Anda di halaman 1dari 27

GLOMERULONEFRITIS

D R . R E T N O W I S A N T I S PA
GLOMERULONEFRITIS AKUT (GNA)

• adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri


atau virus tertentu.
• Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus.

• Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk


menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami
proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh
suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut
(glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik
selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis,
perjalanan penyakit dan prognosis.
ETIOLOGI

• glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama


di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman
streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29.
• Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut
terdapat masa laten selama kurang 10 hari.

• Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih


bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui
sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan
umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya
glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus.
DEFINISI

• Glomerulonefritis akut pasca streptococcus adalah suatu


sindrom yang ditandai dengan timbulnya hematuria, edema,
hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal.
• Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi kuman streptococcus
beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas
atau pada kulit.

• Glomerulonefritis akut pasca streptococcus terutama menyerang


pada anak laki-laki dengan usia kurang dari 3 tahun.Sebagian
besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat
mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat.
PATOGENESIS

• Ada Beberapa hipotesis :



1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada
membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya.

2. Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam
tubuh menimbulkan badan auto-imun yang merusak glomerulus.

3. Streptococcus nefritogen dengan membrane basalis glomerulus
mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat
anti yang langsung merusak membrane basalis ginjal.
KLASIFIKASI

a. Congenital (herediter)

1. Sindrom Alport
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis
progresif familial yang seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti
lentikonus anterior.

Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3% anak dengan


gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang mendapatkan cangkok
ginjal.

.
CONGENITAL

• Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan hematuria yang


dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata
penderita sindrom alport.

• Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa


hematuria mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata
timbul pada saat menderita infeksi saluran nafas atas.
Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan
biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru
tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
CONGENITAL

• 2. Sindrom Nefrotik Kongenital

Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir.

Gejala proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala


baru terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian.
Proteinuria terdapat pada hamper semua bayi pada saat lahir, juga
sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan
laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia, hiperlipidemia)
tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda dengan sindrom
nefrotik jenis lainnya.
B. GLOMERULONEFRITIS PRIMER

a. Glomerulonefritis membranoproliferasif

• Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala


yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai
glomerulonefitis progresif.

• 20-30% pasien menunjukkan hematuria mikroskopik dan proteinuria, 30 %


berikutnya menunjukkan gejala glomerulonefritis akut dengan hematuria
nyata dan sembab, sedangkan sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala
sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai riwayat
infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira
glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau nefropati IgA.
PRIMER

• 2 Glomerulonefritis membranosa

Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah
pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering
dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik.

• Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan insiden 2-


6% pada anak dengan sindrom nefrotik. Umur rata-rata pasien pada berbagai
penelitian berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan
pada anak dengan umur kurang dari 1 tahun. Tidak ada perbedaan jenis
kelamin. Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan sindrom nefrotik
merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria
terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%.
3. Nefropati IgA (penyakit berger)

Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan


glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal
kronik.

Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan


hepar, saluran cerna atau kelainan sendi. Gejala nefropati IgA
asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria
mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya
didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi
misalnya olahraga dan imunisasi.
GOLERULONEFRITIS SEKUNDER
•  yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis
pasca streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah
streptococcus beta hemolitikus grup A yang nefritogenik
terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah.

• Glomerulonefritis pasca streptococcus datang dengan keluhan


hematuria nyata, kadang-kadang disertai sembab mata atau
sembab anasarka dan hipertensi.
RIWAYAT PENYAKIT /ANAMNESA

• Sebagian besar anak dengan kelainan glomrulus


menunjukkan proteinuria atau hematuria yang ditemukan pada
saat pemeriksaan urine atau hipertensi yang ditemukan pada
saat pemeriksaan fisik.

• Sebagian kecil pasien menunjukkan tanda sembab sebagai


gejala awal, sehingga diperlukan perhatian riwayat penyakit
pasien dan keluarganya.
pertama.
ANAMNESA

• Gejala yang sering ditemukan adalah hematuria atau kencing seperti


merah daging, kadang-kadang disertai sembab ringan disekitar mata
atau seluruh tubuh.
• Umumnya sembab berat terdapat pada oliguria dan bila ada gagal
jantung.

• Hipertensi terdapat pada 60-70% anak dengan glomerulonefritis akut


pada hari pertama, kemudian pada akhir minggu pertama menjadi
normal kembali.

• Hipertensi timbul karena vasospasme atau iskemia ginjal, suhu


badan tidak tinggi, tetapi dapat tinggi sekali pada
ANAMNESA

Riwayat yang spesifik pada anak dengan proteinuria:


1. sembab periorbital, pratibial, skrotum

2.anasarka pada sindroma nefrotik yang pada awalnya berupa sembab muka
pada waktu bangun tidur dan menghilang pada siang hari, tetapi kemudian
sembab akan menetap bila bertambah hebat atau menjadi anasarka.

Hal ini sering dikira sebagai reaksi alergi, bertambahnya berat badan dengan cepat
akibat ekspansi cairan ekstraseluler (dengan keluhan pakaian menjadi sempit atau
perut buncit) jumlah urine berkurang. Pada kasus yang lebih berat terdapat
anoreksia, sakit kepala, muntah dan bahkan kejang kadang disertai tanda
penurunan fungsi ginjal seperti anoreksia, apatis, mudah lelah, lambat tumbuh,
dan anemia.
PEMERIKSAAN FISIK

1. melakukan pengukuran berat dan tinggi badan


2. tekanan darah
3. adanya sembab atau asites.
4. Selama fase akut terdapat vasokonstriksi arteriola glomerulus yang
mengakibatkan tekanan filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini
kecepatan filtrasi glomerulus juga berkurang. Filtrasi air, garam, ureum
dan zat-zat lainnya berkurang dan sebagai akibatnya kadar ureum dan
kreatinin dalam darah meningkat.
5. Fungsi tubulus relative kurang terganggu, ion natrium dan air diresorbsi
kembali sehingga diuresis berkurang (timbul oliguria dan anuria)
dan ekskresi natrium juga berkurang. Ureum diresorbsi kembali lebih
dari pada biasanya, sehingga terjadi insufiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperfosfatemia, hidrema dan asidosis metabolik.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Bila ditemukan proteinuria tersendiri (isolated proteinuria), hematuria mikroskopik atau


hipertensi ringan pada anak yang tampak sehat, harus dilakukan evaluasi lebih lanjut.

• Hematuria mikroskopik dan hipertensi ringan biasanya hanya bersifat sementara.


Hematuria nyata tanpa gejala lain biasanya berasal dari glomerulus dan bila telah
diketahui adanya kelainan yang bermakna, harus segera dilakukan pemeriksaan
selanjutnya.

Laju endap darah meninggi,
• kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam dan air).
• Pada pemeriksaan urine didapatkan jumlah urine berkurang dan berat jenis urine
meninggi.

• Hematuria makroskopik ditemukan pada 50% penderita, ditemukan juga adanya


albumin, eritrosit leukosit, silinder leokosit dan hialin.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Albumin serum sedikit menurun demikian juga komplemen serum (globulin beta-
1C)
• ureum dan kreatinin darah meningkat.

• Anemia sering dijumpai pada gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik. Hematuria
harus diukur pada semua anak. Sebanyak 90% anak dengan glomerulonefritis
akut menunjukkan peningkatan streptozim dan penurunan komplemen C3.
Kadar C3 biasanya normal kembali dalam waktu 4-8 minggu dan steptozim dalam
waktu 4-6bulan.
• Uji fungsi ginjal normal pada 50% penderita.

Biopsi ginjal diperlukan untuk menegakkan diagnosis penyakit glomerulus, sebelum
biopsy dilakukan pengukuran besar ginjal dan strukturnya untuk memastikan adanya
dua buah ginjal dan menyingkirkan kemungkinan tumor dan kelainan lain yang
merupakan indikasi kontra biopsy ginjal.
 PENGOBATAN

• Pengobatan terpenting adalah suportif


• hipertensi dapat diatasi secara efektif dengan vasodilator perifer
(hidralasin, nifedipin).
• Diuretik diperlukan untuk mengatasi retensi cairan dan
hipertensi.

• Sebagian pasien hanya memerlukan terapi anti hipertensi jangka


pendek (beberapa hari sampai beberapa minggu).

• Pemberian cairan dikurangi, pemberian sedative untuk


menenangkan pasien sehingga dapat cukup beristirahat.
PENGOBATAN

• Pasien dengan gejala encelopati hipertensif memerlukan terapi


anti hipertensi yang agresif, diberikan reserpin sebanyak 0,07
mg/kgBB secara intramuskuler. Bila terjadi diuresis 5-10 jam
kemudian maka selanjutnya reserpin diberikan per oral dengan dosis
0,03 mg/kgBB/hari.

Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah dengan beberapa cara misalnya dialysis
peritoneum atau hemodialisis. Diuretikum dulu tidak diberikan pada
glomeruloefritis akut tetapi akhir-akhir ini pemberian furosemid
(lasix) 1mg/kgBB/kali secara intra vena dalam 5-10 menit berakibat
buruk pada hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.
PENGOBATAN

• Pemberian penicillin pada fase akut akan mengurangi menyebarnya infeksi


streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian antibiotika ini dianjurkan hanya
untuk 10 hari.

• Pasien glomerulonefritis akut dengan gagal ginjal akut memerlukan terapi yang
tepat, pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit. Kortikosteroid dan
imunosupresan tidak diberikan oleh karena tidak terbukti berguna untuk pengobatan.

Pada Fase akut diberikan makanan rendah protein (1g/kgBB/hari) dan rendah
garam (1g/hari). Makanan lunak diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan
makanan biasa bila suhu telah normal.
• Pada penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan kebutuhan,
sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal jantung, edema, hipertensi, dan oliguria
maka jumlah cairan yang diberikan harus dibatasi.
KOMPLIKASI

1. Glomerulonefritis kronik sebagai kelanjutan dari glomerulonefritis


akut yang tidak mendapat pengobatan secara tuntas.
2. Gagal ginjal akut dengan manifestasi oliguria sampai anuria yang
dapat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufiiensi
ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia, hiperkalemia. Walaupun
oliguria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini
terjadi diperlukan peritoneum dialysis (bila perlu).
3. Enselopati hipertensi merupakan gejala serebrum karena hipertensi.
Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan
kejang-kejang. Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah
local dengan anoksia dan edema otak.
KOMPLIKASI

• 4. Gangguan sirkulasi berupa dispnea, ortopnea, terdapatnya


ronkhi basah, pembesaran jantung dan meningginya tekanan
darah yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah,
tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma.
Jantung dapat membesar dan terjadi gagal jantung akibat
hipertensi yang menetap dan kelainan di miokardium.

5. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia disamping
sintesis eritropoetik yang menurun.
. PROGNOSIS

• Sebagian besar pasien akan sembuh


• 5% diantaranya mengalami perjalanan penyakit yang
memburuk dengan cepat.
• Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-10
setelah awal penyakit dengan menghilangnya sembab dan
secara bertahap tekanan darah menjadi normal kembali.

• Fungsi ginjal(ureum dan kreatinin) membaik dalam 1 minggu


dan menjadi normal dalam waktu 3-4 mingg
PROGNOSIS

Potter dan kawan-kawan menemukan


• kelainan sediment urine yang menetap (proteinuria dan
hematuria) pada 3,5% dari 534 pasien yang diikuti selama 12-
17 tahun di Trinidad.

• Gejala fisis menghilang dalam minggu ke 2 atau ke 3, kimia


darah menjadi normal pada minggu ke 2 dan hematuria
mikroskopik atau makroskopik dapat menetap selama 4-6
minggu.
• LED meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan, protein sedikit
dalam urine dan dapat menetap untuk beberapa bulan.
PROGNOSIS

• Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase


penyembuhan, tetapi umumnya tidak mengubah proses penyakitnya.

• Penderita yang tetap menunjukkan kelainan urine selama 1 tahun


dianggap menderita penyakit glomerulonefritis kronik, walaupun
dapat terjadi penyembuhan sempurna.

• LED digunakan untuk mengukur progresivitas penyakit ini, karena


umumnya tetap tinggi pada kasus-kasus yang menjadi kronis.
Diperkirakan 95 % akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama
fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis kronis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai