Anda di halaman 1dari 12

Nama : Salsabila Simbala

Nim : 01909010087
Kelas : Keperawatan A semester 2
Mata Kuliah : Ilmu Dasar Keperawatan 2

TUGAS!

Teori Keperawatan :

1. Teori Imogene King


Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungandengan jelas dan
dapat diamati dalam praktek keperawatan.
 Kelebihan :
 Teori ini dapat menyesuaikan pada setiap perubahan, teori ini
dapatdipergunakan dan menjelaskan atau memprediksi sebagian besar
phenomena dalam keperawatan.
 Teori King merupakan serangkaian konsep yang saling berhubungandengan
jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan.
 Mengedepankan partisipasi aktif klien dalam penyusunan tujuan
bersama,mengambil keputusan , dan interaksi untuk mencapa tujuan klien.
 Teori King dapat dipakai pada semua tatanan pelayanan keperawatan.
 Teori keperawatan King dapat dikembangkan dan diuji melalui riset.
 Teori ini sangat penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan.

 Kekurangan :
 Beberapa definisi konsep dasar kurang jernih. Misalnya konsep mengenaistres
yang kurang jelas karena ia menyatakan bahwa stres memilikikonsekuensi
positif dan menyarankan para perawat harus menghapus pembuat stress dari
lingkungan rumah sakit.
 Teori ini berfokus pada sistem interpersonal. Sehingga tujuan yang akan
dicapai sangat bergantung pada persepsi perawat dan klien yang terlibat dalam
hubungan interpersonal dan hanya pada saat itu saja.
 Teori King belum menjelaskan metode yang aplikatif dalam penerapan konsep
interaksi, komunikasi, transaksi dan persepsi, misalnya pasien- pasien tidak
dapat berinteraksi secara kompeten dengan perawat, seperti bekerja dengan
pasien koma, bayi yang baru lahir, dan pasien psikiatrik.

 Manfaat Teori :
Teori ini dapat digunakan pada praktek keperawatan baik pada lingkup klinik
maupun pada lingkup komunitas. Banyak riset dan studiyang mendukung teori
ini berpusat pada aspek teknis perawatan klien dan system pelayanan
keperawatan. Dalam praktek baik di lahan klinik maupun lahan komunitas
interaksi yang terjadi sangat penting bagi klien dan perawat. Jadi untuk
aplikasi di klinik maupun di komunitas teori dari King ini sangat relevan
karena kesembuhan klien sangat dipengaruhi oleh hubungan antara perawat
dan klien
 Penerapan Teori Imogene King Dalam Keperawatan :
King’s Conceptual System merupakan model konseptual keperawatan yang
dikembangkan oleh Imogene King sejak tahun 1961. Sistem konseptual King
menjelaskan tentang suatu pendekatan untuk lebih mempelajari sistem secara
keseluruhan dibandingkan dengan sebagai bagian dari sistem yang terisolasi.
Kerangka kerja Sistem konseptual King terdiri dari sistem personal, interpersonal,
dan sosial sebagai domain keperawatan. Setiap sistem mengidentifikasi manusia
sebagai elemen dasar didalam sistem, sehingga unit analisis dari kerangka tersebut
adalah perilaku manusia dalam berbagai lingkungan sosial.
Model Sistem Konseptual yang dikembangkan oleh King tersebut selanjutnya
juga dikembangkan menjadi sebuah grand theory berupa King’s Goal Attainment
Theory. Teori tersebut yang kemudian dijadikan sebagai kerangka berpikir yang
lebih konkrit untuk merumuskan suatu kerangka kerja pada aplikasi pelayanan
keperawatan.

2. Teori Madeleine Leininger


Teori Leininger berasal dari bidang antropologi dan keperawatan. Dia
mendefinisikan transcultural nursing sebagai area mayor dari keperawatan yang
berfokus pada studi perbandingan dan analisis bermacam – macam budaya dan
subkultur di seluruh dunia dengan mempertimbangkan nilai , ucapan, dan keyakinan
sehat – sakit, dan pola kebiasaan.
 Kelebihan :
 Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan
pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar
belakang budaya yang berbeda.
 Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem,
King, Roy, dll).
 Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
 Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
 Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan.

 Kekurangan :
 Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien tetapi keanekaragaman budaya yang dimiliki
oleh klien sering kali belum dapat dimengerti oleh perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Idealnya perawat perlu memahami
norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien sehingga klien dapat
mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki cara hidupnya atau
kondisinya.
 Sulitnya dalam memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien
oleh perawat akan menyebabkan Cultural shock. Cultural shock akan
dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat
menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan
beberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan
adalah ketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau
negara diperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya
dengan berteriak atau menangis. Tetapi karena perawat memiliki
kebiasaan bila merasa nyeri hanya dengan meringis pelan, bila berteriak
atau menangis akan dianggap tidak sopan, maka ketika ia mendapati klien
tersebut menangis atau berteriak, maka perawat akan memintanya untuk
bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malah memarahi
pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaan
budaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan
kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.

 Hubungan Model Dan Paradigma Keperawatan :


 Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menentukan pilihan serta
melakukan tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun ia berada.

 Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara
kultural memiliki nilai dan praktek serta merefleksikan kemampuan
individu maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya mereka
sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.

 Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau
pengalaman-pengalaman yang memberikan arti bagi perilaku manusia,
interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi, sosial
politik, dan atau susunan kebudayaan.

 Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi
keilmuan serta disiplin yang difokuskan pada aktivitas dan fenomena
perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu, memberikan
dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok
untuk memperoleh kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan
yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk menolong orang-orang agar
mampu menghadapi rintangan dan kematian.

 Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring :


Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada orang lain,
menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah terjadi suatu yang
buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah suatu tindakan yang
dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara utuh,. Caring
dalam keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi
dengan klien, staf dan kelompok lain.
Alasan utama untuk mempelajari caring adalah :
 Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia,
perkembangan manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
 Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan pemberi
pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan secara kultural.
 ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk
proses penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan
kelompok sepanjang waktu.
 Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi secara
sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek
epistemology dan ontology yg berlandaskan pada pengetahuan
keperawatan.

 Penerapan Teori Madeleine Leininger Dalam Keperawatan :


Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang
pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan keperawatan yang
berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional pertama yang meraih
pendidikan doktor dalam ilmu antropologi sosial dan budaya. Dia lahir di Sutton,
Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma
di “St. Anthony’s School of Nursing” di Denver.

3. Teori Jean Watson


Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.
Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur
subyek tunggal psikologi.
 Kelebihan :
Seperti kita ketahui bahwa teori Jean Watson fokus pada cara merawat keluarga
yang sakit, dimana nantinya orang tua mampu melakukan perawatan pada anak
anaknya yang sakit Hydrocephalus dengan tujuan untuk peningkatan kesehatan.
Keunggulan teori ini dalam berkaitan dengan kasus Hydrocephalus adalah orang
tua An “S” faktor penyebab Hydrocephalus yaitu bisa karena Kista Araknoid,
Anomalia pembuluh darah, infeksi, neoplasma, dan perdarahan.

 Kekurangan :
Kelemahan teori Jean Watson ini menurut penulis adalah kurang lengkapnya poin
poin dalam pengkajian yang mencakup kajian tentang pasien dengan penyakit
Hydrocephalus secara spesifik karena terlihat jelas aplikasi teori keperawatan ini
hanya berfokus pada perawatan pasien yang sakit sehingga penulis sedikit
kesulitan untuk menentukan diagnosa keperawatan prioritas.

 Teori Watson Mengenai Human Caring :


“Theory of Human Caring” (Watson), mempertegas jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan
melindungi pasien sebagai manusia yang mempengaruhi kesanggupan pasien
untuk sembuh.
Di dalam interaksi manusia transpersonal, perawat menggunakan sepuluh faktor
perawatan ( watson , 1989;227-228 ) sebagai pedoman dalam interaksi perawat –
klien yang didasarkan pada kepekaan terhadap diri dan orang lain . faktor – faktor
perawatan utama ini adalah :
 Membentuk niali – nilai sistem humanistik alturistik
 Memelihara kepercayaan dan harapan
 Menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan orang lain
 Mengembangkan hubungan peduli manusia yang membantu dan percaya
 Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan positif dan negatif
 Menggunakan proses pemecahan masalah kreatif
 Meningkatkan belajar mengajar transpersonal
 Menyediakan lingkungan yang suportif, protektif atau perbaiki mental
,fisik , sosiokultural dan spiritual .
 Membantu memuaskan kebutuhan –kebutuhan manusia
 Memberikan keleluasaan untuk kekuatan eksistensial fenomologis –
spiritual.

 Paradigma Keperawatan Menurut Watson :


 Keperawatan
Keperawatan adalah penerapan art dan human science melalui transaksi
transpersonal caring untuk membantu manusia mencapai keharmonisan
pikiran, jiwa dan raga yang menimbulkan selfknowlegde, self-control,
self-care, dan selfhealing.
 Klien
Klien adalah individu atau kelompok yang mengalami ketidakharmonisan
pikiran, jiwa dan raga, yang membutuhkan bantuan terhadap pengambilan
keputusan tentang kondisi sehat-sakitnya untuk meningkatkan
harmonisasi, self-control, pilihan dan selfdetermination.
 Kesehatan
Kesehatan adalah kesatuan dan keharmonisan didalam pikiran, jiwa dan
raga antara diri dengan orang lain dan antara diri dengan lingkungan.
 Lingkungan
Lingkungan adalah dimana interaksi transpersonal caring terjadi antara
klien dan perawat.

 Penerapan Teori Jean Watson Dalam Keperawatan :


Peningkatan mutu pelayanan keperawatan didukung oleh pengembangan teori-
teori keperawatan, salah satunya adalah teori Caring menurut Jean Watson. Caring
adalah sentral untuk praktek keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan
kepeduliannya kepada klien. Kunci dari kualitas pelayanan asuhan keperawatan
adalah perhatian, empati dan kepedulian perawat. Hal ini sangat sesuai dengan
tuntutan masyarakat pada saat ini yaitu mengharapkan pelayanan keperawatan
yang berkualitas.
Banyak faktor yang mempengaruhi faktor caring, seperti umur, gender,
lingkungan kerja dan kualifikasi perawat. melihat banyak faktor yang
mempengaruhi perawat dalam pemberian asuhan keperawatan yang didasari
prinsip caring, kelompok tertarik untuk melihat fenomena yang terjadi di lahan
praktek, apakah caring dapat dilaksanakan oleh perawat tanpa dibatasi tempat,
waktu dan kondisi klien.
4. Teori Callista Roy
Model Adaptasi Roy menggambarkan manusia sebagai sistem terbuka dan sistem
adaptif yang akan merespons terhadap kejadian atau perubahan-perubahan yang
terjadi pada lingkungan baik yang internal maupun external. Respons yang
ditimbulkan tersebut dapat berupa respon adaptif dan maladaptif, sesuai dengan
mekanisme koping yang digunakan pasien dalam menghadapi stressor yang
dihadapinya. Roy juga memandang lingkungan sebagai kondisi internal maupun
eksternal yang dapat diatur dan dimanipulasi perawat dalam rangka membantu pasien
memulihkan diri.
 Kelebihan :
Model Adaptasi Roy telah menggambarkan tahapan–tahapan dalam proses
keperawatan yang lengkap. Berdasarkan teori Roy, tahapan proses keperawatan
dimulai dari 2 level pengkajian , diagnosa keperawatan, tujuan tindakan
keperawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Kelebihan proses
keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy ini adalah pada tahap 2 level
pengkajian yang harus dilakukan perawat.
Pengkajian keperawatan dimulai dengan; level 1) perawat mengkaji respon
prilaku pasien terhadap stimulus yaitu fisiologis adaptasi mode, konsep diri
adaptasi mode, peran adaptasi mode dan ketergantungan adaptasi mode, level 2)
perawat mengkaji stressor yang dihadapi pasein yaitu stimulus fokal &
kontekstual ( yang pada dasarnya merupakan faktor presipitasi dari masalah yang
dihadapi pasien) dan stimulus residual (yang pada dasarnya merupakan faktor
predisposisi dari masalah yang dihadapi pasien), sehingga pengkajian yang
dilakukan perawat lebih lengkap dan perawat dapat menegakkan diagnosa lebih
akurat dari pengkajian tersebut.
Di tatanan keperawatan jiwa sendiri, pendekatan yang digunakan pada Teori
Adaptasi Roy ini sangat bermanfaat ketika perawat melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa, resiko gangguan dan sehat jiwa.
Dengan teori ini, perawat tidak hanya dapat mengintervensi tanda dan gejala tapi
juga dapat mengetahui & memberikan intervensi pada faktor presipitasi dan faktor
predisposisi dari masalah yang dihadapi pasien. Sehingga perawat dapat
mencegah pasien mengalami masalah resiko dan gangguan jiwa, mengatasi
masalah resiko dan gangguan jiwa dan meningkatkan individu yang sehat agar
tidak mengalami masalah resiko dan gangguan jiwa.
Selain itu, dengan Teori Adaptasi Roy ini, perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat lebih memahami tentang proses adaptasi yang terjadi pada
individu, yang dimulai dari adanya stimulus/stressor yang dapat menjadikan
individu mengalami stress, proses mekanisme koping (kognator dan regulator) dan
effektor sebagai upaya individu mengat`si stressor dan terakhir timbulnya respon
prilaku individu terhadap stressor yang dihadapinya. Teori ini hampir mirip
dengan Teori Stress Adaptasi Stuart-Laraia yang ada di keperawatan jiwa.

 Kekurangan :
Masukan dan perbaikan untuk Model Adaptasi Roy adalah untuk lebih
menjabarkan hubungan antara mekanisme koping: kognator dalam meningkatkan
adaptasi serta hubungannya dengan 4 adaptasi mode. Selain itu perlu penjabaran
lebih lanjut tentang hubungan adaptasi dengan kesehatan. Di praktek klinis, perlu
dikaji lebih lanjut bagaimana perawat dapat membantu individu ke arah yang
positif dengan menggunakan Model adaptasi Roy misal: ketika memberikan
asuhan keperawatan pada pasien-pasien dengan pemulihan kognitif / pasien
dengan trauma / cedera kepala (Tiedman, 1996 dalam Araich, 2001).
Selain itu Model Adaptasi Roy merupakan model keperawatan yang komplex
dengan konsep dan mempunyai hubungan antar konsep-konsep. Sehingga perlu
diklarifikasi kembali tentang:
 Ketika menilai prilaku adaptif dan maladaptif, ada banyak faktor yang
dapat mempengaruhi penilaian tersebut, salah satunya adalah sistem nilai
yang dianut perawat
 Kata adaptasi tidak secara umum menyampaikan pengertian tentang
pertumbuhan (Lancester, 1992 dalam Araich, 2001).
 Model Adaptasi Roy lebih berfokus pada proses adaptasi pasien dan
bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses
keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan prilaku caring
perawat ketika melakukan asuhan keperawatan. Pada prinsipnya
pemecahan masalah pasien sangat penting dalam keperawatan, tetapi
prilaku caring juga sangat diperlukan ketika memberikan asuhan
keperawatan pada pasien, karena bisa saja seorang perawat yang tidak
mempunyai prilaku caring akan menjadi stressor baru bagi pasiennya.

 Penetapan Tujuan Keperawatan :


Roy menyampaikan bahwa tujuan pada intervensi keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku
inefektif menjadi adaptif. Penetapan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan
jangka pendek. Tujuan jangka panjang meliputi: hidup, tumbuh, reproduksi dan
kekuasaan. Sedangkan tujuan jangka pendek meliputi: tercapainya tingkah laku
yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap stimulasi fokal, kontektual
dan residual (Roy & Andrews, 1999; Tomey &Allagood,2006)

 Teori Adaptasi Roy


 Input
Roy menidentifikasikan bahwa input sebagai stimulus, yang merupkan
kesatuan informasi. Bahan-bahan atau energi dari lingkunan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu : stimulus
fokal, stimulus kontekstual dan stimulus residual.
 Kontrol
Proses control seseorang, menurut Roy adalah bentuk mekanime koping
yang digunakan. Mekanisme control ini di bagi atas regulator dan kognator
yang merupakan subsistem.
Proses control seseorang, menurut Roy adalah bentuk mekanime koping
yang digunakan. Mekanisme control ini di bagi atas regulator dan kognator
yang merupakan subsistem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping
dengan perubahan lingkungan. Dan diperlihatkan melalui perubahan
biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan pada system syaraf, kimia tubuh,
dan organ endokrin. Subsitem kognator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi termasuk didalamnya
persepsi, proses informasi, pembelajaran dan membuat alasan dan
emosional yang termasuk didalamnya mencari bantuan untuk bertahan
.
 Output
Output dalam system adaptasi ini berupa respon prilaku individu yang
dapat dikaji oleh perawat. Baik secara objektif maupun subjektif. Respon
prilaku ini dapat menjadi umpan balik bagi individu maupun
lingkungannya. Roy mengkatagorikan output dari system adaptasi ini
berupa respon adaptasi dan respon inefektif. Respon adaptif dapat
meningkatkan integritas individu, sedangkan respon inefektif tidak dapat
mendukung untuk pencapaian tujuan perawatan individu.

 Teori Keperawatan Callista Roy


 Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima Asuhan Keperawatan, baik itu
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang
sebagai “Holistik adaptif Sistem” dimana “Holistic Adaptif Sistem” ini
merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
 Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan
elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy
adalah “semua kondisi, keadaan dan pengaruh–pengaruh disekitar individu
yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan
kelompok “ (Roy and Andrews, 1991 dalam Nursing theory : 260) dalam
hal ini Roy menekankan agar lingkungan dapat di design untuk
meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan resiko
yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
 Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan dan proses menjadi
manusia yang utuh dan terintegrasi secara keseluruhan (Roy and Andrews.
1991 dalam Nursing Theory : 261). Integritas individu dapat ditunjukkan
dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan
kekuasaan. Asuhan Keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan respon
adaptifnya. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi
penekanan pada kondisi sehat dan sejahtera.
 Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut
Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon
inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan
kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk
mengantarkan individu meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan
tersebut, perawat harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual dan
residual yang ada pada individu, dengan lebih menitikberatkan pada
stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.

 Penerapan Teori Callista Roy Dalam Keperawatan :


Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek.
Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan
menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan
menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-
orang. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan
kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus
perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan. Dalam model tersebut
keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat.
Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan
lingkungannya, peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan
diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi
manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan
memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini
dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.

5. Teori Doronthea Orem


Model konsep atau teori keperawatan self care milik Orem mempunyai makna bahwa
semua manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai
hak untuk memperolehya sendiri kecuali jika tidak mampu.
 Kelebihan :
 Model keperawatan Doronthea Orem memberikan pelayanan keperawatan
dengan memunculkan potensi pada tiap individu yang terganggu karena
kondisinya sakit.
 Memberikan motivasi kepada seorang klien untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri (self care) tanpa adanya ketergantungan pada orang
lain.

 Kekurangan :
 Pada konsep keperawatan orem menekankan individu untuk memenuhi
kebutuhan perawatannya sendiri tanpa adanya ketergantungan pada orang
lain tetepi ketika seorang klien sakit maka kemampuan keperawatan
dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhannya akan berkurang akibatnya
suplai kebutuhan yang harusnya terpenuhi akan tidak optimal.

 Deskripsi Konsep Sentral Orem :


 Manusia
Suatu kesatuan yang dipandang sebagai berfungsi secara biologis simbolik
dan sosial serta berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan/perawatan
mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan.
Kegiatan asuhan keperawatan mandiri terkait dengan : udara, air,
makanan, eliminasi, kegiatan dan istirahat, interaksi sosial, Pencegahan
terhadap bahaya kehidupan, Kesejahteraan dan peningkatan fungsi
manusia
 Masyarakat/Lingkungan
Lingkungan sekitar individu yang membentuk sistem terintegrasi dan
interaktif
 Kesehatan
Suatu keadaan yang dicirikan oleh keutuhan struktur manusia yang
berkembang dan berfungsi secara fisik dan jiwa yang meliputi aspek fisik,
psikologik, interpersonal dan sosial. Kesejahteraan digunakan untuk
menjelaskan tentang kondisi persepsi individu terhadap keberadaannya.
Kesejahteraan merupakan suatu kedaan dicirikan oleh pengalaman yang
menyenangkan dan berbagai bentuk kebahagiaan lain, pengalaman
spiritual, gerakan untuk memenuhi ideal diri seseorang dan melalui
personalisasi berkesinambungan. Kesejahteraan berhubungan dengan
kesehatan, keberhasilan dalam usaha dan sumber yang memadai.
 Keperawatan
Pelayanan yang membantu manusia dengan tingkat ketergantungan
sepenuhnya atau sebagian pada bayi, anak dan orang dewasa, ketika
mereka, orangtua mereka, wali atau orang dewasa lain yang bertanggung
jawab terhadap pengasuhan atau perawatan pada mereka tidak lagi mampu
merawat atau mengasuh atau mengawasi mereka. Upaya kreatif manusia
ditujukan untuk menolong sesama. Keperawatan merupakan tindakan yang
dilakukan dengan sengaja dan mempunyai tujuan suatu fungsi yang
dilakukan perawat karena memiliki kecerdasan, serta tindakan yang
memungkinkan pemulihan kondisi secara manusiawi pada manusia dan
lingkungannya.

 Penerapan Teori Doronthea Orem Dalam Keperawatan :


Keperawatan mandiri (selfcare) menurut Orem adalah suatu pelaksanaan kegiatan
yang di prakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya
sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. (Orem 1980) pada dasarnya diyakini
bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan selfcare dan mereka
mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak
mampu.

6. Teori Florence Nightingale


Teori / model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan sebagai focus
asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit,
model dan konsep ini dalam upaya memisahkan antara profesi keperawatan dangan
kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan / tindakan keperawatan lebih
diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan, kebersihan, ketenangan
dan nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan
dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka perawat
mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa bergantung pada profesi lain.
 Kelebihan :
 Salah satu kisah fakta yang mencetuskan teori modern dalam dunia
keperawatan.
 Pada zaman keperawatan Florence Nightingale memandang pasien dalam
kontek keseluruhan lingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologis, sosial.
 Florence Nightingale memandang perawat tidak hanya sibuk dengan
masalah pemberian obat dan pengobatan saja, tetapi lebih berorientasi
pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan, dan nutrisi adekuat.
 Pengkajian atau observasi yang dilakukan Florence Nightingale bukan
demi berbagai informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi
penyalamatan hidup dan meningkatkan kesehatan dan keamanan.
 Semua tindakan yang dilakukan penuh kasih sayang dan bekerja untuk
Tuhan Y.M.E.
 Asuhan keperawatan yang diberikan penuh dengan semangat semata-mata
untuk kesembuhan pasien.

 Kekurangan :
 Teori Keperawatan Florence Nightingale sempat diragukan
kemampuannya.
 Perawat pada saat itu dianggap pekerjaan remeh dan disepelekan oleh
banyak orang.
 Kurangnya dukungan dari perawat lain dalam proses pelayanan dan
perkembangannya saat itu.
 Kurangnya sarana dan pra-sarana yang menunjang.

 Paradigma dan Kerangka Konsep :


 Manusia
Manusia terdiri dari komponen fisik, intelektual, emosional, sosial dan
spiritual. Walaupun memang lebih terfokus pada aspek fisik tetapi tetap
saja ide yang dikemukakan Nightingale tentang seseorang yang sedang
sakit mempunyai semangat hidup yang lebih besar daripada mereka yang
sehat, sebenarnya terkait dengan dimensi psikologis dari manusia.
 Lingkungan
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal
yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi
lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan
individu yang meliputi udara bersih, air yang bersih, pemeliharaan yang
efisien kebersihan, serta penerangan atau pencahayaan.
Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan
sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam
tulisannya. Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui
pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka
yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara
hidup seseorang daripada mengkaji fisik atau tubuhnya.
 Kesehatan
Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan
menggunakan semaksimal mungkin setiap kekuatan yang dimiliki yang
merupakan proses aditif, yaitu hasil kombinasi dari faktor lingkungan,
fisik, dan psikologis. Terutama faktor lingkungan meliputi:
1) Kebersihan
2) Nutrisi
3) Kelembaban
4) Jalan Udara
5) Saluran Air
Yang mempengaruhi kesehatan menurut Nightingale keadaan sehat
dapat dicapai melalui pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan.
Penyakit merupakan proses perbaikan, tubuh berusaha untuk
memperbaiki masalah. Juga merupakan suatu kesempatan untuk
meningkatkan pandangan spiritual. Oleh karena itu, Nightingale sangat
menekankan bahwa kesehatan tidak hanya berorientasi dalam
lingkungan rumah sakit tetapi juga komunitas.
 Keperawatan
Nightingale memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan
menguraikan keperawatan sebagai mengarahkan terhadap peningkatan dan
pengelolaan lingkungan fisik, sehingga alam akan menyembuhkan pasien.
Oleh karena itu, kegiatan keperawatan termasuk memberikan pendidikan
tentang kebersihan di rumah tangga dan lingkungan untuk membantu
wanita menciptakan atau membuat lingkungan sehat bagi keluarganya dan
komunitas yang pada dasarnya bertujuan untuk mencegah penyakit.

 Penerapan Teori Florence Nightingale Dalam Keperawatan :


Teori Evironmental Nightingale dicetuskan oleh Florence Nightingale “Ibu
dari keperawatan modern”. Meletakkan keperawatan menjadi sesuatu yang sakral
untuk dipenuhi oleh seorang wanita. Konsep utama bagi kesehatan adalah
ventilasi kehangatan, cahaya, diet, kebersihan, dan ketenangan. Kesehatan adalah
usaha untuk menjaga agar tetap sehat sebagai upaya menghindari penyakit yang
berasal dari factor kesehatan lingkungan. Wabah penyakit adalah proses
penyebaran secara alami karena adanya sesuatu yang kurang diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai