Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1987, penyakit HIV/AIDS


tersebar di 407 (80 %) dari 507 kabupaten/kota diseluruh provinsi di Indonesia.
Provinsi pertama kali di temukan adanya HIV/AIDS adalah provinsi Bali,
sedangkan yang terakhir melaporkan adalah provinsi Sulawesi Barat pada tahun
2012. Jumlah penderita HIV/AIDS dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
dari tahun 2011 tercatat (21.031 orang), tahun 2012 tercatat (21.511 orang), tahun
2013 (29.037 orang), tahun 2014 (32.711 orang), tahun 2015 (30.935 orang), tahun
2016 (41.250 orang), hingga pertengahan tahun 2017 tercatat 242.699 orang.
(Kemenkes RI, 2017).

Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan


kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan
sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam
respon imun dan tanpa gejala nyata, hingga keadaan imunosupresi yang berkaitan
dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian (Padilla, 2012). Oleh
karena itu, asuhan keperawatan ini dibuat dengan harapan sebagai mahasiswa yang
nantinya akan menjadi tenaga kesehatan dapat peka terhadap masalah-masalah
penyakit yang terdapat dalam masyarakat terutama mengenai penyakit HIV/AIDS.
Dengan mengetahui penyebabnya, cara penularannya, gejala-gejala, serta cara
pencegahannya, kita dapat mengenal penyakit ini. Sehingga kita dapat mengurangi
penderita HIV/AIDS di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Bagaimnakah Konsep Dasar Medis dan Asuhan Keperawatan pada Kasus


HIV/AIDS berhubungan dengan Ketergantungan Obat?

1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Bagaimnakah Konsep Dasar Medis dan Asuhan


Keperawatan pada Kasus HIV/AIDS berhubungan dengan Ketergantungan
Obat?

2. Tujuan khusus
A. Konsep Dasar Medis HIV/AIDS
1. Untuk mengetahui defenisi HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui etiologi HIV/AIDS
3. Untuk mengetahui cara panularan HIV/AIDS
4. Untuk mengetahui patofisiologi Hipertensi
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik HIV/AIDS
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada HIV/AIDS
7. Untuk mengetahui komplikasi HIV/AIDS
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan HIV/AIDS
9. Untuk mengetahui pencegahan HIV/AIDS
B. Konsep Asuhan Keperawatan HIV/AIDS
1. Pengkajian
2. Penyimpangan KDM
3. Diagnosa
4. Intervensi Keperawatan
5. Implementasi
6. Evaluasi
D. Manfaat
1) Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-
kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia
pendidikan. 
2) Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan
pada Kasus HIV/AIDS berhubungan dengan Ketergantungan Obat

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi HIV/AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus yang dapat menyebabkan


AIDS dengan cara cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga
dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Setelah beberapa tahun jumlah
virus semakin bnyak sehingga system kekebalan tubuh tidak lagi mampu melawan
penyakit yang masuk. Virus HIV menyerang CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat di perlukan untuk system kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung.dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia karen pilek
biasa[ CITATION hus14 \l 1057 ]

AIDS ( Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai


gejala penyakit akibat turunya kekebalan tubuh individu akibat HIV. Ketika
individu sudah tidak lagi memiliki sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit
dapat dengan mudah masuk kedalam tubuh karena sistem kekebalan tubuhnya
menjadi sangat lemah penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi sangat
berbahaya [ CITATION hus14 \l 1057 ]

AIDS adalah sekumpulan gejala yang menujukkan kelemahan atau


kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar (bukan dibawa sejak
lahir) dan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun tanpa dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan
berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan
kelainan malignitas yang jarang terjadi [ CITATION pad12 \l 1057 ].

Istilah HIV/AIDS adalah orang yang baru terpapar HIV belum tentu
menderita AIDS hanya saja lama kelamaan sistem kekebalan tubuhnya makin lama
semakin lemah, sehingga semua penyakit dapat masuk ke dalam tubuh. Pada
tahapan itulah penderita disebut sudah terkena AIDS.[ CITATION hus14 \l 1057 ]

3
B. Etiologi

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human


immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi
retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV2 dianggap sebagai virus kurang
pathogen dibandingkan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut
HIV [ CITATION pad12 \l 1057 ].

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang disebut
HIV dari kelompok virus yang dikenal retrovirus yang disebut Lympadenopathy
Associated Virus (LAV) atau Human T-cell Leukemia virus. Retrovirus mengubah
asam rebonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribunokleat (DNA) setelah masuk
kedalam sel penjamu [ CITATION Nur15 \l 1057 ].

Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:

1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada
gejala
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes
illness.
3. Infeksi asimtomatik, lamanya 1-15 lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat tengah
malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, resah, limfadenopati,
lesi mulut.
5. AIDS lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologis.
C. Cara Penularan
Menurut Padila, 2012; AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk
bayi, pria maupun wanita dan penularan virus dapat ditularkan melalui:
1. Lelaki homoseksual atau biseks
2. Orang yang ketagihan obat intravena

4
3. Hubungan seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tampa kondom)
dengan orang yang telah terinfeksi HIV
4. Jarum suntik/tindik/tato yang tidak steril dan pakain yang bergantian
5. Mendapatkan transfusi darah yang mengandung virus HIV
6. Ibu penderita HIV positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat
melahirkan atau melalui air susu ibu (ASI).
D. Patofisiologi HIV/AIDS

Menginfeksi limfosit T4 dan monosit. Partikel -2 HIV bebas yang dilepas


dari sel yang terinfeksi dapat berikat dengan sel lain yang tidak terinfeksi. Segera
setelah masuk kedalam sel, enzim dalam kompleks nucleoprotein menjadi aktif dan
dimulailah siklus reproduksi.

Limposit T, monosit/makrofag adalah sel pertama yang terinfeksi. Besar


kemungkinan bahwa sel dendritik berperan dalam penyebaran HIV dalam jaringan
limfoid. Fungsi sel dendritik menangkap antegen dalam epitel lalu masuk melalui
kontak antar sel. Dalam beberapa hari jumlah virus dalam kelenjar berlipat
mengakibatkan viremia. Pada saat itu jumlah virus dalam darah terinfeksi akut.

Viremia menyebabkan virus menyebar diseluruh tubuh dan menginfeksi sel


T, monosit, maupun makrofag dalam jaringan limfoid perifer. Sistem immune
spesif akan berupaya mengendalikan infeksi yang nampak dari menurunya kadar
viremia. Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening
dan limfa merupkan tempat refikasi virus dan destruksi jaringan secara terus
menerus, fase laten. Distraksi sel T dalam jaringan limfoid terus berlangsung
sehingga jumlah sel T makin lama semakin menurun( jumlah sel T dalam jaringan
limfoid 90% dari jumlah sel seluruh tubuh ) selama masa kronik progresif, respon
imun terhadap infeksi lain akan merangsang produksi HIV dan mempercepat
destruksi sel T, selanjutnya penyakit bertambah progresif dan mencapai fase letal
yang disebut AIDS. Viremis meningkat drastis kerena adanya replikasi virus
dibagian lain dalam tubuh meningkat pasien menderita infeksi oportunistik,
cacheksia, keganasan dan degenerasi susunan saraf pusat. Kehilangan limfosit TH
menyebabkan pasien peka terhadap berbagai jenis infeksi dan menujukkan respons

5
immune yang terinfeksi terhadap virus onkogenetik. Masa diperkirakan bervariasi
2-5 tahun. [ CITATION Mcl12 \l 1057 ].

E. Manifestasi klinik [ CITATION Mcl12 \l 1033 ]


1. Batuk-batuk,
2. Demam
3. Nafsu makan menurun,
4. Mual, muntah
5. Kandidiasis oral- infeksi jamur
6. Bercak putih dalam rongga mulut, jika tidak diobati dapat ke esophagus dan
lambung
7. Penurunan berat badan
F. Pemeriksaan penunjang menurut [CITATION Placeholder1 \l 1033 ] :
1. Tes untuk diangnosa infeksi HIV:
a) Mendeteksi antigen virus dengan PCR(polymerase chain reaction)
b) Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan ssesudah infeksi
c) Hasil fositif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blot
d) Serologis : skrening HIV dengan ELISA ,tes western blot,limfosit T
e) Pemeriksaan darah rutin
f) Pemeriksaan neurologist
g) Tes fungsi paru, broskoscopi
2. Tes untuk deteksi ganggsuan system imun
a) Hematokrit
b) LED
c) Serum mikroglobulin B2
d) Hemoglobin
G. Komplikasi

1. Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyerang seluruh
tubuh, tetapi paling sering menyerang paru. Pada orang sehat, kuman TB dapat
saja berada di dalam tubuh namun tidak menyebabkan penyakit. Namun,

6
berbeda pada penderita HIV, terutama HIV/AIDS yang memiliki sistem
kekebalan tubuh rendah.Pada penderita HIV yang memiliki kuman TB, mereka
berisiko sepuluh kali untuk terkena penyakit TB, terutama pada penderita
HIV/AIDS yang memiliki sel kekebalan tubuh CD4 di bawah 200. Terlebih lagi,
terlepas dari jumlah sel CD4, jika penderita HIV terinfeksi TB berarti sudah
pada tahap HIV/AIDS. Di dunia, TB merupakan penyebab utama kematian
penderita HIV.
2. MAC (Mycobacterium Avium Complex)
MAC adalah kuman bakteri yang berhubungan dengan TB. Kuman
MAC sering berada pada makanan, air dan tanah. Hampir semua orang
memiliki kuman MAC pada tubuh mereka. Namun, jika sistem kekebalan tubuh
Anda kuat, MAC tidak akan memberikan masalah.MAC biasanya menyebabkan
penyakit infeksi serius ketika HIV/AIDS sudah mencapai angka CD4 di bawah
50. Infeksi dapat menjadi serius seperti infeksi darah atau sepsis, hepatitis, dan
pneumonia.
3. Pneumocystis Pneumonia
Pneumocystis Pneumonia (PCP) adalah infeksi serius yang menyebabkan
peradangan dan akumulasi cairan di paru-paru. Penyebab PCP adalah infeksi
jamur Pneumocystis jiroveci yang tersebar melalui udara. Jamur ini sangat
umum dan biasanya orang akan berhasil melawan infeksi ini pada usia 3 atau 4
tahun. Sistem kekebalan tubuh yang baik dapat mengendalikan infeksi
ini.Sebaliknya pada penderita HIV/AIDS, infeksi ini dapat membuat penyakit
serius. Hampir 75% penderita HIV terinfeksi PCP. Penderita HIV/AIDS dengan
jumlah CD4 di bawah 200 lebih sering terinfeksi PCP.

4. CMV (Cytomegalovirus)
CMV adalah virus yang umum dan berhubungan dengan virus herpes
yang memberikan penyakit herpes oral (pada mulut). Pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang baik, tidak masalah dengan virus ini. Hampir 8 dari 10
orang memiliki virus ini pada tubuh mereka saat berusia 40 tahun.Pada
penderita HIV/AIDS, CMV dapat menyebabkan infeksi serius terutama jika
jumlah CD4 di bawah 100. Penderita dapat terinfeksi CMV melalui mata,

7
hidung, atau mulut setelah kontak dengan air liur, sperma, cairan vagina, darah,
urine, dan air susu ibu penderita. Penderita dapat mengalami infeksi mata serius
yang disebut retinitis dan berujung pada kebutaan.
5. Infeksi Oportunistik
Infeksi oportunistik adalah infeksi serius yang terjadi pada sistem
kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita HIV. Sebaliknya, infeksi
ini tidak menimbulkan masalah pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang sehat. Biasanya infeksi oportunistik baru menyerang penderita HIV ketika
sudah menjadi HIV/AIDS atau sel CD4 di bawah 200.Hampir semua penyakit
infeksi dapat menjadi infeksi oportunistik, seperti candidiasis, Cryptococcus
neoformans, Herpes simplex,  Toxoplasmosis, dan lainnya. Pada wanita, lebih
sering terjadi infeksi bakteri pneumonia dan herpes dan dapat menimbulkan
kanker pada sistem reproduksi.
6. Lipodistrofi
Lipodistrofi atau redistribusi lemak adalah masalah pada tubuh dalam
membuat, menggunakan dan menyimpan lemak. Hampir sepertiga hingga
setengah penderita HIV mengalami lipodistrofi. Angka kejadian makin
meningkat akibat penggunaan obat HIV, yaitu ART (antiretroviral therapy).
Lipodistrofi pada penderita HIV lebih mungkin terjadi pada penderita HIV yang
parah dan sudah lama.Pada pria, lebih sering terjadi kehilangan lemak
(lipoartrofi) terutama pada tangan dan kaki, wajah, dan bokong. Pada wanita,
lebih sering terjadi penumpukan lemak (lipohipertofi) khususnya pada perut,
dada, serta belakang leher dan bahu. Penderita juga dapat mengalami
pertumbuhan lemak (tumor jinak) seperti lipoma.
7. Kanker
Penderita HIV/AIDS juga rentan menjadi kanker, terutama kanker Non-
Hodgkin’s lymphoma (NHL) dan Kaposi’s sarkoma (KS). NHL adalah kanker
sel darah putih limfosit yang dimulai pada sistem kelenjar getah bening.
Sehingga sel kanker mudah menyebar ke organ lain seperti hati, tulang, otak,
perut, dan lainnya. Pasien HIV yang memiliki jumlah CD4 tinggi dan belum
menjadi AIDS juga dapat menderita kanker NHL.KS adalah kanker dengan
pembuluh darah kecil baru tumbuh di bawah kulit dan dalam membran mulut,

8
hidung, mata dan anus. Kanker ini dapat menyebar hingga ke paru-paru, hati,
perut, usus, dan kelenjar getah bening. Pria memiliki risiko delapan kali lebih
besar untuk terkena kanker KS.
8. Sindrom Wasting pada AIDS
Sindrom wasting pada AIDS bukanlah suatu penyakit khusus. Sindrom
wasting terjadi pada penderita yang kehilangan bobot tubuhnya sebanyak 10%,
terutama massa otot. Penderita juga mengalami diare minimal selama 1 bulan,
kelemahan yang ekstrem, serta demam yang tidak berhubungan dengan
infeksi.Sindrom ini membuat penderita lebih mudah terkena infeksi
oportunistik, demensia, dan bahkan kematian. Bahkan kehilangan bobot tubuh
hanya 5% sudah meningkatkan risiko sebanyak dua kali lipat.
H. Pengobatan/ Penatalaksaan (Agung Nugroho, 2014)
1. Pengobatan suportif
a. Pemberian nutrisi yang baik
b. Pemberian multivitamin
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi oportunistik, dapat digunakan antibiotik kotrimoksazol.
4. Pemberian ARV (Antiretroviral). (Widoyono) ARV dapat diberikan saat
pasien sudah siap terhadap kepatuhan berobat seumur hidup. Pedoman
Terapi ARV (Gulick RM)
a. Jangan gunakan obat tunggal atau 2 obat
b. Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV yang sebut HAART (Highly
Ative Anti Retroviral Theraphy).
Kombinasi ARV ini pertama pasien naive ( belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan: 2 NRTI (nucleoside atau
nucleotidereverse transcriptase inhibitor) .
I. Pencegahan
Secara umum, ada 5 cara pokok untuk mencegah penularan HIV (A, B, C, D, E),
yaitu :
A : Abstinence ; memilih untuk tidak melakukan hubungan seks berisiko tinggi,
terutama seks pranikah.
B : Be Faithful ; saling setia.

9
C : Condom ; Menggunakan kondom secara konsisten dan benar.
D : Drugs ; Tolak penggunaan NAPZA.
E : Equipment ; Jangan pakai jarum suntik bersama

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian[CITATION Placeholder1 \l 1033 ]


1. Aktivitas istirahat
Gejala : Mudah lelah, berkurangnya aktivitas pada pagi hari, rasa tidak enak,
perubahan pola tidur.
Tanda : kelemahan otot, menurunnya massa otot respon fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan TD, frekuensi jantung, dan pernafasan.
2. Sirkulasi
Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama pada cedera
(jarang terjadi)
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume nadi, sinosis;
memperpanjang kapiler
3. Integritas ego
Gejala :
a) Factor stress yang berhubungan dengan kurang, salah ; dukungan keluarga,
hubungan dengan orang lain
b) Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stress spiritual
c) Mengkuatirkan penampilan : alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB
d) Mengingkari diagnose, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa
bersalah, kehilngan control diri dan depresi.
Tanda :
Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, dan ontak mata berkurang, gagal memepati janji, atau
bnyak janji.
4. Eliminasi
Gejala : Diare yang intermitten, terus menerus sering dengan atau tanpa balasan
kram perut, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi

10
Tanda : Kotoran dengan atau tanpa istirahat mukus, diare pekat yang kering,
nyeri tekan perut lesi atau abses dubur, pribadi perubahan dalam jumlah , warna
dan karakteristik urin.
5. Makanan/ cairan
Gejala :
a) Anoreksia, perubahan dalam kemampuan lanjut makanan / mual / muntah
b) Disflagia, nyeri retrostenal saat menghabiskan penurunan berat badan :
perawatan kurus, menurunnya gemuk subkutan/ mass otot, turgor kulit
buruk, lesi pada rongga mulut, keberadaan selaputya putih dan perubahan
warna
c) Kesehatan gigi / gusi yang buruk, keberadaan gigi yang tanggal
d) Edema, (umum, dependen)
6. Hygiene
Gejala : tidak bisa selesai aktivitas
Tanda : memperthatikan penampilaan yang kurang rapi, kekurangan dalam
banyak atau perawatan dirim, aktivitas perawatan diri.
7. Neurosensory
Gejala :
a) Mendorong, pening/ sakit kepala, perubahan status mental.kehilangan
ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu
mengingat dan konsentrasi menurun, kerusakan kesenangan atau indera
posisi dan getaran
b) Kelemahan otot, getaran dan perubahan ketajaman penglihatan
c) Kebas, kesemutan pada ekstremitas ( kaki tampak menunjukkan perubahan
paling awal.
Tanda :
a) Perubahan status mental dan rentang kacau mental sampai dimensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kesadaraan menurun, apatis, retardasi
psikomotor/ respon
b) Deanoid, asietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realitis
c) Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gayaa berjalan
ataksia

11
d) Tremor pada motoric kasar/ baik, menurunnya motoric
e) Vokal : hemi paresis; kejang, hemoragiretina dan eksudat

8. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
a) Nyeri umum atau local, sakit rasa terbakar pada kaki
b) Nyeri dada, pleuritis

Tanda : Pembengkakakn pada sendi, nyeri pada pinggang,nyeri tekan,


penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan /pincang gerak otot
menyimpang pada bagian yang sakit.

9. Pernafasan
Gejala :
a) Batuk sampai parah, produktif/non produktif dahak (tanda awal dari
keberadaan PCP mungkin batuk hebat saat nafas dalam)
b) Bendungan atau sempit dada

Tanda :

a) Takipnea,distres pernafasan
b) Perubahan pada bunyi/nafas adventisius
c) Sputum : kuning (pada pneumonia yang menghasilkan dahak )
10. Keamanan
Gejala :
a) Riwayat jatuh, terbakar, pingsan ,luka, yang lambat proses
penyembuhannya
b) Riwayat persiapan transfuse darah yang sering atau berulang-ulang (salah
:hemofilia, operasivaskuler insiden traumatis)
c) Riwayat penyakit difisiensi imun
d) Riwayat /berulangnya infeksi dengan phs
e) Demam berulang : suhu rendah, peningkatan suhu ,intermiten/ memuncak
berkeringat malam

Tanda :

12
a) Perubahan integritas kulit :terpotong , ruam salah, :
eczema,eksantem,psoriasis, perubahan warna/ ukuran mola: mudah terjadi
memar yang tidak dapat dibahas mengapa
b) Rectum luka-luka perianal atau abses
c) Timbulnya nodul-nodul,pelebaran sejauh limfe pada 2 daerah tubuh atau
lebih (mis : leher ,ketiak, paha }
d) Menurunnya kekuatan imun, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan
11. Seksualitas
Riwayat :
a) Riwayat perilaku beresiko tinggi yaitu diadakan hubungan seks dengan
pasangan yang positife HIV,pasangan seks multiple, aktivitas seksual yang
tidak terlindung, dan seks anal
b) Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks,
penggunaan kondom yang tidak konsisten

Tanda : Kehamilan atau resiko terhadap hamil

12. Genetalia : Manifestasi kulit (herpes kulit )


13. Interaksi Sosial
a) Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosa kurang kerabat/orang terdekat,
teman pendukung, rasa takut untuk mengungkapkan pada orang lain, takut
akan ditolak/kurang pendapatan
b) Isolasi kesepian, teman dekat, atau pasangan seks yang meninggal akibat
Aids
c) Mempertanyakan untuk tetap mandiri, mampu membuat rencana

Tanda :

a) perubahan pada interaksi keluarga/orang terdekat


b) aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan persiapan tujuan
14. Penyuluhan/Pembelajaran
a) Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan prilaku beresiko tinggi,
(mis : seks atau penggunaan obat-obatan iv)

13
b) Penggunaan /lanjut obat-obatan iv, saat ini merokok, penyalahgunaan
alcohol

15. Pertimbangan Rencana Pemulangan

Memerlukan bantuan keuangan ,obat-obatan/tindakan, perawataan kulit/luka,


peralatan/bahan : Transportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri,
prosedur perawatan teknis, tugas perawatan/ pemeliharaan rumah, perawatan
anak, perubahan fasilitas hidup.

14
B. Diagnosa Keperawatan [ CITATION Wil14 \l 1033 ] [CITATION Nur151 \l 1033 ]
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan
kulit merah, takipnea, kulit terasa hangat.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditandai dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, frekuensi napas berubah,
pola napas berubah.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan pola napas abnormal, pernapasasn cuping hidung, takipnea, penurunan
kapasitas vital, dispnea.
4. Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang ditandai dengan berat badan 20% atau lebih di bawah
rentang berat badan ideal, membran mukosa pucat, sariawan rongga mulut,
penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan triptofan ditandai
dengan fatique
6. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan klien bertanya-
tanya tentang penyakitnya.

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Nic Noc


Dx 1 Hipertermi Termoregulasi 1. Pantau suhu dan
tanda-tanda vital
Definisi : suhu Indikator :
lainnya
tubuh meningkat di
1. Peningkatan suhu 2. Monitor warna kulit
atas rentang normal
kulit dan suhu
2. Sakit kepala 3. Monitor asupan dan
3. Hipertermia keluaran, sadari
4. Dehidrasi perubahan

Skala : kehilangan cairan


yang tidak dirasakan
1. Berat
4. Tutup pasien dengan

15
2. Cukup berat selimut atau pakaian
3. Sedang ringan, tergantung
4. Ringan fase demam
5. Tidak ada 5. Beri obat atau cairan
IV (misalnya.,
antipiretik, agen
antibakteri, dan anti
mengigil)

Dx 2 Ketidakefektifan Status pernafasan : 1. Identifikasi


Bersihan jalan kepatenan jalan nafas kemampuan batuk
napas 2. Monitor bunyi napas
Indikator :
tambahan
Defenisi :
1. Frekuensi 3. Posisikan semi
Ketidakmampuann
pernafasan fowler atau fowler
untuk
2. Irama pernafasan 4. Jelaskan tujuan dan
membersihkan
3. Kedalaman prosedur batuk
sekret atau
inspirasi efektif
obstruksi saluran
4. Kemampuan untuk 5. Kolaborasi
nafas guna
mengeluarkan pemberian
mempertahankan
secret bronkodilator,
jalan nafas yang
5. Penggunaan bantu ekspektoran, dan
bersih
otot nafas mukolitik
6. Batuk
7. Akumulasi sputum

Skala :

1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada

16
Dx 3 Ketidakefektifan Status pernafasan 1. Monitor pola napas
pola nafas Indikator : 2. Monitor saturasi
Defenisi : inspirasi 1. Frekuensi oksigen
dan / ekspirasi pernafasan 3. Monitor hasil x-ray
yang tidak 2. Irama pernafasan thoraks
memberikan 3. Kedalaman 4. Atur interval
ventilasi adekuat pernafasan pemantauan
4. Suara aukultasi respirasi sesuai
nafas kondisi pasien
5. Kepatenan jala 5. Kolaborasi
nafas pemberian
6. Saturasi oksigen bronkodilator,
Skala : ekspektoran, dan
1. Deviasi berat dari mukolitik
kisaran normal
2. Devisiasi cukup
berat dari kisaran
normal
3. Deviasi sedang
dari kisaran
normal
4. Deviasi ringan
dari kisaran
normal
5. Tidak ada deviasi
dari kisaran
normal

Dx 4 Ketidakseimbangan Status nutrisi 1. Identifikasi status


nutrisi kurang dari Indikator : nutrisi
kebutuhan tubuh 1. Asupan gizi 2. Monitor adanya mual

17
Defenisi : Asuhan 2. Asupan makanan dan muntah
nutrisi tidak cukup 3. Asupan cairan 3. Monitor berat badan
untuk memenuhi 4. Energi 4. Monitor hasil
kebutuhan 5. Rasio berat pemeriksaan
metabolic badan/tinggi badan laboratorium
Skala : (albumin, limfosit,
1. Sangat elektrolit serum)
menyimpan dari 5. Lakukan oral
rentang normal hygiene sebelum
2. Banyak makan
menyimpan dari 6. Kolaborasi
rentang normal pemberian ahli gizi
3. Cukup menyimpan untuk menentukan
dari rentang jumlah kalori dan
normal jenis nutrient yang
4. Sedikit dibutuhkan
menyimpan dari
rentang normal
5. Tidak menyimpan
dari rentang
normal
Dx 5 Intoleransi aktivitas Toleransi terhadap 1. Bantu klien untuk
Defenisi: aktifitas mengidentifikasi
ketidakcukupan Indicator : aktivitas yang
energi psikologi 1. Saturasi oksigen mampu dilakukan.
atau fisiologis ketika beraktifitas 2. Bantu untuk
untuk melanjutkan 2. Frekuensi nadi memilih aktifitas
atau menyelesaikan ketika beraktifitas konsisten yang
aktifitas kehidupan 3. Frekuensi sesuai dengan
sehari-hari yang pernafasan ketika kemampuan fisik,
harus atau yang beraktifitas psikologi dan sosial.
ingin dilakukan. 4. Kecepatan berjalan 3. Bantu pasien untuk
5. Jarak berjalan mengembangkan

18
6. Toleransi dalam motivasi diri dan
menaiki tangga penguatan.
7. Kekuatan tubuh 4. Monitor respon
bagian atas fisik, emosi, sosial
8. Kekuatan tubuh dan spiritual.
bagian bawah 5. Kolaborasi dengan
Skala : tenaga rehabilitasi
1. Sangat terganggu medik dalam
2. Banyak terganggu merencanakan
3. Cukup terganggu program terapi yang
4. Sedikit terganggu tepat.
5. Tidak terganggu 6. Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang
mampu dilakukan.
7. Bantu untuk
memilih aktifitas
konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial.
8. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan.
9. Monitor respon
fisik, emosi, sosial
dan spiritual.
10. Kolaborasi
dengan tenaga
rehabilitasi medik
dalam

19
merencanakan
program terapi yang
tepat.

Dx 6 Ansietas Tingkat kecemasan 1. Identifikasi saat


Defenisi : kondisi Indicator : tingkat ansietas
emosi dan 1. Tidak dapat berubah
penglaman beristrahat 2. Identifikasi
subjektif individu 2. Meremas-remas kemampuan
terhadap objek tangan mengambil
yang tidak jelas 3. Distress keputusan
dan spesifik akibat 4. Wajah tegang 3. Monitor tanda
antisipasi bahay 5. Tidak bias tanda ansietas
yang mengambil (verbal dan non
memungkinakan keputusan verbal)
individu 6. Kesulitan 4. Ciptakan suasana
melakukan berkonsentrasi terapeutik untuk
tiindakan untuk 7. Kesulitan dalam menumbuhkan
menghadapi penyelesaian kepercayaan
ancaman . masalah 5. Pahami situasi
8. Serangan panic yang membuat
9. Rasa takut yang ansietas
disampaikan 6. Dengarkan penuh
secara lisan perhatian
10. Rasa cemas 7. Gunakan
disampaikan pendekatan yang
secara lisan tenang dan
11. Peningkatan menyakinkan
frekuensi nadi 8. Jelaskan prosedur
12. Peningkatan termasuk sensasi
frekuensi yang mungkin d
pernafasan alami

20
13. Fatuque 9. Informasikan
14. Gangguan tidur secara faktual
15. Perubahan pola mengenai
makan diagnosis,
Skala : pengobatan, dan
1. Berat faknosis
2. Cukup Berat 10. Latih kegiatan
3. Sedang pengalihan untuk
4. Ringan mengurangi
5. Tidak ada ketegangan
11. Latih tehnik
relaksasi
12. Kolaborasi
pemberian obat
anti anssietas,jika
perlu

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,


mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

1. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan


kesimpulan perawat, dan bukan petujuk tenaga kesehatan lain.
2. Tindakajan kolaborsi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

E. Evaluasi Keperawatan

21
Evaluasi yang diharapkan dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan HIV/AIDS
adalah:

1. Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, respirasi)


2. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
3. Tidak ada penurunan kesadaran
4. Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea/ortopneu
5. Terbebas dari distensi vena jugular, reflek hepatojugular (+)
6. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
7. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol
cemas
8. Vital sign dalam batas normal
9. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan

BAB III

22
TINJAUAN KASUS

Tn. F umur 45 tahun masuk Rs dengan keluhan demam dialami sejak 1 bulan yang lalu,
deman naik turun, bertambah berat ketika menjelang sore hingga malam hari,klien
mengatakn batuk berdahak ±6 bulan yang lalu, klien mengeluh sering sesak, berkeringat
dingin pada malam hari, klien mengatakan lemas, klien mengatakan nafsu makan
berkurang dan BB menurun sejak 1 bulan yang lalu, disertai mual dan muntah, klien
mengatakan susah tidur, klien mengatakan pernah berubat TB Paru di Puskesmas
Angrgrek tapi hanya 3 bulan saja. Klien mengatakan dulu pernah berganti-ganti
pasangan ketika berhubungan intim dan mengkonsumsi obat terlarang menggunakan
jarum suntik serta minum alcohol.

Klien tampak lemah dengan tingkat kesadaran composmentis GCS 15, TD : 110/70
mmhg, S : 38,7 °C , HR : 88x/I, P : 28x/I, akral teraba hangat, klien tampak sesak, klien
tampak batuk disertai lendir, BB sebelum sakit 65kg, BB sekarang 45 kg, TB : 165 cm,
klien tampak kurus, turgor kulit kering,dan tampak tato dilengan dan punggung, bibir
tampak kering dan pecah-pecah, mata tampak cekung, sclera tampak icterus,
konjungtiva tampak anemis. WBC 22.000 g/dl, HB 9 g/dl, PLT 50.000 g/dl, CD4
76sel/MCL, HbsAg reaktif, Anti HIV reaktif, BTA (+).

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. F
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Makassar
Pekerjaan : Karyawan swasta
Tanggal masuk : 06 Mei 2019
Tanggal pengkajian : 07 Mei 2019
Diagnosa medis : TB paru lama aktif e.c Susp Imunodefisiensi
Sindrom
2. Identitas Penanggung Jawab :

23
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Alamat : Makassar
Hubungan dengan klien : Istri
3. Riwayat Penyakit :
a. Keluhan utama : Demam
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Tn. F mengatakan demam dialami sejak 1 bulan yang lalu, deman
naik turun, bertambah berat ketika menjelang sore hingga malam hari,
klien mengatakan batuk berdahak ±6 bulan yang lalu, klien mengeluh
sesak nafas, berkeringat dingin pada malam hari, klien mengatakan
lemas, klien mengatakan nafsu makan berkurang dan BB menurun sejak
1 bulan yang lalu, disertai mual dan muntah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Klien pernah dirawat dirumah sakit yang sama dengan Dyspepsia
dan klien mengatakan juga pernah berobat TB Paru di Puskesmas
Anggrek tapi hanya 3 bulan saja.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit
menular dan penyakit kronis lainnya.

4. Genogram

Keterangan :

67 X : Laki- laki
X 65

:
24 Perempuan

: Klien
35 32 37 25

30 35

3,9

Keterangan : Klien tinggal serumah dengan istri dan anaknya. Ayah klien
meninggal karena penyakit hipertensi.

5. Pengkajian Fisik :
a. Keadaan Umum : Lemah
Tingkat Kesadaran : Composmentis,
GCS : E4V5M6
TTV : BP : 110/70 mmHg
HR : 88x/i
RR : 28x/i
S : 39,7 °C
SpO2 : 88 %
Berat badan dan tinggi badan
Sebelum sakit : 65 kg
Selama sakit : 45 kg
Tinggi Badan : 165 cm

b. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simestris, rambut ikal dan hitam. Kulit
kepala kering.
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

c. Mata

25
Inspeksi : Mata tampak cekung, Sklera tampak ikterus, konjuntiva
tampak anemis, klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan, fungsi penglihatan normal.
Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

d. Hidung
Inspeksi : Hidung tampak simetris
Tampak napas cuping hidung
Tampak menggunakan oksigen NRM 10 LPM

Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan

e. Mulut
Inspeksi : Gigi tampak kuning, lidah tampak kotor, bibir tampak
kering dan pecah-pecah, tampak ada sariawan di gusi dan
bibir
Palpasi : Nyeri tekan pada area sariawan

f. Leher
Inspeksi : Ada pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : Nyeri tekan pada leher

g. Thoraks (Paru-paru)
Inspeksi : Dada simetris, tidak ada luka
RR 28x/i
Tampak retraksi dinding dada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bunyi napas Ronchi
Perkusi : Batas paru-paru normal

h. Thoraks (Jantung)
Inspeksi : Ictus kordis terlihat
Palpasi : Ictus kordis teraba

26
Auskultasi : S1 dan S2 reguler
Perkusi : Batas jantung normal

i. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bising usus 12x/i
Perkusi : Timpani

j. Genitalia : Tidak dilakukan pengkajian


Terpasang Kateter Urine

k. Ekstremitas
Inspeksi : Terdapat Tato pada kedua lengan sampai ke punggung
Terpasang Infus RL 20 tpm di tangan kanan
Kekuatan otot :

4 4

4 4

Keterangan :

0 : Tidak mampu bergerak sama sekali

1 : Hanya mampu menggerakkan ujung ekstremitas

2 : Hanya mampu menggeser sedikit

3 : Mampu menggangkat tangan dengan bantuan, saat bantuan


dilepaskan tangan ikut jatuh

4 : Kekuatan otot sedikit berkurang mampu melawan gravitasi sesaat lalu


jatuh

27
5 : kekuatan otot utuh dan mampu melawan gravitasi

6. Pemeriksaan Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium (06 Mei 2019)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


WBC 22.0 4.00-10.0 103/µL
RBC 3.55 4.00-6.00 106/µL
HGB 9 12.0-16.0 gr/dl
HCT 37 37.0-48.0 %
MCV 80 80.0-97.0 fL
MCH 29 26.5-33.5 pg
MCHC 34 31.5-35.0 gr/dl
PLT 50 150-400 103/µL
Natrium 136 136-145 mmol/l
Kalium 3.6 3.5-5.1 mmol/l
Klorida 105 97-111 mmol/l
CD4 76 470-1298 µL
GDS 120 140 mg/dl
Ureum 26 10-50 mg/dl
Kreatinin 0.84 L(<1.3); mg/dl
P(<1.1)
Bilirubin Total 5.38 Dewasa (<1.1) mg/dl
Neonatus
(<11.0)
Bilirubin Direk 4.17 Dewasa (<0.30) mg/dl
Neonatus (<3.0)
SGOT 125 <38 U/L
SGPT 308 <41 U/L
Albumin 2.1 3.5-5.0 gr/dl
HBs Ag (Elisa) Reactive Non Reactive COI
Anti HCV (Elisa) Reactive Non Reactive COI
Jenis Spesimen Sputum
Pewarnaan BTA 1 Positif Negatif -
Pewarnaan BTA 2 Positif Negatif -
Pewarnaan BTA 3 Positif Negatif -
Spesimen Dahak
Deteksi Terdeteksi Tidak
Mycobacterium banyak Terdeteksi
Tuberculosa

b. Pemeriksaan Penunjang

28
1) Hasil Foto Thorax : (06 Mei 2019)
Kesan : TB paru lama aktif
2) Hasil EKG : (06 Mei 2019)
Kesan : Normal / Sinus Rhytem

7. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS : KTO narkoba suntik Hipertermi
1. Klien mengatakan ↓
demam Pemakaian secara
2. Klien mengatakan bergantian
demam dialami sejak 1 ↓
bulan yang lalu, deman Jarum suntik tidak steril
naik turun, bertambah ↓
berat ketika menjelang Masuknya HIV
sore hingga malam hari. ↓
3. Klien berkeringat dingin HIV/AIDS
pada malam hari ↓
4. Klien mengatakan Sel darah putih
mulutnya ada sariawan di meningkat
gusi dan bibir ↓
DO : Penurunan system /
1. KU : Lemah penyerapan sel T
2. Kesadaran : ↓
Composmentis, GCS 15, Proses inflamasi
3. Tanda-tanda vital ↓
TD : 110/70 mmHg Pengeluaran
RR : 28x/i prostaglandin
HR : 88x/i ↓
S : 39,7 °C Peningkatan kerja
4. Mulut : Lidah tampak termoregulator
kotor, bibir kering dan ↓

29
pecah-pecah, tampak Peningkatan suhu tubuh
banyak sariawan di gusi ↓
dan bibir, nyeri tekan Hipertermi
pada area sariawan
5. Leher : Ada pembesaran
kelenjar getah bening,
nyeri tekan pada leher
6. WBC : 22.000
7. CD4 : 76
8. SGOT : 125
9. SGPT : 308
10. HBsAg : Reaktif
11. Anti HCV : Reaktif

2 DS : KTO narkoba suntik Ketidakefektifan


1. Klien mengatakan batuk ↓ bersihan jalan
berdahak ±6 bulan yang Pemakaian secara napas
lalu bergantian
2. Klien mengatakan ↓
berkeringat dingin pada Jarum suntik tidak steril
malam hari ↓
DO : Masuknya HIV
1. Klien tampak batuk ↓
disertai lendir HIV/AIDS
2. Bunyi napas Ronchi ↓
3. Tanda-tanda vital Sel darah putih
TD : 110/70 mmHg meningkat
RR : 28x/i ↓
HR : 88x/i Penurunan system /
S : 39,7 °C penyerapan sel T
4. Sputum BTA 3x : Positif ↓
5. Deteksi bakteri TB : Masuknya

30
Terdeteksi banyak mycobacterium
6. Hasil foto Thorax : tuberculosa
Kesan : TB paru lama ↓
aktif Inhalasi dropler

Menempel di paru

Terjadi kerusakan
membrane alveolar

Terjadi penumpukan
sputum berlebih

3 DS : KTO narkoba suntik Ketidakefektifan


1. Klien mengeluh sesak ↓ pola napas
2. Klien mengatakan Pemakaian secara
berkeringat dingin pada bergantian
malam hari ↓
DO Jarum suntik tidak steril
1. Klien tampak sesak ↓
2. Tampak napas cuping Masuknya HIV
hidung ↓
3. Terpasang oksigen via HIV/AIDS
NRM 11 LPM ↓
4. Tampak retraksi dinding Sel darah putih
dada meningkat
5. Bunyi napas Ronchi ↓
6. RR : 28 x/i Penurunan system /
7. SpO2 : 88 % penyerapan sel T

Masuknya
mycobacterium
tuberculosa

31

Fibrosis

Timbulnya jaringan
parut

Alveolus tidak kembali
saat ekspirasi

Sesak

4 DS Masuknya HIV Keseimbangan


1. Klien mengatakan ↓ Nutrisi kurang dari
lemas HIV/AIDS kebutuhan tubuh
2. Klien mengatakan ↓
nafsu makan Sel darah putih
berkurang meningkat
3. Klien mengatakan BB ↓
menurun sejak 1 bulan Penurunan system /
yang lalu penyerapan sel T
4. Klien mengeluh mual ↓
dan muntah Proses inflamasi

DO Memicu pembentukan
5. Klien tampak lemas serotonin
6. Klien tampak kurus ↓
7. Klien tampak mual Merangsang
muntah melanocortin di
8. Mata : mata tampak hipotalamus
cekung, sclera ikterus, ↓
konjungtiva Nampak Anoreksia
anemis. ↓
9. Mulut : Lidah tampak Asupan nutrisi kurang

32
kotor, bibir kering dan ↓
pecah-pecah, tampak Berat badan menurun
banyak sariawan di
gusi dan bibir, nyeri
tekan pada area
sariawan
10. Antropometri
Sebelum sakit : 65 kg
(IMT : 20,31 / Ideal)
Selama sakit : 45 kg
(IMT : 14,06/ Kurus)
Tinggi Badan :165
cm
11. Terpasang Infus RL
20 TPM
12. Hasil Lab :
RBC : 3.55, HGB : 9,
PLT : 50.000, Bil.
Total : 5,38, Bil
Direk : 4.17,
Albumin : 2.1

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan
kulit merah, takipnea, kulit terasa hangat.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditandai dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, frekuensi napas berubah,
pola napas berubah.
3. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan pola napas abnormal, pernapasasn cuping hidung, takipnea,
penurunan kapasitas vital, dispnea.

33
4. Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang ditandai dengan berat badan 20% atau lebih di bawah
rentang berat badan ideal, membran mukosa pucat, sariawan rongga mulut,
penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat

C. Intervensi Keperawatan

No DIAGNOSA NOC NIC


1 Hipertermia Setelah dilakukan 1. Pantau suhu dan tanda-
berhubungan tindakan Asuhan tanda vital lainnya
dengan proses Keperawatan selama 2. Monitor warna kulit dan
penyakit 3x24 jam diharapkan suhu
(infeksi) klien dapat 3. Monitor asupan dan
ditandai dengan mempertahankan suhu keluaran, sadari
kulit merah, tubuh dalam batas perubahan kehilangan
takipnea, kulit normal dengan skala cairan yang tidak
terasa hangat. target outcome dirasakan
dipertahankan, pada 4. Tutup pasien dengan
skala 4 dan selimut atau pakaian
ditingkatkan ke skala 5 ringan, tergantung fase
dengan kriteria demam
indikator : 5. Beri obat atau cairan IV
1) Peningkatan (misalnya., antipiretik,
suhu kulit agen antibakteri, dan anti
2) sakit kepala mengigil)
3) hipertemia
4) dehidrasi

2 Ketidakefektifa Setelah dilakukan 1. Identifikasi kemampuan


n bersihan jalan tindakan Asuhan batuk
napas keperawatan selama 2. Monitor bunyi napas
berhubungan 3x24 jam diharapkan tambahan
dengan sekresi bersihan jalan napas 3. Posisikan semi fowler

34
yang tertahan klien efektif, dengan atau fowler
ditandai dengan skala target Outcome 4. Jelaskan tujuan dan
batuk tidak dipertahankan pada prosedur batuk efektif
efektif, tidak skala 4 dan 5. Kolaborasi pemberian
mampu batuk, ditingkatkan ke skala 5 bronkodilator,
sputum dengan kriteria ekspektoran, dan
berlebih, mengi, indikator : mukolitik
wheezing 1) Frekuensi
dan/atau ronkhi pernafasan
kering, 2) Irama
frekuensi napas pernafasan
berubah, pola 3) Kedalaman
napas berubah. inspirasi
4) Kemampuan
untuk
mengeluarkan
sekret
5) Penggunaan
oto bantu nafas
6) Batuk
7) Akumulasi
sputum
3 Ketidakefektifa Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas
n pola napas tindakan Asuhan 2. Monitor saturasi oksigen
berhubungan Keparawatan selama 3. Monitor hasil x-ray thoraks
dengan 3x24 jam diharapkan 4. Atur interval pemantauan
hiperventilasi pola nafas klien respirasi sesuai kondisi
ditandai dengan efektif, dengan skala pasien
pola napas tingkat target outcome 5. Kolaborasi pemberian
abnormal, dipertahankan pada bronkodilator,
pernapasasn skala 4 dan ekspektoran, dan
cuping hidung, ditingkatkan ke skala 5 mukolitik.
takipnea, dengan kriteria

35
penurunan indikator :
kapasitas vital, 1) Frekuensi
dispnea. pernfasan
2) Irama
pernafasan
3) Kedalaman
pernafaasan
4) Suara
auskultasi nafas
5) Kecepatan
jalan nafas
6) Saturasi
oksigen
4 Keseimbangan Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi
nutrisi kurang tindakan Asuhan 2. Monitor adanya mual dan
dari kebutuhan keperawatan selama muntah
tubuh 3x24 jam diharapkan 3. Monitor berat badan
berhubungan kebutuhan Nutrisi 4. Monitor hasil
dengan asupan klien dapat terpenuhi pemeriksaan laboratorium
diet kurang dengan skala target (albumin, limfosit,
ditandai dengan Autocome elektrolit serum)
berat badan dipertahankan pada 5. Lakukan oral hygiene
20% atau lebih skala 4 dan dilanjutkan sebelum makan
di bawah pada skala 5 dengan 6. Kolaborasi pemberian
rentang berat kriteria Indikator : ahli gizi untuk
badan ideal, 1) Asupan gizi menentukan jumlah kalori
membran 2) Asupan dan jenis nutrient yang
mukosa pucat, makanan dibutuhkan
sariawan rongga 3) Asupan cairan
mulut, 4) Energi
penurunan berat 5) Resiko berat
badan dengan badan/tinggi
asupan makan badan

36
adekuat

37
38
D. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


07-Mei- Hipertermia 1. Pantau suhu dan tanda-tanda vital S: - Klien mengatakan masih Kelp 1
2019 berhubungan lainnya demam
dengan proses Hasil : Tanda-tanda vital - Klien mengatakan masih
penyakit (infeksi) TD : 110/70 mmHg berkeringat dingin pada
ditandai dengan RR : 28x/i malam hari
kulit merah, HR : 88x/i - Klien mengatakan
takipnea, kulit S : 39,7 °C mulutnya masih ada
terasa hangat. SpO2 : 88 % sariawan di gusi dan bibir
2. Monitor warna kulit dan suhu O: - Suhu tubuh : 39,7
Hasil : Lidah tampak kotor, bibir kering °C
dan pecah-pecah, tampak banyak - WBC : 22.000
sariawan di gusi dan bibir, nyeri tekan - CD4 : 76
pada area sariawan - SGOT : 125
3. Monitor asupan dan keluaran, sadari - SGPT : 308
perubahan kehilangan cairan yang tidak - Lidah nampak kotor, bibir
dirasakan kering, nampak ada
Hasil : Terpasang RL 20 TPM, dan beberapa sariawan di gusi

39
IWL pasien 450 ml/24 jam (Total IWL dan bibir
10 % dari total BB) - Ada pembesaran kelenjar
4. Tutup pasien dengan selimut atau getah bening pada leher
pakaian ringan, tergantung fase demam A : Masalah belum teratasi
Hasil : Nampak pasien menggunakan P : Lanjutkan intervensi (1-5)
selimut
5. Beri obat atau cairan IV (misalnya.,
antipiretik, agen antibakteri, dan anti
mengigil)
Hasil : Diberikan obat Antipiretik
(Metamizole 1 ampul/8 jam/ Intravena)
dan terpasang cairan IVFD RL 20 TPM
07-Mei- Ketidakefektifan 1. Identifikasi kemampuan batuk S: - Klien mengatakan masih Kelompo
2019 bersihan jalan Hasil : Nampak pasien batuk berdahak batuk berdahak k1
napas berhubungan dialami sejak ± 6 bulan yang lalu O: - Nampak
dengan sekresi 2. Monitor bunyi napas tambahan berdahak
yang tertahan Hasil : Nampak bunyi Ronchi - Bunyi napas Ronchi
ditandai dengan 3. Posisikan semi fowler atau fowler - Sputum BTA3x : Positif
batuk tidak efektif, Hasil : Posisi pasien Nampak - Deteksi Mycobacterium
tidak mampu batuk, semifowler tuberculosa banyak
sputum berlebih, 4. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk - Foto thorax : TB paru

40
mengi, wheezing efektif lama aktif
dan/atau ronkhi Hasil : Nampak pasien masih susah A : Masalah belum teratasi
kering, frekuensi melakukan prosedur batuk efektif P : Lanjutkan intervensi (1-5)
napas berubah, pola 5. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
napas berubah. ekspektoran, dan mukolitik
Hasil : Nampak diberikan combivent
Nebulizer/8 jam/ inhalasi, N-ACE 200
mg/8jam/Oral
07-Mei- Ketidakefektifan 1. Monitor pola napas S: Klien mengatakan masih Kelompo
2019 pola napas Hasil : Takipneu (RR : 28 x/menit), sesak napas k1
berhubungan Nampak cuping hidung, dan retraksi O: - Takipneu (RR : 28
dengan dinding dada x/menit)
hiperventilasi 2. Monitor saturasi oksigen - SpO2 : 88 %
ditandai dengan Hasil : SpO2 88 % dan Nampak - Terpasang NRM 11 LPM
pola napas terpasang NRM 11 LPM - Foto thorax : TB paru
abnormal, 3. Monitor hasil x-ray thoraks lama aktif
pernapasasn cuping Hasil : Kesan foto thorax : TB paru A : Masalah belum teratasi
hidung, takipnea, lama aktif P : Lanjutkan intervensi (1-5)
penurunan 4. Atur interval pemantauan respirasi
kapasitas vital, sesuai kondisi pasien
dyspnea Hasil : Nampak Observasi di lakukan

41
per 4 jam dan dapat dilakukan
perubahan observasi sesuai dengan
kondisi pasien
5. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, dan mukolitik.
Hasil : Nampak diberikan combivent
Nebulizer/8 jam/ inhalasi, N-ACE 200
mg/8jam/Oral
07-Mei- Keseimbangan 1. Identifikasi status nutrisi S: - Klien mengatakan berat Kelompo
2019 nutrisi kurang dari Hasil : Antropometri badan turun sejak 1 bulan k 1
kebutuhan tubuh Sebelum sakit : 65 kg (IMT : 20,31 / yang lalu
berhubungan Ideal) - Klien mengatakan mual
dengan asupan diet Selama sakit : 45 kg (IMT : 14,06/ muntah setiap ada
kurang ditandai Kurus) makanan yang masuk
dengan berat badan Tinggi Badan : 165 cm O: - Klien nampak
20% atau lebih di 2. Monitor adanya mual dan muntah lemah
bawah rentang Hasil : Nampak pasien muntah setiap - Klien nampak kurus
berat badan ideal, masuk ada asupan makanan yang masuk - Terjadi penurunan BB 20
membran mukosa via oral kg sejak mulai sakit 1
pucat, sariawan 3. Monitor berat badan bulan yang lalu (IMT :
rongga mulut, Hasil : Terjadi penurunan BB sejak 14.06 / Kurus)

42
penurunan berat sakit 1 bulan yang lalu - Klien nampak muntah
badan dengan 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium setiap ada asupan nutrisi
asupan makan Hasil : RBC : 3.55, HGB : 9 PLT : oral yang masuk
adekuat 50.000, Bil. Total : 5,38, Bil Direk : - Lab : Albumin : 2,1, Na :
4.17, Albumin : 2.1, Natrium : 136, 136, K : 3,6, Klo : 105,
Kalium : 3,6, Klorida : 105 HGB : 9
5. Lakukan oral hygiene sebelum makan A : Masalah belum teratasi
Hasil : Pasien tidak nampak melakukan P : Lanjutkan intervensi (1-5)
oral hygiene, dikarenakan kondisinya
tidak memungkinkan
6. Kolaborasi pemberian ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Hasil : Telah dilakukan kerjasama
antara Tim Gizi (Dietisien, Spesialis
Gizi) untuk pemberian asupan nutsisi
pasien

43
BAB IV
PENUTUP
Setelah menguraikan pembahasan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Kasus
HIV/AIDS berhubungan dengan Ketergantungan Obat maka pada Bab ini kami dapat
menarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Dalam proses pangkajian keperawatan, pengkajian dilaksanakan secara


komprehenship mencakup biopsikososial dan spiritual sehingga masalah dapat
teridentifikasi secara menyeluruh sehingga tindakan keperawatan yang diberikan
menjadi efektif dan efisien.

2. Berdasarkan analisa Data, kami dapat menetapkan Diagnosa keperawatan pada


klien HIV AIDS berhubungan dengan ketergantungan obat adalah:

1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan


kulit merah, takipnea, kulit terasa hangat.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang
tertahan ditandai dengan batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering, frekuensi napas berubah,
pola napas berubah.
3) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan pola napas abnormal, pernapasasn cuping hidung, takipnea, penurunan
kapasitas vital, dispnea.
4) Keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan diet kurang ditandai dengan berat badan 20% atau lebih di bawah
rentang berat badan ideal, membran mukosa pucat, sariawan rongga mulut,
penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat

3. Dalam melaksanakan rencana keperawatan ditetapkan sesuai dengan masalah yang


ada dan diprioritaskan dari masalah yang aktual dan potensial.

44
B. Saran

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapatlah kami memberikan


saran kepada:

1. Tenaga keperawatan

Perawat sebagai anggota tim kesehatan yang paling banyak berhubungan


dengan pasien diharapkan terus meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan
sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan yang optimal kepada pasien
dengan memperhatikan prinsip-prinsip septik dan antiseptik untuk mencegah
terjadinya penularan.

2. Institusi

kepada pihak pendidikan hendaknya lebih meningkatkan ketrampilan dan


pengetahuan mahasiswa tentang perawatan pasien dengan HIV AIDS. baik
melalui proses perkuliahan, kegiatan laboratorium, maupun melelui pengadaan
buku-buku perpustakaan yang berkaitan dengan proses Asuhan keperawatan
khususnya perawatan HIV AIDS.

DAFTAR PUSTAKA

45
Husdianah, & Dewi, P. (2014). Virologi Mengenal Virus, Penyakit, Dan Pencegahannya.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Nurarif, H. A., & Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC NOC. Yogyakarta: Mediction Jogja.

Padilah. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rendy, M., & TH, M. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson, J. M. (2014). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.

46

Anda mungkin juga menyukai