OLEH:
HENDRA
2021-01-14901-025
Pembimbing Klinik
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Dan
yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dengan Diagnosa Medis Chronic Wound
Pro Debridement + Wound Dehiscence Di Ruang IBS (Instalasi Bedah Sentral)
Di Rumah Sakit Unair Surabaya”. Asuhan Keperawatan ini merupakan salah satu
persyaratan pada Pendidikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal
Bedah (KMB) di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Haris Widodo, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku PJ Unit yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, serta penuh kesabaran membimbing
penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
4. Bapa Muhammad Umar Ali K, S.Kep., Ns. selaku Pembimbing Klinik yang
telah memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan
keperawatan ini.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga laporan kasus asuhan keperawatan
ini dapat terselesaikan, yang mana telah memberikan bimbingan dan bantuan
kepada penyusun.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun laporan kasus asuhan
keperawatan ini masih jauh dari sempurna untuk itu kepada semua pihak,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
menunjang kesempurnaan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER DEPAN............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB 1 TINJUAN PUSTAKA......................................................................1
1.1 Konsep Dasar Penyakit.............................................................................1
1.1.1 Definisi Chronic Wound........................................................................1
1.1.2 Etiologi..................................................................................................1
1.1.3 Manifestasi klinik..................................................................................2
1.1.4 Komplikasi.............................................................................................2
1.1.5 Patofisiologi...........................................................................................3
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................4
1.1.7 Penatalaksaan Medis .............................................................................5
1.2 Konsep Debridement..............................................................................5
1.2.1 Defenisi Debridement..........................................................................5
1.2.2 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................6
1.2.3 Penatalaksaan/ Jenis-Jenis Tindakan.....................................................6
1.3.1 Konsep Wound Dehiscence...............................................................10
1.3.1 Definisi Wound Dehiscence...............................................................10
1.3.2 Etiologi................................................................................................11
1.3.3 Tanda dan Gejala.................................................................................10
1.3.4 Patofisiologi.........................................................................................10
1.3.5 Penatalaksanaan...................................................................................12
2.2.Manajemen Asuhan Keperawatan......................................................13
2.2.1 Pengkajian............................................................................................13
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................17
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................18
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................23
2.2.5 EvaluasiKeperawatan..........................................................................23
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN........................................................24
2.1 Pengkajian...............................................................................................24
2.2 Analisa Data............................................................................................28
2.3 Prioritas Masala......................................................................................29
2.4 Rencana Keperawatan............................................................................30
2.4 Intervensi Keperawatan .........................................................................33
2.5 Implementasi ..........................................................................................33
2.5 Evaluasi...................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
TINJUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Dasar Penyakit
1.1.1 Definisi Chronic Wound
Luka kronis adalah luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali
(rekuren) dimana terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang bisanya
disebabkan oleh masalah multifactor dari penderita. (Fowler, 2010) Pada luka
kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak berespon baik
terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali.
Luka kronik Adalah luka yang sudah lama terjadi atau menahun dengan
penyembuhan yang lebih lama akibat adanya gangguan selama proses
penyembuhan luka.Gangguan dapat berupa infeksi,dan dapat terjadi fase
inflamasi,proliferasi,atau maturasi.Biasanya luka akan sembuh setelah perawatan
yang tepat selama dua sampai tiga bulan.(Perry & Potter,2006)
Luka kronis juga sering disebut kegagalan dalam penyembuhan luka.
Penyebab luka kronis biasanya karena ulkus,luka gesekan,sekresi dan tekan .Luka
kronis umumnya sembuh atau menutup dengan tipe penyembuhan sekunder.Akan
tetapi,tidak semua luka dengan tipe penyembuhan sekunder disebut luka
kronis,misalnya luka terbakar dengan deep full-thickness yang terjadi dua hari
yang lalu disebut dengan luka tipe penyembuhan sekunder (Arisanty,2018)
Luka adalah suatu keadaan dimana terputusnya kontinuitas jaringan tubuh
yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh dan mengakibatkan
terganggunya aktivitas sehari –hari (Damayanti, Pitriani, & Ardhiyanti, 2015).
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu
( Potter & Parry, 2015).
1.1.2 Etiologi
Akibat terjadi luka kronis di sebabkan sirkulasi yang buruk, neuropati, dan
kesulitan bergerak, faktor yang berkontribusi terhadap luka kronis adalah penyakit
sistemik, usia, dan penyakit trauma. Comorbid berulang yang dapat berkontribusi
pada pembentukan luka kronis termasuk vaskulitis (radang pembuluh darah),
1
2
1.1.3 Komplikasi
1. Hemoragi
Perdarahan pada area luka merupakan hal yang normal terjadi selama dan
sesaat setelah trauma. Hemostasis terjadi dalam beberapa menit kecuali
jika luka mengenai pembuluh darah besar dan pembekuan darah klien
buruk. Perdarahan setelah hemostasis menunjukan lepasnya jahitan
operasi, keluarnya bekuan darah, infeksi atau erosi pembuluh darah oleh
benda asing.
2. Infeksi
Terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demam, atau
3
panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan disekitar luka mengeras,
serta adanya kenaikan leukosit.
3. Dehisens
Merupakan pecahnya luka sebagian atau seluruhnya yang dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti kegemukan, kekurangan nutrisi,
terjadinya trauma dan lain-lain. Sering ditandai dengan kenaikan suhu
tubuh (demam), takikardia dan rasa nyeri pada daerah luka.
4. Eviverasi
Menonjolnya organ tubuh bagian dalam kearah luar melalui luka. Hal ini
dapat terjadi jika luka tidak segara menyatu dengan baik atau akibat
proses penyembuhan yang lambat.
5. Fistula
Adalah saluran abnormal yang berada diantara 2 buah organ atau diantara
organ dan bagian luar tubuh. Sebagian besar fistula terbentuk karena
penyembuhan luka yang buruk atau karena komplikasi suatu penyakit
seperti penyakit Chron atau enteritis regional. Fistula meningkatkan
resiko terjadinya infeksi atau ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
akibat kehilangan cairan.
1.1.4 Patofisiologi
Luka kronis adalah luka yang tidak sembuh dalam waktu yang singkat
serangkaian tahapan yang teratur dan dalam waktu yang tidak dapat diprediksi
seperti kebanyakan luka lainnya, luka kronis yang tidak dapa sembuh dalam
waktu yang singkat dalam waktu dua tiga bulan sering dianggap kronis. Selain
sirkulasi yang buruk, neuropati, dan kesulitan bergerak, faktor yang berkontribusi
terhadap luka kronis adalah penyakit sistemik, usia, dan penyakit trauma.
Comorbid berulang yang dapat berkontribusi pada pembentukan luka kronis
termasuk vaskulitis (radang pembuluh darah), kekebalan penindasan, pioderma
gangrenosum, dan penyakit yang menyebabkan iskemia. (Fowler, 2010)
4
PATHWAY
Ulkus, luka bakar, jaringan nekrotik
Pembedahan debridement
Pengeluaran Masuknya
histamine dan mikroorganisme
prostaglandin
Resiko Infeksi
Nyeri
Akut
kehilangan sel pada lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
merupakan tindakan pemutus rantai respon inflamasi sistemik dan maupun sepsis
(Chadwick, 2012).
Debridement adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati
dari suata luka. Jaringan avital dapat bewarna lebih pucat, coklat muda atau hitam
dan dapat kering atau basah.
Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus
dan jaringan fibrotik. Jaringan mati yang dibuang disekitar 2-3 mm dari tepi luka
ke jaringan sehat. Debridement meningkatakan pengeluaran faktor pertumbuhan
yang membantu proses penyembuhan luka.
Tindakan debridement ini dilakukan untuk membuang jaringan yang mati
serta membantu mempercepat penyembuhan luka. Debridement dapat dilakukan
secara surgical, kimia/enzimatik, mekanik, atau autolitik. Metode debridement
yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, riwayat
medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistematik
"granulasi" atau "jaringan granulasi." Jaringan baru ini tidak sekuat kulit normal,
seperti baru dan tidak memiliki waktu untuk memperkuat (Jennifer Whitlock, 27
Mei 2014)
Wound dehiscence adalah salah satu komplikasi luka operasi yang
terinfeksi. Komplikasi lain penyembuhan luka dipindah; yang lambat, morbiditas
dan mortalitas yang meningkat, serta lama rawat yang berkepanjangan (Khan
MA, 2009)
1.3.2 Etiologi
Luka dehiscence dapat disebabkan oleh teknik bedah yang buruk seperti
penjahitan yang tidak benar, jahitan lebih-diperketat atau jenis yang tidak pantas
dari jahitan. Luka dehiscence juga dapat disebabkan oleh meningkatnya stres ke
daerah luka sebagai akibat dari latihan berat, angkat berat, batuk, tertawa, bersin,
muntah atau bantalan turun terlalu keras dengan gerakan usus. Dalam beberapa
kasus, dehiscence luka bisa menjadi sekunder untuk luka infeksi atau
penyembuhan yang buruk seperti yang terlihat pada pasien dengan penyakit
kronis, kurang gizi atau sistem kekebalan tubuh yang lemah. Luka dehiscence
sekunder dapat terjadi pada pasien dengan AIDS, penyakit ginjal, diabetes
mellitus dan mereka yang menjalani kemoterapi atau radioterapi. (Sudjatmiko,
2010)
1.3.4 Patofisiologi
Kata lain dari dehiscence adalah kegagalan mekanik penyembuhan luka
insisi. Insisi pada operasi menstimulasi proses penyembuhan yang melalui empat
fase berbeda dan berkesinambungan yaitu hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan
maturasi. Selama hemostasis, trombosit beragregasi, zat pembeku darah mengala
mi aktivasi dan degranulasi. Bekuan darah didegradasi, pembuluh kapiler
melebar, cairan memasuki sisi luka, dan aktivasi kaskade komplemen. Makrofag,
sel yang lisis dan neutrofil merupakan sediaan sitokin dan faktor pertumbuhan
yang esensial untuk penyembuhan luka. Pada fase proliferasi terjadi pembentukan
jaringan granulasi yang dimulai pada hari ketiga pasca operasi dan berakhir
beberapa minggu. Terpenting pada fase tersebut fibroblas bergerak ke arah luka
dan merespon sintesis kolagen. Fase maturasi dimulai pada hari ketujuh pasca
operasi dilanjutkan deposisi jaringan kolagen dan remodeling untuk meningkatkan
kekuatan regangan luka (Carter RF, et all, 2011; Keswani SG,et all, 2005)
1.3.5 Penatalaksanaan
antara lain rehecting atau penjahitan ulang luka operasi yang terbuka, mesh repair,
vacuum pack, abdominal packing, dan Bogota bag repair (Sukumar, 2014).
Jenis operasi rehecting atau penjahitan ulang paling sering dilakukan
hingga saat ini.Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan keadaan stabil, dan
penyebab terbukanya luka operasi murni karena kesalahan tekhnik penjahitan
(Sukumar, 2014).
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan pernafasan
meningkat.
c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
1) Kepala Dan Rambut
Pemeriksaan meliputi bentuk kepala, penyebaran dan perubahan
warna rambut serta pemeriksaan tentang luka. Jika ada luka pada
daerah tersebut, menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan kerusakan
kulit.
2) Mata
Meliputi kesimetrisan, konjungtiva, reflek pupil terhadap cahaya
dan gangguan penglihatan.
3) Hidung
Meliputi pemeriksaan mukosa hidung, kebersihan, tidak timbul
pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.
4) Mulut
Catat keadaan adanya sianosis atau bibir kering.
5) Telinga
Catat bentuk gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen. Pada penderita yang bed rest dengan
posisi miring maka, kemungkinan akan terjadi ulkus didaerah daun
telinga.
6) Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya
pembesaran vena jugularis dan kelenjar linfe.
d. Pemeriksaan Dada Dan Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan ekspansi paru, auskultasi irama
pernafasan, vokal premitus, adanya suara tambahan, bunyi
jantung, dan bunyi jantung tambahan, perkusi thorax untuk
mencari ketidak normalan pada daerah thorax.
e. Abdomen
15
3) Kelembaban
Normalnya, kelembaban meningkat karena peningkatan aktivitas
atau suhu lingkungan yang tinggi kulit kering dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti lingkungan kering atau lembab yang
tidak cocok, intake cairan yang inadekuat.
4) Integritas
Yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna, distribusi,
apakah ada drainase atau infeksi.
5) Kebersihan kulit
Vaskularisasi
Perdarahan dari pembuluh darah menghasilkan petechie dan
echimosis.
6) Palpasi kulit
Yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembaban, suhu,
tekstur atau elastisitas, turgor kulit. Ada dua kondisi yang perlu
dikaji :
Luka baru
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
Latih teknik relaksasi
20
2. Risiko infeksi (D.0142) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x PENCEGAHAN INFEKSI
24 jam, maka tingkat infeksi menurun dengan kriteria Observasi:
hasil: - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
1. Luaran utama: tingkat infeksi (L.14137) - Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
- Kemerahan menurun
- Nyeri menurun Terapeutik:
- Bengkak menurun - Berikan perawatan luka
- Drainase purulent menurun - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
- Kadar sel darah putih membaik - Pertahankan teknik aseptic
2. Luaran tambahan: integritas kulit dan jaringan
(L14125) Edukasi:
- Kerusakan jaringan menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Kerusakan lapisan kulit menurun - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
- Nyeri menurun - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Nekrosis menurun
- Pigmentasi abnormal menurun
- Perfusi jaringan meningkat
3. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x MANAJEMEN NYERI
24 jam, maka tingkat nyeri menurun dengan kriteria Observasi:
2.2.5 EvaluasiKeperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam
rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang (US. Midar H, dkk, 2016).
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN OK
I PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 16 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Mongoloid
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar / Mahasiswa
Pendidikan : SLTP
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Jln. Tuwowo 3/27
Tgl MRS : Tanggal 16 Juni 2022
Diagnosa Medis : Debridement + Wound Dehiscence
24
25
17.00 wib sampai selesai, setelah dari ruang bedah pasien dipindahkan
ke ruang recovery room untuk masa pemulihan.
1. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan sebelumnya pernah masuk rumah sakit dan
memiliki riwayat operasi sebanyak 4 kali yang pertamam pada tahun
2021 dan yang kedua 1 bulan yang lalu.
2. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarga tidak mempunyai riwayat
penyakit seperti penyakit jantung, DM, Hipertensi dll.
GENOGRAM KELUARGA:
b. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
K/u : compos menthis, terpasang infus dua jalur ditangan kanan dan
kiri RL 80ml /jam, pasien tampak agak tengang, dan cemas dan juga
merasakan nyeri dibagian tubuh dan kedua tangan nya GCS :
E4V5M6
2. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,0.0C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 91x/mt
c. Pernapasan/RR : 20x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 128/80mm Hg
26
PPT 13,9 -
APTT 26,4 -
Anestesi : Fentanyl 100mg IV, Propofol 20mg IV, Efednin: 10mg IV,
carprofen 100 mg
d. Post Operatif
Pasien dalam keadaan pengaruh bius.
Warna kulit pasien tampak pucat, pernfasan 20 x/menit dapat bernafas
dalam, TTV tekanan darah dalam keadaan normal TD:140/70 mmHg,
N:122x/menit, RR : 20x/menit, S : 36 C, kesadaran pasien somnolen
Eye: 3 (dengan rangsangan nyeri), verbal: 2 (suara saja), motorik: 5
(melokalisir nyeri). Total nilai GCS: 10 (masih bisa dibangun dengan
rangsangan namun cepat kembali tidur). Terpasang Infusan RL 80
Ml/jam
Surabaya, 17/Juni/2022
Mahasiswa
Hendra
28
ANALISIS DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
Pre operiatif Ansietas Ansietas
DS:
- Klien mengatakan sedikit
cemas
DO :
- Klien tampak tegang
- Klien tampak gelisah
- TTV :
TD: 128/80mmHg, N:
120, RR: 20x/m, S: 36,oC.
PRIORITAS MASALAH
Pre operatif :
1. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan SDKI D.0080
Intra operatif :
1. Resiko Infeksi Berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh, proses
pembedahan SDKI D.0142
Post Operasi :
1. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder SD.0077.
30
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien :An. A
Ruang Rawat : Ruang IBS /OK 3
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Keperawatan
1. Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x7 jam Reduksi Ansietas
berhubungan dengan diharapkan tingkat ansietas menurun dengan kriteria Observasi:
rencana hasil: Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
- Konsentrasi Menurun skor 5 Monitor tanda-tanda ansietas
pembedahan SDKI
- Pola tidur Menurun skor 5 Terapeutik:
D.0080 - Perilaku gelisah membaik skor 5 Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
- Verbalisasi kebingungan membaik skor 5
kepercayaan
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi
membaik skor 5 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
- Perilaku tegang membaik skor 5 memungkinkan
Edukasi
Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
dialami
Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
Latih teknik relaksasi
2. Resiko infekssi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam Pencegahan infeksi
berhubungan dengan di harapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria Observasi:
penurunan daya tahan hasil : Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
tubuh, proses - Demam menurun dengan skor (5) Terapeutik
pembedahan SDKI - Kemerahan menurun dengan skor (5) Berikan perawatan kulit pada daerah edema
- Nyeri menurun dengan skor (5) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
31
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Jumat, 17 Juni 202 Reduksi Ansietas S: -Pasien mengatakan masih cemas
Observasi: O:
16.00 wib
Memonitor tanda-tanda
ansietas - Mengajak pasien bercerita atau berbicara untuk
Terapeutik: - mengurangi kecemasan
Menciptakan suasana Hendra
- Suasana lingkungan pasien nyaman tidak ada suara
teraupetik untuk
menumbuhkan kepercayaan bising
Edukasi - Menjelaskan persipan terkait tindakan operasi yang
Menjelaskan prosedur,
dilakukan kepada keluarga
termasuk sensasi yang
mungkin dialami oleh pasien - Pasien melakukan nafas dalam
kepada keluarga A : Masalah sebagian teratasi
Menginformasikan
P : Lanjutkan intervensi
secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan
prognosi kepada keluarga
19.30 wib Memonitor tanda gejala - Tampak ada kemerahan pada luka, tidak ada
infeksi lokal dan sistemik pembengkkan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pus,
Terapeutik tidak ada gatal pada luka.
Memberikan perawatan kulit - TTV TD; 140/70 Mmhg, HR;99x/m, RR;20x/m T; Hendra
pada daerah edema 360C
Mencuci tangan sebelum - Dilakukan pembersihan luka sebelum dipindahkan
dan sesudah kontak dengan keruang recover room
pasien dan lingkungan - Petugas medis mencuci tangan sebelum dan sesudah
pasien kontak dengan pasien
Edukasi
Menjelaskan tanda dan A: Masalah teratasi sebagian
gejala infeksi pada keluarga P: Lanjutkan Intervensi