Anda di halaman 1dari 24

1st

grade

Glomerulonefritis
Kelompok 1 :

1. Shafiyah Amalia (202001102)


2. Rahadian Sinta A (202001113)
3. Ananda Safa Maulida (202001094)
4. Maysi Puji Isanggraini (202001111)
5. M. Luqman Hakim (202001731)
Definisi
1. Glomerulonefritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya inflamasi pada
glomerulus yang disebabkan oleh invasi bakteri atau virus tertentu.

2. Glomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut post streptokokus 


(GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang mengenai glomeruli, sebagai
akibat infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, tipe nefritogenik di tempat lain.
Penyakit ini sering mengenai anak-anak.

3. Glomerulus kronis adalah suatu kondisi peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus.
Kelainan ini dapat terjadi akibat glomerulonefritis akut yang tidak membaik atau timbul
secara spontan. Glomerulonefritis kronik sering timbul beberapa tahun setelah cidera dan
peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urine) dan
proteinuria (protein dalam urine) ringan.
Klasifikasi
1.      Congenital (herediter)
a. Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif familial yang seing disertai tuli
syaraf dankelainan mata seperti lentikonus anterior. Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3%

01 02 3
anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu
penelitian terhadap anak dengan hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata
penderita sindrom alport.Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria mikroskopik
dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran nafas atas.Hilangnya pendengaran
secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal
umur sepuluh tahunan.

b. Sindrom Nefrotik Kongenital


Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir.Gejala proteinuria massif, sembab dan
hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria
terdapat pada hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan
laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda
dengan sindrom nefrotik jenis lainnya.
2. Glomerulonefritis primer   
a) Glomerulonefritis membranoproliferasif
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari
hematuria asimtomatik sampai glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria mikroskopik dan
proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab,
sedangkan sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai
riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca
streptococcus atau nefropati IgA.
b)      Glomerulonefritis membranosa
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan obat tertentu.
Glomerulopati membranosa paling sering dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik.Glomerulopati
membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan insiden 2-6% pada anak dengan sindrom nefrotik.Umur rata-rata
pasien pada berbagai penelitian berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan pada anak dengan
umur kurang dari 1 tahun.Tidak ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan sindrom
nefrotik merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria terdapat pada 50-60%, dan
hipertensi 30%. —Someone Famous
c)      Nefropati IgA (penyakit berger)
Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal
ginjal kronik.Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan
sendi.Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria mikroskopik. Adanya
episode hematuria makroskopik biasanya didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya
olahraga dan imunisasi.
3.      Glomerulonefritis sekunder
Glomerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pasca streptococcus, dimana
kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama menyerang anak
pada masa awal usia sekolah. Glomerulonefritis pasca streptococcus datang dengan keluhan hematuria nyata, kadang-
kadang disertai sembab mata atau sembab anasarka dan hipertensi.
Etiologi
- Infeksi
Glomerulonefritis akut post streptococcus. GNA dapat muncul beberapa satu atau dua minggu setelah sembuh dari infeksi
tenggorokan atau infeksi kulit. Kelebihan antibody yang dirangsang oleh infeksi akhirnya menetap di glomerulus dan
menyebabkan peradangan.

- Penyakit system kekebalan tubuh


a. Lupus
Lupus yang kronis dapat menyebabkan peradangan pada banyak bagian tubuh, termasuk kulit, persendian, ginjal, sel darah,
jantung dan paru-paru.
b. Sindrom Goodpastur
Adalah gangguan imunologi pada paru-paru yang jarang dijumpai. Sindrom Goodpastur menyebabkan perdarahan pada
paru-paru dan glomerulus.

- Kondisi yang cenderung menyebabkan luka pada glomerulus


Tekanan darah tinggi
Kerusakan ginjal dan kemampuannya dalam melakukan fungsi normal dapat berkurang akibat tekanan darah tinggi.
Sebaliknya Glomerulonefritis juga menyebabkan tekanan darah tinggi karena mengurangi fungsi ginjal.
Penyakit diabetes ginjal
Penyakit diabetes ginjal dapat mempengaruhi penderita diabetes. Nefropati diabetes biasanya memakan waktu bertahun-
tahun untuk bisa muncul. Pengaturan kadar gula darah dan tekan darah dapat mencegah atau memperlambat tekanan ginjal.
Patofisiologi
Mekanisme yang terjadi pada GNAPS adalah suatu proses kompleks imun dimana antibodi dari tubuh
akan bereaksi dengan antigen yang beredar dalam darah dan komplemen untuk membentuk suatu
kompleks imun. Kompleks imun yang beredar dalam darah dalam jumlah yang banyak dan waktu yang
singkat melekat pada kapiler-kapiler glomerulus dan terjadi perusakan mekanis melalui aktivasi sistem
komplemen, reaksi peradangan dan mikrokoagulasi.

Sebenarnya bukan sterptokokus yang menyebabkan kerusakan pada ginjal.Diduga terdapat suatu antibodi
yang ditujukan terhadap suatu antigen khusus yang merupakan unsur membran plasma streptokokal
spesifik.Terbentuk kompleks antigen-antibodi didalam darah dan bersirkulasi kedalam glomerulus tempat
kompleks tersebut secara mekanis terperangkap dalam membran basalis.
Manifestasi klinis
1. Hematuria
2. Edema pada wajah terutama periorbita atau seluruh tubuh
3. Oliguria
4. Tanda-tanda payah jantung
5. Hypertensi
6. Muntah-muntah,nafsu makan kurang kadang diare
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan  laboratoriun

a. Pemeriksaan urine
b. Pemeriksaan darah 
c. Pemeriksaan Kultur tenggorok 
d. Pemeriksaan serologis
e. Pemeriksaan imunologi

2. Pemeriksaan radiologi

3. ECG
Penatalaksanaan
1. Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan kelainan di glomerulus.

2. Pemberian penisilin pada fase akut.

3. Makanan.

4. Pengobatan terhadap hipertensi.

5. Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam darah dengan beberapa cara
misalnya dialisis pertonium, hemodialisis, bilasan lambung dan usus (tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar)

6. Diurektikum dulu tidak diberikan pada glomerulonefritis akut, tetapi akhir-akhir ini pemberian furosemid (Lasix)
secara intravena (1 mg/kgbb/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi
glomerulus (Repetto dkk, 1972).

7. Bila timbul gagal jantung, maka diberikan digitalis, sedativa dan oksigen.
Komplikasi
1. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagian akibat berkurangnya
filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia,
hiperfosfatemia dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak,
namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang di perlukan.

2. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa
gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah
lokal dengan anoksia dan edema otak.

3. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung dan
meningginya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung
akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.

4. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang menurun.
Gambaran Patologi
Makroskopis ginjal tampak agak membesar, pucat dan terdapat titik-titik perdarahan
pada korteks.Mikroskopis tampak hampir semua glomerulus terkena, sehingga dapat
disebut glomerulonefritis difusa.
Tampak proliferasi sel endotel glomerulus yang keras sehingga mengakibatkan
lumen kapiler dan ruang simpai Bowman menutup.Di samping itu terdapat pula infiltrasi
sel epitel kapsul, infiltrasi sel polimorfonukleus dan monosit. Pada pemeriksaan
mikroskop elektron akan tampak membrana basalis menebal tidak teratur. Terdapat
gumpalan humps di subepitelium yang mungkin dibentuk oleh globulin-gama,
komplemen dan antigen Streptococcus.
A. Tinjauan Kasus
Anak G Masuk Rumah sakit Datoe Binangkang di Ruang VIP pada tangga 11/03/2015 jam 09 : 00 pagi
di antar ole ibunya Ny. N. dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang, nyeri dirasakan seperti ditusuk-
tusuk dan nyeri terus menerus, bengkak pada tubuh, dan mengalami kencing yang bercampur dngan
darah sejak 1 bulan yang lalu, klien mengeluh badannya terasa sangat lemah, Klien juga mengatakan
mual muntah, tidak ada selera makan, BB menurun hingga 10 kg dari 50kg menjadi 40kg dalam 1
bulan terakhir, tampak membrane mukosa dan konjungtiva pucat, demam sakit kepala, dan sangat sulit
untuk melakukan aktifitas seperti bersekolah atau bermain dengan temannya, sebagian penuh
kegiatan/aktifitas di bantu oleh orang tua, klien dan keluarga merasa cemas dang bertanya” tenntang
penyakit yang di alami. Setelah dilakukan pemeriksaan: dapat hasil LED meningkat 12mm/jam, Kadar
HB menurun (8 g/dl), Albumin serum menurun 1,5gr%, Ureum 80 mg/dl & kreatinin 15mg/dl.
Tanda –Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
N : 98 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S :38,9ºC
BB: 40 kg
TB : 145cm.
B. Pengkajian
Identitas Klien
Biodata Pasien
Nama                     : An. G
Jenis Kelamin        : Perempuan
Umur                     : 9 Tahun
Agama                   : Islam
Suku/Bangsa         : Bolaang Mongondow
Pendidikan             : SD
Pekerjaan               : -
Alamat                  : Mongkonai
Tgl/Jam MRS        : 11/03/2015
Tgl. Pengkajian     : 12/03/2015 09 : 00
No. Register           : 76892
Ruang                      : VIP
Diagnosa Medis        :Glomerulonefritis akut
 
Penanggung Jawab
Nama                     :Ny. N
Jenis Kelamin        : Perempuan
Umur                     : 36 Th
Agama                   : Islam
Suku/Bangsa         : Bolaang Mongondow
Pendidikan            : SMA
Pekerjaan               : Pengawai Bank
Alamat                  : Mongkonai
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama: Nyeri abdomen kemudian di ikuti kencing berdarah.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti kopi sejak 1 bulan yang lalu dan nyeri saat
kencing dengan air kencing yang jumlahnya sedikit klien mengatakan badan panas
(demam) sejak semalam. Sebelumnya klien mengatakan terdapat tonsillitis pada
tenggorokannya, anak G mengatakan sering Lelah dan Lemah serta tidak ada selera makan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien biasanya mengalami panas/demam ringan tapi tidak pernah di rawat di rumah sakit,
klien hanya di rawat jalan di puskesmas karena mengalami demam, karena adanya tonsillitis
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Orang tua dari klien memiliki penyakit gastritis akut, dan pernah di rawat di RS selama 3
hari.Pada tahun lalu.
5. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki riwat alergi baik makanan maupun obat-obatan.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah
Tingkat Kesadaran : Composmentis
E (eyes) Membuka mata dengan spontan (4)
V ( Verbal) Orientasi Baik (5)
M (Motorik) Gerakan sesuai perintah (6)
GCS : 15
Tanda –Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
N : 98 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S :38,9ºC
BB: 40 kg
TB : 145cm
Head to too
1. Kepala: Bentuk kepala mesochepal, ukuran normal, tidak ada alopesia, tidak ada lesi, kulit kepala bersih tidak
berketombe, warna rambut hitam, kuantitas rambut tidak mudah rontok tidak da nyeri tekan dan edema pada kepala
2. Wajah: Wajah simetris, klien tampak lemah, terdapat edema pada wajah, tidak ada yeri tekan.
3. Mata: Alis mata simetris kiri dan kanan, bulu mata terdistribusi normal sepanjang kelopak mata, tidak ada
pembengkakan pada palpebra, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pupil bulat dan sama ukurannya, saat disinari
cahaya pupil mengecil, visus mata tidak dikaji
4. Telinga : Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan serumen, membrane timpani
normal warna putih keabu-abuan seperti mutiara saat disinari cahaya, klien dapat mendengar dengan baik.
5. Hidung
Bentuk hidung simetris, nasal septum tegak lurus berada ditengah, muosa kering, tidak ada lesi, tidak ada
pembengkakan,perdarahan, tidak ada sumbatan, tidak ada polip dan tidak ada nyeri tekan.
6. Mulut
Kondisi bibir kering, mukosa pucat, terdapat tonsillitis, gusi normal merah mudah, tidak ada perdarahan, jumlah gigi lengkap,
tidak ada karies, tidak ada gigi berlubang
7. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid, integritas kulit baik, nadi karotis kiri dan kanan teraba, tidak ada nyeri saat
menelan
8. Dada paru
Bentuk dada normal chest, ekspansi dada simetris kiri dan kanan, nafas teratur, suara nafas vesikuler
9. Dada Jantung
Tekanan darah 110/80 mmHg, CRT <2”, iktus cordis teraba, denyut nadi agak cepat dan iramanya regular/teratur, frekuensi
80x/menit, tidak ada suara jantung tambahan seperti mumur dan gallop
10.Abdomen
Inspeksi           :  bentuk datar dan simetris,  bayangan vena tidak tampak, Tidak ada lesi, ada asites
Auskultasi : peristaltic usus 12 x/mnt
Palpasi       : ada nyeri tekan didaerah bawah
Perkusi       :  Pekak
11. Genetalia dan Anus
Inspeksi : Tidak ada peradangan, tidak ada hemoroid, genetlia bersih , tidak terpasang kateter
12. Ekstremitas atas dan bawah: Terdapat edema
13. Kulit
Inspeksi :ada edema, warna kulit sawo matang
Palapsi : turgor kulit jelek, akral teraba panas SB 38,90C
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi - pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan bahwa sakit adalah suatu rasa tidak enak pada badan yang membuat kita menjadi
tidak nyaman dan pasien mengatakan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan
aktifitas tanpa disertai gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani).
b. Pola Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Klien mandi 2x sehari, diwaktu pagi dan sore hari dengan menggunakan sabun mandi dan
shampho untuk mencuci rambut, serta menggosok gigi setelah makan.
Saat Dikaji : Klien mandi menggunakan sabun 1x sehari dan gosok gigi pada pagi hari dan sore hari.
C. .Pola nutrisi dan metabolic
Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatkan bahwa sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan porsi 1 piring
yang isinya nasi, sayur, tempe, tidak, makanan pantangan klien alergi telur dan ikan.
Saat Sakit : Klien makan nasi dan sayur 3xsehari, Porsi makan ½ Porsi
Cairan
Sebelum Sakit : Klien minum setiap kali merasa haus, jenis minuman air putih kurang lebih 6-8 gelas/ hari
Saat sakit : Klien mengatakan minum kurang lebih 3-4 gelas/ hari jenis minuman air putih hangat.
d. Pola eliminasi
Sebelum sakit : BAB 2x sehari dengan konsisten warna kuning kecoklatan, Bau khas feses, lembek. BAK 4-5x
sehari
Saat dikaji : BAB 1x sehari warna agak kecoklatan, lembek, BAK 2-3x sehari warna dalam jumlah sedikit dan bau
dipengaruhi oleh obat-obatan dan terdapat darah dalam air kemih..
e. Pola  tidur dan istirahat
Sebelum Sakit : Klien mengatakan istrahat pada siang hari kurang lebih 2jam pada pukul 13.00-15.00, dan pada
malam hari 8 jam pada pukul 22.00-06.00, dalam sehari klien istrahat 10 jam
Saat dikaji : Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.keletihan, kelemahan
malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
f. Kognitif &perceptual
Sebelum Sakit : Klien sadar, bicara tidak ada kelainan dan bahasa yang diginakan adalah bahasa daerah.
Saat dikaji : Klien terlihat tegang, cemas, gelisah
g. Persepsi diri
Sebelm sakit : Klien selalu menganggap dirinya baik-baik saja
Saat dikaji :Klien menyadari bahwa kondisi dirinya tidak dalam keadaan stabil, Klien  cemas  dan takut karena
urinenya berwarna merah dan edema dan  perawatan yang  lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d adanya kerusakan pada glomerulus
2. Hipertermi b/d proses inflamasi
3. Kelebihan Volume cairan b/d Perubahan mekanisme regulasi, peningkatan permeabilitas dinding
glomerulus
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Mual muntah, pembatasan cairan, Diit, dan hilangnya
protein
5. Intoleransi aktivitas b/d Kelemahan/keletiham
 
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium.
Pada laboratorium didapatkan:
a. Hb menurun 8mg/dl (13,5-17,5 gr/dl)
b. Hematokrit (Ht) : 20 %(40 – 54) (%)
c. Leukosit : 20.000/ul (5.000 – 10.000) (/ul)
d. LED: 12 mm/Jam (0 – 10 (mm/jam)
e. Ureum: 80mg/dl (15 – 40 (mg/dl)
f. kreatinin 15 mg/dl( 0.5 – 1.5 (mg/dl)
g. Elektrolit serum (natrium meningkat, normalnya 1100 g)
h. Urinalisis (BJ. Urine meningkat : 1,015-1,025 ,
i. albumin Albumin : 1,5 gr% (3.8 – 5.0 (gr %)
j. Pada rontgen: IVP abnormalitas pada sistem penampungan (Ductus koligentes)c.
NO. Data Fokus Etiologi Problem
1. Ds : - Klien mengatakan nyeri pada bagian panggul saat BAK Adanya kerusakan pada glomerulus Nyeri akut
- Klien mengatakan sejak semalam pada saat BAK terdapat kencing
yang bercampur dengan darah
Do : Klien Nampak meringis menahan nyeri,
P: Nyeri akibat inflamasi pada glomerulus
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri pada daerah panggul
S: Skla nyeri 6
T: Nyeri secara terus menerus
- Terdapat Darah pada saat Berkemih
TTV :
TD : 110/80 mmHg
N: 98 x/mnt
RR : 20 x/mnt
S :38,9º

2. Ds: - Klien mengatakan berat badan meningkat karena adanya pembengkakan Perubahan mekanisme regulasi, peningkatan Kelebihan volume cairan
(edema pada tubuh) permeabilitas dinding glomerulus  
- Klien juga mengatakan kertika berkemih urine sedikit dan bercampur  
darah.  
Do: Klien tampak gelisah  
 
 
 
N
o
Diagnosa Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Rasional

1
Nyeri akut b/d adanya kerusakan pada glomerulus Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intensitas nyeri 1. Untuk keefektifan obat, dan
ditandai dengan: keperawatan selama 2. Atur posisi sesuai kenyamanan proses penyembuhan
Ds : - Klien mengatakan nyeri pada bagian panggul 1x24diharapkan Nyeri klien 2. Untuk mengurangi
saat BAK berkurang/hilang dengan KH: 3. Ajarkan teknik relaksasi abila ketegangan pada abdomen
- Klien mengatakan sejak semalam pada saat - Klien tidak merasa klien merasa nyeri 3. Untuk mengurangi rasa
BAK terdapat kencing yang bercampur dengan nyeri 4. Kolaborasi dalam pemberian nyeri
darah - Ekspresi wajah tampak analgetik 4. Untuk mengurangi nyeri
Do : Klien Nampak meringis menahan nyeri, rileks
P: Nyeri akibat inflamasi pada glomerulus - Skla nyeri 1-2
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk - TTV dalam batas
R: Nyeri pada daerah panggul normal
S: Skla nyeri 6 TD : 110/80 mmHg
T: Nyeri secara terus menerus N: 60-80 x/mnt
- Terdapat Darah pada saat Berkemih RR : 16-20 x/mnt
TTV : S :37ºC
TD : 110/80 mmHg  
N: 98 x/mnt  
RR : 20 x/mnt
S :38,9º
 
Thank you

Anda mungkin juga menyukai