Anda di halaman 1dari 17

HIV-AIDS

Kelompok 7 :
•Inayah Ramadhani 14120200177
•Mutiara 14120200178
•Nurul Syafa’at Muchsin 14120200171
OUTLINE
01 Epidemiologi HIV-AIDS
04 Pencegahan HIV-AIDS

02 Penyebab HIV-AIDS
05 Stigma HIV-AIDS

03 Infeksi Oportunistik 06 Kaitan Budaya dan Gender


HIV-AIDS Dalam HIV-AIDS
01
Epidemiologi
HIV-AIDS
UNAIDS memperkirakan pada th 1993 jumlah penderita HIV di dunia
sebanyak 12 juta orang dan pada akhir th 2000 sebanyak 20 juta orang.
Prevalensi AIDS pd th 1993 sebesar 900.000, sedangkan pd akhir th 2000
sebesar 2 juta. Insidensi infeksi HIV pd anak th 2001 sebanyak 800.000
dengan 580.000 kematian akibat HIV/AIDS dari 800.000 anak, 65.000 kasus
diperkirakan terjadi di Asia Selatan dan Asia Tenggara.

World Health Organization (WHO) tahun 2011 melaporkan terdapat 3,5 juta orang
di Asia Tenggara hidup dengan HIV/AIDS. Beberapa negara sprti Myanmar,
Nepal dan Thailand menunjukkan tren penurunan untuk infeksi baru HIV, hal ini
dihubungkan salah satunya dg diterapkannya program pencegahan HOV/AIDS
melalui program Condom use 100% (CUP). Tren kematian yg disebabkan oleh
AIDS antara th 2001-2010 berbeda di setiap begian negara. Di Eropa Timur dan
Asia Tengah sejumlah orang meninggal karena AIDS meningkat dari 7.800
menjadi 90.000, di Timur Tengah dan Afrika Utara meningkat dari 22.000 menjadi
35.000, di Asia Timur juga meningkat dari 24.000 menjadi 56.000 .
(National AIDS Commision, 2012)
HIV pertama kali dilaporkan di Bali Indonesia , pada
bulan April 1987 ( terjadi pada orang Belanda ) . Pada
tahun 1999 di Indonesia terdapat 635 kasus HIV dan
183 kasus - baru AIDS . Mulai tahun 2000-2005 terjadi
peningkatan kasus HIV dan AIDS secara signifikan di
Indonesia . Kasus AIDS tahun 2000 tercatat 255 orang ,
meningkat menjadi 316 orang pada tahun 2003 , dan
meningkat cepat menjadi 2638 orang pada tahun 2005.
Jumlah tersebut , DKI Jakarta memiliki kontribusi
terbesar , diikuti Jatim , Papua , Jabar , dan Bali .
Peningkatan ini terutama disebabkan karena semakin
membaiknya sistem pencatatan dan pelaporan kasus
dan semakin bertambahnya sarana pelayanan
diagnostik kasus dengan klinis voluntary counseling and
testing (VCT) .
Angka kasus HIV / AIDS dibandingkan dengan
negara - negara lainnya di Asia Tenggara . Alasan
yang paling mungkin adalah akibat kelemahan
dalam sistem pencatatan dan pelaporan ,
terbatasnya peralatan laboratorium penunjang , dan
rendahnya kemampuan diagnosis . HIV / AIDS
( Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune
Deficiency Syndrome ) merupakan masalah
kesehatan di dunia sejak tahun 1981 , penyakit ini
berkembang secara pandemik . Obat dan Vaksin
untuk mengatasi masalah tersebut belum ditemukan,
yang dapat mengakibatkan kerugian tidak hanya di
bidang kesehatan tetapi juga di bidang sosial ,
ekonomi , politik , budaya dan demografi
( Depkes RI, 2006 ) .
02

Penyebab
HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini adalah virus yang dapat
menyebabkan rusaknya sistem kekebalan tubuh dab menyebabkan penyakit Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. Tidak seperti beberapa virus lain, tubuh manusia tidak
dapat menyingkirkan HIV sepenuhnya, bahkan dengen pengobatan .
Di negara Indonesia. Penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan oleh :

Penggunaan Jarum
Hubungan Seks Tranfusi Darah
Suntik
Infeksi HIV dpt terjadi melalui Penularan HIV dpt terjadi saat
Berbagi penggunaan jarum suntik dg
hubungan seks baik melalui vagina seseorang menerima donor darah
penderita HIV adl salah satu cara
maupun dubur (seks anal). Meski dari penderita HIV. Namun,
yang dapat membuat seseorang
sangat jarang, HIV juga dapat kemungkinan terjadinya penularan
tertular HIV
menular melalui seks oral . ini cukup rendah .
03
INFEKSI
OPORTUNISTIK
Infeksi oportunistik disebabkan oleh infeksi berbagai kuman penyakit seperti
virus, bakteri, jamur, dan parasit yang berlangsung di dalam tubuh. Berikut
adalah beberapa infeksi oportunistik yang dapat terjadi pada pengidap
HIV/AIDS.

CANDIDIASIS
Disebabkan oleh jamur Candida. Infeksi
yang mempengaruhi kulit, kuku, selaput
lendir terutama di mulut dan vagina

Infeksi Paru
Termasuk infeksi oportunistik yg paling
serius untuk penderita HIV/AIDS

TOKSOPLASMOSIS
Penyebabnya parasit bernama Toxoplasma
gondi yang dapat menginfeksi mata, paru,
jantung, hati, hingga otak penderita
04
CARA
PENCEGAHAN
Program pencegahan HIV/AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan komitmen
masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan mengurangi perilaku
tinggi terhadap penularan HIV. Upaya pencegahan meliputi :

Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah Satu-satunya cara agar tidak terinfeksi adalah
dan di masyarakat harus menekankan bahwa dengan tidak melakukan hubungan seks atau
mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti hanya melakukan hubugan seks dengan satu
dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV orang saja yang diketahui tidak mengidap infeksi.
Memperbanyak fasilitas Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal
pengobatan bagi pecandu obat kehamilan disarankan untuk melakukan
terlarang akan mengurangi tes HIV sebagai kegiatan rutin dari standar
penularan HIV perawatan kehamilan

Menyediakan fasilitas konseling HIV Jika hendak melakukan transfusi, semua


yang identitasnya dirahasiakan dan darah harus diuji antibodi HIV-nya.
menyediakan tempat-tempat untuk Kondisi pendonor dan pasien juga harus
melakukan pemeriksaan darah. diperhatikan sebelum melakukan transfusi
05
STIGMA
HIV/AIDS
Stigma dan terhadap ODHA adalah suatu sifat yang menghubungkan seseorang terinfeksi HIV
dengannilai-nilai negatif yang diberikan oleh masyarakat. Stigma membuat ODHA
diperlakukan secara berbeda dengan orang lain.

Bentuk stigma antara lain:

Penolakan dalam Tidak bersedia Tidak


berbagai lingkup makan makanan memperbolehkan
kegiatan yang dibuat ataiu anaknya bermain
kemasyarakatan dijual oleh ODHA bersama anak HIV

Menolak untuk
Merasa takut tinggal dekat
untuk tidur dengan orang
bersama ODHA yang menunjukkan
gejala HIV/AIDS
06
KAITAN BUDAYA
DAN GENDER
DALAM HIV/AIDS
Faktor budaya dan mitos sangat berpengaruh, umumnya tidak
berpihak pada perempuan. Dalam penelitian di botswana dan
afrika selatan, didapatkan mitos bahwa HIV/AIDS adalah
penyakit perempuan. Hal ini menyebabkan rendahnya
partisispasi laki-laki, selain itu budaya patriaki yang sangat
kuat, dimana wanita di tempatkan pada posisi yang lebih lemah
dan menjadi objek seksual dan di anggap penting hanya
sebagai alat untuk memperoleh keturunan dan pengasuhan
anak dan keluarga. Budaya ini juga banyak dianut di indonesia,
dan menempatkan perempuan pada posisi yang tidak memiliki
suara ataupun hak.

Anda mungkin juga menyukai