Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
DELLA SEPNITA
1914201012
TP.2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
kami kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan
judul “Askep jiwa harga diri rendah”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan jiwa 2
Dalam makalah ini mengulas tentang Askep jiwa dengan harga diri rendah. Penulis juga
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, Namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berperilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif (Hawari,2000) Gangguan jiwa dapat memengaruhi fungsi
kehidupan seseorang Harga diri rendah juga dapat memberi gambaran bagaimana seseorang
mengalami gangguan konsep diri yaitu harga diri rendah dan dampaknya yang komplek
seperti isolasi sosial: menarik diri, gangguan persepsi sensori: halusinasi, dan perilaku
kekerasan.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan sekitar cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya. Ketika seseorang mengalami harga diri rendah
maka akan berdampak pada klien tersebut mengisolasi diri dari kelompoknya, lalu
cenderung menyendiri dan menarik diri (Prabowo, 2014). Tindakan keperawatan
pada klien dengan harga diri rendah yaitu dengan cara melakukan strategi
pelaksanaan, strategi pelaksanaan yang pertama adalah dengan cara mendiskusikan
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, serta membantu klien menilai kemampuan
yang masih dapat digunakan dan membantupasien memilih atau menetapkan kemampuan
yang sudah dipilih serta dapat menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah
dilatih dalam rencana harian klien. Strategi pelaksanaan yang kedua adalah melatih
klien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan klien.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menggambarkan asuhan keperawatan denan gangguan konsep harga diri : harga diri
rendah, serta penulis dapat memberikan asuhan keperwatan jiwa secara optimal.
2. Tujuan khusus
a) Mendeskripsikan hasil pengkajian data yang diperoleh pada Ny. P dengan harga diri
rendah
d) Mendeskripsikan implementasi dan evaluasi pada klien dengan harga diri rendah
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut (Keliat,2010) Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai
keberadaan dirinya lebih rendah dibandungkan orang lain yang berfikir hal yang
negatif pada diri sendiri, sehingga menimbulkan perasaan sebagai individu yang gagal,tidak
mampu, dan tidak berprestasi.
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sendiri, merasa dirinya tidak berharga
dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, indivi gagal dalam
menyesuaikan tingkah laku dan cita-cita (Yosep & Sutini, 2016).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu
mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang
dimilikinya, hingga menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi
negatif yang berlangsung dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam
mencapai keinginannya.
a.Responadaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun (konstruksi)
dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam dirinya
sendiri.
b.Respon maladaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta berifat merusak (destruktif) Dalam
usaha mengatasi stressr yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c.Aktualisasi diri
f.Kekacauan identitas
g.Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistis dan keasingan bagi dirinya dari lingkungan sekitar.
Keliat (1999)dalam Direja (2011).
Menurut E.B Hurlock yang merupakan seorang psikolog faktor yang mempengaruhi
konsep diri diantaranya yaitu bentuk tubuh,cacat tubuh pakaian, nama dan julukan, inteligensi
kecerdasan, taraf aspirasi , emosi, jenis sekolah,status. Apabila faktor tersebut cendrung
menimbulkan perasaan yang positif seperti bangga atau senang maka akan muncul konsep
diri yang positif.pada masa kanak-kanak seorang individu umumnya
cendrung menganggap benar apa saja yang dikatakan oleh orang lain.apabila seorang
anak merasa dia diterima, dihargai dan di cintai maka anak tersebut akan menerima,
menghargai dan mencintai dirinya (berkonsep diri positif) dan begitu pula sebaliknya jika
orang yang berpengaruh disekelilingi seperti orang tua, guru, dewasa sebagainya ternyata
meremehkan, merendahkan maka pengalaman tersebut akan disikapi dengan negatif dan akan
memunculkan konsep diri yang negatif.
Tanda dan gejala harga diri rendah pada seseorang berbeda dan bervariasi antara individu
satu dengan yang lainnya, tetapi biasanya dimanisfestasikan (keliat 2007) sebagai berikut:
Menurut (Yosep, 2011) yaitu Pada masa kecil sering disalahkan dan jarang diberi
pujian atas keberhasilannya, saat mencapai remaja keberadaannya merasa kurang
dihargai, tidak diberi kesempatan, lalu menjelang dewasa awal sering gagal dalam
pendidikan, pekerjaan dan pergaulan, sehingga harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuan individu tersebut terjadinya
harga diri rendah.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan diekspresikan
melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evalauasi diri
yang negative membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri. Gangguan harga diri atau
harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, missal harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, dll. Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri
rendah karena prifasi yang kurang diperhatikan : pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b. Kronis
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berpikir yang negative. Kejadian sakit dan dirawat
akan menambah persepsi negative terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan fisik yang kronis atau pada
pasien gangguan jiwa.
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahan koping jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan (stuart 2007).
a. Pertahanan jangka pendek :
1. Aktifitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri(misalnya
konser musik,bekerja keras,menonton film)
2. Aktifitas yang memberikan identitas pengganti sementara( misalnya ikut serta klub
sosial,agama,politik,kelompok gerakan atau geng)
3. Aktivitas sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu(misalnya olahraga yang kompeletif,kontes untuk mendapatkan popularitas)
b. Pertahanan jangka panjang:
1. Penutupan identitas adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat
tanpa memperhatikan keinginan ,aspirasi,atau potensi diri individu
2. Identitas negatif asimsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat.
7. penatalaksaan medis
Menurut hawari (2001), terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih
manusiawi daripada masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup singkat
2. Tidak ada efek samping kalaupun ada relative kecil
3. Dapat menghilangkan dalam waktu yang relative singkat, baik untuk gejala positif
maupun gejala negative skizofrenia
4. Lebih cepat memulihkan fungsi kogbiti
5. Tidak menyebabkan kantuk
6. Memperbaiki pola tidur
7. Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi
8. Tidak menyebabkan lemas otot
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya diperoleh dengan
resep dokter, dapat dibagi dalan 2 golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang termasuk generasi
kedua misalnya : Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena
bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama (Maramis,2005,hal.231).
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral
atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik (Maramis, 2005).
d. Keperawatan
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok
stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13).
Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada
individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok
stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi
atau alternatif penyelesaian masalah (Keliat dan Akemat,2005).
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat daftar
kegiatan)
2. Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian yang negatif setiap
kali bertemu dengan pasien
1. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan) : buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
2. Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan pasien
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan
dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan
diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien
baik mental, sosial, dan lingkungan (Keliat, 2011) Menurut Prabowo (2014) isi dari
pengkajian tersebut adalah:
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian, tanggal dirawat, nomor rekam
medis.
2. Alasan masuk
Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering berbicara sendiri, mendengar atau
melihat sesuatu, suka berjalan tanpa tujuan, membanting peralatan dirumah, menarik diri.
3. Faktor predisposisi
Memeriksa tanda-tanda vital,tinggi badan,dan tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan klien.
5. Psikososial
6. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien,tanyakan upaya yang bisa
dilakukan bila ada masalah,tanyakan kelompok apa saja yang diikuti dalam
masyarakat,keterlibatan atau peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat,hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain.
7. Spritual
8. Status mental
1) Penampilan
Penampilan tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang minatuntuk melakukan perawatan
diri. Kemunduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda adanya
depresi atau skizoprenia.Bila seorang perempuan yang mempunyai ketakutan seksual
mungkin berpakaian netral, tetapi apabila wanita berpaian,bersolek, dan berprilaku seakan-
akan hendak membangkitkan rangsangan seksual maka adanya kemungkinan hysteria. Bau
badan karena tidak mandi merupakan tanda dini suatu gangguan jiwa (Marammis, 2005).
2) Pembicaraan
Klien dengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara rendah,sedikit bicara, inkoheren, dan
bloking (Yosep, 2009).
3) Aktivitas motorik
Tegang, lambat, gelisah, dan terjadi penurunan aktivitas interaksi Yosep, 2009).
4) Alam perasaan
Klien biasanya merasa tidak mamapu dan pandangan hidup yang pesimis (Yosep, 2009).
5) Afek
Afek klien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila ada stimulus emosi yang
bereaksi (Yosep, 2009).
7) Persepsi
8) Proses pikir
Data diperoleh dari hasil observasi ketika wawancara tentang sirkumtansial (pembicaraan
yang berbelit-belit, tetapi samapai pada tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan yang
9) Isi pikir
Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri, mengejek dan
mengkritik diri sendiri (Yosep, 2009)
Data tentang bingung (tampak bingung dan kacau) dan sedasi (klien mengatakan malu bila
bertemu orang lain karena dirinya mengalami gangguan jiwa) diperoleh melalui wawancara
dan observasi, stupor (gangguan motorik seperti ketakutan, gerakan yang di ulang-ulang,
anggota tubuh klien dalam sikap canggung yang dipertahankan dalam waktu lama, tetapi
klien menyadari semua yang terjadi dilingkunganya) diperoleh melalui observaasi, orientasi
waktu, tempat, dan orang cukup jelas diperoleh melaui wawancara, jelaskan data objektif dan
data subjektif yang terkait dengan hal-hal diatas. Masalah keperawatan sesuai dengan data,
jelaskan apa yang dilakukan klien saat wawancara. (Keliat :2006).
11) Memori
Klien dengan harga diri rendah, umumnya tidak terdapat gangguan pada memorinya, baik
memori jangka pendek ataupun memori jangka panjang. (Keliat : 2006).
Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak mampu mempertahankan
konsentrasi dalam waktu lama, karena merasa cemas. Dan biasanya tidak mengalami
gangguan dalam berhitung. (Keliat : 2006).
Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan
bantuan orang lain, contohnya: berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dahulu
sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi, setelah diberikan penjelasa klien masih
tidak mampu mengambil keputusan), jelaskan sesuai data yang terkait. Masalah keperawatan
sesuai dengan data. (Keliat: 2006).
Klien tidak tahu alasan dibawa ke Rumah Sakit dan tidak menyadari mempunyai gangguan
jiwa. (Keliat: 2006).
Observasi kemampuan klien untuk buang air besar dan air kecil ke wc
c. Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi,cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut,gunting
kuku,observasi kebersihan.
d. Berpakaian
Observasi dan tanyakan lama dan waktu tidur siang atau malam,,persiapan sebelum tidur
dan aktivitas sesudah tidur.
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
Tulis diagnosa medis yang telah diterapkan dokter,tuliskan obat-obatan klien saat ini,baik
obat fisik,psikofarmaka dan terapi lain.
B. Daftar masalah
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji menurut Kartika (2015) :
a.Masalah utama
Data obyektif :
b. Masalah keperawatan
Data subyektif :
Data obyektif :
c. Masalah keperawatan
Data subyektif :
1. Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain
2. Klien mengatakan malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain.
Data obyektif :
1. Ekspresi wajah kosong tidak ada kontak mata ketika diajak bicara.
2. Suara pelan dan tidak jelas.
3. Hanya memberi jawaban singkat (ya atau tidak).
4. Menghindar ketika didekati.
C. Pohon masalah
D. Diagnosa keperawatan
E. Rencana keperawatan
F. Implementasi
Menurut Stuart dalam Wardani, dkk (2009) koping adalah upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress termasuk upaya menyelesikan masalah secara langsung dan
mekanisme pertahanan untuk melindungi diri. Perawat menggunakan dirinya secara
terapeutik dalam memberikan pelayanan kepada keluarga.
Implementasi keperawatan untuk diagnosa harga diri rendah pada partisipan 1 yaitu
meningkatkan kepercayaan diri yang dimiliki oleh partsipan 1 dengan cara Mengkaji
kemampuan yang dimiliki partisipan 1 Peserta melatih partisipan 1 melakukan kegiatan yang
dapat dilakukan pasien yaitu menyapu ruangan, memasak, mencuci piring dan merapikan
tempat tidur. Sedangkan implementasi keperawatan yang diberikan pada keluarga partisipan
1 yaitu menjelaskan cara merawat partisipan dengan harga diri rendah dan melatih keluarga
dalam membimbing partisipan melakukan kegiatan yang disukainya.
G. Evaluasi
evaluasi adalah tindakan untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari perencanaan
tercapai dan evaluasi itu sendiri dilakukan terus menerus melalui hubungan yang erat.
A. PENGKAJIAN.
1. IDENTITAS PASIEN
Nama: ny. P
Umur: 53 Tahun
Agama: kristen
Pendidikan: SMA
Golongan darah: O
2. ALASAN MASUK
Klien datang dengan kesadaran menurun, dan tiba-tiba 1 hari ini BAK sedikit dan klien
adalah pasien hemodialisa.keluarga juga mengatakan bahwa Ny p sering berputus asa dan
bosan hidup karena memikirkan penyakitnya.
1. apa penyebabnya
Pasien merasa dirinya serba kekurangan karena penyakit yang membuat dirinya menjadi
tidak bisa berbuat apa-apa.
2. hal-hal yang memperbaiki keadaan perawatan selama dirumah sakit dan obat-obatan.
b. Quantity
1. bagaimana dirasakan
2. bagaimana dilihat
4. Genogram
Keterangan:
perempuan:
laki-laki:
klien:
5. riwayat kesehatan psikososial
a. persepsi klien
klien mengatakan sudah bosan hidup karena penyakit tidak juga sembuh selama ia
minum obat secara teratur.
b. Konsep diri
- Gambaran diri :klien mengatakan sangat suka dengan matanya yang berwarna coklat
- Ideal diri :klien mengatakan ingin menjadi seorang pengusaha
- Harga diri :klien mengatakan merasa malu pada dirinya sendiri dan orang lain
karena penyakitnya,klien juga menganggap dirinya sangat lemah karena tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya,dan klien juga mengatakan bahwa dirinya tidak berguna
lagi karena penyakit yang di alaminya
- Peran diri :klien mengatakan merasa gagal karena menjadi seorang ibu sekaligus
nenek yang tidak berguna
- Identitas :sebagai seorang ibu,klien merasa sangat bodoh karena saat klien
sehat,klien tidak mau mendengar nasihat orang sekitar.
c. Keadaan emosi
Klien terkadang tampak sedih,lesu,tidak semangat dan kurang dalam berkontak mata.
d. Hubungan sosial
- hubungan dengan keluarga:
klien mengatakan tidak terlalu sering berinteraksi dengan orang lain dan klien lebih suka
menyendiri.
Pasien malu karena sekarang ia tidak bisa seperti dulu dan klien mengatakan malu dengan
kondisinya jika bergaul takut adanya penolakan dan dicela oleh taman-temannya.
e. Spiritual
Nilai dan keyakinan: klien mengatakan dulu sebelum sakit sering beribadah tetapi setelah
masuk rumah sakit,klien tidak pernah ibadah.
6. Status mental
a. Tingkat kesadaran: compas mentis,klien dalam keadaan sadar ketika diberi
pertanyaan
b. Penampilan: klien tampak kumal dan kurang rapi
c. Pembicaraan: klien berbicara dengan lambat
d. Alam perasaan: lesu,klien tampak tidak terlalu bersemangat dan tampak sedih
e. Afek: tidak sesuai
f. Interaksi selama wawancara: klien kooperatif tetapi kurang dalam kontak mata
saat berbicara dan selalu menunduk
g. Persepsi: klien mengatakan tidak mengalami gangguan persepsi
h. Proses berfikir: pengulangan pembicaraan
i. Isi pikiran: rendah diri ini dibuktikan ketika berbicara klien selalu mengatakan
malu karena kondisi penyakitnya yang membuat klien tidak bisa berbuat apa-apa
lagi
j. Memori: klien tidak memiliki gangguan dalam mengingat
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital
- Suhu: 37C
- TD: 151/70mmHg
- Nadi: 86x/menit
- Pernafasan: 22x/menit
- Tinggi badan: 150cm
- Berat badan : 57 kg
8. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/perhari : 3 kali sehari
- Nafsu/selera makan : klien kadang selera kadang tidak
- Nyeri ulu hati : tidak ditemukan ulu nyeri hati
- Alergi : klien tidak memiliki alergi
- Mual dan muntah : tidak mual dan muntah
- Tampak makan memisahkan diri klien memisahkan diri saat makan
- Waktu pemberian makan : 07.00 pagi,siang 12.00,dan sore 18.00
- Jumlah dan jenis makanan : seporsi nasi dengan lauk pauk dan sayur
- Waktu pemberian cairan : 50cc setiap 8 jam sekali
b. Perawatan diri
- Kebersihan tubuh : klien tampak bersih
- Kebersihan gigi : tidak dilakukan pemeriksaan
- Kebersihan kuku dan tangan : kuku pendek dan jorok
c. Pola aktivitas klien
9. Pola eliminasi
- Pola BAK : 200cc sehari
- Karakter urine : tidak dilakukan pemeriksaan
- Riwayat penyakit ginjal : ada
- Penggunaan diuretik : tidak pernah
B. Mekanisme koping
- Maladaptif
Jika klien mengalami masa yang sangat sulit seperti penyakitnya tiba-tiba kambuh,klien
langsung berteriak dan kadang menangis berlebihan hingga tengah malam klien tidak
memperdulikan istirahat dan kesehatanya.
- Analisa data
C. masalah keperawatan
- harga diri rendah situsional
- keputusasaan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- harga diri rendah situsional berhubungan dengan gangguan proses pikir ditandai
dengan klien merasan malu pada dirinya sendiri dan orang lain,bimbang,tampak
lesu,sedih,tidak bersemangat,dan menghindari kontak mata dengan orang lain.
- Keputusaasaan berhubungan dengan sumber personal yang tidak adekuat ditandai
dengan klien tampak tidak yakin dengan kemampuannya,klien mengatakan hidupnya
tidak berguna dan tidak mau bergaul dengan orang lain karena takut dicela,lebih
banyak menunduk,kurang komunikatif, kurang aktif dalam fisik maupun
verbal,kurang dalam kontak mata,dan afek sedih.
E. Intervensi
F. IMPLEMTASI
9skala 4
0 dengan perbincangan yang
dilakukan oleh perawat
A: harga diri rendah
situsonal(+)
P: intervensi dilanjtkan
-bantu klien membedakan
diri dari orang lain ataupun
lingkungannya hingga skala
4
-bantu klien mengenali
kemampuan fisik,mental dan
emosional klien
hingga(skala 4)
-pantau kegiatan klien
Jum’at,1 Keputusasaan 1. memotivasi klien untuk SOAP
2 mei meningkatkan hubungan S: klien mengatakan sudah
2017 interaksi dan membantu pasien mampu berinteraksi dengan
dan keluarga untuk teman sekamar atau perawat
mengidentifikasiarea harapan -klien mengatakan mampu
dalam hidup memotivasi diri sendiri agar
2. membantu klien mengetahui tidak rendah diri
bahwa saat ini adalah sementara -klien sudah paham bahwa
3. ajarkan bersosialisasi agar kondisi ini adalah sementara
meningkatkan harga diri -klien mengatakan belum
4. menolong klien untuk terlihat mau terlibat aktivitas
dalam aktivitas beribadah beribadah
5.memberikan umpan balik yang O: klien mulai dapat
positif ketika klien mampu berkomunikasi dengan
menggunakan keterampilan teman sekamarnya dan juga
interaksi sosial yang efektif perawat
6. membantu klien untuk -klien belum mau beribadah
mengembangkan motivasi diri bersama
dan penguatan. -klien mulai berinteraksi
didalam kamarnya
-wajah klien mengalami
perubahan suasana ceria
A:keputusasaan(+)
P: intervensi dilanjtkan.
-bantu klien untuk tetap
berinteraksi dengan temans
satu ruangan,anggota
keluarga,pegawai rumah
sakit
-bantu klien berpatisipasi
sebagai sukarelawan,pada
aktivitas organisasi atau
pada kegiatan keagamaan
-pantau aktifitas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/19169678/ASKEP_HARGA_DIRI_RENDAH