TINEA KRURIS
Pembimbing :
Penyusun :
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURABAYA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
“TINEA KRURIS”
Oleh
Responsi “TINEA KRURIS” ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di SMF
Kulit Kelamin RSU Haji Surabaya, Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya.
Mengesahkan,
Dokter Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan
“Tinea Kruris ” dapat terselesaikan dengan baik. Adapun pembuatan responsi ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu
serta dukungan baik langsung maupun tidak langsung dari semua pihak. Untuk itu
KULIT KELAMIN RSU Haji Surabaya, Para perawat dan pegawai di poliklinik
ini. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
memberikan manfaat yang besar bagi pembaca pada umumnya dan penyusun
pada khususnya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tinea kruris dengan lesi kemerahan bersisik dan batas yang tegas pada region
Gambar 3.1 Tinea kruris pada liptan paha sebelah kiri ......................................................... 28
Gambar 3 3 Gambar foto kultur kulit yang diberi pewarnaan KOH dengan perbesaran 10x
......................................................................................................................................... 29
iv
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
berdasarkan daerah yang terkena. Infeksi yang sering terjadi pada anak-anak
prepubertal adalah tinea korporis dan tinea kapitis, sedangkan pada remaja dan
dewasa lebih sering mendapatkan tinea kruris, tinea pedis, dan tinea unguinum
(onchomycosis). Diagnosis klinis tidak dapat diandalkan karena infeksi dari tinea
Contohnya, tinea korporis dapat sulit dibedakan dengan eksema, tinea capitis
dapat sulit dibedakan dengan alopecia areata, dan onikomikosis dapat sulit
dibedakan dengan distrofi kuku ibu jari kaki dari trauma ringan berulang 1.
. Tinea kruris sangat umum pada remaja dan lelaki dewasa muda, dan
melibatkan bagian dari paha bagian atas yang berlawanan dari skrotum. Skrotum
sendiri biasanya tidak terserang tinea kruris, tapi biasanya terkena kandidiasis 1.
korporis dan tinea kruris merupakan bentuk dermatofitosis yang paling sering
Distribusi penyebaran spesies penyebab dan karakteristik tinea kruris dan tinea
1
korporis berguna dalam mencari sumber infeksi penularan, memahami faktor
penatalaksanaan. Dermatofita tumbuh optimal pada suhu 15- 35°C,12 pada kulit
keadaan sosioekonomi yang rendah, lingkungan tempat tinggal yang padat, dan
1.2 Definisi
daerah genitalia, pubis, perineal, dan perianal. Pemberian dari penamaan ini masih
salah dikarenakan dalam bahasa latin 'cruris' berarti tungkai. Penyakit ini
1.3 Sinonim
Tinea kruris juga dikenal sebagai jock itch dan crotch itch 4.
1.4 Epidemiologi
Seperti tinea corporis, tinea kruris juga menyebar melalui kontak langsung
ataupun melalui fomites, dan diperparah dengan adanya daerah yang tertutup dan
iklim yang hangatdan lembab. Kejadian ini lebih sering terjadi tiga kali lipat pada
pria daripada wanita, dan umumnya orang dewasa lebih sering terkena daripada
anak-anak. Autoinfeksi juga umum terjadi dari reservoir yang jauh seperti pada
2
1.5 Etiologi
berperan.3
1.6 Patofisiologi
dilakukan termasuk dari habitat dan pola dari infeksi. Organisme geofilik yang
berasal dari tanah dan hanya mnginfeksi manusia melalui spora, biasanya
memalui kontak langsung dengan tanah. Infeksi ini biasanya menyebar dengan
spora, dan dapat hidup beberapa tahun di selimut dan alat bersih-bersih. Lalu ada
spesies zoofilik yang ditemukan pada hewan tetapi juga dapat ditransmisikan ke
manusia. Transmisi terjadi melalui kontak langsung dari spesies hewan yang
spesifik atau secara tidak langsung ketika bulu hewan yang terinfeksi terbawa di
pakaian, atau terdapat pada di rumah atau pada makanan. Area yang paling
hostnya. Tidak seperti geofilik dan zoofilik, infeksi antropofilik biasanya sering
Faktor host yang dapat meningkatkan infeksi ini termasuk kulit yang rusak,
3
metalloprotease, sistein deoxygenase dan serine protease), menghasilkan lipase
like receptors (TLRs) dan dectin-1, yang memicu pelepasan berbagai macam
4
Gambar1. 1 Patogenesis terjadinya Tinea Pedis7
Sumber : Ilkit,Macit, Murat Durdu. Tinea Pedis : The Etology and Global
2014.Availablefrom:URL:https://www.researchgate.net/publication/260092
866
Lesi ini dimulai dengan adanya eritema kecil dan bersisik atau vesikular dan
lesi berkulit yang menyebar secara perifer dan bersih pada bagian tengahnya,
sehingga lesi ini memiliki karakteristik tepi yang melengkung dengan batas yang
jelas. Pada pinggiran lesi ini bisa didapatkan adanya vesikel, pustule, ataupun
5
papul. Ini dapat meluas ke bawah hingga ke paha, dan belakang pada perineum
Gambar 1.2 Tinea kruris dengan lesi kemerahan bersisik dan batas yang tegas
6
Pada infeksi tinea kruris akut, ruamnya dapat tampak lembab dan didapatkan
cairan eksudat. Infeksi kronis biasanya kering dengan papul sisi luar berbentuk
anular ataupun berbentuk aciform dan pada batasnya tampak sisik yang tidak
eritematus dan sedikit sisik. Dapat terjadi perubahan sekunder seperti ekskoriasi,
likenifikasi, dan perubahan menjadi impetigo akibat dari adanya pruritus. Infeksi
kronis yang diberikan kortikosteroid topical lebih eritema, sedikit bersisik, dan
bisa terdapat pustule folikular. Sekitar satu setengah dari pasien dengan tinea
1.8 Diagnosa
bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut, dan kuku. Bahan untuk
kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril.
- Kulit berambut
7
Rambut dicabut pada bagian kulit yang mengalami kelainan. Kulit
- Kuku
Bahan diambil dari bagian kuku yang sakit dan diambil sedalam-
diambil pula .
kemudian ditambahkan 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk
sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit dan kuku 20%. Setelah sediaan
dicampur dengan larutan KOH, ditunggu 15-20 menit, hal ini diperlukan untuk
pemansan sediaan basah di atas api kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan
tersebut, pemanasan sudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk
Kristal KOH, sehingga tujuan yang diinginkan tidak tercapai. Untuk melihat
elemen jamur lebih nyata ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya
8
Pada sediaan kulit dan kuku yang terlihat adalah hifa, sebagai dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora)
pada kelainan kulit lama dan/atau sudahdiobati. Pada sediaan rambut yang dilihat
adalah spora kecil ( mikrospora) atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media buatan.
Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa
biasanya simetris.4
10
Gambar 1.5 Psoriasis
yang ringan.
11
Gambar 1.6 Dermatitis seboroik
kecuali pada sela paha, di mana dapat terasa gatal dan rasa
yang menyertai. 4
12
terkena menunjukkan adanya warna coral red akibat
adanya porphyrin 4
tumbuh,
aksila.
13
“collarette” scale). Erupsinya menyerupai tinea kruris,
14
Gambar 1.9 Liken simpleks kronis
1.10 Penatalaksanaan
kelompok besar, yaitu antijamur yang bekerja pada membran sel jamur, asam
nukleat jamur dan dinding sel jamur serta ada satu antijamur yang tidak termasuk
dalam ketiga kelompok besar di atas yaitu griseofulvin yang bekerja pada
mikrotubulus jamur.8
Kelompok obat-obat antijamur ini sering digunakan secara luas dalam praktek
sehari-hari. Target kerja antijamur ini adalah membran sterol jamur. Kelompok
nistatin. Obat ini berinteraksi dengan sterol pada membran sel (ergosterol) untuk
enzim sitokrom P450 mikrosomal pada membaran sel jamur. Enzim 14-α-
terikat pada membran dan berujung pada terhentinya pertumbuhan sel jamur. 8
Alilamin. Salah satu obat golongan alilamin yang paling sering digunakan
aktivitas fungistatik.8
16
Antijamur yang bekerja pada asam nukleat jamur
fluorinisasi. Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan enzim cytosine
Dinding sel jamur mengandung mannoprotein, chitin serta alfa, dan beta-
glucans yang berperan penting sebagai proteksi, menjaga morfologi sel dan
rigiditas sel, metabolisme, pertukaran ion dan filtrasi, ekspresi antigenik, interaksi
primer dengan pejamu dan pertahanan terhadap fungsi sistem imunitas selular
pejamu. Komposisi ini tidak selalu ditemukan pada organisme yang lain, namun
kerja obat-obat antijamur lain. Contoh obat golongan ini adalah echinocandins
yang bekerja dengan menghambat sintesis β-glucan dinding sel jamur. Produk
antimikotik yang sempit, dan hanya efektif untuk infeksi dermatofita namun tidak
Agen Topikal terbukti aman dan efektif pada terapi pada infeksi jamur. Agen
Griseofulvin tercatat aman digunakan tetapi membutuhkan terapi yang lebih lama
Dua kelas antifungi yang sering digunakan untuk mengobati tinea kruris
akumulasi keracunan pada sel dan pada kematian sel. Penelitian menemukan
bahwa terbinafin 1% lebih efektif dan dapat ditoleransi pad anak-anak. Dan
terbinafine emulsi gel dikatan lebih efektif dari krim ketokonazol 2% pada terapi
18
diperpendek menjadi seminggu.Kombinasi produk dengan kortikosteroid ampuh
antifungi yang lebih baru. Terapi Terbinafine pada M. canis membutuhkan dosis
yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama. Bentuk ultra mikro dari griseofulvin
dapat efektif dengan dosis dari 500 hingga 1000 mg/hari selama 4 hingga 6
minggu. Kira-kira 10% individu dapat mengalami nausea ataupun sakit kepala
ataupun es krim. Tingkatan yang efektif pada anak terjadi pada dosis 10 hingga 20
area krural penting sebagai tindakan profilaksis. Area tersebut harus dijaga
sekering mungkin dengan penggunaan pakaian dalam dan celana yang longgar.
Antihistamin dalam dosis terapi, efektif untuk mengobati edema, eritem dan
Anti Histamin 1 ini dalam dosis terapi efektif untuk menghilangkan bersin,
rinore, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan pada seasonal hay fever.
Antihistamin generasi pertama ini mudah didapat, baik sebagai obat tunggal atau
hidroksisin dan lain-lain. Pada umumnya obat antihistamin generasi pertama ini
mempunyai efektifitas yang serupa bila digunakan menurut dosis yang dianjurkan
dan dapat dibedakan satu sama lain menurut gambaran efek sampingnya. Namun,
efek yang tidak diinginkan obat ini adalah menimbulkan rasa mengantuk sehingga
berat. Efek sedatif ini diakibatkan oleh karena antihistamin generasi pertama ini
memiliki sifat lipofilik yang dapat menembus sawar darah otak sehingga dapat
menempel pada reseptor H1 sel otak, kewaspadaan menurun dan timbul rasa
mengantuk. 9
pertama, memiliki sifat lipofilik yang lebih rendah sulit menembus sawar darah
otak. Reseptor H1 sel otak tetap diisi histamin, sehingga efek samping yang
ditimbulkan agak kurang tanpa efek mengantuk. Obat ini ditoleransi sangat baik,
dapat diberikan dengan dosis yang tinggi untuk meringankan gejala alergi
20
sepanjang hari, terutama untuk penderita alergi yang tergantung pada musim.
Obat ini juga dapat dipakai untuk pengobatan jangka panjang pada penyakit
kronis seperti urtikaria dan asma bronkial. Peranan histamin pada asma masih
karena histamin, antihistamin dapat meredakan gejala ringan asma kronik dan
bronkus. Namun, pada umumnya mempunyai efek terbatas dan terutama untuk
kedua diragukan untuk terapi asma kronik. Yang digolongkan dalam antihistamin
1.11 Prognosis
Kekambuhan dari tinea kruris umum terjadi. Tinea pedis yamg menetap harus
yang ketat dan penggunaan pakaian dalam yang tidak terbuat dari katun. 10
21
BAB 2
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn. A
Umur : 22 th
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
No. RM : 745097
2.2 Anamnesa
dan rasa gatal, tetapi lama-lama semakin menyebar dan menjadi lebar.
Gejala ini semakin parah ketika pasien mandi, maupun berjalan karena
22
2.2.3 Riwayat Penyakit dahulu:
23
- Abdomen : Dalam batas normal
- Gangguan Sensorik
Nyeri : (-)
Raba : (-)
Suhu : tde
- Biopsi kulit
2.4 Resume
24
dan rasa gatal, tetapi lama-lama semakin menyebar dan menjadi lebar.
Gejala ini semakin parah ketika pasien mandi, maupun berjalan karena
keluhan yang sama maupun adanya tekanan darah tinggi, dan alergi
Status dermatologis
2.5 Diagnosa
- Tinea kruris
- Psoriasis
25
- Eritrasma
- Dermatitis seboroik
- candidiasis
2.7 Planning
Terapi :
- Menjaga higienitas
Medika mentosa :
S u e 2 dd 1
mfla
S 2 dd 1
S 0-0-1
26
2.8 Prognosa
Prognosis dari tinea kruris baik dengan adanya diagnosis yang tepat dan
terapi yang tepat. Namun, dapat muncul kembali apabila daerah sela paha tidak
dijaga agar tetap kering. Tidak ada mortalitas yang berhubungan dengan kejadian
tinea kruris. Hubungan dengan gatal menyebabkan morbiditas sebagai hasil dari
likenifikasi, infeksi sekunder bakteri, dan iritan dan dermatitis kontak alergi
27
BAB 3
FOTO KASUS
28
Gambar 3 3 Gambar foto kultur kulit yang
diberi pewarnaan KOH dengan perbesaran
10x
29
DAFTAR PUSTAKA
Kruris di RSUD Ciamis Jawa Barat. Berk Ilmu Kesehat Kulit dan Kelamin.
2016;28(2):42–51.
Indonesia; 2017.
https://www.researchgate.net/publication/260092866
30
:123–9
10. Goldstein AAO, Goldstein BG. Dermatophyte ( tinea ) infections. 2020;
31