Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENCEGAH


PENULARAN HIV/AIDS

DOSEN : EVA MAYASARI, M.KES

DISUSUN OLEH:

NINA ANDRIANA, NIM 210202064

PATRICILIANTY LEGIS, NIM 210202057

RIKA MEDIA ELONA, NIM 210202058

RITA YULIA, NIM 210202081

SISKA ANDRIANI, NIM 210202068

SITI AFRIDA, NIM 210202072

PROGRAM STUDI S-1 SKM


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-INSYIRAH
PEKANBARU
TAHUN AJARAN 2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar belakang...............................................................................................................................4
B. Rumusan masalah..........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
A. Definisi HIV/AIDS.........................................................................................................................5
B. Cara Penularan..............................................................................................................................6
C. Tanda dan Gejala pengidap HIV/AIDS.......................................................................................6
D. Upaya pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV / AIDS.....................................................7
E. Strategi Promosi Kesehatan Dalam Mencegah Penularan HIV / AIDS....................................8
BAB III.....................................................................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................................11
Kesimpulan..........................................................................................................................................11
Saran.....................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas kehendak-Nyalah makalah
ini dapat terselesaikan. Makalah ini membahas tentang HIV/AIDS yang merupakan penyakit
mematikan yang belum ada obatnya hingga sekarang. Dalam penyusunan makalah ini kami
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen, yang telah memberikan tugas ini,
kepada kami, sehingga pengetahuan kami bertambah mengenai penyakit HIV/AIDS.

Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan
tentang HIV / AIDS dan upaya strategi promosi kesehatan dalam pencegahan penularan
HIV/AIDS . Sehingga kita semua dapat terhindar dari penyakit berbahaya tersebut. Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempunaan tugas ini.Semoga
tugas ini bermanfaat bagi pembaca.  

Pekanbaru, November 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dewasa ini penyakit AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrom) telah menjadi


pandemik, yaitu telah menyebar keseluruh dunia dengan tingkat penyebaran yang sangat
mencemaskan. Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah kasus Human Immunodeficiency
Virus (HIV) pada 2021 sebanyak 36.902 kasus. Dari jumlah itu, mayoritas penderitanya
merupakan usia produktif. Penderita kasus HIV paling banyak berasal dari rentang usia 25-
49 tahun dengan persentase 69,7% pada 2021. Lalu disusul rentang usia 20-24 tahun sebesar
16,9% dan penderita HIV di atas 50 tahun sebesar 8,1%. Sementara itu, sebanyak 3,1%
penderita HIV berasal dari usia 15-19 tahun dan usia di bawah 4 tahun sebanyak 3,1% dan
1,4%. Kemudian, persentase terkecil penderita HIV yang dilaporkan terdapat pada usia 5-14
tahun sebesar 0,7%.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat utama untuk terbentuknya
tindakan seseorang, dalam mempromosikan bahwa kesehatan itu adalah penting.
Pengetahuan tentang bahaya virus HIV perlu dilakukan untuk menekan prevalensi
penderitanya melalui program promosi kesehatan. Promosi Kesehatan pada prinsipnya
merupakan upaya pemberdayaan masyarakat untuk tahu, mau dan mampu berperilaku hidup
bersih dan sehat. Banyak permasalahan kesehatan di Indonesia dapat dicegah melalui
kegiatan promosi kesehatan. Namun, proses perubahan perilaku di masyarakat tidaklah
mudah, maka perlu dikembangkan strategi komunikasi serta langkah-langkah yang dapat
mendukung upaya pemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan
sehat khususnya dalam hal ini terkait penyakit HIV/AIDS.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah makalah ini
adalah apa itu penyakit HIV/AIDS dan bagaimana strategi promosi kesehatan yang
diterapkan dalam menanggulanginya.

C. Tujuan

 Untuk mengetahui penyakit HIV/AIDS dari cara penularan, tanda atau gejala dan
cara pencegahannya
 Untuk mengetahui apa saja strategi promosi kesehatan untuk menekan prevalensi
penyakit HIV/AIDS.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi HIV/AIDS

HIV ( Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat menyebabkan


AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan materi genetiknya
ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro),
yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah,
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.

Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih
yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang
pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan  penyakit walaupun yang sangat ringan
sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat  berkembang
biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel
darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh
maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya
adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek dari
perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV membutuhkan
waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh
yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh
Virus HIV.

Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk menjadi
AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat menjadi AIDS
yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang dapat
menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

B. Cara Penularan

HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti
jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan  peralatan makan
dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban
yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
Cara penularan HIV  ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan
jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan
trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks vaginal dan
resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a) Transfusi darah yang tercemar HIV
b) Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c) Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama hamil,
saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.

C. Tanda dan Gejala pengidap HIV/AIDS

Gejala AIDS beraneka ragam dan tergantung pada manifestasi khusus penyakit
tersebut. Sebagai contoh, pasien AIDS dengan infeksi paru dapat mengalami demam dan
keluar keringat malam sementara pasien tumor kulit akan menderita lesi kulit. Gejala non
spesifik pada pasien AIDS mencakup rasa letih yang mencolok, pembengkakan kelenjar
leher, ketiak serta lipat paha, penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya dan diare
yang berlarut-larut.
Karena gejala-gejala yang belakangan ini dapat dijumpai pada banyak kondisi
lainnya, maka hanya kalau kondisi ini sudah disingkirkan dan gejala tersebut tetap ada,
barulah diagnosis AIDS di pertimbangkan, khususnya pada orang-orang yang bukan
termasuk kelompok resiko tinggi

Berikut Tanda dan Gejala klinis penderita AIDS :


1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati.

D. Upaya pencegahan dan Pengendalian Penyakit HIV / AIDS

Pencegahan dan penanggulangan infeksi HIV meliputi pencegahan transmisi seksual,


pencegahan transmisi nonseksual, pencegahan transmisi vertikal (ibu ke anak), serta
pencegahan pra dan pasca pajanan.
1. Pencegahan transmisi seksual dilakukan dengan ABCDE:

 Abstinence: tidak melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah
 Be faithful: setia dengan pasangan, hanya berhubungan seksual dengan pasangan
tetap yang diketahui tidak terinfeksi HIV
 Condom use: menggunakan kondom secara konsisten untuk hubungan seks
dengan pasangan yang telah terinfeksi HIV atau infeksi menular seksual
 Don’t use Drug: menghindari penyalahgunaan obat dan zat adiktif
 Education and Equipment: meningkatkan kemampuan pencegahan melalui
edukasi, termasuk menggunakan peralatan dan jarum suntik steril

2. Pencegahan Transmisi Nonseksual

Pencegahan transmisi nonseksual antara lain:

 Uji saring darah pendonor

 Pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan nonmedis yang melukai tubuh:
menggunakan peralatan steril, mematuhi standar prosedur operasional,
memperhatikan kewaspadaan umum (universal precaution)
 Pengurangan dampak buruk pada pengguna narkoba suntik: program layanan
alat suntik steril, konseling perubahan perilaku, dukungan psikososial, dan
mendorong pengguna khususnya pecandu obat untuk menjalani program terapi
rumatan

3. Pencegahan Transmisi Vertikal

Pencegahan transmisi vertikal dilakukan melalui:

 Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif: VCT antenatal


atau menjelang persalinan, terutama pada ibu hamil yang tinggal di daerah
dengan epidemi meluas atau memiliki keluhan infeksi menular seksual atau
tuberklosis (TB)
 Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV
positif

 Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke janin

 Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan


infeksi HIV beserta anak dan keluarganya

4. Pencegahan Transmisi HIV Pra-Pajanan


 Prifilaksis pra-pajanan HIV atau pre-exposure prophylaxis (PrEP) adalah
pemberian ARV profilaksis untuk mengurangi risiko terinfeksi HIV pada pasien
HIV negatif dengan perilaku berisiko tinggi. PrEP dapat memberikan proteksi
maksimal setelah 7 hari konsumsi rutin pada receptive anal sex, dan setelah 21
hari konsumsi rutin pada receptive vaginal sex atau pengguna narkoba suntik.
 Sebelum memulai terapi PrEP, perlu dilakukan tes HIV untuk memastikan
kondisi tidak terinfeksi HIV (HIV negatif). Regimen PrEP yang digunakan
yaitu tenofovir 300 mg dan emtricitabine 200 mg.

5. Pencegahan Transmisi HIV Pasca-Pajanan


 Pencegahan pasca pajanan atau post-exposure prophylaxis (PEP) adalah
pemberian terapi ARV dalam waktu singkat untuk mengurangi kemungkinan
terinfeksi HIV setelah terpapar ketika bekerja atau setelah kekerasan seksual.
PEP sebaiknya diberikan sesegera mungkin pada semua kejadian pajanan yang
berisiko, idealnya dalam waktu 72 jam setelah pajanan. Namun, jika orang yang
terpapar baru bisa mengakses layanan sesudah 72 jam, pemberian PEP tetap
dapat dipertimbangkan. PEP diberikan selama 28 hari.
 Pilihan obat PEP harus didasarkan pada regimen terapi ARV lini pertama yang
digunakan, juga mempertimbangkan kemungkinan resistensi ARV pada sumber
pajanan. Pilihan regimen nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI)
untuk PEP adalah tenofovir dengan emtricitabine atau lamivudin untuk remaja
dan dewasa.
 Pada anak usia kurang dari 10 tahun, direkomendasikan regimen PEP dengan
zidovudin dan lamivudin. Regimen alternatif lain yang dapat dipilih yaitu
abacavir dengan lamivudin atau tenofovir dengan lamivudin. Regimen lopinavir /
ritonavir juga dapat digunakan sebagai pilihan PEP alternatif lain untuk anak,
remaja dan dewasa.

E. Strategi Promosi Kesehatan Dalam Mencegah Penularan HIV / AIDS

Promosi kesehatan menurut WHO adalah proses mengupayakan individu-individu


dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan faktor-faktor
yang mempengaruhi kesehatan sehingga dapat meningkatkan kesehatannya. Salah satu
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip oleh
Notoadmojo adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan
sehingga menimbulkan kesadaran dan dapat dilakukan dengan pemberian promosi
kesehatan. Dimana pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang terdiri dari sejumlah
faktor dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun dari
pengalaman orang lain.
Strategi promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 4 hal, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut
membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam konteks
promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat keputusan
atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat, sehingga para
penjabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita inginkan.
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang- undang, peraturan pemerintah,
surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya. Kegiatan advokasi ini ada
bermacam-macam bentuk, baik secara formal maupun informal. Secara formal
misalnya, penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu atau usulan program
yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang terkait. Kegiatan
advokasi secara informal misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan
dengan program yang diusulkan, untuk secara informal meminta dukungan, baik
dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitaslain. Dari
uraian dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik
eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan
masalah kesehatan (sasaran tertier).
2. Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukunngan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal
maupun informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat,
sebagai jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan
dengan masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari
dukungan sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-
program kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi
terhadap program-program tersebut Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat
dikatakan sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif
terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan
pelatihan paratoma, seminar, lokakarya, bimbingan kepada toma, dan sebagainya.
Dengan demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah
para tokoh masyarakat di berbagai tingkat (sasaran sekunder).
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada masyarakat
langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi
promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan
berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya: koperasi, pelatihan-pelatihan
untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga (income generating skill).
Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga akan berdampak terhadap
kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka, misalnya: terbentuknya dana
sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya polindes, dan sebagainya. Kegiatan-
kegiatan semacam ini di masyrakat sering disebut gerakan masyarakat untuk
kesehatan. Dari uaraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan
masyarakat adalah masyarakat.
4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip kemitraan harus
ditegakkan. Kemitraan dikembangkan atara petugas kesehatan puskesmas dengan
sasarannya (para pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina
suasana dan advokasi. Di samping itu, kemitraan juga dikembangkan karena
kesadaran bahwa untuk meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, petugas
kesehatan puskesmas harus bekerjasama dengan berbagai pihak terkait, seperti
misalnya kelompok profesi, pemuka agama, LSM, media massa dan lainnya. Tiga
prinsip dasar kemitraan yang harus diperhatikan dan dipraktikkan adalah :
Kesetaraan, Keterbukaan, dan Saling menguntungkan.

Promosi kesehatan melibatkan berbagai sektor dan dukungan dari pemerintah.


Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan AIDS yakni:
 KIE (komunikasi informasi edukasi) atau memberikan penyuluhan-penyuluhan oleh
Pemerintah (Dinas Kesehatan, Puskesmas, RS, BKKBN, dll), penggiat/kader-kader
kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS,
yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-
poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan layanan masyarakat
di berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik. Penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan,
kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa
menimbulkan virus AIDS.
 Pendidikan kesehatan terkait HIV/AIDS melalui mata pelajaran sekolah / kampus
 Promosi kesehatan mengenai infeksi HIV/AIDS dilakukan kampanye penggunaan
kondom pada setiap hubungan seks berisiko,
 promosi kesehatan dengan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan tenaga non-
kesehatan yang dilatih melalui pelatihan, seminar, bimtek, workshop dan bentuk
latihan lainnya.
 Di era digitalisasi ini sangat efektif promosi kesehatan bagi tremaja dan dewasa
muda menggunakan media soasial seperti instagram, facebook, twitter, tiktok, dan
lain sebagainya.
 Masyarakat dapat turut berperan serta dalam upaya promosi kesehatan dengan
mempromosikan perilaku hidup sehat, meningkatkan ketahanan keluarga, serta
mencegah terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap orang terinfeksi HIV
maupun komunitas populasi kunci. Misalnya :
a. Warga Peduli AIDS (WPA) dan mendorong warga masyarakat yang berisiko
untuk memeriksakan diri ke pelayanan konseling dan tes HIV sukarela
(voluntary counseling and testing/VCT).
b. Peer Educator misalnya komunitas remaja sebaya yang dikembangkan
BKKBN yakni GENRE (Generasi Berencana
c. Komunitas setempat yang diajdikan agen perubahan (contoh komunitas waria)
d. Tokoh adat setempat agar dapat disesuaikan dengan budaya dan bahasa atau
kebiasaan masyarakat setempat
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penyakit AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrom) telah menjadi pandemik,


yaitu telah menyebar keseluruh dunia dengan tingkat penyebaran yang sangat mencemaskan.
Kementerian Kesehatan mencatat, jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada
2021 sebanyak 36.902 kasus. Dari jumlah itu, mayoritas penderitanya merupakan usia
produktif (25-49 tahun) dengan persentase 69,7% pada tahun 2021. Virus HIV ini dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga
dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan
dari gangguan  penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Diperlukan promosi
kesehatan untuk menekan prevalensi tersebut dengan berbagai strategi. Strategi promosi
kesehatan yang dapat dilakukan untuk mencegah meningkatnya angka kasus yakni KIE
(melalui penyuluhan, poster, iklan masyarakat di media massa dan eletronik), pendidikan
kesehatan, kampanye penggunaan kondom, seminar atau pelatihan, melibatkan masyarakat
misalnya WPA (Warga Peduli AIDS), Komunitas Remaja Sebaya GENRE, Agen
Perubahan, dan melibatkan tokoh adat setempat.

Saran
1. Promosi kesehatan masalah HIV/AIDS harap dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan
2. Diperlukan inovasi dalam melakukan promosi kesehatan sesuai dengan perkembangan
jaman agar berjalan secara efektif dan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Ariadne E,dkk.. 2017. Promosi Kesehatan Hiv-Aids Dan Stigma Terhadap Pengguna Narkoba
Suntik (Penasun) Di Kabupaten Sumedang. Jurnal Sosiohumaniora, Volume 19 No. 2 Juli
2017 : 129 – 140

Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit

Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga

Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; (2010).

Prawirohardjo,sarwono (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T.Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog Kedokteran.


Jakarta Barat: Binarupa Aksara

Takainginan C, dkk. 2016. Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat
Pengetahuan Remaja. Jurnal Ilmiah Bidan Vol 4 No.1

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan pencegahan dan pemberantasannya..


Jakarta: Erlangga Medical Series

Winarti, Y. 2016. Promosi Kesehatan Pencegahan Penularan Hiv/Aids Pada Mahasiswa


Keperawatan Melalui Peer Educator Di Samarinda. Yogyakarta: UGM

Anda mungkin juga menyukai