DI POLI ANAK
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
VISI
Menjadi rumah sakit berstandar kelas dunia pilihan masyarakat
MOTTO
1. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik melalui penataan dan perbaikan
manajemen yang berkualitas dunia. Profesional menyelenggarakan pelayanan kesehatan
rumah sakit yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat melalui
pengembangan sistem pelayanan yang terintegrasi dan komprehensif.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan penelitian melalui pengenbangan pendidikan dan
penelitian berkualitas international.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik secara profesional.
SLOGAN
With Love We Serve
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“HIV-AIDS”
DI POLI ANAK
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR - MALANG
OLEH :
Kelompok 4
Bella Yoyunanda (1930013)
M.Hari Rudi (1930031)
Kiki Dwi Lestari (1930032)
Umrotul Nur F (1930052)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan “Satuan Acara Penyuluhan HIV AIDS Pada Anak ” untuk memenuhi tugas
Praktek Klinik Keperawatan Anak.
Kami menyadari bahwa Satuan Acara Penyuluhan yang telah kami buat tidak akan bisa
tersusun dengan baik tanpa dorongan dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan
ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Cristi Sebagai KAUR Poli Anak.
2. Ibu Eni Sebagai pembumbing klinik di Poli Anak.
3. Ibu Sekarrini sebagai pembimbing institusi.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas ini dan tugas selanjutnya.
Semoga Allah membalas semua amal ibadah yang telah diberikan, dan satuan acara
penyuluhan ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan orang umum yang
memanfaatkannya.
Penulis
A. LATAR BELAKANG
HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yaitu masih
tingginya transmisi infeksi, angka kesakitan dan angka kematian. Secara global kasus HIV
pada tahun 2011, diperkirakan terdapat 34 juta orang hidup dengan HIV, sebanyak 30,7
juta diantaranya adalah orang dewasa. Sebesar 16,7 juta yang terinfeksi adalah perempuan
dan sebanyak 3,3 juta anak-anak dibawah usia 15 tahun. Jumlah orang yang terinfeksi baru
dengan HIV sebanyak 2,5 juta, dengan pembagian 2,2 juta usia dewasa dan, 330 ribu adalah
anak-anak usia kurang dari 15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS, adalah sebanyak 1,8
juta orang, dengan pembagian 1,5 juta diantaranya adalah orang dewasa dan sebanyak 230
ribu adalah anak-anak kurang dari 15 tahun (WHO, 2011).
Infeksi HIV pada anak masih menjadi masalah kesehatan yang sangat besar di
dunia, dan berkembang dengan cepat serta sangat berbahaya. Perjalanan alami, beratnya,
dan frekuensi penyakit pada anak yang menderita AIDS berbeda dengan anak yang
mempunyai sistem imun normal (Setiawan, 2011). Faktor risiko penularan HIV dari ibu ke
anak diantaranya, jumlah virus selama hamil, status imunitas ibu hamil, riwayat infeksi
pada genetalia ibu, gaya hidup dan faktor perilaku, faktor obstetri seperti cara melahirkan
bayi dan proses persalinan bayi, dan pemberian ASI kepada bayi sesudah lahir (Damania
et al., 2010).
Upaya mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke anak, dilaksanakan program
pencegahan secara komprehensif meliputi empat strategi yaitu pencegahan penularan HIV
pada perempuan usia reproduksi, pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada
perempuan HIV positif, pencegahan penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke bayi yang
dikandungnya, pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu HIV
positif beserta anak dan keluarganya (Mofenson, 2010).
B. TUJUAN
a) Tujuan umum
Dengan diadakannya penyuluhan berupa pengenalan HIV-AIDS diharapkan semua
pengunjung dapat mengerti dan memahami tentang HIV-AIDS
b) Tujuan khusus
1. Pengunjung mengerti tentang definisi HIV-AIDS
2. Pengunjung mengerti tentang penyebab dari HIV-AIDS
3. Pengunjung mengerti tentang gejala-gejala dari HIV-AIDS
4. Pengunjung mengerti tentang cara penularan dari HIV-AIDS
5. Pengunjung mengerti tentang pencegahan dan pengobatan HIV-AIDS
B. MATERI ( Terlampir )
1. Pengertian HIV-AIDS
2. Penyebab HIV-AIDS
3. Gejala-gejala HIV-AIDS
4. Penularan HIV-AIDS
5. Pencegahan dan pengobatan HIV-AIDS
C. MEDIA
1. Laptop
2. LCD/ Power Point
3. Leaflet
D. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab (diskusi)
E. KEGIATAN PENYULUHAN
A. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS
(sindrom defisiensi imun akuisita). Virus merusak atau menghancurkan sel kekebalan
tubuh, sehingga sel kekebalan tubuh tidak mampu berperang melawan infeksi atau
kanker. Sekitar 3,2 juta anak-anak di bawah 15 tahun hidup dengan AIDS pada akhir
tahun 2013, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Acquired immunodeficiency syndrom (AIDS) suatu gejala penyakit yang
menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh atau gejala penyakit
infeksi tertentu / keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya
tahan tubuh (kekebalan) oleh virus yang disebut dengan HIV . (Mansjoer, 2000)
B. Etiologi
Kebanyakan infeksi HIV pada anak adalah diturunkan melalui ibu ke anak selama
kehamilan, persalinan, dan menyusui
Penyebab lain HIV meliputi:
a. Transfusi darah. Transfusi darah menggunakan darah yang terinfeksi atau
suntikan dengan jarum suntik yang tidak steril mampu menyebabkan infeksi HIV
dan AIDS pada anak. Di Amerika Serikat dan negara maju lainnya, masalah ini
telah sepenuhnya terelminasi, namun pada negara miskin hal ini masih terjadi.
b. Penggunaan obat terlarang dengan cara suntikan. Pada area Eropa Timur dan
Tengah, penggunaan obat suntik akan melanjutkan penyebaran HIV di antara
orang-orang muda yang hidup di jalanan. Penelitian di Ukraina, prilaku berisiko
tinggi seperti penggunaan jarum suntik bergantian, juga terjadi pada anak di bawah
usia 10 tahun.
c. Transmisi seksual. Meksipun pada anak penularan dengan hubungan seks bukan
merupakan penyebab utama HIV/AIDS di antara anak-anak, hal ini terjadi ketika
anak-anak menjadi aktif secara seksual di usia awal-awalnya. Anak juga mampu
terinfeksi melalui tindakan kekerasan seksual atau pemerkosaan.
Resiko HIV utama pada anak-anak yaitu:
Air susu ibu yang merupakan sarana transmisi
Menyusui pada ibu pengidap HIV merupakan masalah
penting dan selalu menjadi perdebatan. Hal ini dikarenakan efek
ganda dari pemberian ASI, yaitu sebagai sumber nutrisi utama
pada bayi dalam 6 bulan pertama kehidupannya; di sisi lain juga
sarana penularan HIV.
Pemakaian obat oleh ibunya
Pasangan sexual dari ibunya yang memakai obat intravena
Daerah asal ibunya yang tingkat infeksi HIV nya tinggi.
C. Patofisiologi
Virus AIDS menyerang sel darah putih ( limfosit T4 ) yang merupakan sumber
kekebalan tubuh untuk menangkal berbagai penyakit infeksi. Dengan memasuki sel T4
, virus memaksa limfosit T4 untuk memperbanyak dirinya sehingga akhirnya menurun,
sehingga menyebabkan tubuh mudah terserang infeksi dari luar (baik virus lain, bakteri,
jamur atau parasit). Hal ini menyebabkan kematian pada orang yang terjangkit HIV /
AIDS. Selain menyerang limfosit T4, virus AIDS juga memasuki sel tubuh yang lain,
organ yang sering terkena adalah otak dan susunan saraf lainnya. AIDS diliputi oleh
selaput pembungkus yang sifatnya toksik ( racun ) terhadap sel, khususnya sel otak dan
susunan saraf pusat dan tepi lainnya yang dapat menyebabkan kematian sel otak. Masa
inkubasi dan virus ini berkisar antara 6 bulan sampai dengan 5 tahun, ada yang
mencapai 11 tahun, tetapi yang terbanyak kurang dari 11 tahun.
D. Penularan
1. Siapapun bisa tertular HIV, jika perilakunya beresiko
2. Penampilan luar bukan jaminan bebas HIV, orang dengan HIV positif sering terlihat
sehat dan merasa sehat
3. Jika belum melakukan tes HIV, orang dengan HIV positif tidak tahu bahwa dirinya
sudah tertular HIV dan dapat menularkan HIV kepada orang lain.
4. Tes HIV adalah satu-satunya cara untuk mengetahui tertular HIV atau tidak.
E. Cara Penularan Pada Bayi
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita
HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan
infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena
terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering
berganti-ganti pasangan dan gaya hidup. Berdasarkan CDC Amerika, prevalensi
penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Apabila ibu baru terinfeksi
HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai
35%, sedangkan jika gejala AIDS sudah tampak jelas maka kemungkinannya akan
meningkat mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan ini dapat terjadi dalam 3
periode:
1. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini
disebabkan karena terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu
sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus
plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV.
Perlindungan menjadi tidak
efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta
selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada
saat itu
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung
berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika
dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal
alau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula
resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat
dengan section caesaria. Factor yang mempengaruhi tingginya resiko penularan dari
ibu ke anak selama proses persalinan adalah : lama robeknya membran
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya)
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu
misalnya, episiotomi.
c. Anak pertama dalam kelahiran kembar
3. Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI.
Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui
bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar rc-15% dibandingkan ibu yang
tidak menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang
berisiko dibanding dengan pemberian campuran
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan
infeksi payudara lainnya
c. Lamanya pemberian AS| makin lama makin besar kemungkinan infeksi
d. Status gizi ibu yang buruk
Strategi pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya dikenal dengan nama
Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTC) antara lain :
1. Pelayanan kesehatan ibu yang komprehensif
2. Layanan konseling dan tes HIV secara sukarela
3. Pemberian obat antiretroviral
4. Konseling tentang HIV dan makanan bayi serta pemberian susu formula
sebagai pengganti ASI
5. Persalinan aman dengan section cesaria, sebelum ketuban pecah dan sebelum
kontraksi
F. Manifestasi HIV
Banyak bayi dan anak hidup dengan HIV karena ibunya terinfeksi. Namun, infeksi
tidak mampu ditegakkan sampai bayi lahir. Gejala infeksi HIV bervariasi berdasarkan
umur dan inidividu masing-masing, namun berikut ini adalah gejala yang sering terjadi:
1. Gagal bertumbuh sesuai chart standar untuk pertumbuhan
2. Kegagalan mencapai perkembangan sesuai milestone
3. Masalah otak dan sistem saraf, seperti kejang, susah jalan, nilai sekolah yang buruk
4. Sering mengalami sakit, seperti infeksi telinga, flu, perut sakit, dan diare.
Karena HIV akan semakin parah, anak akan mengalami infeksi oportunistik. Hal ini
adalah infeksi yang jarang terkait kesehatan namun dapat mematikan pada pasien HIV
karena sistem kekebalan tubuhnya tidak bekerja secara layak. Infeksi oportunistik yang
seirng terjadi terkait HIV meliputi:
1. Pneumosistis pneumonia – infeksi jamur di paru-paru
2. Infeksi serius terkait sitomegalovirus (CMV)
3. Kondisi jaringan parut pada paru-paru yang disebut dengan limfositik interstitial
pneumonitis (LIP)
4. Oral trush (jamur pada mulut) atau iritasi popok (diaper rash) yang berat karena
infeksi jamur Candida
Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum
terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):
1. Gejala mayor:
e. Demensia
2. Gejala minor:
G. Pengobatan
Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk
HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada
tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya
secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap
HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi
dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi
Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat
mengunakan:
1. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan
pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan
dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).
2. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat
reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu
enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam
memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk:
Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
3. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya
sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan
dilepaskan.
H. Pencegahan
Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang
mengidap HIV(+) dapat menularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan,
persalinan dan masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan,
kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan terinfeksi
kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi penularan
HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–obatan tersebut adalah:
1. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 14–28
minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini menurunkan
angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai pada kehamilan
terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu rangkaian pendek
dimulai pada masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi telah menyelidiki
pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC)
2. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan
satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis
tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya
digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa persalinan
tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari.
DAFTAR PUSTAKA