Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Q fever adalah penyakit yang disebabkan oleh C. Burnetii, serangan penyakit ini ditandai
oleh demam, nyeri pada kepala, dan myalgia pada manusia. Penyakit Q fever tersebar luar
diseluruh dunia, secara epidemiologi penyakit muncul pertama kali di Australia, penyakit ini
sering ditemukan di daerah industri peternakan di Quessland, pekerja rumah pemotongan hewan
(RPH) dan pekerja peternakan memiliki resiko tinggi tertular penyakit ini. (Setiyono 2005).
Sedangkan di Indonesia kejadian penyakit Q fever pertama kali ditemukan di Indonesia pada
tahun 1937, dimana dari 188 serum sapi yang diperiksa ternyata positif mengandung antibodi
terhadap C. Burnetii (Setiyono 2005).
Q fever bersifat zoonosis karena dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun dari
manusia ke hewan. Hewan ternak yang dapat terserang adalah ternak ruminansia seperti sapi,
kambing, dan domba serta hewan lainnya baik hewan liar maupun hewan peliharaan bahkan
unggas. Selain rodensia, caplak dan serangga merupakan sumber penularan Q fever yang penting
pada hewan. Penularan Q fever dapat terjadi melalui kontak langsung dengan sumber penularan,
partikel debu, bahan makanan asal hewan, susu dan luka yang terkontaminasi serta melalui
transfusi darah (Mahatmi et al. 2006)
Infeksi C. burnetii pada hewan biasanya bersifat subklinis, ditandai degan adanya
penurunan nafsu makan, gangguan pada pernafasan dan juga dapat menyebabkan gangguan
reproduksi, pada hewan yang bunting dapat menyebabkan abortus. Pada manusia, infeksi C.
burnetii sering bersifat akut dan menahun serta dapat menimbulkan kondisi yang fatal, yaitu
kegagalan fungsi hati, radang tulang, radang otak, gangguan pada pembuluh darah dan
peradangan jantung (endokarditis) yang berakibat pada kematian ( Raoult 2002).

Tujuan
Untuk mengetahui mengenai penyakit Q Fever yang mencakup etiologi, gejala klinis,
sumber penularan, cara penularan, diagnosis, cara pengobatan serta pengendalian dalam penyakit
tersebut.

ETIOLOGI

Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Legionellales
Famili : Coxiellaceae
Genus : Coxiella
Spesies : C. burnetii
Gambar 1 C. Burnetii
C. burnetii adalah mikroorganisme pleomorfik (bentuknya tidak tetap, batang atau
kokoid), bersifat obligat intraseluler, berukuran lebar 0.2-0.4 m dan panjang 0.4-1.0 m,
struktur menyerupai spora (spora like) Bakteri ini memiliki banyak variasi bentuk dan bersifat
resisten terhadap perubahan-perubahan lingkungan, seperti suhu tinggi dan kekeringan (Fournier
et al. 1998).

TRANSMISI

Pada Hewan
Hewan yang dapat terinfeksi C. burnetii antara lain sapi, kambing, domba, anjing,
kucing, kuda, kerbau, babi, unta, kelinci, reptil, kodok, burung merpati, kalkun, ayam, bebek,
rodensia, ikan, dan caplak Penularan Q fever dapat terjadi melalui kontak langsung dengan
sumber penularan, partikel debu, bahan makanan asal hewan, susu, dan luka yang terkontaminasi
serta melalui transfusi darah. Bakteri C. burnetii dapat mengkontaminasi lingkungan jika ada
hewan yang melahirkan, yaitu melalui cairan amnion, plasenta, feses, dan urin secara terus
menerus selama beberapa bulan. Kambing sering menjadi sumber infeksi ke manusia karena
kejadian pada kambing lebih lama dibandingkan domba, yaitu selama dua kali masa kebuntingan
Mikroorganisme C. burnetii berkembang biak dan tumbuh subur di dalam plasenta dan cairan
amnion, sehingga pada hewan bunting infeksi Q fever bersifat laten (Kusumawati 2012)
Caplak merupakan sumber penularan antar hewan di alam, dari hewan liar ke hewan
pelihara, dan diantara hewan pelihara melalui feses caplak yang terinhalasi. Caplak dapat
berperan sebagai perantara pada hewan tetapi tidak pada manusia. Penyebaran antar hewan
pelihara dapat juga terjadi melalui kontak seksual karena agen penyebab ditemukan pada semen
sapi (Kusumawati 2012).
Pada Manusia
kejadian Q fever pada manusia berhubungan erat dengan pekerjaan (occupational
disease), seperti peternak, pembeli dan pengunjung yang datang ke peternakan; dokter hewan;
pekerja di peternakan, rumah potong hewan, penyamakan kulit, pengolahan daging, susu dan
wol; peneliti dan pegawai laboratorium serta pekerja di kebun binatang. Penularan Q fever antar
manusia jarang terjadi, namun penularan antar manusia dapat terjadi melalui transfusi (darah,
sumsum tulang belakang), saliva, dan hubungan seksual. Selain itu bisa tertular selama
menangani keguguran dan otopsi pada manusia. Beberapa faktor yang mempermudah seseorang
terserang Q fever yaitu tidak divaksinasi Q fever dan yang mengalami imunosupresan karena
menderita penyakit tertentu, misalnya AIDS, kanker, limpoma, tumor, diabetes, hepatitis,
gangguan jantung, gangguan ginjal kronis atau penerima transplan organ (Norlander 2000).
DAFTAR PUSTAKA

Setiyono A. 2005. Q Fever Ditinjau Dari Aspek Zoonosis. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner. 1112-1116.

Mahatma H, Setiyono A, soejoedono RD, Passaribu FH. 2006.


Deteksi Coxiella burnetii Penyebab Q fever pada Sapi, Domba dan Kambing di Bogor dan Bali.
Jurnal Veteriner. 180-187.

Raoult, D. 2002. Q Fever: Still a myste-rious disease. Q.J. Med. 95 : 491.

Fournier PE, Thomas JM, Raoult D. 1998. Diagnosis of Q fever. J Clin Microbiol 36: 1823-
1834.

Kusumawati E. 2012. Kajian Q Fever Pada Sapi Perah Impor Dari Australia Yang Masuk
Melalui Bandar Udara Soekarno-Hatta [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Norlander L. 2000. Q fever epidemiology and pathogenesis. Microbes Infect 2: 417-424.

Anda mungkin juga menyukai