
bab terjadi dengan frekuensi - PO :
akut dt
Attalpulgite 2 tab/diare,
±10 kali perhari, tiap kali bab viral
maks 10 tab/hari
± ½ gelas aqua gelas(100cc)
Omeprazole 1x40mg
- Bab lebih banyak cair
daripada ampasnya, lendir
(+) darah (-)
- demam(+) sejak 1 hari
sebelum MRS
- Mual(+)muntah (-)
Pem.fisik
K/L mukosa bibir kering
Abdomen : BU (+) ↑
Ekstremitas: akral hangat,
CRT<2s
Lab :
Leukosit : 10.700
Na/K/Cl : 130,3/3,40/97,6
FL : kista (+)
BAB IV
PEMBAHASAN

Kasus Teori
Tn S/43 tahun
Anamnesa :
Pasien datang dengan keluhan bab cair Gastroenteritis akut merupakan suatu
sejak 1 hari sebelum masuk rumah keadaan yang ditandai dengan timbulnya
sakit(1 Desember 2017). Bab terjadi defekasi berbentuk cair atau setengah
dengan frekuensi ±10 kali perhari. Bab padat, dengan kandungan air tinja lebih
cair ±1/2 gelas aqua (100cc) tiap kali banyak dari 200 ml/24 jam. Definisi lain
diare. Pasien mengatakan diare lebih untuk gastroenteritis akut ini
banyak air daripada ampasnya. Lendir (- menggunakan frekuensi, yaitu buang air
) darah (-). Pasien mengatakan bahwa besar encer lebih dari 3 kali perhari.
keluhan didahului dengan demam tapi Buang air besar encer tersebut dapat
pasien tidak mengukur suhunya. disertai dengan lender dan darah
Keluhan disertai dengan nyeri perut, (PAPDI,2014).
rasa seperti mules, nyeri tekan (-),
mual(+) muntah(-). Pada saat datang ke
IGD pasien merasakan sangat haus,
lemas(+) dan pasien masih sadar dan
BAK berkurang.
Derajat Dehidrasi : Derajat Dehidrasi:
Pada pasien ini didapatkan keadaan Dehidrasi menurut keadaan klinis dapat
umum lemah, adanya mukosa bibir dibagi atas 3 tingakatan :
kering, mata sedikit cowong, turgor kulit 1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5%
kembali sedikit lambat BB) :Keadaan umum baik, dapat
N : 94 x/m melakukan aktivitas tanpa kesulitan, rasa
RR : 26 x/m haus tidak meningkat, nadi normal,
tekanan darah normal, mukosa bibir tidak
kering, skin turgor baik, mata tidak
cekung.
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8%
BB) : lemah, letargi, bisa melakukan
aktivitas dengan sedikit hambatan, rasa
haus meningkat, takikardi, tekanan darah
normal atau menurun 10-20 mmHg
sistolik, mukosa bibir sedikit kering, skin
turgor sedikit lambat, mata sedikit
cekung.
3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10%) :
Penurunan kesadaran, tidak bisa
melakukan aktivitas sehari hari, sangat
merasa haus, takikardi, menurun >20
mmHg, mukosa bibir sangat kering, skin
turgor kembali sangat lambat, mata
sangat cekung (Manatsathit et al, 2002)
Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan Fisik :
Pada pasien didapatkan peingkatan Pemeriksaan abdomen secara seksama
suara bising usus, dan terdapat nyeri merupakan hal yang penting. Adanya
perut diseluruh bagian perut, nyeri kualitas bunyi usus dan adanya atau
tekan(-). tidak distensi abdomen dan nyeri tekan
merupakan petunjuk bagi penentuan
etiologi(PAPDI, 2014).
Laboratorium : Laboratorium :
Pada pasien didapatkan :
Pada pasien yang mengalami
Leukositosis ( Leukosit : 10700)
dehidrasi atau toksisitas berat atau diare
Diff count : 0,1/0,5/53/87,4/4,0
Na/K/Cl : 130,3/3,40/97,6 berlangsung lebih dari beberapa hari,
Pemeriksaan feses lengkap : diperlukan beberapa pemeriksaan
Leukosit + penunjang. Pemeriksaan tersebut antara
Eritrosit + lain: pemeriksaan darah tepi lengkap,
Cyste + kadar elektrolit serum, Ureum dan
kreatinin, pemeriksaan tinja dan
pemeriksaan Enxym-linked
immunosorbent assay (ELISA) untuk
mendeteksi giardiasis dan test
serological amebiasis, dan foto x-ray
abdomen.
Pasien dengan diare karena

virus, biasanya memiliki jumlah dan

hitung jenis leukosit yang normal atau

limfositosis. Pasien denan infeksi bakteri

terutama pada infeksi bakteri yang

invasive ke mukosam memliliki

leukosiosis dengan kelebihan darah putih

muda. Neutropenia dapat timbul pada

salmonellosis.

Ureum dan kreatinin dilakukan

untuk memeriksa adanya kekurangan

volume cairan dan mineral tubuh.

Pemeriksaan tinja dilakukan untuk

melihat adanya leukosit dalam tinja yang

menunjukkan adanya infeksi bakteri,


adanya cacing dan parasite dewasa.

1.

Tatalaksana Tatalaksana
Bedrest 1. Pemberian terapi dehidrasi didasarkan
IVFD Nacl 0,9% 20 tpm kepada derajat dehidrasi pasien,
PO : attalpulgite 2tab/diare maks 10 berdasarkan metode pierce,
tab/hari Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5%
x BB(kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan =
8% x BB (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10%
x BB (kg)
2. Obat anti diare
- Antimotilitas : diphenoxylate,
loperamide
- Adsorbent : kaolin, pectin, attalpulgite
- antisekretori : bismuth subsalicylate
3. Antibiotik
Kebanyakan pasien memiliki penyakit
yang ringan(self limited disease) karena
virus atau bakteri non invasive,
pengobtan empirik tidak dianjurkan
kepada semua pasien. Pengobatan
empirik diindikasikan pada pasien yang
diduga mengalami infeksi bakteri
invasive, diare turis(travelers diarrhea)
atau imunosupresif.
Obat pilihan yaitu kuinolon(missal
ciprofloxacin 500mg/hari)
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Gastroentritis akut adalah suatu keadaan yang ditandai dengan timbulnya

defekasi berbentuk cair atau setengah padat, dengan kandungan air tinja lebih

banyak dari 200 ml/24 jam. Definisi lain untuk gastroenteritis akut ini menggunakan

frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali perhari.

2. Diagnosis dari gastroenteritis akut dapat ditegakkan melalui anamnesa dan

pemeriksaan fisik. Manifestasi klinis yang terjadi dapat berupa BAB cair dapat

disertai dengan lendir dan darah, nyeri perut, mual dan muntah.

3. Penatalaksana awal yang dapat diberikan adalah dengan menilai derajat

dehidrasi untuk menentukan kebutuhan cairan. Cairan dapat diberikan secara oral

atau intravena tergantng dari derajat dehidrasi pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Chow, C. M., Leung, A. K. C., Hon, K. L., 2010. Acute Gastroenteritis : From

Guideline to Real Life. Clinical and Experimental Gastroenterology,3:97-112

PAPDI 2014

Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among

Adults Visiting Emergency Departments in the United States. The Journal of

Infectious Disease. 205 : 1374-1381.

Manatsathit, S., et al., 2002. Guideline for the management of acute diarrhea in

adults. Journal of Gastroenterology and Hepatology ,17: S54–S71

Simadibrata K, M., Daldiyono, 2009. Diare Akut. Dalam : Sudoyono, A. W.,

Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M., Setiasi, S. (eds). 2009. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Interna Publishing, Jakarta : 548-556.

Schlossberg, David (2015). Clinical infectious disease(Second ed.). p. 334. Singh,

Amandeep (July 2010). "Pediatric Emergency Medicine Practice Acute

Gastroenteritis — An Update". Emergency Medicine Practice. 7 (7).

Dolin, [edited by] Gerald L. Mandell, John E. Bennett, Raphael (2010). "93". Mandell,

Douglas, and Bennett's principles and practice of infectious diseases (7th ed.).

Philadelphia, PA: Churchill Livingstone/Elsevier.

A. Helms, Richard. 2006. Textbook of therapeutics : drug and disease

management (8. ed.). Philadelphia, Pa. [u.a.]: Lippincott Williams & Wilkins
Eckardt AJ, Baumgart DC (January 2011). "Viral gastroenteritis in adults". Recent

Patents on Anti-infective Drug Discovery. 6 (1): 54–63. “Persistent Travelers

Diarrhea”. United States Centers for Disease Control and Prevention. 10 July

2015

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. EGC: Jakarta

Azwar, Saifuddin. (1999). Reliabilitas dan validitas: Seri pengukuran Psikologi.

Sigma Alpha : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai