Anda di halaman 1dari 16

GAGAL GINJAL KRONIK Selain faktor keturunan, diabetes, hipertensi, infeksi, batu ginjal, gaya hidup dan pola

makan juga sangat berpengaruh kejadian penyakit ginjal kronik yang berakibat pada gagal ginjal. Agar kondisi ginjal tidak semakin parah, perlu dilakukan diet khusus bagi pederita penyakit ginjal kronik. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun, dimana terjadi penurunan faal ginjal secara bertahap, progresif dan menahun. Pada kasus ini ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan diet normal. Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Sebagian besar penyakit ini merupakan penyakit parenkim ginjaldifus dan bilateral, meskipun lesi obstruktif pada saluran kemih juga dapat menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada awalnya beberapa penyakit ginjal kronik terutama menyerang glomerulus (glomerulonefritis), sedangkan yang lain terutama menyerang tubulus ginjal(pielonefritis atau penyakit polistik ginjal atau dapat juga menggangu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis). Tetapi bila proses penyakit tidak dihambat, maka pada semua kasus seluruh nefron akhirnya hancur dan diganti dengan jaringan parut. Meskipun penyebabnya banyak gambaran klinis gagl ginjal kronik sangat mirip satu dengan yang lain oleh karena gagal ginjal progresif dapat didefinisikan secara sederhana sebagai defisiensi secara sederhana sebagai defisiensi jumlah nefron yang berfungsi dan kombinasi gangguan yang pasti tidak dapat dielakkan lagi. Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang menahun disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible). Gejalanya biasanya ditandai dengan menurunnya nafsu makan, mual, pusing, muntah, rasa lelah, sesak nafas, edema pada tangan dan kaki serta uremia. Apabila Tes Kliren Kreatinin (TKK) <> 5,5 mEq), oliguria atau anuria. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran melalui keringat dan pernafasan ( 500 ml) Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C dan vitamin D.

. ETIOLOGI Penyebab Gagal Ginjal kronik menurut Doenges, 1999;626 yaitu Glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler (nefrosklerosis) proses obstruksi (kalkuli), penyakit kolagen (luris sutemik), agen nefrotik (amino glikosida), penyakit endokrin (diabetes). Sedangkan penyebab gagal ginjal menurut Price 1992;817 dibagi menjadi 8 kelas antara lain : 1. Infeksi Saluran Kemih Secara mikrobiologis infeksi saluran kemih dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria yang bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 10
5/

ml pada kemih aliran tengah yang

dikumpulkan dengan cara yang benar). Abnormalitas dapat hanya berupa kolonisasai bakteri dari kemuh ( bakteriuria asomtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatik dari truktur-struktur saluran kemih. ISK umumnya dibagi menjadi 2 kategoro besar yaitu infeksi saluran kemih bagian bawah ( uretritis,sistis, prostatis) dan infeksi saluran kemih atas (pilonefritis akut). Organisme penyebab infeksi saluran kemih yang paling sering ditemukan adalah Eschericia coli, pada kebanyakan kasus organisme tersebut dapat mencapai kandung kemih melalui uretra. Infeksi dimulai dari sistis , dapat terbatas di kandung kemih saja atau dapat pula merambat ke atas melalui ureter sampai ke ginjal. Organisme juga dapat samapai ke ginjal melalui aliran darah atau aliran getah bening. Kandung kemih dan bagian atas uretra biasanya steril meskipun bakteri dapat ditemukan di bagian bawah uretra. Tekanan dari aliran kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sempat menyerang mukosa. 2. Penyakit Peradangan misalnya Glomerulonefritis Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan atau hematuria. Meskipun lesi petama ditemukan pada glomerulus, tetapi seluruh nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan , dan mengakibatkan gagal guinjal kronik. 3. renalis 4. 5. 6. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritmatosus sisitemik,poliarteritis Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis Penyakit metabolik misalnya DM , gout, hiperparatiroidisme,amiliodosis nodosa, sklerosis sistemik progresif. tubulus ginjal. Penyakit vaskuler Hipertensif misalnya nefrosklerosis maligna, stenosis arteri

7. 8.

Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli neoplasma, fibrosis

netroperitonela. Saluran kemih bagian bawah : hipertropi prostat, struktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra. PATOFISIOLOGI Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat yang disertai reabsorbsi walaupun dalam keadaan penurunun GFR atau daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal uintuk berfungsi sampai dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorbsi berakibat deurisis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjalbila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80 % -90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih rendah. (Barbara C Long,1996 ;368). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein ( yang normalnya diekskresikan di dalam urin) tertimbun di dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis ( Brunner & Suddarth, 2001 : 1448). Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu : a. Stadium I (penurunan cadangan ginjal) Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik. b. Stadium 2 (Infusiensi ginjal) Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (glumerulo Filtriation Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar nurmal, azotemia ringan timbul nokturia dan poliuria. c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia) Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari norma,l kreatinin klirens 5-10ml permenit atau kurang . pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrogen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.

MANIFESTASIKLINIS 1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369): a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah. 2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi). 3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut: a.Sistem Hipertensi Pitting Edema Pembesaran Friction b. Krekel Nafas dangkal Kusmaull Sputum kental dan liat c. Sistem gastrointestinal Anoreksia, mual dan muntah Perdarahan saluran GI Ulserasi dan pardarahan mulut Nafas berbau amonia d. Sistem muskuloskeletal Kram otot Kehilangan kekuatan otot Fraktur tulang edema periorbital vena subpericardial leher kardiovaskuler

Sistem Pulmoner

e. Sistem Integumen Warna kulit abu-abu mengkilat Pruritis Kulit kering bersisik Ekimosis Kuku tipis dan rapuh Rambut tipis dan kasar f.Sistem Reproduksi Amenore Atrofi testis PENCEGAHAN Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal. Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan pemeriksaan urinalisis. Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001) KOMPLIKASI 1. 2. 3. 4. 5. 6. Diabetes Melitus Hipertensi Hiperkalemia Perikarditis Anemia Penyakit tulang PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan cara sebagai berikut: 1. Pemeriksaan laboratorium Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi. 2. Pemeriksaan USG

Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui beberapa pembesaran ginjal. 3. Pemeriksaan EKG Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit 4. Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos PENATALAKSANAAN 1. Dialisis (cuci darah) 2. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih) 3. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat 4. Transfusi darah 5. Transplantasi ginjal Penatalaksanaan Medis Menurut Mansjoer (2001), penatalaksanaan medis pada pasien dengan gagal ginjal kronik yaitu : Tentukan dan tata laksana penyebabnya. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam. Pada beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hari) atau diuretik loop (bumetanid, asam etakrinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan cairan. Diet tinggi kalori dan rendah protein Diet rendah protein (20-40 g/hari) dan tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia. Kontrol hipertensi Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung tekanan darah. Diperlukan diuretik loop, selain obat antihipertensi. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit Hindari masukan kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari) atau diuretik hemat kalium, obat-obat yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya, penghambat ACE dan obat

antiinflamasi nonsteroid). Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang ginjal Hiperfosfatemia dikontrol dengan obat yang mengikat fosfat seperti aluminium hidroksida (300 1800 mg) atau kalsium karbonat (500 3000 mg) pada setiap makan. Deteksi dini dan terapi infeksi Pasien uremia harus diterapi sebagai pasien imunosupresif dan diterapi lebih ketat. Modifikasi terapi obat dengan fungsi ginjal Banyak obat yang harus diturunkan dosisnya karena metaboliknya toksis dan dikeluarkan oleh ginjal. Misal : digoksin, aminoglikosid, analgesik opiat, amfoterisin. Deteksi dan terapi komplikasi Awasi dengan ketat kemungkinan ensefalopati uremia, perikarditis, neuropati perifer, hiperkalemia yang meningkat, kelebihan cairan yang meningkat, infeksi yang mengancam jiwa, sehingga diperlukan dialisis. Persiapkan dialisis dan program transplantasi Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik dideteksi. PENANGANAN GAGAL GINJAL KRONIK Terapi Non Farmako 1. banyak protein disesuaikan dengan keadaan faal ginjal. Ini dapat diketahui dari nilai uji kreatinin ( creatinine clearanse test = CCT) atau glomerulo filtration rate (GFR). Protein dipilih yang bernilai biologi tinggi seperti yang terdapat dalam susu, telur dan daging. 2. lemak terbatas, diutamakan penggunakan lemak tak jenuh ganda. 3. natrium dibatasi pada kegagalan faal ginjal dengan hypertensi berat, hyperkalemia, edema, oliguria, atau anuria. 4. kalsium dibatasi pada kegagalan faal ginjal glomerulus, bila urin kurang dari 400 ml per hari. Pada kegagalan faal ginjal tubular pembatasan K tidak diperlukan. 5. Kalori adekuat, agar protein tubuh tidak di pecah untuk energi 6. banyak cairan adalah banyak urin maksimal sehari di tambah banyak cairan yang keluar melalui keringant dan pernafasan ( 500ml perhari)

Macam-macam diet dan indikasi pemberian Diet Sesuai Berat Badan Bagi anda Penderita gagal ginjal kronik, tentu perlu mengganti pola makan. Pengaturan pola makan atau diet ini bertujuan untuk menjaga kesimbangan elektrolit, mineral, dan cairan pada pada tubuh. Diet ini juga berfungsi untuk membatasi jumlah zat sisa metabolisme yang tertimbun di dalam tubuh. Pengaturan diet sangat dianjurkan untuk disesuaikan sesuai dengan tingkat gangguan fungsi ginjal pasien, dan secara umum harus memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut: Tujuan Diet Ginjal: 1. Mempertahankan dan memperbaiki status gizi pasien, 2. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh 3. Menjaga agar penumpukan produk sisa metabolism tubuh tidak berlebihan, 4. Agar pasien dapat melakukan aktifitas dengan normal Perbedaan pengaturan Diet Ginjal dengan Diet yang Lain: 1. Energy harus cukup untuk mencegah terjadinya katabolisme tubuh berlebihan, 2. 3. Untuk pasien gagal ginjal dianjurkan diet rendah protein, Pembatasan kalium

4. Pembatasan cairan, yaitu cairan yang masuk harus lebih sedikit dibandingkan yang keluar tubuh, yaitu jumlah urine 24 jam dikurangi 500 cc, 5. Pembatasan jumlah garam (natrium) Cara mengatur Diet Ginjal 1. 2. 3. Hindarkan makanan dengan sebaik-baiknya dan menarik, sehingga menimbulkan selera makan, Makan makanan yang padat kalori, Bila ada oedem (bengkak di kaki, tangan atau bagian tubuh lain) dan atau tekanan darah tinggi, pasien harus mengurangi garam dan makanan yang mengadung natrium dalam pengolahannya,

4. Sesuaikan jumlah cairan yang dikonsumsi dengan jumlah urine selama 24 jam 5. Kurangi penggunaan lemak jenuh seperti santan dan lemak dari hewani seperti usus, babat, ginjal, jantung otak dan lainnya, 6. Jauhi minuman beralkohol, kopi dan minuman berenergi, 7. Hindari bumbu penyedap rasa dan makanan yang mengandung pengawet Tips Memasak Makanan untuk Pasien Gagal Ginjal 1. Masakan lebih baik dibuat dalam bentuk kering, ditumis, dikukus, atau dipanggang,

2. Bila harus mengurangi garam, gunakan lebih banyak bumbu seperti bawang, 3. Cairan lebih baik dibuat dalam bentuk minuman. Cara mengurangi kalium dalam bahan makanan: 1. Cuci sayuran, umbi, dan buah yang telah dikupas dan dipotong, 2. Rendam dengan air hangat minimal 2 jam (jumlah air 10 kali lipat dari berat bahan makanan) 3. Cuci bahan makanan dengan air mengalir dalam beberapa menit, 4. Rebus bahan makanan dengan jumlah air 5 kali berat bahan makanan. Bahan makanan yang mengandung kalium tinggi: 1. Kelompok buah yang mengandung kalium tinggi: durian, nangka, nanas, pisang, melon, jeruk 2. Kelompok buah yang memiliki kalium sedang: Apel Merah, apel hijau, belimbing, semangka, 3. Kelompok Sayur memiliki kalium tinggi: bayam, kol, slada, tobat dan jenis kacangkacangan. 4. Kelompok sayur memiliki kelium sedang: kangkung, timun

Kebutuhan nutrisi tubuh sangat dipengaruhi dengan berat badan, karenanya diet

diberikan disesuaikan dengan berat badan pasien. Berdasarkan Penuntun Diet yang disarankan oleh Instalasi Gizi Perjan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), jenis diet digolongkan menjadi tiga, yaitu diet rendah protein I: Asupan protein 30 g dan diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg. Diet protein rendah II, asupan protein 35 g diberikan pasien dengan berat badan 60 kg. Diet protein rendah III, diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg. Makanan diberikan dalam bentuk makanan cair atau lunak untuk meringankan organ pencernaan. Menurut keadaan penderita dan berat penyakit dapat diberikan : 1. diit rendah protein 1 : 20 g protein Di berikan kepada penderita kegagal faal ginjal berat dengan CCT 5-20 ml/ menit dan kadar ureum darah di atas 100 mg %. Bentuk makanan tergantung keadaan penderita : dapat cair, saring atau lunak. Makanan ini kurang dalam kalori, protein, kalsium, besi dan tiamin. Diit ini hanya diberikan beberapa hari saja, sementara menunggu tindakan yang lebih tepat seperti dialisa

Contoh menu diit protein 1 pagi Bubur Susu Siang Bubur/nasi tim Telur ceplok Tumis sayur Pepaya Teh manis Pukul 16 .00 Agar-agar Teh manis : 40 g protein Sore Bubur/nasi tim Daging bistik Sup sayuran Pisang Teh manis Pukul 20.00 Sirup

Pukul : 10.00 Kue talam Teh manis 2. diit rendah protein II

Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diit protein I , atau pada kegagalan faal ginjal kronis yang tidak terlalu berat (CCT = 20-30 ml/menit) atau pada kegagalan faal ginjal dengan pengobatan konservatif ( tanpa dialisa). Bentuk makanan lunak atau biasa. Makanan ini cukup kalori dan semua zat gizi kecuali protein dan tiamin. Pagi Nasi tim Telur ceplok Tumis labu Susu siang Nasi tim Ikan panggang Ca sayur Pepaya Teh manis Sore nasi tim Daging bistik Sup sayuran Pisang Teh manis

Pukul : 10.00 Kue talam Teh manis 3. diit protein sedang

Pukul 16 .00 Agar-agar Teh manis : 60 g protein

Pukul 20.00 Pisang susu

Diberikan sebagai makanan perpindahan dari diit rendah protein II atau pada penderita kegagalan faal ginjal kronis ringan (CCT = 30-50 ml/menit) atau pada penderita yang menjalani dialisa. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup kalori dan semua zat-zat gizi.

Bahan makanan yang harus di batasi Sumber protein boleh di berikan dalam jumlah yang telah di tentukan ; sedapat mungkin diberikan berbentuk protein hewan yang benilai biologi tinggi. Contoh Bahan Makanan Satu Hari Diet 30 g Protein Beras 100 g Telur ayam 50 g daging 50 g Sayuran 100 g Papaya 200 g Minyak 35 g Gula pasir 60 g Susu bubuk 10 g Kue rendah protein seperti kue lapis, kue talam 150 g Madu 20 g Agar-agar 1 porsi Diet 35 g Protein Beras 150 g Telur ayam 50 g Daging 50 g

Sayuran 150 g Papaya 200 g Minyak 40 g Gula pasir 80 g Susu bubuk 15 g Kue rendah protein 150 g Madu 20 g Agar-agar 1 porsi

Diet 40 g Protein Beras 150 g Telur ayam 50 g Daging 75 g Sayuran 150 g Papaya 200 g Minyak 40 g Gula pasir 100 g Susu bubuk 20 g Kue kue rendah protein 150 g Madu 30 g Agar-agar 1 porsi Dianjurkan Nasi, bihun, jagung, kentang, makaroni, mi, tepung-tepungan, singkong, ubi, selai, madu, telur, daging ayam, daging, ikan, susu, minyak jagung, minyak sawit, semua sayuran dan buah kecuali yan mengandung kalium tinggi bagi penderita hiperkalemia tidak disarankan Tidak Dianjurkan Kacang-kacangan dan hasil olahannya (tahu tempe), kelapa, santan, minyak kelapa, margarin, lemak hewan dan sayuran dan buah yang tinggi kalum Untuk sayuran dan buah-buahan, sebaiknya dipilih yang kandungan kaliumnya rendah. Beirkut ini daftar sayuran rendah dan tinggi kalium

Tinggi Kalium Pisang Tomat Ubi jalar Kelapa muda Nangka Bayam Sawi Durian Petai Jantung pisang Kentang Rendah Kalium Timun Tauge Kol Pare Semangka Nanas Jambu air Belimbing Pir Jambu biji Daun bawang Lobak Menu Diet Rendah Protein Chicken Poridge Bahan: 3 sdm tepung maizena, larutkan dengan sedikit air 50 g daging ayam cincang

40 g wortel, parut 400 ml air 1 siung bawang putih, haluskan sdm minyak jagung sdt garam halus sdt lada halus Cara Membuat: Panaskan minyak jagung, tumis bawang putih hingga harum. masukkan daging ayam cincang, aduk hingga berubah warna. Tuang air, masak sampai mendidih. Tambahkan wortel, lada dan garam. Masak sambil terus di aduk hingga semua bahan matang. Angkat. Hidangkan. Untuk 1 Porsi Kurang Lebih Nutrisi/Porsi: Protein: 8.8 g Energi: 225.1 kkal Lemak: 1.05 g Kabohidrat: 47.6 g Fruit Juice Bahan: 60 g semangka, potong-potong 60 g kiwi, kupas, potong-potong 100 ml air jeruk manis 1 sdm air jeruk nipis 1 potong es batu Cara Membuat: Masukkan potongan semangka, kiwi, air jeruk nipis, air jeruk manis dan potongan es batu ke dalam tabung blender. Haluskan hingga lembut. Tuang ke dalam gelas saji. Hidangkan. Untuk 1 Porsi Kurang Lebih Nutrisi/Porsi: Protein: 0.8 g

Lemak: 0.6 g Karbohidrat: 11.2 g Energi: 98 kkal

PERAN KELUARGA DEPRESI sering kali menghantui pasien yang tengah menjalani proses cuci darah atau hemodialisa. Dukungan dari keluarga dan orang terdekat diperlukan untuk menumbuhkan semangat pasien dalam menjalani pengobatan. Penderita penyakit apapun, apalagi yang sudah masuk dalam tahap lanjut, umumnya diliputi kemarahan dan depresi karena memikirkan kesakitan yang dideritanya. Karena itu, selain faktor penanganan medis dengan peralatan memadai yang digunakan para dokter, dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat diperlukan dalam perawatan pasien tersebut. Begitu juga dengan pasien yang harus menjalani cuci darah atau dikenal dengan istilah medis hemodialisa. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah yang didasarkan pada pertukaran ion-ion dan partikel cairan darah melalui suatu membran dengan menggunakan fungsi ginjal buatan (alat dialisa) untuk mengeluarkan sampah dan racun hasil dari metabolisme tubuh. Tindakan hemodialisa ini dilakukan untuk menolong seseorang yang fungsi ginjalnya menurun hingga di bawah 15 persen. Penurunan fungsi ginjal dapat menyebabkan pasien bergantung pada tindakan hemodialisa. Kenyataan tersebut sangat memengaruhi kesehatan fisik dan psikis pasien. Spesialis penyakit dalam dari RSPremier Jatinegara dr JF Mukidjam SpPD mengatakan, keluarga berperan penting dalam mendukung pasien hemodialisa. Karena keberhasilan tindakan hemodialisa secara langsung dipengaruhi oleh kualitas tenaga medis, peralatan medis yang memadai, dan kondisi pasien sendiri,tuturnya dalam acara Gathering Pasien Hemodialisa di Auditorium RS Premier Jatinegara, Jakarta. Saat ini, ungkap dia, tidak sedikit pasien hemodialisa bahkan keluarganya yang kemudian membatasi komunikasi dengan orang lain saat mengetahui dirinya atau anggota keluarganya

harus menjalani hemodialisa dan berusaha menanggung bebannya sendiri. Padahal, terjadinya komplikasi pada saat dilakukannya tindakan hemodialisa semakin besar ketika pasien mengalami penurunan kondisi fisik dan psikis. Komplikasi seperti kram otot, hipotensi, hingga perdarahan yang umumnya terjadi saat tindakan hemodialisa disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari tiga hal, yaitu mesin, pasien, dan teknik dialisa yang dipakai Pasien harus menjaga daya tahan tubuhnya dan mengurangi beban pikirannya karena sakit yang diderita. Pasien harus didukung untuk kreatif dan ceria.Hal ini mutlak mendapatkan dukungan dan kerja sama keluarga, kata alumnus Universitas Katolik Nijmegen, Belanda, ini. Faktor penyebab penderita melakukan hemodialisa, menurut Mukidjam, umumnya karena infeksi saluran kencing, infeksi ginjal, batu ginjal, gagal ginjal, dan ginjal bawaan. Pasien yang sering melakukan hemodialisa relatif lebih tua dari umurnya karena metabolisme dalam tubuh, fosfor, dan kalsiumnya terganggu. Dia pun mengalami pengapuran tulang atau osteoporosis, ungkap dia Mukidjam memaparkan, saat ini dikenal terdapat tiga alternatif untuk pengobatan gagal ginjal. Pertama, membeli ginjal baru untuk dicangkokkan. Namun, di Indonesia masih agak sulit untuk melakukan hal tersebut. Apalagi, sarana untuk transplantasi masih terbatas. Kedua, dengan CAPD (continuius ambulatory peritoneal dialysis). Ini adalah sejenis hemodialisa, tapi yang dibersihkan bukan darah, melainkan cairan dalam perut. Adapun yang terakhir adalah hemodialisa. Seperti diketahui, menjalani perawatan dengan hemodialisa bagi penderita gagal ginjal merupakan suatu hal yang cukup menyesakkan dada, terutama dalam hal biaya. Sebab, satu kali hemodialisa, biayanya berkisar antara Rp900.000 hingga Rp1 juta. Biaya tersebut di luar obat-obatan yang dikonsumsinya. Pasien pun umumnya harus menjalani hemodialisa sekitar seminggu dua kali. Karena itu, Dr Handoyo Rahardjo, Direktur Utama RS Premier Jatinegara, mengakui, masih banyak masyarakat yang tidak mampu menjalankan pengobatan dengan hemodialisa. Data terakhir Yayasan Peduli Ginjal (Yadugi) menunjukkan, saat ini terdapat 40.000 penderita gagal ginjal kronik (GGK) di Tanah Air. Dari jumlah itu, hanya sekitar 3.000 penderita yang mampu berobat dengan hemodialisa.

Anda mungkin juga menyukai