Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH IMUNOSEROLOGI

HIV DAN AIDS

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu


dari mata kuliah Imunoserologi 1

Dosen Pengampu :
Steven Arianto, S.Si, M.Biomed

Disusun oleh :
Dian Ayu Lestari
21032011

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


POLITEKNIK KESEHATAN HERMINA
T.A 2021-2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... 2
ABSTRAK ...................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 4
BAB 2 PENULARAN HIV/AIDS ................................................................. 6
A. Kelompok yang Mempunyai Resiko Tinggi Tertular AIDS ....................... 6
B. Cara Penularan ............................................................................................ 6
C. Respons Imunitas ........................................................................................ 8
KESIMPULAN ............................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11

2
ABSTRAK

Perkembangan penyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency


Virus/Acquired Immunodeficiency Syndromme) semakin berkembang pesat
dan merupakan salah satu rintangan terbesar saat ini meskipun telah dilakukan
berbagai upaya untuk mengendalikan dan mencegah penularannya. HIV
merupakan virus yang menyerang sel darah putih (limfosit) di dalam tubuh
manusia. Limfosit (sel darah putih) berfungsi untuk melawan bibit penyakit
yang masuk ke dalam tubuh. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dan
menyebabkan AIDS. AIDS merupakan berbagai macam kumpulan gejala dan
infeksi yang muncul akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia oleh
infeksi virus HIV.
Virus HIV hanya menyerang satu jenis sel yang ada di dalam tubuh manusia
yaitu sel T helper. Virus HIV yang telah berhasil masuk dalam tubuh pasien,
juga menginfeksi berbagai macam sel. Hingga saat ini, penyakit AIDS menjadi
tantangan untuk mengetahui bagaimana cara mengatasinya. Jumlah kasus
HIV positif di Indonesia yang dilaporkan dari tahun ketahun cenderung
meningkat dan pada tahun 2018 dilaporkan sebanyak 46.659 kasus.

Kata Kunci : HIV, AIDS, Respon Imun, Sel T helper

3
BAB 1
PENDAHULUAN

Perkembangan penyakit HIV/AIDS (Human Immunodeficiency


Virus/Acquired Immunodeficiency Syndromme) semakin berkembang pesat
dan merupakan salah satu rintangan terbesar saat ini meskipun telah dilakukan
berbagai upaya untuk mengendalikan dan mencegah penularannya. Penularan
dan perkembangan penyakit HIV/AIDS menjadi masalah yang sulit ditangani
pada negara-negara miskin dan berkembang, karena masyarakatnya masih
sibuk dengan masalah keterbelakangan pendidikan, ekonomi, serta akses
terhadap pelayanan kesehatan yang belum memadai atau terjangkau.
Kurangnya Pendidikan dan keadaan ekonomi yang sulit mengakibatkan
masyarakat tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin sehingga
menimbulkan berbagai macam penyakit, termasuk penyakit HIV/AIDS.5

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sel


darah putih (limfosit) di dalam tubuh manusia. Limfosit (sel darah putih)
berfungsi untuk melawan bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh. HIV
menyerang sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan AIDS. HIV termasuk
keluarga retro virus yaitu virus yang mampu memperbanyak, mencetak serta
memasukan materi genetik dirinya ke dalam sel tuan rumah. Virus ini
melakukan cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA
menjadi DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah (manusia),
membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi (tiruan).2

Virus HIV hanya menyerang satu jenis sel yang ada di dalam tubuh manusia
yaitu sel T helper / T-limfosit/ T-sel/ CD4. Sel CD4/ T-Helper merupakan
panglima tertinggi sistem kekebalan tubuh manusia yang akan memberi
perintah kepada sel-sel kekebalan tubuh yang lain. Jika sel ini diserang dan
dilumpuhkan terlebih dahulu oleh virus HIV, maka imunitas tubuh manusia
akan kacau dan sangat rawan di infeksi oleh virus-virus yang lain.2

4
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan berbagai macam
kumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang muncul akibat rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia oleh infeksi virus HIV; atau infeksi virus-
virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Istilah AIDS juga dipergunakan untuk tahap- tahap infeksi HIV
yang paling lanjut. Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal
dari Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit yang
diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.1

Hingga saat ini, penyakit AIDS menjadi tantangan bagi para ilmuwan, untuk
mengetahui bagaimana cara mengatasinya. Para ilmuwan masih terus berusaha
menemukan vaksin untuk menangkal AIDS dan berusaha terus untuk
menemukan obat yang dapat menyembuhkan AIDS. Meskipun pengobatan
saat ini mampu memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini
belum benar-benar dapat disembuhkan.1

Jumlah kasus HIV positif di Indonesia yang dilaporkan dari tahun


ketahun cenderung meningkat dan pada tahun 2018 dilaporkan sebanyak
46.659 kasus. Sampai dengan tahun 2018 jumlah kasus HIV yang
dilaporkan sebanyak 327.282 kasus. Jumlah kasus AIDS terlihat adanya
kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru sampai tahun 2013 yang
kemudian cenderung menurun pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun
2018 kasus AIDS yang dilaporkan menurun dibandingkan tahun 2017 yaitu
sebanyak 10.190. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun
2018 sebesar 114.065 kasus (Kementerian KesehatanRI, 2018).8, 9

5
BAB 2
PENULARAN HIV/AIDS

Ketika seseorang telah positif terinfeksi HIV, maka dalam tubuhnya telah
mengandung HIV. Dalam jumlah besar HIV terdapat dalam darah, cairan
vagina, air mani, serta produk darah lainnya. Apabila sedikit darah atau cairan
tubuh lain dari pengidap HIV berpindah secara langsung ke tubuh orang lain
yang sehat, maka ada kemungkinan orang lain tersebut tertular AIDS.

A. Kelompok yang Mempunyai Resiko Tinggi Tertular AIDS

Penyakit AIDS dapat diderita oleh siapa saja, dan dari kalangan umur
berapapun. Namun, kelompok yang paling beresiko tinggi tertular AIDS,
yaitu sebagai berikut.
1. Seseorang yang sering melakukan hubungan seksual diluar nikah,
seperti wanita dan pria tuna susila dan pelanggannya.
2. Seseorang yang memiliki banyak pasangan seksual misalnya homoseks
(melakukan hubungan dengan sesama laki-laki), biseks (melakukan hubungan
seksual dengan sesama wanita), waria, dan mucikari. Di Amerika contohnya,
penularan AIDS yang disebabkan oleh virus HIV 56-75% adalah kelompok
homoseksual, dan sisanya 26-20% yaitu dari kelompok heteroseksual. Namun
dari berbagi informasi, sekarang ini 86% yang beresiko tertular virus HIV
justru dari hubungan Heteroseksual, sisanya dari kelompok Homoseksual dan
akibat dari transfusi darah, penggunaan jarum sutik pada pencandu narkoba
dan lainnya.
3. Penerima transfusi darah
4. Bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mengidap virus AIDS.
5. Pecandu narkotika suntikan.
6. Pasangan dari pengidap AIDS
Jika dilihat dari kelompok usia, maka yang sangat beresiko tinggi penularan
virus HIV adalah kelompok remaja atau anak muda yaitu usia sekitar 13-25
tahun. Karena kelompok usia tersebut pergaulan bebasnya sangat tinggi.1, 9

6
B. Cara Penularan

Cara penularan yang paling umum adalah senggama, transfusi darah, jarum
suntik dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain, seperti ludah,
kotoran, keringat, dan sebagainya, secara teoritis mungkin bisa terjadi, namun
resikonya sangat kecil.

1. Penularan Lewat Senggama


Penularan yang paling umum dan paling sering terjadi adalah melalui
senggama, dimana HIV dipindahkan melalui cairan sperma atau cairan vagina.
Adanya luka pada pihak penerima, akan memperbesar kemungkinan
penularan. Itulah sebabnya pelaku senggama yang tidak wajar (lewat dubur
terutama), yang cenderung lebih mudah menimbulkan luka, memiliki
kemungkinan lebih besar untuk tertular HIV

2. Penularan Lewat Transfusi Darah


Jika darah yang ditranfusikan telah terinfeksi oleh HIV, maka virus HIV akan
ditularkan kepada orang yang menerima darah, sehingga orang tersebut akan
terinfeksi virus HIV. Risiko penularan melalui transfusi darah ini hampir
100%. Penularan juga terjadi melalui transplantasi organ tubuh yang tercemar
HIV.

3. Penularan Lewat Jarum Suntik


Model penularan lain secara teoritis dapat terjadi antara lain melalui berikut
ini.
• Penggunaan akupunktur (tusuk jarum), tatoo, tindikan.
• Penggunaan alat suntik atau injeksi yang tidak steril, sering dipakai
oleh para pengguna narkoba suntikan, juga suntikan oleh petugas
kesehatan liar.

7
4. Penularan Lewat Kehamilan
Jika ibu hamil yang tubuhnya terinfeksi HIV, maka HIV dapat menular ke
janin yang dikandungnya melalui darah dengan melewati plasenta. Risiko
penularan Ibu hamil ke janin yang dikandungnya berkisar 20%-40%. Risiko ini
mungkin lebih besar kalau ibu telah menderita kesakitan AIDS (full blown).
Penularan juga dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan
melahirkan lewat vagina, kemudian menyusui bayinya dengan ASI.
Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (mother to child transmission) ini
berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif
kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif. HIV tidak dapat
menular melalui udara. Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh.
Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan
dengan cairan pemutih (bleach) atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat
diserap oleh kulit yang tidak luka.1, 6, 7

C. Respons Imunitas

Secara imunologis, sel T yang terdiri atas limfosit T-helper, disebut limfosit
CD4+ akan mengalami perubahan, baik secara kuantitas maupun kualitas. HIV
menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung, sampul HIV yang mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi
sel T (toksik HIV). Secara tidak langsung, lapisan luar protein HIV yang
disebut sampul gp 120 dan anti-p24 berinteraksi dengan CD4+ yang kemudian
menghambat aktivasi sel yang mempresentasikan antigen (APC). Setelah HIV
melekat melalui reseptor CD4+ dan co- reseptornya bagian sampul tersebut
melakukan fusi dengan membran sel dan bagian intinya masuk ke dalam sel
membran. Pada bagian inti terdapat enzym reverse transcriptase yang terdiri
atas DNA polimerase dan ribonuklease. Pada inti yang mengandung RNA,
dengan enzim DNA polimerase menyusun salinan DNA dari RNA tersebut.
Enzim ribonuklease memusnahkan RNA asli. Enzim polimerase kemudian
membentuk salinan DNA kedua dari DNA pertama yang tersusun sebagai
cetakan (Stewart, 1997; Baratawidjaja, 2000).4

8
Kode genetik DNA berupa untai ganda dan setelah terbentuk akan masuk ke
inti sel. Kemudian oleh enzim integrase, salinan DNA dari virus disisipkan
dalam DNA pasien. HIV provirus yang berada pada limfosit CD4+, kemudian
bereplikasi menyebabkan sel limfosit CD4 mengalam sitolisis. Virus HIV yang
telah berhasil masuk dalam tubuh pasien, juga menginfeksi berbagai macam
sel, terutama monosit, makrofag, sel-sel mikroglia di otak, sel-sel plasenta sel-
sel dendrit pada kelenjar limfe, sel sel epitel pada usus, dan sel Langerhans di
kulit. Efek dari infeksi pada sel mikroglia di otak adalah ensefalopati dan pada
sel epitel usus adalah diare yang kronis (Stewart, 1997).4

Gejala-gejala klinis yang ditimbulkan akibat infeksi tersebut biasanya baru


disadari pasien setelah beberapa waktu lamanya tidak mengalami kesembuhan.
Pasien yang terinfeski virus HIV mungkin tidak memperlihatkan tanda dan
gejala selama bertahun-tahun. Sepanjang perjalanan penyakit tersebut, sel
CD4+ mengalami penurunan jumlah, dari 1.000 sel/μL sebelum terinfeksi
menjadi sekitar 200-300 sel/pl.setelah terinfeksi 2-10 tahun.3

Tahapan Perubahan HIV/AIDS


Menurut Kumalasari dan Iwan (2013), tahap-tahap HIV sebelum menjadi
AIDS yaitu : Tahap pertama atau masa jendela (window period) pada awal
terinfeksi belum dapat dilihat meskipun telah melakukan tes darah, karena pada
tahap ini system antibody terhadap HIV belum terbentuk. Tetapi, penderita
sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain. Masa ini antara 1-3 bulan.
Tahap kedua umumnya penderita masih tampak sehat dan tidak menunjukkan
gejala sakit, tetapi tes HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang. Masa
ini 5-10 tahun sejak terinfeksi HIV.
Tahap ketiga : sudah mulai muncul gejala-gejala awal penyakit dan sistem
kekebalan tubuh mulai berkurang.
Tahap keempat : AIDS sudah dapat dideteksi karena kekebalan tubuh sangat
kurang dan timbul penyakit opportunistic.6

9
KESIMPULAN

Penyakit HIV/AIDS semakin berkembang pesat setiap tahunnya dan


merupakan masalah yang serius bagi setiap negara di penjuru dunia. Virus HIV
menyerang sel T helper/CD4. Jika sel CD4 diserang dan dilumpuhkan terlebih
dahulu oleh virus HIV, maka imunitas tubuh manusia akan kacau dan sangat
rawan terinfeksi oleh virus-virus lain. Penularan virus ini umumnya ditularkan
melalui senggama, transfusi darah, jarum suntik dan kehamilan. Untuk
penularan lainnya, seperti ludah, kotoran, keringat, secara teoritis mungkin bisa
terjadi, tetapi resikonya sangat kecil. Gejala HIV/AIDS baru akan muncul pada
penderita ketika sudah berada di tahap ketiga yang ditandai dengan
berkurangnya sistem kekebalan tubuh.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Firdausi MA. Waspada HIV/AIDS. 1st ed. Bekasi: Aranca Pratama;


2015. p. 32-6.
2. Elisanti AD. HIV-AIDS, Ibu Hamil Dan Pencegahan Pada Janin. 1st
ed. Yogyakarta: Deepublish Publisher; 2018. p. 2-11.
3. Wattie AM, Purwatiningsih S. Berorganisasi Untuk Jati Diri Dan
Kesehatan: Studi Tentang Organisasi MSM Dan TG Terkait
HIV&AIDS Di Empat Negara. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press; 2016. p. 17.
4. Nursalam, Kurniawati ND, Misutarno, Solikhah FK. Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. 2nd ed. Jakarta:
Salemba Medika; 2018. p. 14-5.
5. Setiarto RHB, Karo MB, Tambaip T. Penanganan Virus HIV/AIDS.
Yogyakarta: Deepublish Publisher; 2021. p. 2-3.
6. Hall JC, Hall BJ, Cockerell CJ. HIV/AIDS In The Post-Haart Era:
Manifestations, Treatment, And Epidimiology. USA: People’s
Medical Publishing House; 2011. p. 61.
7. Dewi NIP, Rafidah, Yuliastuti E. Studi Literatur Yang Berhubungan
Dengan Kejadian HIV/AIDS Pada Wanita Usia Subur (WUS). JIP.
2022; Jun; 3(1): 4584.
8. Nasution NH, Ritonga SH. Stigma Masyarakat Tentang HIV/AIDS
Di Desa Pintu Langit Jae. JKII. 2022; Jun; 7(1).
9. Situmeang B, Syarif S, Mahkota R. Hubungan Pengetahuan
HIV/AIDS Dengan Stigma Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS Di
Kalangan Remaja 15-19 Tahun Di Indonesia (Analisis Data
SDKI Tahun 2012). Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia. 2017;
Jul; 1(2).

11

Anda mungkin juga menyukai