Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ASPEK SOSIO BUDAYA TERKAIT MASALAH DIABET

Nama : Maria Romasta Br Manalu

NIM : D11.2020.03033

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
2020
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Latar Belakang
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem kekebalan
tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan
ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam
penyakit lain yang disebut dengan AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) (Kementerian Kesehatan RI, 2017). AIDS adalah sekumpulan
gejala penyakit yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi dari virus HIV (Diatmi and Diah, 2014). Orang yang telah di
diagnosa terinfeksi positif oleh virus HIV dan AIDS maka orang tersebut disebut
dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) (Diatmi dan Diah, 2014).
Perkembangan HIV/AIDS pertama kali dikenal pada tahun 1981, namun
kasus HIV/AIDS secara retrospektif telah muncul selama tahun 1970-an di
Amerika Serikat dan di beberapa bagian di dunia seperti Haiti, afrika, dan
eropa. (Dinas Kesehatan, 2014). UNAIDS (2017) menunjukkan terjadi
peningkatan jumlah orang yang menderita HIV dari 36,1 millyar di tahun 2015
menjadi 36,7 millyar di tahun 2016. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang memiliki tingkat prevalensi HIV/AIDS yang cukup tinggi.
Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun1987.
Kasus HIV/AIDS telah menyebar di 407 dari 507 kabupaten/kota (80%) di
seluruh provinsi di Indonesia hingga saat ini (Ditjen P2P, 2016). 2 Jumlah kasus
baru HIV positif yang dilaporkan dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Tahun 2016 jumlah kasus HIV dilaporkan sebanyak 41.250 kasus dan jumlah
kasus AIDS yang dilaporkan sedikit meningkat dibandingkan tahun 2015 yaitu
sebanyak 7.491 kasus. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun
2016 sebanyak 86.780 kasus (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Persentase HIV dan AIDS di Indonesia tahun 2017 tercatat dari triwulan
1 (yaitu dari bulan januari hingga Maret) dengan jumlah kumulatif infeksi HIV
yang dilaporkan sampai dengan Maret 2017 sebanyak 242.699 orang.
B. Gejala-Gejala HIV

Tahap Pertama:

-Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah


terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.

-Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.

-Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah


bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

-Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.

-Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.

-Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.

-Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

-Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut
menjadi AIDS.

-Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.

-Merasa lelah setiap saat.

-Sulit bernapas.

 Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.

 Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.

 Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.

 Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.


BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN SOSIO ANTRO BUDAYA
Lingkungan atau pergaulan dapat menyebabkan seseorang tertular HIV,tinggal
bersamaan,melakukan hubungan seksual dan bergonta ganti pasangan menjadi
pemicu kuat terjadinya HIV.
Gambaran persepsi keseriusan dan keparahan pada penyakit HIV dapat dilihat
dari stigma masyarakat yang percaya bahwa HIV adalah sebuah penyakit yang
serius yang dapat menyebabkan kematian yang memang bahkan hingga saat ini
dianggap belum ada obatnya. Masyarakat memiliki stigma yang sangat buruk
tentang HIV sehingga menganggap HIV adalah penyakit aib,oleh sebab itu orang
yang mengidap HIV biasanya dikucilkan di masyarakat.
Kurangnya pengetahuan seseorang tentang hubungan seks juga memicu
terjadinya HIV,penggunaan jarum suntik yang tidak berganti,serta transfusi darah
menjadi hal sumber penularan HIV.
Biasanya orang yang merasa atau tau dirinya mengidap penyakit HIV akan
malu untuk mencari pengobatan dikarenakan stigma masyarakat atau menganggap
dirinya adalah aib. Mengulur-ulur waktu mencari pengobatan karena malu dan takut
dikucilkan,hal-hal semacam itulah yang menjadi pemicu seseorang untuk tidak
langsung melakukan pengobatan terhadap penyakitnya sehingga lama-lama
bertambah serius dan parah hingga menyebabkan kematian.
Ada juga orang yang sudah terkena penyakit HIV percaya,bahwa dirinya tidak
akan bisa sembuh oleh sebab itu dirinya menjadi terkesan tidak lagi memperdulikan
penyakitnya,seperti pasrah dan menyerah.
Hambatan dari pengobatan HIV ini biasanya adalah dari sang pemilik penyakit
ini sendiri,dia malu untuk segera mencari pengobatan. Padahal,sebenarnya sah-sah
saja jika langsung mencari pertolongan ke rumah sakit atau ke dokter,karena dokter
atau perawat memiliki kewajiban sendiri untuk menjaga kerahasiaan tentang
pasiennya dari orang lain,sehingga si penderita bisa merasa dirinya aman jika
melakukan perawatan dan tidak merasa dikucilkan orang lain.
Untuk mencegah HIV juga bisa dengan cara membuat media promosi seperti
iklan atau poster,bertujuan untuk sedikit banyaknya memberi informasi tentang
pengetahuan atau pengenalan gejala HIV serta cara pencegahannya. Bisa juga
dengan menyertakan sedikit perubahan stigma tentang HIV di masyarakat
BAB III
PEMBAHASAN

Lingkungan dan perilaku seseorang sangat lekat kaitannya dengan penyakit.


HIV contohnya,perilaku bergonta-ganti pasangan,melakukan seks bebas,hal-hal
semacam ini menjadi sorotan tentang perilaku seseorang,padahal sudah tau
merugikan tetapi masih saja dilakukan,sehingga kesannya seperti sepele.
Dilihat dari persepsi keseriusan dan kerentanan jelas,HIV adalah sesuatu yang
sangat merugika,tak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga orang lain. Kenapa?
Karena penyakit ini dapat menular. Seperti berhubungan seks bebas misalnya,tidak
tau pasangannya sudah terkena penyakit apa dan berhubungan dengan
siapa,malah menularkan orang lain,melalui jarum suntik juga,biasanya hal ini terjadi
pada kelompok-kelompok orang yang selalu rutin untuk melakukan suntik
putih,sepele dengan jarum suntik hingga melakukan suntik putih bergantian tanpa
mengganti jarumnya,serta bisa melalui transfusi darah,si pendonor tidak tau
mungkin dirinya terkena HIV hingga saat mendonor secara tidak langsung dia
sudah menularkan penyakitnya kepada si penerima donor.
Ketidak tahuan seseorang tentang penularan HIV juga menjadi salah satu
faktor utama cepatnya terjadi penularan HIV,minimnya mencari informasi serta
terlalu sepele membuat seseorang bisa tertular.
Biasanya orang yang sudah tau dirinya terjangkit HIV akan sulit untuk mencari
bantuan pengobatan. Malu,hal inilah menjadi faktor utamanya. Memikirkan stigma
masyarakat yang buruk,serta takut akan dikucilkan masyarakat dan lingkungan
menjadi seseorang yang mengidap HIV menjadi mengurungkan niatnya untuk
mencari perobatan atau bahkan hanya untuk sekedar konsultasi ke dokter pun
mereka akan malu.
Malu mencari pengobatan menjadi hambatan untuk si penderita lebih cepat
untuk memeriksakan kondisinya. Kebanyakan kasus seperti ini, di rumah sakit juga
banyak di temukan penderita yang sudah lama terkena penyakit HIV tapi di saat
suda gawat baru datang ke rumah sakit untuk mencari pertolongan,karena malu
tentunya. Malu dikucilkan di masyarakat,itulah alasannya,takut dokter atau pihak
rumah sakit membeberkan penyakitnya ke orang-orang. Padahal salah satu
kewajiban seorang dokter atau tenaga kesehatan adalah menjaga kerahasiaan
kondisi pasiennya dan rumah sakit juga memiliki kewajiban merahasiakan rekam
medis pasiennya,jadi bisa dipastikan aman.
Jaman sekarang sudah canggih,bisa mendapat wawasan dari berbagai
sumber,internet misalnya. Sudah sangat banyak informasi tentang pengenalan serta
pencegahan terhadadap HIV,oleh sebab itu tergantung masing-masing,ingin tahu
atau tidak. Oleh sebab itu,teknologi dan informasi menjadi salah satu faktor penting
dalam sesuatu termasuk informasi tentang HIV.
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah persepsi keseriusan tentang HIV dan penularan
HIV masih sangat tinggi,minimnya pengetahuan dan pemanfaatan informasi menjadi
salah satu penyebab perilaku tentang HIV.

Merubah perilaku tentang penularan HIV tidak mudah,begitu juga tentang pencari
pengobatan,sangat tidak mudah dikarenakan faktor malu serta stigma buruk
dimasyarakat.

Stigma buruk HIV masih sangat kontras di masyarakat.

B.Saran

-Perlu diadakannya promosi kesehatan tentang pengenalan,penularan serta


pencegahan HIV

-Perlu diadakannya konseling kepada pengidap penykit HIV

Anda mungkin juga menyukai