Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi


virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sistem
kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami
penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi
berbagai macam penyakit lain yang disebut dengan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) (Kementerian Kesehatan RI, 2017). AIDS
adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi dari virus HIV (Diatmi and Diah,
2014). Orang yang telah di diagnosa terinfeksi positif oleh virus HIV dan
AIDS maka orang tersebut disebut dengan ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS).

Perkembangan HIV/AIDS pertama kali dikenal pada tahun 1981, namun


kasus HIV/AIDS secara retrospektif telah muncul selama tahun 1970-an
di Amerika Serikat dan di beberapa bagian di dunia seperti Haiti, afrika,
dan eropa. (Dinas Kesehatan, 2014). UNAIDS (2017) menunjukkan
terjadi peningkatan jumlah orang yang menderita HIV dari 36,1 millyar
di tahun 2015 menjadi 36,7 millyar di tahun 2016. Indonesia merupakan
salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat prevalensi
HIV/AIDS yang cukup tinggi. Kasus HIV/AIDS pertama kali ditemukan
di provinsi Bali pada tahun 1987. Kasus HIV/AIDS telah menyebar di
407 dari 507 kabupaten/kota (80%) di seluruh provinsi di Indonesia
hingga saat ini.

Jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan dari tahun ke tahun
cenderung meningkat. Tahun 2016 jumlah kasus HIV dilaporkan
sebanyak 41.250 kasus dan jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sedikit
meningkat dibandingkan tahun 2015 yaitu sebanyak 7.491 kasus. Secara
kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun 2016 sebanyak 86.780 kasus
(Kementerian Kesehatan RI, 2017). Persentase HIV dan AIDS di
Indonesia tahun 2017 tercatat dari triwulan 1 (yaitu dari bulan januari
hingga Maret) dengan jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan
sampai dengan Maret 2017 sebanyak 242.699 orang. Dan jumlah
kumulatif AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Maret 2017 sebanyak
87.453 orang.

Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi HIV/AIDS


yang cukup tinggi setelah DKI Jakarta, Jawa Timur, Papua, Jawa Barat,
dan Jawa Tengah adalah provinsi Bali. Total Kasus HIV dan AIDS pada
tahun 2016 di bali tercatat 2581 kasus baik yang hidup maupun yang
telah meninggal. Tahun 2017 yang tercatat hingga bulan juni, jumlah
kasus HIV dan AIDS mencapai 1291 kasus. Kabupaten/Kota di bali yang
memiliki jumlah penderita HIV dan AIDS terbanyak adalah kota
Denpasar dengan jumlah kumulatif yang tercatat dari tahun 1987 hingga
bulan juli 2017 sebanyak 6764 (39,1%) total kasus HIV dan AIDS yang
didominasi oleh kelompok umur (20-29) tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah HIV/AIDS itu?
2. Apakah tanda dan gejala HIV/AIDS?
3. Bagaimana HIV/AIDS dapat di tularkan?
4. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS?
5. Bagaimana kajian hidup sehat pada ODHIV?

C. Tujuan
1. Menjelaskan apa itu HIV/AIDS
2. Menjelaskan tanda dan gejala HIV/AIDS
3. Menjelaskan bagaimana HIV/AIDS dapat di tularkan
4. Menjelaskan pencegahan HIV/AIDS
5. Menjelaskan kajian hidup sehat pada ODHIV
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang


menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki
penenda CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS
(acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi
immunosupresif yang berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik,
neoplasma sekunder, serta manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi
HIV.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu retrovirus yang


berarti terdiri atas untai tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel
pejamu dan ditranskripkan kedalam DNA pejamu ketika menginfeksi
pejamu. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu
penyakit virus yang menyebabkan kolapsnya sistem imun disebabkan
oleh infeksi immunodefisiensi manusia (HIV), dan bagi kebanyakan
penderita kematian dalam 10 tahun setelah diagnosis.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai


gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV.

Virus HIV terbagi menjadi 2 tipe utama, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Masing-masing tipe terbagi lagi menjadi beberapa subtipe. Pada banyak
kasus, infeksi HIV disebabkan oleh HIV-1, 90% di antaranya adalah
HIV-1 subtipe M. Sedangkan HIV-2 diketahui hanya menyerang
sebagian kecil individu, terutama di Afrika Barat.

Infeksi HIV dapat disebabkan oleh lebih dari 1 subtipe virus, terutama
bila seseorang tertular lebih dari 1 orang. Kondisi ini disebut dengan
superinfeksi. Meski kondisi ini hanya terjadi kurang dari 4% penderita
HIV, risiko superinfeksi cukup tinggi pada 3 tahun pertama setelah
terinfeksi.

B. Tanda dan Gejala HIV/AIDS

Tanda dan Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah
tahap infeksi akut, dan terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang
terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi
membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.

Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan setelah infeksi
terjadi. Penderita umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal ini karena
gejala yang muncul mirip dengan gejala penyakit flu, serta dapat hilang dan
kambuh kembali. Perlu diketahui, pada tahap ini jumlah virus di aliran darah
cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah terjadi pada
tahap ini.

Gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan dapat berlangsung
hingga beberapa minggu, yang meliputi:

1. Demam hingga menggigil.
2. Muncul ruam di kulit.
3. Muntah.
4. Nyeri pada sendi dan otot.
5. Pembengkakan kelenjar getah bening.
6. Sakit kepala.
7. Sakit perut.
8. Sakit tenggorokan dan sariawan.

Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten
dapat berlangsung hingga beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus
HIV semakin berkembang dan merusak kekebalan tubuh.

Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita tidak
merasakan gejala apapun selama tahap ini. Akan tetapi, sebagian penderita
lainnya mengalami sejumlah gejala, seperti:

1. Berat badan turun.


2. Berkeringat di malam hari.
3. Demam.
4. Diare.
5. Mual dan muntah.
6. Herpes zoster.
7. Pembengkakan kelenjar getah bening.
8. Sakit kepala.
9. Tubuh terasa lemah.

Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin
berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu
AIDS. Ketika penderita memasuki tahap ini, sistem kekebalan tubuh sudah
rusak parah, sehingga membuat penderita lebih mudah terserang infeksi lain.

Gejala AIDS meliputi:

1. Berat badan turun tanpa diketahui sebabnya.


2. Berkeringat di malam hari.
3. Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus.
4. Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Keluhan ini kemungkinan
menandakan adanya sarkoma Kaposi.
5. Demam yang berlangsung lebih dari 10 hari.
6. Diare kronis.
7. Gangguan saraf, seperti sulit berkonsentrasi atau hilang ingatan.
8. Infeksi jamur di mulut, tenggorokan, atau vagina.
9. Mudah memar atau berdarah tanpa sebab.
10.Mudah marah dan depresi.
11.Ruam atau bintik di kulit.
12.Sesak napas.
13.Tubuh selalu terasa lemah.

C. Penularan HIV/AIDS

1. Media penularan HIV/AIDS


HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari
individu yang terinfeksi, seperti darah, air susu ibu, air mani dan
cairan vagina. Individu tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-
hari biasa seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi
benda pribadi, makanan atau air.
2. Cara penularan HIV/AIDS
a) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan
orang yang telah terpapar HIV.
b) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
c) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato,
dan pisau cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak
disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya
telah dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara- cara ini dapat
menularkan HIV karena terjadi kontak darah.
d) Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya
1) Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui
plasenta.
2) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau
cairan vagina.
3) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang sudah terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan
90% bayi dan anak yang tertular HIV tertular dari ibunya.

3. Perilaku berisiko yang menularkan HIV/AIDS


a) Melakukan seks anal atau vaginal tanpa kondom.
b) Memiliki infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis, herpes,
klamidia, kencing nanah, dan vaginosis bakterial.
c) Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan
suntik lainnya dan solusi obat ketika menyuntikkan narkoba.
d) Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi
jaringan, prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau
tindakan yang tidak steril.
e) Mengalami luka tusuk jarum yang tidak disengaja, termasuk
diantara pekerja kesehatan.
f) Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang
memiliki banyak pasangan lain.

D. Pencegahan HIV/AIDS

Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Meskipun
demikian, infeksi dapat dicegah dengan beberapa langkah berikut:

 Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui
vagina atau melalui dubur. Bila memilih kondom dengan pelumas,
pastikan pelumas yang berbahan dasar air. Hindari kondom dengan
pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat membuat kondom
bocor. Untuk seks oral, gunakan kondom yang tidak berpelumas.

 Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan.

 Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda menjalani
tes HIV.

 Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV


dalam masa kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan
perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin.

 Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.


Jika Anda memiliki risiko tinggi untuk terinfeksi HIV, namun terkonfirmasi
negatif, maka dokter mungkin akan memberikan obat pre-exposure
prophylaxis(PeRP). Obat kombinasi emtricitabine-tenofovirmungkin akan
diberikan oleh dokter. Namun perlu diingat pencegahan utama, seperti yang
telah disebutkan diatas wajib tetap dilakukan.

Segera ke dokter bila menduga baru saja terinfeksi virus HIV, misalnya karena
berhubungan seks dengan penderita HIV. Dokter dapat meresepkan obat post-
exposure prophylaxis (PEP), untuk dikonsumsi selama 28 hari. Obat PEP adalah
kombinasi 3 obat antiretroviral, yang dapat mencegah perkembangan infeksi
HIV. Meskipun demikian, terapi dengan PEP harus dimulai maksimal 3 hari
setelah infeksi virus terjadi.

E. Kajian Hidup Sehat pada ODHIV

Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) rentan terkena penyakit infeksi,
stres, dan berbagai masalah kesehatan yang dapat mengganggu kualitas hidup.
Meski demikian, hal tersebut tidak seharusnya menjadi halangan bagi para
ODHA untuk bisa menjalani hidup yang produktif dan sehat.

HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh. Jika dibiarkan tanpa
penanganan, infeksi HIV dapat berkembang menjadi AIDS yang sangat
berbahaya.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018,


ada sekitar 640 ribu penderita HIV/AIDS di Indonesia. Meski belum bisa
disembuhkan, ada beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan para ODHA
guna memperpanjang harapan hidup sekaligus meningkatkan kualitas hidupnya.

Berbagai Tips untuk Menjalani Hidup dengan HIV/AIDS


Pola hidup sehat merupakan hal yang harus selalu diutamakan, tak pandang
sudah seberapa parah HIV/AIDS yang diderita. Untuk itu, ODHA disarankan
mengikuti beberapa tips menjalani hidup dengan HIV/AIDS berikut ini:
1. Minum obat ART secara rutin
 sejauh ini memang belum bisa menyembuhkan dan mematikan
virus HIV secara total. Namun, pengobatan ini penting dilakukan
untuk menekan jumlah virus dan mencegah virus HIV semakin
melemahkan sistem kekebalan tubuh penderita. Obat yang
digunakan untuk mengobati HIV/AIDS disebut obat antiretroviral
(ART).
Kendati ada banyak jenis obat ART yang bisa digunakan, tapi tujuannya
tetaplah sama, yakni membantu sistem kekebalan tubuh mencegah dan melawan
infeksi, serta menurunkan risiko penyebaran virus HIV ke orang lain.

Oleh karena itu, agar dapat menjalani hidup dengan sehat dan mencegah
penularan virus ke orang lain, penderita HIV/AIDS perlu mengonsumsi obat
ART secara rutin sesuai dosis dan petunjuk yang telah disarankan dokter.

2. Menjaga berat badan ideal


Setiap penderita HIV/AIDS perlu menjaga berat badannya. Hal ini
dikarenakan badan yang terlalu gemuk atau terlalu kurus dapat
memperburuk kondisi penyakit dan berpotensi menimbulkan
masalah kesehatan lain, mulai dari osteoporosis, penyakit ginjal,
stroke, hingga penyakit jantung.

Untuk mengetahui berat badan ideal, ODHA perlu menghitung indeks massa


tubuh (IMT). Jika IMT menunjukkan berat badan ODHA berlebihan atau justru
kurang, maka dokter akan membantu untuk menentukan langkah-langkah yang
dapat dilakukan guna mencapai berat badan ideal.

3. Mengonsumsi makanan tinggi nutrisi


Konsumsi makanan kaya nutrisi, seperti buah, sayur, biji-bijian,
telur, dan susu, memiliki beragam manfaat, antara lain memperkuat
sistem kekebalan tubuh, membantu tubuh memperoleh nutrisi dan
energi, serta menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.

Selain mengonsumsi makanan tinggi nutrisi, ODHA juga harus mencukupi


asupan cairan dengan mengonsumsi 8 gelas air putih per hari, serta membatasi
asupan gula, garam, dan makanan berlemak.

Tidak hanya itu, pastikan makanan sudah dibersihkan dan dimasak hingga
matang sebelum dikonsumsi. Karena sistem kekebalan tubuhnya yang lebih
lemah, penderita HIV/AIDS rentan mengalami infeksi jika mengonsumsi
makanan yang tidak bersih, dimasak setengah matang, atau mengonsumsi
makanan mentah.

4. Rutin Berolahraga
Olahraga dapat meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan kebugaran tubuh,
sekaligus membantu sistem kekebalan tubuh bekerja lebih baik dalam melawan
infeksi. Berjalan santai, bersepeda, atau jogging selama 20-30 menit, setidaknya
3 kali dalam seminggu, dapat menjadi pilihan olahraga yang baik bagi penderita
HIV/AIDS.

Meski demikian, ODHA sebaiknya tetap melakukan konsultasi ke dokter untuk


menentukan jenis olahraga yang aman dilakukan. Dokter akan menentukan jenis
dan durasi olahraga sesuai kondisi kesehatan penderita.

5. Menghindari rokok dan minuman beralkohol


Penderita HIV/AIDS yang memiliki kebiasaan merokok berisiko
tinggi mengalami gangguan kesehatan akibat rokok, seperti kanker
paru-paru, penyakit jantung, dan penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK).

Begitu pula jika ODHA mengonsumsi minuman beralkohol.


Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol dapat menyebabkan
sistem kekebalan tubuh semakin lemah dan merusak organ hati.

6. Melengkapi imunisasi
Mengingat bahwa virus HIV dapat melemahkan sistem kekebalan
tubuh dan membuat penderitanya rentan terkena penyakit infeksi,
maka imunisasi merupakan salah satu langkah penting yang perlu
dijalani oleh orang yang hidup dengan HIV/AIDS.

Imunisasi memang tidak bisa menghilangkan virus HIV atau mengobati


penyakit infeksi. Akan tetapi, imunisasi dapat mencegah infeksi virus dan
kuman yang dapat menyebabkan penyakit serius pada ODHA, seperti
meningitis, pneumonia, dan hepatitis B.

7. Mengurangi stress
Hidup dengan HIV/AIDS tidaklah mudah. Selain rentan sakit,
penderita HIV/AIDS pun tak jarang mengalami tekanan batin dan
stres yang berat. Bahkan tak sedikit ODHA yang hidup dengan
gangguan mental, seperti depresi dan gangguan cemas. Oleh
karena itu, penting bagi ODHA untuk memiliki teman, kerabat,
atau komunitas yang dapat memberi dukungan emosional.
Selain itu, penderita HIV/AIDS juga perlu mengurangi stres dan tidur yang
cukup, guna mencegah semakin lemahnya sistem kekebalan tubuh. Apabila
diperlukan, ODHA bisa selalu berkonsultasi dengan dokter untuk menjalani
sesi konseling (VCT).

Untuk memastikan kondisi kesehatannya terjaga, ODHA perlu kontrol rutin ke


dokter. Dengan begitu, dokter dapat mengetahui apakah langkah penanganan
yang dilakukan sudah efektif, dan mendeteksi jika ada gangguan kesehatan lain,
sehingga dapat segera diobati.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/2643/3/BAB%20II.pdf
https://www.alodokter.com/hiv-aids/gejala
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2238/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai