Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS SEPSIS DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh:
Sunardi
NIM: 2019.C.11a.1029

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Ini Disusun Oleh:


Nama : Sunardi
NIM : 2019.C.11a.1029
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan Pada Tn. E Dengan Diagnosa
Medis Sepsis Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menempuh Praktik Praklinik Keperawatan IV (PPK 4) Pada Program Studi S-1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan Keperawatan Ini Telah di Setujui Oleh:


Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Efrie Dulie, S.Kep., Ners Atun Sa’diyati Widyaningsih, S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. E Dengan Diagnosa
Medis Sepsis Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan IV (PPK 4). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK III
4. Bapak Efri Dulie, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
5. Ibu Atun Sa’diyati Widyaningsih, S.Kep., Ners Selaku Pembimbing Lahan
yang telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam
penyelesaian laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 10 Oktober 2022

Sunardi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN.....................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................3
1.4 Manfaat.................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5
2.1 Konsep Dasar Penyakit.........................................................................7
2.2.1 Definisi Asidosis Metabolik........................................................7
2.2.2 Etiologi........................................................................................7
2.2.3 Patofisiologi.................................................................................8
2.2.4 Komplikasi..................................................................................12
2.2.5 Klasifikasi....................................................................................13
2.2.6 Manifestasi Klinis........................................................................14
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................14
2.2.8 Penatalaksanaan Medis................................................................15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................17
2.3.1 Pengkajian...................................................................................17
2.3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................20
2.3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................22
2.3.4 Implementasi Keperawatan.........................................................27
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................27
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................28
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................57
4.1 Kesimpulan...........................................................................................57
4.2 Saran.....................................................................................................58
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepsis adalah kegawatdaruratan medis dimana imun sistemik tubuh berespon


terhadap proses infeksius dalam tubuh yang dapat menyebabkan disfungsi organ
fatal dan kematian (Gyawali, Ramakrishna, & Dhamoon, 2019). Syok septik adalah
komplikasi terburuk dari kasus sepsis dengan angka mortalitas yang tinggi
(Mahapatra & Heffner, 2020). Dalam perawatan di rumah sakit, mortalitas syok
septik masih dalam rentag 30-50%. Pengenalan dini dan implementasi penanganan
terbaik untuk kasus ini dapat menurunkan angka mortalitas. Pasien yang selamat dari
sepsis dapat mengalami defisit kognitif jangka panjang dan fungsional (Hotchkiss et
al., 2016). Kematian akibat sepsis berat mencapai > 200.000 jiwa per tahunnya di US
dengan kasus yang terus meningkat tiap tahunnya (Fauci, Braunwald, Kasper,
Hauser, & Longo, 2018).

Faktor resiko sepsis adalah diabetes, keganasan, penggunaan korikosteroid,


keadaan immunosupresan, luka bakar, trauma, hemodialisis, dan usia tua (Mahapatra
dan Heffner, 2020). Sepsis terjadi karena adanya proses inflamasi dalam tubuh.
Interaksi yang terjadi antara agen penginduksi (misal endotoksin bakteri dan beta-
glukan jamur [pathogen- associated molecular patterns] atau ATP dan DNA
mitokondrial [damage-associated molecular patterns]) dengan reseptor- reseptor
permukan sel imun seperti toll-like receptors (TLRs), reseptor leptin tipe C, reseptor
nucelotide-binding oligomerization domain – like (NOD-like) dan reseptor retinoid
acid inducible gene 1 (RIG-1) yang ada pada monosit, makrofag, natural killers dan
neutrofil akan merangsang pelepasan sitokin pro-inflamatorik (TNF-alfa, IL-1, dan
IL-6), protease, kinin, reactive oxygen species, dan nitrit oksida. Sebagai tempat
utama terjadinya reaksi tersebut, endotel akan mengalami kerusakan mikrovaskular
yang menyebabkannya mengaktivasi kaskade koagulasi dan komplemen yang
memperburuk kerusakan yang telah ada berupa kebocoran kapiler (Gyawali et al.,
2019; Mahapatra & Heffner, 2020).

Prevalensi tingkat kejadian sepsis tergolong besar dan angka mortalitas


cukup tinggi bagi pasien yang mengalami perburukkan kondisi menjadi severe
sepsis atau syok. Menurut data Center for Disease Control/CDC (2016) tingkat
kematian akibat sepsis mencapai 28% sampai 50%. Sedangkan menurut data dari
National sepsis reports (2016) melaporkan jumlah angka kematian terkait sepsis
sebanyak 8.888 kasus dengan angka kenaikan kasus mencapai 37% pada tahun 2015.

Meskipun pemahaman patofisiologi dan terapi meningkat, penelitian Cristie


et al (2017) menyatakan sepsis tetap dilaporkan menjadi penyebab dari kematian
non-cardiac di Intensive Care Unit (ICU).

1.2 Rumusan masalah


Rumusan masalah pada laporan ini adalah Penerapan Asuhan Keperawatan
Kritis pada Tn. E dengan diagnosa medis Sepsis di ruang ICU RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum


Setelah mempelajari dan membahas kasus tentang Penerapan Asuhan
Keperawatan Kritis pada Tn. E dengan diagnosa medis Sepsis di ruang ICU RSUD
Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
Tujuan khusus
1.3.1.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Sepsis pada
Mahasiswa mampu menyusun konsep dasar Penerapan Asuhan Keperawatan
Kritis pada Tn. E dengan diagnosa medis Sepsis di ruang ICU RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya
1.3.1.2 Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Kritis pada kasus Sepsis (
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi )
asuhan keperawatan KGD Di ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya.
1.3.1.3 Mahasiswa mampu membandingkan konsep dasar dengan tinjauan kasus pada
Penerapan perawatan Infeksi pada Ny. R.dengan diagnosa medis Sepsis Di ruang
IGD RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
Mahasiswa mampu membuat pendokumentasian keperawatan terhadap
proses keperawatan yang telah dilakukan s a a t Asuhan Keperawatan Kritis pada Tn.
E dengan diagnosa medis Sepsis di ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Sebagai tolak ukur mahasiswa dalam mempelajari, memahami dan
mengaplikasikan praktik asuhan keperawatan pada Penerapan Asuhan Keperawatan
Kritis pada Tn. E dengan diagnosa medis Sepsis di ruang ICU RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya

1.4.2 Bagi Mahasiswa


Mahasiswa dapat memahami tentang Penerapan Asuhan Keperawatan Kritis
pada Tn. E dengan diagnosa medis Sepsis di ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangkaraya
1.4.3 Bagi RSUD Dr. Abdul Aziz
Sebagai salah satu tambahan informasi dan pedoman dalam melakukan
Penerapan Asuhan Keperawatan Kritis pada Tn. E dengan diagnosa medis Sepsis di
ruang ICU RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Sepsis adalah peradangan ekstrem akibat infeksi yang berpotensi mengancam
nyawa. Sepsis terjadi ketika infeksi dalam tubuh memicu infeksi lain di seluruh
tubuh. Ini terjadi saat sistem imun bereaksi berlebihan dengan melepas zat kimia ke
dalam pembuluh darah untuk melawan infeksi mikroorganisme penyebab penyakit
(Mahapatra & Heffner, 2020)
Sepsis dapat terjadi akibat septikemia alias keracunan darah, yaitu kondisi
saat infeksi bakteri telah menyerang aliran darah. Beberapa penyakit infeksi yang bisa
memicu reaksi ini adalah infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, pneumonia,
meningitis termasuk COVID-19.
Peradangan akibat sepsis berisiko mengakibatkan penyumbatan dan
kebocoran pada pembuluh darah. Pada kondisi ini, sepsis dapat merusak berbagai
sistem organ bahkan menyebabkan kegagalan organ tubuh. Jika berkembang menjadi
syok septik, tekanan darah akan turun secara drastis. Pada tahap ini, sepsis dapat
menyebabkan kematian.

2.1.2 Etilogi
sepsis sampai syok sepsis secara klasik telah diakui penyebabnya adalah
bakteri gram negatif tetapi mungkin juga disebabkan oleh mikroorganisme lain
misalkan gram positif jamur, virus, bahkan parasit (Asmoro, Aswoco Andyk. 2017) .
Berdasarkan tingkat keparahan gejalanya, sepsis dapat dibagi menjadi gejala sepsis,
sepsis parah, dan syok septik..
1. Gejala sepsis
Pada awalnya, sepsis akan memasuki tahap Systemic Inflammatory
Response Syndrome (SIRS). Gejala awal sepsis ditandai dengan dua atau lebih
gangguan kesehatan, termasuk:
a. Demam
b. Berkeringat
c. Hipotermia (suhu badan terlalu rendah)
d. Denyut nadi terlalu cepat
e. Frekuensi napas terlalu cepat
f. Perubahan jumlah leukosit darah
Secara medis, tanda-tanda pasien yang mengalami sepsis dapat diketahui
melalui:
a. Tekanan darah sistolik (angka pertama/atas) kurang atau sama dengan 100
mmHg.
b. Laju pernapasan lebih tinggi atau sama dengan 22 napas per menit.
c. Suhu tubuh di atas 38,3℃ atau di bawah 36℃
2. Gejala sepsis parah
Jika infeksi di aliran darah terus dibiarkan, kerusakan organ mungkin terjadi. Ini
karena infeksi yang terjadi membuat organ kekurangan suplai oksigen.
Pada kondisi ini, tingkat keparahan gejala sepsis akan lebih serius hingga
membutuhkan penanganan medis. Gejalanya di antara lain:
a. Bercak atau ruam merah
b. Kulit berubah warna
c. Produksi urine berkurang drastis
d. Perubahan mendadak dalam status kejiwaan
e. Berkurangnya jumlah trombosit
f. Sulit bernapas
g. Detak jantung abnormal
h. Sakit perut
i. Ketidaksadaran
j. Kelemahan ekstrem

3. Gejala syok septik


Kondisi yang lebih parah bisa berkembang menjadi syok septik yang
dapat menyebabkan kematian. Syok septik menunjukkan adanya gangguan serius
pada sistem peredaran darah dan metabolisme sel-sel tubuh. Kondisi ini
utamanya ditandai dengan tekanan darah yang menurun.
Menurut Afif Nurul Hidayati (2020), beberapa gejala dan tanda-tanda
syok septik, antara lain:
a. Tekanan darah sangat rendah hingga harus mengonsumsi obat untuk menjaga
tekanan darah agar lebih tinggi dari atau sama dengan 65 mm Hg.
b. Tingginya kadar asam laktat dalam darah (serum laktat) setelah menerima
penggantian cairan yang memadai. Memiliki terlalu banyak asam laktat
dalam darah mengakibatkan sel-sel tidak menggunakan oksigen dengan baik.

2.1.3 Patofisiologi
Sebagian besar penderita sepsis menunjukkan fokus infeksi jaringan sebagai
sumber bakteriemia, hal ini disebut bakteriemia sekunder. Sepsis gram negatif
merupakan bakteri komensal normal dalam tubuh dan kemudian dapat menyebar ke
organ. Fokus primer dari sepsis gram negatif bisa terdapat pada saluran
genitourinorium, saluran empedu dan saluran gastrointestinum. (Nasronudin, 2019).
Inflamasi merupakan respon tubuh untuk berbagai macam stimulasi
imunogen dari luar. Sitokin sebagai mediator inflamasi tidak berdiri sendiri, tetapi
masih banyak sistem imun tubuh yang berperan dalam proses inflamasi. TNF, IL1,
Interferon (IFN-ɣ) merupakan sitokin pro inflamasi yang bekerja menghancurkan
mikroorganisme yang menginfeksi tubuh. Sedangkan, Interleukin 1 reseptor
antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10 merupakan sitokin yang bersifat antiinfamasi yang
bertugas untuk memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respon yang berlebihan.
Jika penyebabnya adalah bakteri gram positif, virus, atau parasit, mereka
dapat berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh monosit atau makrofag
yang berperan sebagai Antigen Processing Cell yang kemudian ditampilkan sebagai
Antigen Presenting Cell (APC). Antigen ini membawa muatan polipeptida spesifik
yang berasal dari Major Histocompatibility Complex (MHC). Antigen yang
bermuatan MHC akan berikatan dengan CD4+ (Limfosit Th1 dan Limfosit Th2)
dengan perantara T-cell Reseptor.
2.1.4 Faktor risiko
Terdapat beberapa pasien penyakit infeksi yang dirawat di rumah sakit
berisiko lebih tinggi mengalami kondisi ini (Afif Nurul Hidayati, 2019). Faktor-
faktor yang menyebabkan dapat memicu terjadi sepsis di antaranya adalah :
1. Berusia kurang dari satu tahun, terlebih jika bayi lahir secara prematur atau
ibunya terkena infeksi saat hamil.
2. Berusia lebih dari 75 tahun.
3. Memiliki penyakit diabetes atau sirosis (kerusakan hati).
4. Pasien rawat inap di ICU
5. Memiliki sistem imun yang lemah, seperti mereka yang melalui pengobatan
kemoterapi atau yang baru melakukan transplantasi organ tubuh.
6. Baru melahirkan atau mengalami keguguran.
7. Memiliki luka atau cedera, misalnya luka bakar.
8. Memiliki alat invasif, misalnya kateter intravena atau selang pernapasan.

2.1.4.1 Faktor risiko pada bayi baru lahir


Sepsis neonatal terjadi ketika bayi mengalami infeksi aliran darah pada
bulan-bulan awal kehidupannya. Kondisi ini dibagi berdasarkan waktu infeksi,
apakah infeksi tertular selama proses kelahiran atau setelah kelahiran.
a. Berat badan lahir rendah dan bayi prematur lebih rentan terhadap kondisi ini
karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum matang.
b. Kondisi ini masih menjadi penyebab utama kematian pada bayi. Namun
dengan diagnosis dan perawatan dini, bayi akan pulih dan tak mengalami
masalah kesehatan lain.
2.1.4.2 Faktor risiko pada lansia
Mengingat sistem imun tubuh manusia menurun seiring bertambahnya
umur, lansia juga bisa mengalami infeksi ini. Selain itu, penyakit kronis, seperti
diabetes, penyakit ginjal, kanker, tekanan darah tinggi, dan HIV, umumnya
ditemukan pada mereka yang mengalami sepsis.
Jenis infeksi paling umum yang menyebabkan kondisi tersebut pada
lansia adalah masalah pernapasan, seperti pneumonia, atau genitourinari, seperti
infeksi saluran kemih. Infeksi lain dapat terjadi dengan kulit yang terinfeksi
karena luka tekanan atau robeknya kulit. Kebingungan atau disorientasi adalah
gejala umum yang harus diperhatikan ketika mengidentifikasi infeksi pada
manula.

2.1.5 Komplikasi
Sepsis parah dan syok septik juga bisa mengakibatkan komplikasi.
Komplikasi terberat dari sepsis adalah kematian. Angka kematian akibat syok septik
adalah 50 persen dari seluruh kasus (Center for Disease Control/CDC (2016) .
Penggumpalan darah kecil dapat terbentuk di seluruh tubuh . Gumpalan ini
menghalangi aliran darah dan oksigen ke organ vital dan bagian lain tubuh.
Mengakibatkan meningkatnya risiko kegagalan organ dan kematian jaringan.
Meskipun berpotensi mengancam jiwa, dalam kasus yang ringan, tingkat pemulihan
bisa lebih tinggi. Namun, pasien yang selamat dari syok sepsis berat berisiko lebih
tinggi untuk terjangkit penyakit infeksi di masa depan.

2.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Nasronudin,(2019) Tes yang dilakukan untuk mengetahui pasien
terdiagnosa sepsis atau terkena penyakit sepsis adalah :
1. Tes darah
Tes darah mungkin merupakan langkah pertama yang Anda butuhkan. Hasil tes
darah dapat memberikan informasi, seperti:
a. Kondisi infeksi, masalah penyumbatan, fungsi hati atau ginjal abnormal.
b. Kadar oksigen dan ketidakseimbangan elektrolit di dalam tubuh serta tingkat
keasaman darah.
2. Tes Rotgen
a. X-ray untuk melihat paru-paru.
b. Computed tomography (CT) scan untuk melihat kemungkinan infeksi di
dalam usus buntu, pankreas, atau area usus.
c. Ultrasound untuk melihat infeksi di dalam kantung kemih atau ovarium.
d. Magnetic resonance imaging (MRI), yang bisa mengidentifikasi infeksi
jaringan lunak adalah yang bisa dilakukan apabila tes di atas tidak mampu
membantu menemukan sumber infeksi.
3. Tes laboratorium lainnya
a. Tes urine
Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada infeksi pada saluran urin.
Selain itu, tes ini juga dilakukan untuk mengecek apakah terdapat bakteri di
dalam urin.
b. Sekresi luka
Melakukan ujicoba sampel pada luka yang diduga infeksi. menguji sampel
sekresi luka dapat membantu menunjukkan jenis antibiotik apa yang paling
berhasil.
c. Sekresi pernapasan
Pemeriksaan lab dilakukan untuk mengetahui apa bakteri yag terdapat pada
sputum pasien.

2.1.7 PENGOBATAN
Menurut Nasronudin,(2019) berdasarkan patofisiologi yang dipahami maka
paradigma baru pengobatan sepsis dan syok septik meliputi tindakan meningkatkan
daya pertahanan tubuh, mengobati infeksi, menghentikan kejadian pemicu
( mencegah interaksi leukosit vaskuler dan menghambat pengaruh mediator)
Perawatan dini dapat meningkatkan peluang untuk selamat dari kondisi
tersebut. Orang yang mengalami kondisi ini memerlukan pemantauan dan perawatan
yang ketat di unit perawatan intensif rumah sakit. Jika mengalami sepsis atau syok
septik, tindakan penyelamatan hidup diperlukan untuk menstabilkan fungsi
pernapasan dan jantung.
Beberapa pengobatan yang bisa membantu mengatasi sepsis adalah:
1. Antibiotik
Mendeteksi sepsis pada tahap awal, saat organ vital belum terdampak, boleh
menggunakan antibiotik untuk mengobatinya di rumah. Dalam situasi ini,
mungkin saja untuk pulih seutuhnya. Jika tidak menjalani perawatan apa pun,
kondisi ini dapat berkembang menjadi syok septik dan bahkan menyebabkan
kematian pada akhirnya. Dalam kasus ini, biasanya menggunakan sejumlah obat-
obatan untuk mengobati sepsis.
2. Cairan intravena
Obat bisa berupa antibiotik lewat infus untuk melawan infeksi, obat
vasoactive untuk meningkatkan tekanan darah, insulin untuk menstabilkan gula
darah, kortikosteroid untuk mengurangi radang, dan obat penghilang rasa sakit.
Bila sepsis menjadi parah, cairan infus dalam jumlah besar dan respirator untuk
bernapas penting bagi Pasien.
3. Dialisis
Dialisis mungkin diperlukan bila ginjal sudah mulai terdampak. Selama
dialisis, mesin menggantikan fungsi ginjal seperti menyaring sampah yang
berbahaya, garam, dan air berlebihan dari dalam darah.
4. Operasi
Dalam beberapa kasus, operasi mungkin dibutuhkan untuk
menghilangkan sumber infeksi, termasuk penyerapan abses bernanah atau
pengangkatan jaringan yang terinfeksi.
Beberapa obat-obatan lainnya yang mungkin dianjurkan adalah dosis
rendah kortikosteroid, insulin untuk membantu mempertahankan kadar gula darah
yang stabil, obat-obatan yang memodifikasi respons sistem kekebalan tubuh, dan
obat penghilang rasa sakit atau obat penenang.
5. Pengobatan di rumah
Sebagian besar orang pulih total dari kondisi ini. Namun, hal itu
membutuhkan waktu dan mengalami gejala fisik dan emosional. Ini bisa terjadi
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Keadaan tersebut disebut dengan
post-sepsis syndrome atau sindrom setelah sepsis. Gejalanya adalah:
a. Merasa lelah dan lemah, dan kesulitan tidur
b. Kehilangan selera makan
c. Lebih sering sakit
d. Perubahan dalam suasana hati Anda, seperti cemas dan depresi
e. Mimpi buruk

2.2.1 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian
1. Data Fokus Pengkajian
A. Identitas
1) Identitas Klien
Meliputi nama, No. RM, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, alamat rumah, sumber biaya, tanggal masuk RS,
diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pendidikan, dan alamat.
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan
pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami dan efek gejala
tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamesa
meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region, radiaton,
severity scale dan time.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya. Biasanya sebelumnya mempunyai penyakit infeksi seperti
pneumonia, dan lain-lain.

4) Riwayat Penyakit Keluarga


Genogram atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
mejadi faktor resiko, 3 generasi.
5) Riwayat psikososial dan spiritual
a. Support system terdiri dari dukungan keluarga, lingkungan, fasilitas
kesehatan terhadap penyakitnya, mengkaji dampak penyakit pasien
pada keluarga dalam hal perawatan di rumah, perubahan hubungan,
masalah keuangan, keterbatasan waktu dan masalah-masalah dalam
keluarga.
b. Komunikasi terdiri dari pola interaksi sosial sebelum dan saat sakit.
c. Sistem nilai kepercayaan sebelum dan saat sakit.
d. Lingkungan
e. Kaji lingkungan rumah dan pekerjaan dari kebersihan, polusi dan
bahaya.
f. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum dan saat sakit
g. Riwayat gizi dikaji untuk mengkaji asupan diet dan intoleransi
terhadap makanan serta makanan yang disukai. Kaji pola cairan, pola
eliminasi, insensible water loss, pola personal hygiene, pola istirahat
tidur, pola aktivitas dan latihan, pola kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
Kaji keadaan umum dan kesadaran, tekanan darah, nadi, pernapasan,
suhu, TB/BB sebelum masuk RS dan saat di rawat di RS.
A. Airway
1) Yakinkan kepatenan jalan napas
2) Berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
3) Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi dan
4) Bawa segera mungkin ke ICU

B. Breathing
1) Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala
yang signifikan
2) Kaji saturasi oksigen
3) Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
4) Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
5) Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
6) Periksa foto thorak

C. Circulation
1) Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
2) Monitoring tekanan darah, tekanan darah
3) Periksa waktu pengisian kapiler
4) Pasang infus dengan menggunakan canul yang besar
5) Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
6) Pasang kateter
7) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8) Siapkan untuk pemeriksaan kultur
9) Catat suhu, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari
36oc
10) Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
11) Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.

D. Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran
dengan menggunakan AVPU ( Alert, Verbal, Pain, Unconscious) atau GCS
(Glasgow Coma Scale) ).
E. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan
fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka
pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
1) Penurunan fungsi ginjal
2) Penurunan fungsi jantung
3) Hipoksia
4) Asidosis
5) Gangguan pembekuan
6) Acute respiratory distress syndrome (ARDS) – tanda cardinal oedema
pulmonal.
Pemeriksaan fisik :
1) Sistem penglihatan :
Kaji posisi mata, kelopak mata, pergerakan bola mata, konjungtiva, kornea, sklera,
pupil, adanya penurunan lapang pandang, penglihatan kabur, tanda-tanda radang,
pemakaian alat bantu lihat dan keluhan lain.
2) Sistem pendengaran :
Kaji kesimetrisan, serumen, tanda radang, cairan telinga, fungsi pendengaran,
pemakaian alat bantu, hasil test garpu tala.
3) Sistem wicara :
Kaji kesulitan atau gangguan bicara.
4) Sistem pernafasan :
Kaji jalan nafas, RR biasanya meningkat, irama, kedalaman, suara nafas, batuk,
penggunaan otot dan alat bantu nafas.
5) Sistem kardiovaskuler :
Kaji sirkulasi perifer (nadi (biasanya takikardia), distensi vena jugularis,
temperatur kulit biasanya dingin atau hipertemik, warna kulit biasanya pucat, CRT,
flebitis, varises, edema), sirkulasi jantung (bunyi jantung, kelainan jantung,
palpitasi, gemetaran, kesemutan, nyeri dada, ictus cordis, kardiomegali, hipertensi).
6) Sistem neurologi :
Kaji GCS, gangguan neurologis nervus I sampai XII, pemeriksaan reflek, kekuatan
otot, spasme otot dan kebas/kesemutan.
7) Sistem pencernaan :
Kaji keadaan mulut, kesulitan menelan, muntah, nyeri daerah perut, bising usus,
massa pada abdomen, ukur lingkar perut, asites, palpasi dan perkusi hepar, gaster;
nyeri tekan, nyeri lepas, pemasangan colostomi, pemasangan NGT.
8) Sistem imunologi :
Kaji adanya pembesaran kelenjar getah bening.
9) Sistem endokrin :
Kaji nafas bebau keton, luka, exopthalmus, tremor, pembesaran kelenjar thyroid,
tanda peningkatan gula darah.
10) Sistem urogenital :
Kaji distensi kandung kemih, nyeri tekan, nyeri perkusi, urine, penggunaan
kateter dan keadaan genital. (jika sudah terjadi kegagalan organ multipel yang
menyerang ginjal biasanya nyeri pada ginjal pada saat di palpasi dan perkusi)
11) Sistem integumen :
Kaji keadaan rambut, kuku, kulit.
12) Sistem muskuloskeletal :
Kaji keadaan ekstremitas, keterbatasan rentang gerak dan adanya kontraktur, kaji
bagaimana pasien berfungsi, bergerak dan berjalan; beradaptasi terhadap
kelemahan atau palisis, tonus otot/kekuatan otot.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial)
dari individu atau kelompok agar dapat memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah
perubahan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah, faktor penyebab
masalah dan kemampuan klien untuk dapat mencegah atau memecahkan masalah
(Budiono, 2015) dalam Rafli (2019)
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami penyakit
Sepsis menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI):
1. Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot pernapasan
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
napas (D.0001)
3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin (D.0009)
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
5. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
(D.0011)
6. Nyeri Akut berhubungan dengan Distended abdomen, gangguan absorbsi
(D.0077)
7. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi (D.0040)
8. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
(D.0019)
9. Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Gangguan neuromuskuler
(D.0109)
10. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan pasokan O2 ke jaringan otot
skelet tidak mencukupi (D.0056)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (kriteria hasil) Intervensi

Gangguan ventilasi spontan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan ventilasi (I.01002)
berhubungan dengan kelelahan diharapkan selama 1 x 24 jam ventilasi
Observasi
otot pernapasan (D.0004) spontan meningkat dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
1. Volume tidal meningkat
2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status
2. Dispnea, Penggunaan otot bantu napas
pernapasan
menurun
3. Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis.
3. Gelisah menurun
Frekuensi dan kedalaman nafas, penggunaan otot
4. PCO2, Po2, PO2, Takikardia membaik
bantu nafas, bunyi nafas tambahan, saturasi
oksigen)
Terapeutik

1. Pertahankan kepatenan jalan napas


2. Berikan posisi semi fowler atau fowler
3. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
4. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis. Nasal
kanul, masker wajah, masker rebreathing atau
nonrebreathing)
5. Gunakan bag-valve mask, jika perlu
Edukasi

1. Ajarkan melakukan tehnik relaksasi napas dalam


2. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
3. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu


Bersihan jalan napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan respirasi (I.01014)
efektif berhubungan dengan diharapkan Batuk efektif meningkat
Observasi
hipersekresi jalan napas
1. Produksi sputum, Mengi (wheezing),
(D.0001) 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya
Mekonium (padaneonatus), Dispnea,
nafas
Orthopnea, Sulitbicara, gelisah menurun
2. Monitor pola nafas (seperti bradipnea, takipnea,
2. Frekuensi dan pola nafas membaik
hiperventilasi, Kussmaaul, Cheyne-Stokes, Biot ,
ataksis)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
6. Palpitasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi nafas
8. Monitor saturasi oksogen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil X-ray thorax
Terapeutik

1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi


pasien
2. Dokumentasikna hasil pemantauan
Edukasi

1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan sirkulasi (I.14569)
berhubungan dengan diharapkan perfusi perifer
Observasi
penurunan konsentrasi
meningkat, dengan kriteria hasil:
hemoglobin (D.0009) 1. Periksa sirkulasi perifer
1. Denyut nadi meningkat 2. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
2. Penyembuhan luka meningkat 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak
3. Sensasi meningkat pada ektremitas
4. Warna kulit pucat menurun Terapeutik
5. Edema perifer menurun
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
6. Parastesia menurun
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada extremitas
7. Kelemahan otot menurun
3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
8. Kram otot menurun
4. Lakukan pencegahab infeksi
9. Nekrosis menurun
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
10. Pengisian kapiler membaik
6. Lakukan hidrasi
11. Akral membaik
Edukasi
12. Turgor kulit membaik
13. Tekanan darah sistol dan diastolic 1. Anjurkan berhenti merokok
membaik 2. Anjurkan berolahraga rutin
14. Tekanan arteri rata-rata 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikoagulan dan penurun kolesterol jika
perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekana darah
secara teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat
beta
7. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
8. Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
9. Anjurkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi
10. Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan( mis.rasa sakit yang tidak hilang
saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa
Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipertermia (I.15506)
dengan proses penyakit diharapkan termogulasi membaik, dengan
Observasi
(D.0130) kriteria hasil:
1. Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi
1. Menggigil menurun
terpapar lingkungan panas penggunaan incubator)
2. Kulit merah menurun
2. Monitor suhu tubuh
3. Kejang menurun
3. Monitor kadar elektrolit
4. Akrosianosis menurun
4. Monitor haluaran urine
5. Konsumsi oksigen menurun
6. Piloereksi menurun Terapeutik
7. Pucat menurun
1. Sediakan lingkungan yang dingin
8. Takikardia menurun
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
9. Takipnea menurun
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
10. Bradikardia menurun
4. Berikan cairan oral
11. Hipoksia menurun
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
12. Suhu tubuh membaik
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
13. Suhu kulit membaik
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut
14. Tekanan darah membaik
hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen,aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

1. Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika


perlu
Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Kateter Urine (I.04164)
berhubungan dengan diharapkan pengosongan kandung kemih
Observasi
ketidakmampuan yang lengkap membaik.
mengkomunikasikan kebutuhan 1. Monitor kepatenan kateter urine
Dengan kriteria hasil:
eliminasi (D.0040) 2. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran kemih
1. Sensasi berkemih meningkat 3. Monitor tanda dan gejala obstruksi aliran urine
2. Distensi kandung kemih menurun 4. Monitor kebocoran kateter, selang dan kantung
3. Berkemih tidak tuntas menurun urine
4. Frekuensi BAK membaik 5. Monitor output dan input cairan
Terapeutik

1. Gunakan teknik aseptic selama perawatan kateter


urine
2. Pastikan selang kateter dan kantung urine terbebas
dari lipatan
3. Pastikan kantung urine diletakkan dibawah
ketinggian kandung kemih dan tidak dilantai
4. Lakukan perawatan parineal
5. Lakukan irigasi rutin dengan cairan isotonis untuk
mencegah kolonisasi bakteri
6. Kosongkan kantung urine jika kantong urin telah
terisi setengahnya
7. Ganti kateter dan kantung urin secara rutin sesuai
protocol atau sesuai indikasi
8. Lepaskan kateter urine sesuai kebutuhan
9. Jaga privasi selama melakukan tindakan
Edukasi

1. Jelaskan tujuan,manfaat,prosedur, dan risiko


sebelum pemasangan kateter,
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
dengan peningkatan kebutuhan diharapkan keadekuatan asupan nutrisi untuk
Observasi
metabolisme (D.0019) memenuhi kebutuhan metabolism membaik,
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Porsi makan yang dihabiskan
3. Identifikasi makanan yang disukai
meningkat
4. Identifikasi kalori dan jenis nutrisi
2. Frekuensi makan membaik
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
3. Nafsu makan membaik
nasogastric
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik

1. Lakukan oral higiene sebelum makan, jika perlu


2. Fasilitasi menetukan pedoman etik (min. piramida
makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi

1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu


2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan


(mis. Pereda nyeri, anti emetik) jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan perawatan diri (I.11.348)
berhubungan dengan Gangguan diharapkan kemampuan perawatan diri
Observasi
neuromuskuler (D.0109) meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri
1. Kemampuan mandi meningkat
sesuai usia
2. Verbalitas melakukan perawatan diri
2. Monitor tingkat kemandirian
meningkat
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
3. Minat melakukan perawatan diri
berpakaian, berhias, dan makan
meningkat
Terapeutik
4. Memloertahankan kebersihan diri
meningkat 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suara
hangat, rilek)
2. Siapkan keperluan pribadi
3. Damping dalam melakukan perawatan diri sampai
mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi

1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara


konsisten sesuai kemampuan
Penurunan curah jantung b.d Tujuan : Perawatan jantung I.02075)
perubahan preload /perubahan setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah
afterload /perubahan diharapkan curah jantung meningkat. jantung
kontraktilitas Kriteria hasil : 2 Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah
(curah jantung jantung
L.02008) 3 Monitor intake dan output cairan
1.Tanda vital dalam rentang normal 4 Monitor keluhan nyeri dada
2.Kekuatan nadi perifer meningkat 5 Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees,
3. Tidak ada edema jika perlu
6 Anjurkan beraktifitas fisik sesuai
7 toleransi
8 Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
9 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Intoleransi aktifitas b.d Tujuan : (Manajemen energi I.050178)
kelemahan setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
diharapkan toleransi aktifitas meningkat. 2. Monitor pola dan jam tidur
Kriteria hasil : 3. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
Toleransi aktivitas stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
(L.05047) 4. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
1. kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari 5. Anjurkan tirah baring
meningkat 2.Pasien Mampu berpindah dengan 6. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
atau tanpa bantuan 7. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
3.Pasien mangatakan dipsnea saat dan/atau meningkatkan asupan makanan
setelah aktifitas menurun
Nyeri akut b.d agen pencedera Tujuan : setelah dilakukan tindakan (Manajemen nyeri I.08238)
fisiologis (Mis: Iskemia) keperawatan diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi,
menurun. frekuensi, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil : 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
Tingkat nyeri memperingan nyeri
(L.08066) 4. Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi
1. Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala rasa nyeri
7 menjadi 2 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
2.Pasien menunjukkan ekspresi wajah tenang (mis: suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)
3.Pasien dapat beristirahat dengan nyaman 6. Anjurkan memonitor nyeri secara
7. mandiri
8. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
9. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2.2.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap keempat yang merupakan tahap
pelaksanaan dari berbagai tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dalam
tahap implementasi keperawatan, petugas kesehatan harus sudah memahami
mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien. Suatu koordinasi dan
kerja sama sangatlah penting untuk dijaga dalam tahap implementasi keperawatan
sehingga ketika terjadi hal yang tidak terduga, maka petugas kesehatan akan
berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lainnya untuk saling bekerjasama
dalam pemecahan masalah. Tahap implementasi keperawatan dilakukan untuk
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan guna membantu mengatasi
masalah yang dialami pasien (Prabowo, 2018).
2.2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi keperawatan ini dapat menilai sejauh mana keberhasilan
yang dicapai dan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Dari hasil evaluasi,
tenaga kesehatan dapat menilai pencapaian dari tujuan serta dari hasil evaluasi ini,
tenaga kesehatan akan menjadikan hasil evaluasi ini sebagai bahan koreksi dan
catatan untuk perbaikan tindakan yang harus dilakukan (Prabowo, 2018).
Evaluasi keperawatan disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional,
seperti :
a. S (Subjektif) adalah ungkapan perasaan maupun keluhan yang disampaikan
pasien
b. O (Objektif) adalah pengamatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
melalui sikap ibu ketika dan setelah dilakukan tindakan keperawatan
c. A (Assesment) adalah analisa tenaga kesehatan setelah mengetahui respon
subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan tujuan dan kriteria hasil
yang ada pada rencana keperawatan
d. P (Planning) adalah perencanaan untuk tindakan selanjutnya yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah melakukan analisa atau assesmen.
BAB 4
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sepsis adalah peradangan ekstrem akibat infeksi yang berpotensi
mengancam nyawa. Sepsis terjadi ketika infeksi dalam tubuh memicu infeksi lain
di seluruh tubuh Anda. Ini terjadi saat sistem imun bereaksi berlebihan dengan
melepas zat kimia ke dalam pembuluh darah untuk melawan infeksi
mikroorganisme penyebab penyakit.
Sepsis dapat terjadi akibat septikemia alias keracunan darah, yaitu kondisi
saat infeksi bakteri telah menyerang aliran darah. Beberapa penyakit infeksi yang
bisa memicu reaksi ini adalah infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi,
pneumonia, meningitis termasuk COVID-19.
Peradangan akibat sepsis berisiko mengakibatkan penyumbatan dan
kebocoran pada pembuluh darah. Pada kondisi ini, sepsis dapat merusak berbagai
sistem organ bahkan menyebabkan kegagalan organ tubuh.Jika berkembang
menjadi syok septik, tekanan darah akan turun secara drastis. Pada tahap ini,
sepsis dapat menyebabkan kematian.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny. W dengan Diagnosa
Medis Sepsis di Ruang ICU RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya, maka
dapat diambil kesimpulan :
1. Pengkajian pada Ny. W didapat
2. Diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Ny. W
3. Tujuan intervensi yang di berikan adalah diharapkan
4. Pelaksanaan yang telah diberikan pada Ny. W dilakukan secara dependent dan
independent untuk mencapai hasil yang optimal.
5. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dilihat
3.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Supaya bisa menjadi reverensi dalam membuat Laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari
informasi dan memperluas wawasan mengenai pasien dengan Sepsis
dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas, mahasiswa akan
mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan
pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Sepsis , dan faktor-faktor
pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu mahasiswa melalui studi
kasus agar dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Sepsis
3. Bagi Intitusi Pelayanan Kesehatan
Bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan pelayanan dan
mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim kesehatan dan pasien
yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan yang
optimal. Dan adapun untuk pasien yang telah mengalami kasus Asidosis
Metabolik maka harus segera dilukukan perawatan, agar tidak terjadi
komplikasi dari penyakit Sepsis.
DAFTAR PUSTAKA

Guntur HA. SIRS, SEPSIS dan SYOK SEPTIK (Imunologi, Diagnosis dan
Penatalaksanaan). Surakarta: Sebelas Maret University Press. 2018.
Nasronudin, 2019 , Penyakit Infeksi di Indonesia, Surabaya : Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair.
Pudjiastuti. Imunoglobulin Intravena pada Anak dan Bayi dengan Sepsis.
Kumpulan Makalah. National Symposium: the 2nd Indonesian Sepsis
Forum. Surakarta, March 2008; 7-9 pp:100.
Vincent JL SY, Sprung CL, Ranieri VM, Reinhart K, Gerlach H, et al. Sepsis in
European intensive care units: results of the SOAP study. Crit Care Med
2016;34(2):344-53.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
Sudoyo, Aru W., et al. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai