Anda di halaman 1dari 62

E. Garianto, dr, M.

Kes
Public Health Department – Medical Faculty
Hang Tuah University
 AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (angka kematian bayi)
di Indonesia merupakan tertinggi di wilayah ASEAN

 Maternal Mortality Rate (MMR)/Angka Kematian Ibu (AKI)


merupakan jumlah ibu yg meninggal terkait kehamilan,
persalinan dan nifas per 100.000 kelahiran hidup.

 Penurunan AKI terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan


2007, yaitu dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI
tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan
yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305
kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan
hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.
 Angka Kematian Neonatus (Usia – 28 hari) pada tahun
2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup.

 Infant Mortality Rate (IMR)/Angka Kematian Bayi (usia


0 – 1 tahun) tahun 2007 sebesar 34 per 1000 kelahiran
hidup. Tahun 2015 AKB sebesar 22,23 per 1.000
kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target
MDG 2015 sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup.

 IMR dan MMR merupakan indikator derajat kesehatan


masyarakat.
Faktor yang berkontribusi pd kematian ibu:

 Penyebab langsung: berhubungan dgn komplikasi


kehamilan, persalinan dan nifas. Misalnya perdarahan, pre
eklampsi/eklampsi, infeksi, partus macet dan abortus.
 Penyebab tidak langsung: faktor-faktor yg memperberat
ibu hamil “EMPAT TERLALU dan TIGA TERLAMBAT”:
 EMPAT TERLALU
- Terlalu muda
- Terlalu tua
- Terlalu sering melahirkan
- Terlalu dekat jarak kelahiran
 TIGA TERLAMBAT
- Terlambat mengenali tanda bahaya dan
mengambil keputusan
- Terlambat mencapai fasilitas kesehatan
- Terlambat dalam penanganan kegawat daruratan
 Faktor pengaruh lainnya:

- Ibu hamil yang menderita penyakit menular


seperti Malaria, HIV/AIDS, Tuberkulosis, sifilis
- Ibu hamil menderita penyakit tidak menular
seperti hipertensi, diabetes mellitus,
gangguan jiwa, kurang gizi.
 Malaria pd kehamilan sering menyebabkan
komplikasi pada ibu, janin dan bayinya. Di
daerah endemis prevalensi ibu hamil positif
malaria 38,2% (2008-2010)
 HIV pd kehamilan selain membahayakan ibu,
juga dpt menular ke bayinya. Th 2009 dari
10.026 ibu hamil yg menjalani test HIV
sebanyak 289 (2,9%) positif HIV.
 Sifilis pada kehamilan berpotensi melahirkan
bayi dg sifilis kongenital. Dari 2640 bumil y
diperiksa, 52 yang positif (1,97%)
 TB pd kehamilan memperburuk kesehatan dan status gizi
ibu - mempengaruhi tumbuh kembang bayi dan risiko
tertular.
 Penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus,
jantung, asma berat, dan gangguan jiwa sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan ibu, janin dan bayi baru
lahir.
 Kurang asupan zat besi pada ibu hamil dapat
menyebabkan anemia yang akan meningkatkan risiko
perdarahan dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah,
prevalensi anemia pada pada ibu hamil sekitar 40,1%
(SKRT 2001)
 Wanita usia subur (WUS) yang berisiko kurang
energi kronik (KEK) sekitar 13,6% dan 62,3%
rumah tangga yang mengkonsumsi garam
beryodium cukup (Riskesdas 2007).
 Ibu hamil yang mendapat kekerasan secara
fisik dan psikis baik dari suami maupun
orang-orang terdekatnya dapat mempengaruhi
kehamilan dan perkembangan janin.
Empat pilar “Safe motherhood”
- Keluarga Berencana
- ANC
- Persalinan bersih dan aman
- Pelayanan obstetri esensial
 Setiap ibu hamil diharapkan dapat menjalani
kehamilannya dengan sehat, bersalin dengan
selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Karena
itu, setiap ibu hamil harus dapat dengan mudah
mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapat
pelayanan sesuai standar, termasuk deteksi
kemungkinan adanya masalah/penyakit yang
dapat berdampak negatif terhadap kesehatan
ibu dan janinnya.  Antenatal Care (ANC)
 Merupakan cara untuk memonitor dan memantau dgn
seksama ibu hamil untuk menilai apakah
perkembangannya normal
 Mempersiapkan agar ibu dan janin dalam kondisi
sehat dan optimal selama kehamilan hingga saat
kelahiran.
 Merupakan pelayanan kesehatan yg diberikan kepada
ibu hamil selama masa kehamilannya sesuai standar
pelayanan antenatal care
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan
atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,
melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal
 ANC dilaksanakan sekurang-kurang 4 x selama masa
kehamilan. Pemeriksaan meliputi anamnesa, dan
pemantauan ibu dan janin dgn seksama untuk menilai
apakah perkembangan berlangsung normal.
 Dalam program KIA di Puskesmas istilah Ibu hamil K4
adalah ibu hamil yg mendapatkan pelayanan antenatal
oleh tenaga kesehatan sesuai standar paling sedikit 4
kali dgn distribusi pemberian pelayanan minimal satu
kali pd triwulan pertama (K 1), satu kali triwulan kedua
dan dua kali pada triwulan ketiga
 Masa kehamilan dimulai dari saat konsepsi
sampai lahirnya janin
 Masa kehamilan normal 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
 Masa kehamilan dibagi dalam 3 Trimester .
Yaitu trimester I dimulai dari konsepsi sampai
3 bulan, Trimester ke II dari bulan ke 4
sampai 6 bulan, Trimester ke III dari bulan ke
7 sampai 9 bulan
1. Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan
komprehensif sesuai standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini
mungkin pada trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8.

2. Kunjungan ke-4 (K4)


K4 adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga
kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar. Kontak 4 kali
dilakukan sebagai berikut: sekali pada trimester I (kehamilan hingga
12 minggu) dan trimester ke-2 (>12 - 24 minggu), minimal 2 kali
kontak pada trimester ke-3 dilakukan setelah minggu ke 24 sampai
dengan minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa lebih dari 4 kali
sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan
kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam K4.
3. Penanganan Komplikasi (PK)
PK adalah penanganan komplikasi kebidanan,
penyakit menular maupun tidak menular serta
masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil,
bersalin dan nifas. Pelayanan diberikan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi.
Komplikasi kebidanan, penyakit dan masalah gizi
yang sering terjadi adalah: perdarahan,
preeklampsia/eklampsia, persalinan macet,
infeksi, abortus, Malaria, HIV/AIDS, Sifilis, TB,
Hipertensi, Diabetes Meliitus, anemia gizi besi
(AGB) dan kurang energi kronis (KEK).
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan Ibu
hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal 4 kali
sesuai dengan stándar di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
• K4 Murni : K1 nya dilaksanakan pd trimester I
• K4 Akses : K1 nya dilaksanakan tdk di trimester I

Target
􀂃 Target 2005: 78 %
􀂃 Target 2010: 95 %
 Meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas
indikasi serta intervesi dasar dan khusus sesuai
risiko yg ada.

 Untuk mendeteksi sedini mungkin apakah


kehamilan berisiko tinggi (mis. Anemia, kurang
gizi, PMS, infeksi HIV)
Pelayanan antenatal terpadu dan berkualitas secara keseluruhan
meliputi hal-hal sebagai berikut:
A. Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi
agar kehamilan berlangsung sehat
B. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan
penyulit/komplikasi kehamilan
C. Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman
D. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi
E. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat
waktu bila diperlukan.
F. Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan
kesiagaan
bila terjadi penyulit/komplikasi.
Pelayanan Antenatal care harus memenuhi elemen
pelayanan sebagai berikut :
1. Penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA)
4. Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri)
5. Penentuan status imunisasi tetanus dan
pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai
status imunisasi
6. Pemberian tablet tambah darah minimal 90
tablet selama kehamilan;
7. Penentuan presentasi janin dan denyut jantung
janin (DJJ)
8. Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi
interpersonal dan konseling, termasuk keluarga
berencana)
9. Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal
tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein
urin dan pemeriksaan golongan darah (bila
belum pernah dilakukan sebelumnya); dan
10.Tatalaksana kasus.
1. Timbang berat badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin.
Penambahan berat badan yang kurang dari 9
kilogram selama kehamilan atau kurang dari 1
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya
gangguan pertumbuhan janin.
Berat badan ibu naik 1-2 kg pada trimester I.
Mulai trimester ke II berat badan ibu bertambah
0,4-0,5 kg/minggu
2. Ukur lingkar lengan atas (LiLA).
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak
pertama untuk skrining ibu hamil berisiko
kurang energi kronis (KEK). Kurang energi
kronis disini maksudnya ibu hamil yang
mengalami kekurangan gizi dan telah
berlangsung lama (beberapa bulan/tahun)
dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR).
3. Ukur tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan
darah 140/90 mmHg) pada kehamilan dan
preeklampsia (hipertensi disertai edema
wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria)
4. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali
kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau
tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
fundus tidak sesuai dengan umur
kehamilan, kemungkinan ada gangguan
pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah
kehamilan 24 minggu.
5. Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester
I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit
atau DJJ cepat lebih dari 160/menit
menunjukkan adanya gawat janin.
6. Tentukan presentasi janin;
Menentukan presentasi janin dilakukan
pada akhir trimester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika, pada trimester
III bagian bawah janin bukan kepala, atau
kepala janin belum masuk ke panggul
berarti ada kelainan letak, panggul sempit
atau ada masalah lain.
7. Beri imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus
neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu
hamil diskrining status imunisasi TT-nya.
Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,
disesuai dengan status imunisasi ibu saat
ini. (status imunisasi dasar sejak bayi)
DPT-HB-Hib: Difteri, Pertusis, TETANUS, Hepatitis B, Haemophilus
infenza type b
8. Beri tablet tambah darah (tablet besi),
Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap
ibu hamil harus mendapat tablet zat besi
minimal 90 tablet selama kehamilan
diberikan sejak kontak pertama. Apa bila
pada trimester I keluhan mual masih kuat,
tablet besi sebaiknya diberikan mulai
trimester II
9. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal
meliputi:
a. Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada
trimester ketiga. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
c. Pemeriksaan protein dalam urin
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada
trimester kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil.
Proteinuria merupakan salah satu indikator terjadinya
preeklampsia pada ibu hamil.
d. Pemeriksaan kadar gula darah.
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus
dilakukan pemeriksaan gula darah selama kehamilannya
minimal sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester
kedua, dan sekali pada trimester ketiga (terutama pada akhir
trimester ketiga).
e. Pemeriksaan darah Malaria
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak
pertama. Ibu hamil di daerah non endemis Malaria dilakukan
pemeriksaan darah Malaria apabila ada indikasi.
f. Pemeriksaan tes Sifilis
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi
dan ibu hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaaan Sifilis sebaiknya
dilakukan sedini mungkin pada kehamilan.

g. Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi
kasus HIV dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil
setelah menjalani konseling kemudian diberi kesempatan untuk
menetapkan sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV.

h. Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakukan pada ibu hamil yang dicurigai
menderita Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi
Tuberkulosis tidak mempengaruhi kesehatan janin.
Selain pemeriksaaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.
10.Tatalaksana/penanganan Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di
atas dan hasil pemeriksaan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada
ibu hamil harus ditangani sesuai dengan
standar dan kewenangan tenaga kesehatan.
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani
dirujuk sesuai dengan sistem rujukan
KIE Efektif (Temu wicara)
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang
meliputi:

a. Kesehatan ibu
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke tenaga kesehatan dan
menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup selama
kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak bekerja
berat.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan
selama kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan,
mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, menggosok
gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta melakukan olah
raga ringan.
C. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan
perencanaan persalinan
Setiap ibu hamil perlu mendapatkan dukungan
dari keluarga terutama suami dalam
kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat
perlu menyiapkan biaya persalinan, kebutuhan
bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah.
Hal ini penting apabila terjadi komplikasi
kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera
dibawa ke fasilitas kesehatan.
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan
nifas serta kesiapan menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-
tanda bahaya baik selama kehamilan, persalinan,
dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada
jalan lahir saat nifas, dsb. Mengenal tanda-tanda
bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari
pertolongan ke tenaga kesehatan kesehatan.
e. Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk
mendapatkan asupan makanan yang cukup
dengan pola gizi yang seimbang karena hal
ini penting untuk proses tumbuh kembang
janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu
hamil disarankan minum tablet tambah darah
secara rutin untuk mencegah anemia pada
kehamilannya.
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-
gejala penyakit menular (misalnya penyakit
IMS,Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat
mempengaruhi pada kesehatan ibu dan
janinnya.
g. Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV
di daerah tertentu (risiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan
penjelasan tentang risiko penularan HIV dari ibu ke
janinnya, dan kesempatan untuk menetapkan sendiri
keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak.
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar
tidak terjadi penularan HIV dari ibu ke janin, namun
sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV negatif maka
diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama
kehamilannya, menyusui dan seterusnya.
h. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI
ekslusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI
kepada bayinya segera setelah bayi lahir karena ASI
mengandung zat kekebalan tubuh yang penting
untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan
sampai bayi berusia 6 bulan.

i. KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya
ikut KB setelah persalinan untuk menjarangkan
kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat
kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.
j. Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) untuk mencegah bayi
mengalami tetanus neonatorum.

k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada


kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan intelegensia bayi
yang akan dilahirkan, ibu hamil dianjurkan untuk
memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara
bersamaan pada periode kehamilan.
 Adalah kehamilan dimana ibu hamil maupun janin
yang dikandungnya berada dalam risiko kematian
ataupun kesakitan selama kehamilannya,
persalinannya maupun setelah kelahirannya ( post
partum )

 Ibu Hamil Risiko Tinggi


ibu hamil dengan satu atau lebih faktor risiko baik
dari pihak ibu maupun janinnya yang dapat
memberikan dampak kurang menguntungkan bagi
ibu maupun janinnya.
Faktor Ibu
1. Usia ibu: < 16 tahun atau > 35 tahun
2. Fertilitas:
- Ibu baru hamil stlh 4 tahun menikah
- Ibu hamil lagi saat dimana anak terkecil
berusia 10 tahun
3. Grande Multipara: punya anak lebih dari 4
4. Tinggi badan ibu < 145 cm
5. Kebiasaan Buruk
- Perokok berat, pecandu narkoba, peminum
alkohol.
6. Riwayat Persalinan / Obstetrik yang jelek :
- Abortus, Riwayat persalinan prematur,
Riwayat persalinan lama, Riwayat Operasi
Cesar, Riwayat persalinan dengan bantuan
Forceps atau Vakum

Lanjutan
7. Riwayat Penyakit yang diderita :
- Hipertensi, Diabetes, Penyakit jantung, Penyakit ginjal,
Penyakit Paru-paru, Gangguan Koagulasi, Anemia,
Infeksi berat seperi AIDS.
8. Riwayat Operasi dan Trauma sebelumya :
- Trauma Pelvis, Miomektomi

Lanjutan
Faktor Risiko Janin
1. Malpresentasi dan malposisi
2. Bayi Kembar
3. Perdarahan antepartum
4. Kelainan kongenital
5. Hamil lebih bulan ( post date )
6. Poli dan atau Oligohidramnion
7. Makrosomia
8. Intrauterine Growth Restriction
9. Janin mati dalam kandungan
I II III IV

Triwulan
Kel Masalah/Faktor Risiko Skor
No I II III.1 III.2
FR
Skor awal ibu hamil 2
I 1 Terlalu muda hamil I ≤16 Tahun 4
2a Terlalu lambat hamil I kawin ≥4 4
Tahun
b Terlalu tua hamil I ≥35 Tahun 4
3 Terlalu cepat hamil lagi ≤ 2 Tahun 4
4 Terlalu lama hamil lagi ≥10 4
Tahun
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 Tahun 4
I II III IV

Triwulan
Kel Masalah/Faktor Risiko Skor
No I II III.1 III.2
FR

7 Terlalu pendek ≥145 cm 4


8 Pernah gagal kehamilan 4
9 Pernah melahirkan dengan 4
a.tarikan tang/vakum
b. uri dirogoh 4
c. diberi infus/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
I II III IV

Triwulan
Kel Masalah/Faktor Risiko Skor
No I II III.1 III.2
FR

II 11 Penyakit pada ibu hamil 4


a. Kurang Darah b. Malaria,
c. TBC Paru d. Payah Jantung 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4
f. Penyakit Menular Seksual 4
12 Bengkak pada muka / tungkai 4
dan tekanan darah tinggi.
13 Hamil kembar 4
14 Hydramnion 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
I II III IV

Triwulan
Kel Masalah/Faktor Risiko Skor
No I II III.1 III.2
FR

II 17 Letak sungsang 8
18 Letak Lintang 8
III 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8
20 Preeklampsia/kejang-kejang 8
JUMLAH SKOR
 Skor 2 : KRR (kehamilan risiko rendah)
 Skor 6 – 10 : KRT (Kehamilan risiko tinggi),
rujukan bidan Pkm, penolong bidan/dokter
 Skor > 12 : KRST (Kehamilan risiko sangat
tinggi) rujukan dan persalinan harus di RS,
penolong dokter

Anda mungkin juga menyukai