E DENGAN DIAGNOSA
MEDIS SEPSIS DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
Di Susun Oleh:
Sunardi
NIM: 2019.C.11a.1029
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. E Dengan Diagnosa
Medis Sepsis Di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik
Keperawatan IV (PPK 4). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Ika Paskaria, S.Kep., Ners selaku Koordinator PPK III
4. Bapak Efri Dulie, S.Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.
5. Ibu Atun Sa’diyati Widyaningsih, S.Kep., Ners Selaku Pembimbing Lahan
yang telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam
penyelesaian laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 10 Oktober 2022
Sunardi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN.....................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................3
1.4 Manfaat.................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5
2.1 Konsep Dasar Penyakit.........................................................................7
2.2.1 Definisi Asidosis Metabolik........................................................7
2.2.2 Etiologi........................................................................................7
2.2.3 Patofisiologi.................................................................................8
2.2.4 Komplikasi..................................................................................12
2.2.5 Klasifikasi....................................................................................13
2.2.6 Manifestasi Klinis........................................................................14
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang...............................................................14
2.2.8 Penatalaksanaan Medis................................................................15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................17
2.3.1 Pengkajian...................................................................................17
2.3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................20
2.3.3 Intervensi Keperawatan...............................................................22
2.3.4 Implementasi Keperawatan.........................................................27
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.................................................................27
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................28
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................57
4.1 Kesimpulan...........................................................................................57
4.2 Saran.....................................................................................................58
BAB 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Sepsis adalah peradangan ekstrem akibat infeksi yang berpotensi mengancam
nyawa. Sepsis terjadi ketika infeksi dalam tubuh memicu infeksi lain di seluruh
tubuh. Ini terjadi saat sistem imun bereaksi berlebihan dengan melepas zat kimia ke
dalam pembuluh darah untuk melawan infeksi mikroorganisme penyebab penyakit
(Mahapatra & Heffner, 2020)
Sepsis dapat terjadi akibat septikemia alias keracunan darah, yaitu kondisi
saat infeksi bakteri telah menyerang aliran darah. Beberapa penyakit infeksi yang bisa
memicu reaksi ini adalah infeksi saluran kemih, infeksi luka operasi, pneumonia,
meningitis termasuk COVID-19.
Peradangan akibat sepsis berisiko mengakibatkan penyumbatan dan
kebocoran pada pembuluh darah. Pada kondisi ini, sepsis dapat merusak berbagai
sistem organ bahkan menyebabkan kegagalan organ tubuh. Jika berkembang menjadi
syok septik, tekanan darah akan turun secara drastis. Pada tahap ini, sepsis dapat
menyebabkan kematian.
2.1.2 Etilogi
sepsis sampai syok sepsis secara klasik telah diakui penyebabnya adalah
bakteri gram negatif tetapi mungkin juga disebabkan oleh mikroorganisme lain
misalkan gram positif jamur, virus, bahkan parasit (Asmoro, Aswoco Andyk. 2017) .
Berdasarkan tingkat keparahan gejalanya, sepsis dapat dibagi menjadi gejala sepsis,
sepsis parah, dan syok septik..
1. Gejala sepsis
Pada awalnya, sepsis akan memasuki tahap Systemic Inflammatory
Response Syndrome (SIRS). Gejala awal sepsis ditandai dengan dua atau lebih
gangguan kesehatan, termasuk:
a. Demam
b. Berkeringat
c. Hipotermia (suhu badan terlalu rendah)
d. Denyut nadi terlalu cepat
e. Frekuensi napas terlalu cepat
f. Perubahan jumlah leukosit darah
Secara medis, tanda-tanda pasien yang mengalami sepsis dapat diketahui
melalui:
a. Tekanan darah sistolik (angka pertama/atas) kurang atau sama dengan 100
mmHg.
b. Laju pernapasan lebih tinggi atau sama dengan 22 napas per menit.
c. Suhu tubuh di atas 38,3℃ atau di bawah 36℃
2. Gejala sepsis parah
Jika infeksi di aliran darah terus dibiarkan, kerusakan organ mungkin terjadi. Ini
karena infeksi yang terjadi membuat organ kekurangan suplai oksigen.
Pada kondisi ini, tingkat keparahan gejala sepsis akan lebih serius hingga
membutuhkan penanganan medis. Gejalanya di antara lain:
a. Bercak atau ruam merah
b. Kulit berubah warna
c. Produksi urine berkurang drastis
d. Perubahan mendadak dalam status kejiwaan
e. Berkurangnya jumlah trombosit
f. Sulit bernapas
g. Detak jantung abnormal
h. Sakit perut
i. Ketidaksadaran
j. Kelemahan ekstrem
2.1.3 Patofisiologi
Sebagian besar penderita sepsis menunjukkan fokus infeksi jaringan sebagai
sumber bakteriemia, hal ini disebut bakteriemia sekunder. Sepsis gram negatif
merupakan bakteri komensal normal dalam tubuh dan kemudian dapat menyebar ke
organ. Fokus primer dari sepsis gram negatif bisa terdapat pada saluran
genitourinorium, saluran empedu dan saluran gastrointestinum. (Nasronudin, 2019).
Inflamasi merupakan respon tubuh untuk berbagai macam stimulasi
imunogen dari luar. Sitokin sebagai mediator inflamasi tidak berdiri sendiri, tetapi
masih banyak sistem imun tubuh yang berperan dalam proses inflamasi. TNF, IL1,
Interferon (IFN-ɣ) merupakan sitokin pro inflamasi yang bekerja menghancurkan
mikroorganisme yang menginfeksi tubuh. Sedangkan, Interleukin 1 reseptor
antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10 merupakan sitokin yang bersifat antiinfamasi yang
bertugas untuk memodulasi, koordinasi atau represi terhadap respon yang berlebihan.
Jika penyebabnya adalah bakteri gram positif, virus, atau parasit, mereka
dapat berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh monosit atau makrofag
yang berperan sebagai Antigen Processing Cell yang kemudian ditampilkan sebagai
Antigen Presenting Cell (APC). Antigen ini membawa muatan polipeptida spesifik
yang berasal dari Major Histocompatibility Complex (MHC). Antigen yang
bermuatan MHC akan berikatan dengan CD4+ (Limfosit Th1 dan Limfosit Th2)
dengan perantara T-cell Reseptor.
2.1.4 Faktor risiko
Terdapat beberapa pasien penyakit infeksi yang dirawat di rumah sakit
berisiko lebih tinggi mengalami kondisi ini (Afif Nurul Hidayati, 2019). Faktor-
faktor yang menyebabkan dapat memicu terjadi sepsis di antaranya adalah :
1. Berusia kurang dari satu tahun, terlebih jika bayi lahir secara prematur atau
ibunya terkena infeksi saat hamil.
2. Berusia lebih dari 75 tahun.
3. Memiliki penyakit diabetes atau sirosis (kerusakan hati).
4. Pasien rawat inap di ICU
5. Memiliki sistem imun yang lemah, seperti mereka yang melalui pengobatan
kemoterapi atau yang baru melakukan transplantasi organ tubuh.
6. Baru melahirkan atau mengalami keguguran.
7. Memiliki luka atau cedera, misalnya luka bakar.
8. Memiliki alat invasif, misalnya kateter intravena atau selang pernapasan.
2.1.5 Komplikasi
Sepsis parah dan syok septik juga bisa mengakibatkan komplikasi.
Komplikasi terberat dari sepsis adalah kematian. Angka kematian akibat syok septik
adalah 50 persen dari seluruh kasus (Center for Disease Control/CDC (2016) .
Penggumpalan darah kecil dapat terbentuk di seluruh tubuh . Gumpalan ini
menghalangi aliran darah dan oksigen ke organ vital dan bagian lain tubuh.
Mengakibatkan meningkatnya risiko kegagalan organ dan kematian jaringan.
Meskipun berpotensi mengancam jiwa, dalam kasus yang ringan, tingkat pemulihan
bisa lebih tinggi. Namun, pasien yang selamat dari syok sepsis berat berisiko lebih
tinggi untuk terjangkit penyakit infeksi di masa depan.
2.1.7 PENGOBATAN
Menurut Nasronudin,(2019) berdasarkan patofisiologi yang dipahami maka
paradigma baru pengobatan sepsis dan syok septik meliputi tindakan meningkatkan
daya pertahanan tubuh, mengobati infeksi, menghentikan kejadian pemicu
( mencegah interaksi leukosit vaskuler dan menghambat pengaruh mediator)
Perawatan dini dapat meningkatkan peluang untuk selamat dari kondisi
tersebut. Orang yang mengalami kondisi ini memerlukan pemantauan dan perawatan
yang ketat di unit perawatan intensif rumah sakit. Jika mengalami sepsis atau syok
septik, tindakan penyelamatan hidup diperlukan untuk menstabilkan fungsi
pernapasan dan jantung.
Beberapa pengobatan yang bisa membantu mengatasi sepsis adalah:
1. Antibiotik
Mendeteksi sepsis pada tahap awal, saat organ vital belum terdampak, boleh
menggunakan antibiotik untuk mengobatinya di rumah. Dalam situasi ini,
mungkin saja untuk pulih seutuhnya. Jika tidak menjalani perawatan apa pun,
kondisi ini dapat berkembang menjadi syok septik dan bahkan menyebabkan
kematian pada akhirnya. Dalam kasus ini, biasanya menggunakan sejumlah obat-
obatan untuk mengobati sepsis.
2. Cairan intravena
Obat bisa berupa antibiotik lewat infus untuk melawan infeksi, obat
vasoactive untuk meningkatkan tekanan darah, insulin untuk menstabilkan gula
darah, kortikosteroid untuk mengurangi radang, dan obat penghilang rasa sakit.
Bila sepsis menjadi parah, cairan infus dalam jumlah besar dan respirator untuk
bernapas penting bagi Pasien.
3. Dialisis
Dialisis mungkin diperlukan bila ginjal sudah mulai terdampak. Selama
dialisis, mesin menggantikan fungsi ginjal seperti menyaring sampah yang
berbahaya, garam, dan air berlebihan dari dalam darah.
4. Operasi
Dalam beberapa kasus, operasi mungkin dibutuhkan untuk
menghilangkan sumber infeksi, termasuk penyerapan abses bernanah atau
pengangkatan jaringan yang terinfeksi.
Beberapa obat-obatan lainnya yang mungkin dianjurkan adalah dosis
rendah kortikosteroid, insulin untuk membantu mempertahankan kadar gula darah
yang stabil, obat-obatan yang memodifikasi respons sistem kekebalan tubuh, dan
obat penghilang rasa sakit atau obat penenang.
5. Pengobatan di rumah
Sebagian besar orang pulih total dari kondisi ini. Namun, hal itu
membutuhkan waktu dan mengalami gejala fisik dan emosional. Ini bisa terjadi
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Keadaan tersebut disebut dengan
post-sepsis syndrome atau sindrom setelah sepsis. Gejalanya adalah:
a. Merasa lelah dan lemah, dan kesulitan tidur
b. Kehilangan selera makan
c. Lebih sering sakit
d. Perubahan dalam suasana hati Anda, seperti cemas dan depresi
e. Mimpi buruk
2.2.1 Pengkajian
1. Data Fokus Pengkajian
A. Identitas
1) Identitas Klien
Meliputi nama, No. RM, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama,
pendidikan, suku, alamat rumah, sumber biaya, tanggal masuk RS,
diagnosa medis.
2) Identitas penanggung jawab
Meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pendidikan, dan alamat.
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan
pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami dan efek gejala
tersebut terhadap gaya hidup serta citra diri pasien.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di anamesa
meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region, radiaton,
severity scale dan time.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data
dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya. Biasanya sebelumnya mempunyai penyakit infeksi seperti
pneumonia, dan lain-lain.
B. Breathing
1) Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala
yang signifikan
2) Kaji saturasi oksigen
3) Periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan
kemungkinan asidosis
4) Berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
5) Auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
6) Periksa foto thorak
C. Circulation
1) Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
2) Monitoring tekanan darah, tekanan darah
3) Periksa waktu pengisian kapiler
4) Pasang infus dengan menggunakan canul yang besar
5) Berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
6) Pasang kateter
7) Lakukan pemeriksaan darah lengkap
8) Siapkan untuk pemeriksaan kultur
9) Catat suhu, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature kurang dari
36oc
10) Siapkan pemeriksaan urin dan sputum
11) Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
D. Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis padahal
sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat kesadaran
dengan menggunakan AVPU ( Alert, Verbal, Pain, Unconscious) atau GCS
(Glasgow Coma Scale) ).
E. Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan tempat
suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
Tanda ancaman terhadap kehidupan
Sepsis yang berat didefinisikan sebagai sepsis yang menyebabkan kegagalan
fungsi organ. Jika sudah menyembabkan ancaman terhadap kehidupan maka
pasien harus dibawa ke ICU, adapun indikasinya sebagai berikut:
1) Penurunan fungsi ginjal
2) Penurunan fungsi jantung
3) Hipoksia
4) Asidosis
5) Gangguan pembekuan
6) Acute respiratory distress syndrome (ARDS) – tanda cardinal oedema
pulmonal.
Pemeriksaan fisik :
1) Sistem penglihatan :
Kaji posisi mata, kelopak mata, pergerakan bola mata, konjungtiva, kornea, sklera,
pupil, adanya penurunan lapang pandang, penglihatan kabur, tanda-tanda radang,
pemakaian alat bantu lihat dan keluhan lain.
2) Sistem pendengaran :
Kaji kesimetrisan, serumen, tanda radang, cairan telinga, fungsi pendengaran,
pemakaian alat bantu, hasil test garpu tala.
3) Sistem wicara :
Kaji kesulitan atau gangguan bicara.
4) Sistem pernafasan :
Kaji jalan nafas, RR biasanya meningkat, irama, kedalaman, suara nafas, batuk,
penggunaan otot dan alat bantu nafas.
5) Sistem kardiovaskuler :
Kaji sirkulasi perifer (nadi (biasanya takikardia), distensi vena jugularis,
temperatur kulit biasanya dingin atau hipertemik, warna kulit biasanya pucat, CRT,
flebitis, varises, edema), sirkulasi jantung (bunyi jantung, kelainan jantung,
palpitasi, gemetaran, kesemutan, nyeri dada, ictus cordis, kardiomegali, hipertensi).
6) Sistem neurologi :
Kaji GCS, gangguan neurologis nervus I sampai XII, pemeriksaan reflek, kekuatan
otot, spasme otot dan kebas/kesemutan.
7) Sistem pencernaan :
Kaji keadaan mulut, kesulitan menelan, muntah, nyeri daerah perut, bising usus,
massa pada abdomen, ukur lingkar perut, asites, palpasi dan perkusi hepar, gaster;
nyeri tekan, nyeri lepas, pemasangan colostomi, pemasangan NGT.
8) Sistem imunologi :
Kaji adanya pembesaran kelenjar getah bening.
9) Sistem endokrin :
Kaji nafas bebau keton, luka, exopthalmus, tremor, pembesaran kelenjar thyroid,
tanda peningkatan gula darah.
10) Sistem urogenital :
Kaji distensi kandung kemih, nyeri tekan, nyeri perkusi, urine, penggunaan
kateter dan keadaan genital. (jika sudah terjadi kegagalan organ multipel yang
menyerang ginjal biasanya nyeri pada ginjal pada saat di palpasi dan perkusi)
11) Sistem integumen :
Kaji keadaan rambut, kuku, kulit.
12) Sistem muskuloskeletal :
Kaji keadaan ekstremitas, keterbatasan rentang gerak dan adanya kontraktur, kaji
bagaimana pasien berfungsi, bergerak dan berjalan; beradaptasi terhadap
kelemahan atau palisis, tonus otot/kekuatan otot.
Gangguan ventilasi spontan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan ventilasi (I.01002)
berhubungan dengan kelelahan diharapkan selama 1 x 24 jam ventilasi
Observasi
otot pernapasan (D.0004) spontan meningkat dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu napas
1. Volume tidal meningkat
2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status
2. Dispnea, Penggunaan otot bantu napas
pernapasan
menurun
3. Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis.
3. Gelisah menurun
Frekuensi dan kedalaman nafas, penggunaan otot
4. PCO2, Po2, PO2, Takikardia membaik
bantu nafas, bunyi nafas tambahan, saturasi
oksigen)
Terapeutik
Guntur HA. SIRS, SEPSIS dan SYOK SEPTIK (Imunologi, Diagnosis dan
Penatalaksanaan). Surakarta: Sebelas Maret University Press. 2018.
Nasronudin, 2019 , Penyakit Infeksi di Indonesia, Surabaya : Pusat Penerbitan dan
Percetakan Unair.
Pudjiastuti. Imunoglobulin Intravena pada Anak dan Bayi dengan Sepsis.
Kumpulan Makalah. National Symposium: the 2nd Indonesian Sepsis
Forum. Surakarta, March 2008; 7-9 pp:100.
Vincent JL SY, Sprung CL, Ranieri VM, Reinhart K, Gerlach H, et al. Sepsis in
European intensive care units: results of the SOAP study. Crit Care Med
2016;34(2):344-53.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
Sudoyo, Aru W., et al. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.