Hakim
(yang
melaksanakan
proses peradilan)
penyitaan;
c. Keterangan mengenai pemilik atau menguasai barang atau benda-benda
lain;
d. Tanda tangan dan identitas penyidik yang melakukan penyitaan;
e. Tanda tangan dan identitas dari pemilik atau orang yang menguasai
barang tersebut.
Selain berita acara, penyitaan disampaikan kepada tersangka atau
keluarganya.
Penuntutan
Pununtut adalah penuntut umum pada Komisi
Pemberantasan Korupsi yang diangkat dan
diberhentikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Penuntut adalah jaksa penuntut umum, setelah
menerima berkas perkara dari penyidik, paling lambat 14
(empat belas) hari kerja wajib melimpahkan berkas
perkara tersebut kepada Pengadilan negeri.
• Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan
Perkara tindak pidana korupsi diperiksa dan diputus oleh pengadilan
tindak pidana korupsi dalam waktu 90 (Sembilan puluh) hari kerja sejak
perkara dilimpahkan ke pengadilan tindak pidana korupsi. Pemeriksaan
perkara dilakukan oleh majelis hakim berjumlah 5 (lima) orang yang
terdiri atas 2 (dua) orang hakim pengadilan negeri dan 3 (tiga) orang
hakim ad hoc.
Dalam hal putusan pengadilan tindak pidana korupsi dimohonkan
banding ke pengadilan tinggi, perkara tersebut diperiksa dan diputus
dalam jangka waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak berkas
perkara di terima oleh pengadilan tinggi.
Dalam hal putusan pengadilan tinggi tindak pidana korupsi dimohonkan
kasasi kepada Mahkamah Agung, perkara tersebut di periksa dan
diputus dalam jangka waktu paling lama 90 (Sembilan puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal berkas perkara diterima oleh Mahkamah Agung.
KESIMPULAN :
KPK berkedudukan sebagai lembaga Negara bantu dalam sistem
ketatanegaraan di Indonesia. KPK memiliki tugas utama yaitu
memberantas korupsi di Indonesia, telah dijalankan dengan
menangkap beberapa pelaku tindak pidana korupsi baik dari
kalangan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Namun kadangkala
peran KPK dalam penegakan hukum pidana menimbulkan pro
dan kontra di masyarakat dan gesekan-gesekan dengan aparat
penegak hukum lainnya. Berdasarkan hal tersebut Pembentuk
Undang-Undang yaitu Presiden RI dan DPR RI harus
memperjelas mekanisme koordinasi anatara KPK dengan
penegak hukum lainnya guna menciptakan penegakan hukum
pidana terhadap tindak pidana korupsi yang berkeadilan bagi
para pihak dan juga bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat