Anda di halaman 1dari 19

MINI PROPOSAL

“PJBL Tentang Pembuatan Produk Newsletter Sebagai Media Untuk Menurunkan


Stigma Terhadap Penderita HIV/AIDS”

Oleh :

KELOMPOK 2

PSIK A/2014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017
Judul : “PJBL Tentang Pembuatan Produk Newsletter Sebagai Media
Untuk Menurunkan Stigma Terhadap Penderita HIV/AIDS”
Kelompok : 2 (Dua)

Program Studi : Program Studi IlmuKeperawatan


BAB I
PENDAHULUAN

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau lebih dikenal dengan sebutan


AIDS, adalah kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh HIV. Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human Immuno
Deficiency Virus. Jadi HIV merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS yang
melemeahkan sistem kekebalan tubuh (sel darah putih). Seseorang dapat dinyatakan
positif HIV melalui beberapa tahapan yaitu melalui pengambilan dan tes darah di
laboratorium sampai konseling dan tes HIV sukarela atau VCT (Voluntary
Counselling and Testing). Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1981.
Sejak itu berbagai laporan segera muncul dan dalam waktu 5 tahun (1985) dilaporkan
bahwa penyandang AIDS di seluruh dunia mencapai sekitar 15.000 orang dimana
10.000 diantaranya berada di Amerika Serikat. Data kasus peningkatan HIV/AIDS di
Indonesia sampai dengan Maret 2011. Sebanyak 300 kabupaten/kota yang melapor
dan sebanyak 32 provinsi yang melapor, sedangkan jumlah total kasus baru HIV
positif pada layanan VCT di tahun 2011 adalah 4.552.
Bagi individu yang positif terinfeksi HIV, menjalani kehidupannya akan terasa
sulit sekalipun itu dialami oleh orang-orang dewasa yang sejatinya telah memiliki
kematangan hidup, karena dari segi fisik individu tersebut akan mengalami perubahan
yang berkaitan dengan perkembangan penyakitnya, tekanan emosional dan stres
psikologis yang dialami karena dikucilkan oleh keluarga dan teman karena takut
tertular, serta adanya stigma sosial dan diskriminasi di masyarakat. Hal ini berdampak
pada respons sosial (emosional) pasien, sebagai contoh adanya stigma sosial yang
dapat menyebabkan gangguan perilaku pada orang lain, termasuk menghindari kontak
fisik dan sosial. Ketika individu dinyatakan terinfeksi HIV, sebagian besar
menunjukkan perubahan karakter psikososial yaitu : hidup dalam stres,
depresi,merasa kurangnya dukungan sosial, dan perubahan perilaku (WHO, 2004)
Dengan demikian kami selaku mahasiswa ingin membuat Produk PJBL yang
kami buat berupa Newsletter sebagai media informasi yang bermanfaat bagi
masyarakat untuk menurunkan stigma terhadap penderita HIV AIDS. Agar semua
orang tahu bahwa sebenarnya orang yang menderita HIV AIDS itu bukan untuk
dijauhi/ditakuti, tetapi di berikan dukungan dan perhatian kita semua agar mereka
para penderita HIV AIDS dapat terus berjuang untuk tetap sabar dan iklas serta
mampu merubah pola hidup mereka, pergaulan mereka yang dulunya buruk berubah
menjadi lebih baik.

Tujuan
a. Tujuan Umum

i. Untuk memperoleh pengetahuan tentang apa itu HIV AIDS, tanda


gejala, Hal – Hal yang Tidak Dapat Menularkan HIV/AIDS,
pengertian stigma sosial, tipe stigma, Stigma pada Pasien HIV/AIDS,
Stigma Masyarakat Tentang HIV/AIDS serta perilaku kita dalam
mendukung gerakan pemerintah untuk menurunkan stigma terhadap
orang yang terdeteksi/terkena HIV AIDS
ii. Dengan adanya media Newsletter ini dapat menjadi acuan atau
pedoman untuk menurunkan stigma terhadap orang yang
terdeteksi/terkena HIV AIDS

b. Tujuan Khusus
i. Memahami dan mengetahui tentang apa itu HIV AIDS, tanda gejala,
Hal – Hal yang Tidak Dapat Menularkan HIV/AIDS, pengertian
stigma sosial, tipe stigma, Stigma pada Pasien HIV/AIDS, Stigma
Masyarakat Tentang HIV/AIDS serta perilaku kita dalam mendukung
gerakan untuk menurunkan stigma terhadap orang yang
terdeteksi/terkena HIV AIDS
ii. Dapat menjadikan suatu acuan dalam proses keperawatan maupun
dalam keluarga serta masyarakat dalam upaya menurunkan stigma
terhadap orang yang terdeteksi/terkena HIV AIDS
iii. Untuk menjelaskan pentingnya upaya dalam menurunkan stigma
terhadap orang yang terdeteksi/terkena HIV AIDS
iv. Untuk menjelaskan bahwa orang yang menderita HIV AIDS dapat
hidup bahagia sama halnya seperti pada orang yang tidak menderita
HIV AIDS
Output yang dikehendaki :
Suatu media newsletter yang dapat digunakan untuk menurunkan stigma
terhadap orang yang terdeteksi/terkena HIV AIDS, agar masyarakat dapat berfikir
bahwa orang yang menderita HIV AIDS itu bukan untuk dijauhi/ditakuti, tetapi di
berikan dukungan agar mereka para penderita HIV AIDS dapat terus berjuang untuk
tetap hidup dan mampu merubah pola hidup mereka, pergaulan mereka yang dulunya
buruk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HIV AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia yang dapat menyebabkan terjadinya AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome). AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh. HIV/AIDS merupakan permasalahan global. Peningkatan terjadi hampir di
seluruh belahan dunia termasuk di Indonesia. Peningkatan kasus terjadi semakin cepat
terutama dalam lima tahun terakhir. ( Merry Wijaya, 2016)

2.2 Tanda Gejala HIV AIDS


1.Demam
Salah satu tanda-tanda pertama ARS adalah demam ringan, sampai sekitar 39 derajat C (102
derajat F). Demam sering disertai dengan gejala ringan lainnya, seperti kelelahan,
pembengkakan pada kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan.
2.Ruam Kulit
Ruam kulit dapat terjadi lebih awal atau terlambat dalam perkembangan HIV/AIDS.
3.Mual,muntah,diare
Sekitar 30 hingga 60 persen dari orang dengan HIV memiliki gejala jangka pendek seperti
mual, muntah, atau diare pada tahap awal HIV, "Diare yang tak henti-hentinya dan tidak
merespon obat mungkin merupakan indikasi. Atau gejala dapat disebabkan oleh organisme
yang biasanya tidak terlihat pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang baik,
4.Infeksi Jamur
Infeksi jamur yang umum pada tahap lanjut adalah thrush, infeksi mulut yang disebabkan
oleh Candida, yang merupakan suatu jenis jamur. "Candida merupakan jamur yang sangat
umum dan salah satu yang menyebabkan infeksi jamur pada wanita.
5.Herpes mulut dan herpes kelamin
Cold sores (herpes mulut) dan herpes kelamin (herpes genital) dapat menjadi tanda dari ARS
dan stadium infeksi HIV. Herpes tersebut juga dapat menjadi faktor risiko untuk tertular
HIV. Karena herpes kelamin dapat menyebabkan borok yang memudahkan virus HIV masuk
ke dalam tubuh selama hubungan seksual. Orang-orang yang terinfeksi HIV juga cenderung
memiliki risiko tinggi terkena herpes karena HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh.
2.3 Cara Penularan HIV/AIDS
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial
mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu (KPA, 2007c).
Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan
darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan dan
pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006)
1. Seksual

Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara
penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki
dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki.

2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.

3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh
yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik
secara bergantian

4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan karena
dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum
digunakan.

5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV

6. Penularan dari ibu ke anak Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia
dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.

7. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas laboratorium.

2.4 Hal – Hal yang Tidak Dapat Menularkan HIV/AIDS

BKKN (2007) menegaskan bahwa HIV/AIDS tidak dapat menular melalui aktifitas seperti :

a. Berjabat tangan

b . Menggunakan telepon bergantian

c. Bergantian pakaian

d. Tinggal serumah dengan ODHA

e. Mandi bersama di kolam renang


f. Gigitan nyamuk

g. Batuk/bersin

h. Ciuman (Hanya sebatas Cium Pipi)

i. Duduk bersama

2.5 Pengertian Stigma Sosial

Stigma sosial adalah suatu cacat atau cela pada karakter seseorang. Stigma adalah suatu ciri
negatif yang menempel pada diri pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya (Chaplin,
2004). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan stigma sosial adalah ciri negatif yang
diberikan kepada seseorang dalam hal ini adalah pasien HIV/AIDS. Ciri negatif ini diberikan
kepada pasien HIV/AIDS diantaranya karena dianggap membahayakan karena menular,
akibat perilaku yang tidak wajar (seks menyimpang) dan belum ada obatnya.

2.6 Tipe-Tipe Stigma

Tipe-tipe Stigma Goffman (dalam Heatherton; 2003) membedakan tiga jenis stigma, yaitu: a.
Kebencian terhadap tubuh (seperti, cacat tubuh) b. Mencela karakter individu (gangguan
mental, pecandu, pengangguran) c. Identitas kesukuan (seperti ras, jenis kelamin, agama dan
kewarganegaraan)

2.7 Stigma pada Pasien HIV AIDS

Takahashi (dalam Rudianto, 2005) mengatakan stigma terjadi pada penderita HIV/AIDS
karena tiga hal yaitu:

a. Fungsi mereka ditengah masyarakat. Dalam hal ini mereka dianggap kurang produktif dan
karena itu merugikan masyarakat. Produktifitas adalah norma sosial yang ada dalam
masyarakat.

b. Keberadaan mereka yang merupakan ancaman bagi masyarakat. Kelompok penderita


HIV/AIDS dianggap potensial membahayakan masyarakat karena penyakit yang
disandangnya. Mereka dianggap potensial menulari orang-orang yang sehat dengan AIDS.

c. Anggapan masyarakat pada penderita HIV/AIDS. Persepsi bahwa penderita AIDS


bertanggung jawab secara pribadi atas penyakit yang disandangnya dari publikasi besar-
besaran mengenai kalangan yang beresiko tertinggi tertular HIV/AIDS.
2.8 Stigma Masyarakat Tentang HIV/AIDS

Menurut Merati, stigma utama masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS adalah karena
infeksi HIV/AIDS berkonotasi segala macam bentuk yang “negatif” karena fakta
menyebutkan 80% ditularkan melalui hubungan “seksual”, sisanya adalah pecandu narkoba
dengan jarum suntik, PSK (Pekerja Seks Komersial), istri yang tertular dari suami dan
seorang istri yang melahirkan anak positif HIV. Singkatnya, penderita HIV/AIDS adalah
orang yang pergaulannya bebas (hubungan seks bebas), pecandu narkoba, orang yang
melanggar norma-norma agama dan sosial.

2.9 Upaya Menurunkan Stigma Sosial Terhadap Penderita HIV/AIDS

Dalam Upaya Menurunkan Stigma Sosial Terhadap Penderita HIV/AIDS adalah sebagai
berikut:

 Memberikan Dukungan Sosial Pada Penderita HIV/AIDS

Ketika individu dinyatakan terinfeksi HIV, sebagian besar menunjukkan perubahan karakter
psikososial yaitu : hidup dalam stres, depresi,merasa kurangnya dukungan sosial, dan
perubahan perilaku (WHO dalam Nasronudin, 2004). Respons sosial (emosional) yang positif
dapat mendukung proses pengobatan sehingga progresivitas penyakit setidaknya dapat
dihambat dan umur harapan hidup Penyandang HIV/AIDS lebih panjang. Dengan
mencermati adanya keterkaitan antara kondisi Penyandang dengan progresivitas penyakit
maka perlunya menciptakan lingkungan yang kondusif selama proses pengobatan yaitu
dengan cara meningkatkan dukungan sosial pada pasien HIV/AIDS. Dukungan sosial
tersebut dapat sangat membantu setelah mengalami stres dan penting untuk mengurangi
gangguan psikologik yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Tersedianya dukungan sosial itu
sangat diperlukan sehubungan dengan rasa keputusasaan dan depresi pasien. Diharapkan
dengan adanya dukungan dari keluarga dan lingkungannya stres berkurang dan respons sosial
(emosional) pasien akan lebih baik, dimana respons emosi, kecemasan dan interaksi sosialnya
menjadi lebih positif.

 Menanamkan Konsep Diri pada Pasien HIV/AIDS


Konsep diri berjalan dengan baik apabila budaya pengalaman dalam keluarga dapat
memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu/lingkungan
dan beraktualisasi, sehingga individu menyadari potensi dirinya.
 Membantu dalam menentukan Strategi Koping yang baik pada pasien HIV/AIDS

Ollich, dkk (dalam Winarto, 2007) infeksi HIV saat ini belum ditemukan pengobatannya,
sehingga sangat memungkinkan bagi pasien yang tidak mempunyai strategi koping individu
efektif akan mengalami kecemasan dan depresi. Menurut Niven (2002) bahwa dukungan
sosial keluarga dapat membantu meningkatkan mekanisme koping individu dengan
memberikan dukungan emosi dan saran-saran mengenai strategi alternatif yang didasarkan
pada pengalaman sebelumnya dan mengajak orang lain berfokus pada aspek-aspek yang lebih
positif. Selain dukungan keluarga pasien HIV/AIDS yang mengalami kecemasan sedang juga
melakukan pendekatan religius dengan cara berzikir, berdoa, sesuai dengan keyakinan
masing-masing dan melakukan sholat meskipun dengan berbaring. Dengan melakukan
pendekatan religius tersebut, kebanyakan pasien dapat merasakan ketenangan bathin sehingga
mampu mengendalikan mekanisme koping yang adaptif Pendekatan yang penting dan tidak
boleh dilupakan pada pasien penyakit terminal seperti HIV/AIDS ini adalah pendekatan
Agama. Setiap manusia, baik religius maupun sekular, pada prinsipnya memiliki kebutuhan
dasar spiritual.

 Memahami Rekonstruksi Kebahagiaan Pada Penderita HIV/AIDS

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam merekonstruksi kebahagian meliputi faktor internal,


eksternal dan religiusitas. faktor internal tersebut seperti adanya memotivasi untuk
membanggakan orang tua, memberikan kesadaran diri untuk memperbaiki kehidupan, dan
memberikan empati serta Membantu menghindar dari masalah dengan menghadapinya secara
sabar dan iklas.

 Metode KIE “Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)

Permasalahan HIV/AIDS mendorong pemerintah untuk melakukan upaya pengendalian.


Salah satunya melalui kampanye ABAT HIV/ AIDS. Kampanye ABAT bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, persepsi, menurunkan stigma pada penderita HIV/AIDS. KIE
ABAT dilaksanakan dengan metode ceramah, curhat pendapat, dan tanya jawab. Nasehat
tokoh agama dapat meningkatkan pemahaman beragama yang lebih baik kemudian
diwujudkan dalam kehidupannya. Terkait dengan HIV/AIDS, agama selalu memberikan
kesempatan kepada ODHA.
 Dukungan Dari Teman Sebaya

Dengan berusaha mencoba memahami pengalaman hidup yang dialami pengidap HIV akan
menyebabkan hasil psikologis yang positif untuk membantu meningkatkan kualitas hidup
orang dengan HIV/ AIDS (Treisman & Angelino, 2004). Memberikan pengertian dan
pengetahuan yang memadai kepada masyarakat terutama kepada mahasiswa sebagai
intelektual muda menjadi suatu hal yang sangat penting, mahasiswa yang notabene kisaran
usianya kurang lebih sama dengan rata-rata usia odha tentunya akan lebih mudah mengerti
dan tersentuh jika belajar dan bergaul langsung dari odha tentang pengalaman pahitnya
menghadapi stigmatisasi, dilain pihak odha akan lebih merasa nyaman mengungkapkan
statusnya kepada mereka yang usianya kurang lebih sama dengan mereka.

2.10 Pencegahan HIV AIDS

1. Upaya Pencegahan AIDS Jangka Pendek adalah dengan KIE, memberikan informasi
kepada kelompok resiko tinggi bagaimana pola penyebaran virus AIDS (HIV), sehingga
dapat diketahui langkah-langkah pencegahannya.

2. Pencegahan Infeksi HIV Melaui Hubungan Seksual HIV terdapat pada semua cairan tubuh
penderita tetapi yang terbukti berperan dalam penularan AIDS adalah mani, cairan vagina
dan darah. HIV dapat menyebar melalui hubungan seksual pria ke wanita, dari wanita ke pria
dan dari pria ke pria. Setelah mengetahui cara penyebaran HIV melaui hubungan seksual
maka upaya pencegahan adalah dengan cara :

 Tidak melakukan hubungan seksual. Walaupun cara ini sangat efektif, namun tidak
mungkin dilaksanakan sebab seks merupakan kebutuhan biologis.
 Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang mitra seksual yang setia dan
tidak terinfeksi HIV (homogami)
 Mengurangi jumlah mitra seksual sesedikit mungkin
 Hindari hubungan seksual dengan kelompok rediko tinggi tertular AIDS.
 Tidak melakukan hubungan anogenital.
 Gunakan kondom mulai dari awal sampai akhir hubungan seksual dengan kelompok
resiko tinggi tertular AIDS dan pengidap HIV.

3. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Darah

Langkah-langkah untuk mencegah terjadinya penularan melalui darah adalah:


 Darah yang digunakan untuk transfusi diusahakan bebas HIV dengan jalan memeriksa
darah donor. Hal ini masih belum dapat dilaksanakan sebab memerlukan biaya yang
tingi serta peralatan canggih karena prevalensi HIV di Indonesia masih rendah, maka
pemeriksaan donor darah hanya dengan uji petik.
 Menghimbau kelompok resiko tinggi tertular AIDS untuk tidak menjadi donor darah.
Apabila terpaksa karena menolak, menjadi donor menyalahi kode etik, maka darah
yang dicurigai harus di buang.
 Jarum suntik dan alat tusuk yang lain harus disterilisasikan secara baku setiap kali
habis dipakai.
 Semua alat yang tercemar dengan cairan tubuh penderita AIDS harus disterillisasikan
secara baku.
4. Pencegahan Infeksi HIV Melalui Ibu Ibu hamil yang mengidap HIV dapat memindahkan
virus tersebut kepada janinnya. Penularan dapat terjadi pada waktu bayi di dalam kandungan,
pada waktu persalinan dan sesudah bayi di lahirkan. Upaya untuk mencegah agar tidak terjadi
penularan hanya dengan himbauan agar ibu yang terinfeksi HIV tidak hamil.

Carilah informasi tentang HIV dan AIDS dari sumber yang tepat sebanyak-banyaknya
adalah sebagai salah satu cara untuk melindungi diri kita dan orang lain. Paling penting
adalah dengan makin banyak informasi yang diserap masyarakat (dari berbagai lapisan),
maka perlahan-lahan stigma dan diskriminasi dapat dilenyapkan, sehingga mempercepat dan
mempermudah usaha pencegahan karena orang tidak takut lagi untuk mengetahui status HIV-
nya, apakah mereka terinfeksi atau tidak. Semakin banyak masyarakat yang sadar dan peduli
akan HIV dan AIDS maka AIDS akan bisa dihentikan melalui penghapusan stigma dan
menghentikan diskriminasi dengan memulainya dari diri kita sendiri.
BAB III
MEKANISME – MEKANISME

3.1 Mekanisme dan Rancangan.


3.1.1 Tahapan Kegiatan
Pertama, kelompok kami memulai dengan pembagian tugas setiap anggota
kelompok dalam PJBL. Kami menyusun laporan mini proposal sebagai dasar acuan
dalam menentukan langkah-langkah dalam tugas PJBL. Setelah itu kami mencari
literatur dari berbagai buku ataupun internet tentang bagaimana cara untuk menurunkan
stigma terhadap penderita HIV/AIDS. Kemudian kami menyusun kerangka teori yang
telah kami dapatkan dari berbagai sumber.
Kedua, kami mempersiapkan bahan-bahan untuk perancangan newsletter sebgai
media. Kami menggunakan laptop dan aplikasi untuk mengedit agar gambar dan tulisan
terlihat jelas dan menarik. Kelompok kami tidak hanya mementingkan isi dari newsletter
tersebut tetapi juga kerapian dan kejelasan dari newsletter tersebut. Kami mendesain
produk newsletter, dimana dalam mendesain produk setiap anggota dianjurkan untuk
memberikan masukan dan saran terhadap tentang isi ataupun desain newsletter. Tidak
lupa dalam setiap kegiatan dari penyusunan mini proposal, isi dan desain newsletter serta
laporan akhir kami konsultasikan kepada dosen pembimbing.
Ketiga, kami mulai menentukkan jadwal untuk melakukan aksi/kegiatan turun
kemasyarakat untuk melakukan secara langsung bagaimana cara menurunkan stigma
terhadap ODHA agar ada feedback dari masyarakat tersebut. Dengan cara membentuk
suatu komunitas peduli dengan ODHA. Dan membuat suatu media sosial seperti
instagram dan facebook untuk mempromosikan komunitas yang kami bentuk.
Keempat, kami memulai menyusun laporan akhir dimana laporan akhir berisikan
semua kegiatan dan hasil tindakan yang telah kami lakukan dalam pengerjaan tugas
PJBL ini terutama pada tugas mata kuliah penyakit tropis.

Pencapaian indikator kerja


Kelompok kami mempunyai tujuan dalam melaksanakan tindakan yang berfokus
pada pengetahuan tentang bagaimana cara menurunkan stigma pada penderita hiv/aids.
Sehingga tindakan yang dilakukan mencapai target atau output yang maksimal.
3.1.2 Langkah-langkah Pembuatan

Hari Pertama Hari Kedua

Pembagian Mencari Mempersiapkan Mengedit


tugas dalam literature yang bahan-bahan tulisan dan
kelompok dan berasal dari untuk gambar agar
Menyusun buku atau perancangan terlihat jelas
mini proposal jurnal. newsletter dan menarik
dan langkah- dengan cara
langkah PjBL. menggunakan
aplikasi.

Hari Ketiga Hari Keempat

Memulai untuk melakukan


Memulai untuk mencetak ke
tindakan untuk mencapai output
percetakan untuk dapat dijadikan
yang maksimal. Dan membuat
Booklet dan mempersiapkan
media sosial untuk
untuk melakukan tindakan
mempromosikan komunitas yang
langsung kepada masyarakat
kami bentuk

3.1.3 Rancangan Desain newsletter


a) Desain newsletter yang ingin kami buat adalah dengan menggunakan kertas ukuran
A4 karena harga lebih murah dan kualitas kertas bagus.
b) Warna newsletter kami memilih warna merah dan putih, sesuai dengan tema kami
yaitu hiv/aids yang identik dengan warna merah dan putih.
c) Untuk setting newsletter kami menambahkan berbagai gambar tentang hiv sebgai latar
newsletter kami. Bentuk narasi kami membuat kalimat yang mudah di pahami dengan
menghindarkan penggunaan kalimat medis karena sasaran dari newsletter kami untuk
ke masyarakat.
d) Newsletter yang ingin kami inginkan dapat menjadi newsletter yang menarik dengan
pemilihan warna merah putih sebagai media kami dalam mempromosikan komunitas
yang kami bentuk dan upaya menurunkan stigma terhadap ODHA dapat terlaksana
dengan baik dan sesuai dengan tujuan kami.

3.2 Sumber Daya yang diperlukan.


a. Sumber Daya Tenaga : Semua Mahasiswa Kelompok 2 yang beranggotakan 5
(lima) orang Mahasiswa PSIK-A.
- MOH. ALI MAKKI (201410420311011)
- INDRI WIDYA ANDRIANI KRISTIN (201410420311002)
- M. KHOIRUL ANUWAR (201410420311019)
- RITMA WAHYU HARTANTI (201410420311037)
- LINDA PERMATASARI (201410420311028)

b. Sumber Dana :
Pembuatan Newsletter ukuran A4 : Rp. 10.000,-
Biaya pencarian referensi : Rp. 10.000,-
Transportasi : Rp. 10.000,-
Rp. 30.000,-

3.3 Jadwal Pelaksanaan : (BerupaGannchart)


Hari/minggu
Kegiatan
I II III IV V VI
Planning
Background Research
Writing Proposal
Initial Design
Revising Plan
Etc
LEMBAR KONSULTASI PJBL
MATA KULIAH PENYAKIT TROPIS
“PJBL Tentang Pembuatan Produk Newsletter Sebagai Media Untuk Menurunkan Stigma
Terhadap Penderita HIV/AIDS”

HARI / TANGGAL TTD DOSEN


NO MATERI KONSULTASI
KONSULTASI PEMBIMBING

01

02

03

04

05

TTD ACC PRESENTASI PjBL

(....................................................................)
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

 Aliyah, Siti. (2013). Jurnal tentang TINGKAT KECEMASAN DAN STRATEGI


KOPING RELIGIUS TERHADAP PENYESUAIAN DIRI PADA PASIEN HIV/AIDS.

 Ditjen PP & PL Kemenkes RI. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia dilapor s/d
September 2014. [diunduh 6 September 2015]. Tersedia dari:
http://www.depkes.go.id.

 Kurnia, Beta.(2011). MEMAHAMI REKONSTRUKSI KEBAHAGIAAN PADA


ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA.

 Nihayati, Alfi. (2012). DUKUNGAN SOSIAL PADA PENYANDANG HIV/AIDS


DEWASA

 Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes RI. Buku Petunjuk Penggunaan Media KIE Versi
Pelajar Aku Bangga Aku Tahu. 2012. [diunduh 28 Maret 2015]. Tersedia dari:
http://www.promkes. depkes.go.id.

 Wijaya, Merry.(2016). Journal of PREVENTION OF HIV/AIDS TRANSMISSION:


EFECTIVENESS OF INFORMATION, EDUCATION AND COMMUNICATION
METHOD OF “I AM PROUD I KNOW (ABAT)”

Anda mungkin juga menyukai