Disusun Oleh:
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan Dan Asuhan keperawatan Pada Tn.D Dengan Diagnosa Medis ulkus
dekubitus Dengan system integumen”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK2). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKes
Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Nia Pristina, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini
4. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari epitel berlapis
bertanduk, mengandung sel malonosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
terdapat pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5% dari seluruh ketebalan kulit.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam) yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum
granulosum, stratum spinosum dan stratum basale (stratum Germinatum)
(Susanto dan Ari, 2013).
1) Stratum korneum.
Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan tanduk (keratinasi), gepeng,
kering, tidak berinti, inti selnya sudah mati, dan megandung zat
keratin.
2) Stratum lusidum.
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel
sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi
jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pipa yang
bening, batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat disebut stratum
lusidum.
3) Stratum granulosum.
Lapisan ini terdiri dari 2-3 lapis sel pipih seperti kumparan dengan inti
ditengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohiali atau
gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi benda asing,
kuman dan bahan kimia masuk ke dalam tubuh.
4) Stratum spinosum/stratum akantosum.
Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat mencapai
0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. sel-selnya disebut spinosum karena
jika dilihat di bawah mikroskop, sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya polygonal/banyak sudut dari mempunyai tanduk (spina).
Lapisan ini berfungsi untuk menahan gesekan dan tekanan dari luar.
Bentuknya tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan
pangkal telapak kaki. Disebut akantosum sebab sel-selnya berduri.
Ternyata spina atau tanduk tersebut ada hubungan antara sel yang lain
yang disebut intercelulair bridges atau jembatan interselular.
5) Stratum Basal/Germinativum.
Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak dibagian basal/basis,
stratum germinativum menggantikan sel-sel yang di atasnya dan
merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris (tabung) dengan inti
yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus disebut
butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar pagar
(palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran disebut
membran basalis, sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan
batas terbawah dari pada epidermis dengan dermis.
2. Dermis
Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis
terutama terdiri dari serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen
menebal dan sintesa kolagen akan berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Sedangkan serabut elastin terus meningkat dan
menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari
fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen akan saling bersilang
dalam jumlah yang besar dan serabut elastin akan berkurang
mengakibatkan kulit terjadi kehilangan kelenturanannya dan tampak
berkeriput. Di dalam dermis terdapat folikel rambut, papilla rambut,
kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak
rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf dan sebagian serabut
lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (Susanto dan Ari,
2013).
3. Subkutan
Subkutan mengikat kulit secara longgar dengan organ-organ yang berada
di bawahnya. Lapisan subkutan mengandung jumlah sel lemak yang
beragam, bergantung pada area tubuh dan nutrisi individu, serta berisi
banyak pembuluh darah dan ujung saraf. Sel lemak berbentuk bulat
dengan intinya berdesakan kepinggir, sehingga membentuk seperti
cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak
sama pada setiap tempat dan jumlah antara laki-laki dan perempuan.
Fungsi penikulus adipose adalah sebagai shok breaker atau pegas bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau
untuk mempertahankan suhu. Di bawah subkutan terdapat selaput otot
dan lapisan berikutnya yaitu otot (Susanto dan Ari, 2013).
4. Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain
menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu :
1) Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau
mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang
dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan
panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar
misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya
lapisan kulit dan serabut–serabut jaringan penunjang berperan sebagai
pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam
melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning
(pengobatan dengan asam asetil).
2) Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable
terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit.
Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan
sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5- 6,5. Ini
merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel–sel kulit yang
telah mati melepaskan diri secara teratur.
3) Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga
yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan
uap air memungkinkan kulit ikut Universitas Sumatera Utara
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit
dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus
sel–sel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak
melalui sel–sel epidermis.
4) Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan.
Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh
pusat pengatur panas, medulla
2.1.3 Etiologi
Faktor etiologi utama atau faktor ekstrinsik yang berkontribusi terhadap
terjadinya ulkus dekubitus adalah tekanan, pergeseran, gesekan, dan kelembaban.
Ketika tekanan berdurasi singkat dilepaskan, jaringan memperlihatkan aliran
darah yang meningkat ke daerah tersebut. Namun, tekanan tinggi yang bertahan
lama menyebabkan penurunan aliran darah, oklusi pembuluh darah dan pembuluh
limfatik, dan iskemia jaringan. Perubahan ini berperan untuk terjadinya nekrosis
otot, jaringan subkutaneus, dermis dan epidermis, dan akhirnya membentuk ulkus
dekubitus. Tekanan kapiler individu sehat adalah 25 mmHg, dan kompresi
eksternal dengan tekanan 30 mmHg akan mengoklusi pembuluh darah sehingga
jaringan menjadi anoksia dan mengalami nekrosis iskemia (Haskas, Y., & Smana,
A. 2013).
Kekuatan geser dihasilkan dari pergerakan relatif tulang dan jaringan subkutaneus
terhadap kulit yang tertahan pergerakannya disebabkan daya gesek. Pada keadaan
seperti ini tekanan yang dibutuhkan untuk oklusi pembuluh darah sangat
berkurang. Pada pasien tua, berkurangnya jumlah elastin pada kulit menjadi
predisposisi efek samping dari pergeseran. Gesekan dihasilkan oleh gerakan yang
berlawanan antar satu permukaan dengan permukaan lainnya. Daya gesek
menyebabkan pembentukan lepuh intraepidermal, yang akhirnya menyebabkan
erosi superfisial di kulit, awal mula atau mempercepat ulkus dekubitus (Haskas,
Y., & Smana, A. 2013).
.
Lingkungan yang sangat lembab yang disebabkan oleh perspirasi, urin,
inkontinensia fekal, atau drainase luka yang berlebihan meningkatkan efek
kerusakan yang ditimbulkan oleh tekanan, gesekan, dan pergeseran. Kelembaban
juga menyebabkan maserasi kulit sekitar yang yang meningkatkan risiko
pembentukan ulkus dekubitus lima kali lipat (Haskas, Y., & Smana, A. 2013).
.
Faktor risiko utama yang berperan dalam perkembangan ulkus dekubitus adalah
gangguan mobilitas yang dapat mempengaruhi beberapa sistem organ. Gangguan
mobilitas dapat menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskuler seperti
hipotensi ortostatis, perubahan komposisi cairan tubuh, gangguan fungsi jantung,
berkurangnya penyerapan oksigen. Gangguan mobilitas juga mengakibatkan
hiperemia reaktif dan gangguan aliran darah perifer. Selain itu, gangguan
mobilitas juga berdampak terhadap sistem muskuloskeletal, sistem
gastrointestinal. Gangguan mobilitas ini bisa disebabkan oleh penyakit
neurologik, atau trauma, fraktur, nyeri, dan penggunaan restraint. Faktor risiko
lainnya adalah gangguan sensasi atau gangguan respon terhadap
ketidaknyamanan (seperti, penyakit serebrovaskuler, trauma sistem saraf pusat,
depresi, dan obat-obatan yang mempengaruhi kewaspadaan) Perubahan yang
signifikan dalam berat badan (≥5% dalam 30 hari atau ≥10% dalam 180 hari)
disebabkan malnutrisi kalori-protein, edema, dan inkontinensia urin serta fekal
(Haskas, Y., & Smana, A. 2013).
.
2.1.4 Klasifikasi
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) 2014 membagi derajat
dekubitus menjadi enam dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Derajat I : Nonblanchable Erythema
Derajat I ditunjukkan dengan adanya kulit yang masih utuh dengan
tanda-tanda akan terjadi luka. Apabila dibandingkan dengan kulit yang
normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut : perubahan
temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan konsistensi
jaringan (lebih keras atau lunak), dan perubahan sensasi (gatal atau
nyeri). Pada orang yang berkulit putih luka akan kelihatan sebagai
kemerahan yang menetap, sedangkan pada orang kulit gelap, luka akan
kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu. Cara
untuk menentukan derajat I adalah dengan menekan daerah kulit yang
merah (erytema) dengan jari selama tiga detik, apabila kulitnya tetap
berwarna merah dan apabila jari diangkat juga kulitnya tetap berwarna
merah
Aliran darah ke jaringan sekitar Jaringan Hipoksia Pem.darah kolaps Cedera iskemia Iskemia otot
menurun
ULKUS DEKUBITUS
B1 B2 B3 B4 B5 B6
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ulkus dekubitus yaitu komplikasi
noninfeksius dan infeksi sistemik. Komplikasi non infeksi termasuk
amiloidosis,pembentukan tulang heterotopik, fistula perineal-uretral,
pseudoaneurisma, ulkus Marjolin dan komplikasi sistemik pengobatan topikal.
Infeksi sistemik termasuk bakteremia dan sepsis, selulitis, endokarditis,
meningitis, osteomielitis, artritis septik, dan terbentuknya sinus atau abses
(Sulistyawati. 2014).
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak / Indonesia
Agama : Kristen
Pekerjaan : PNS
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Rafleesia No.72
Tgl MRS : 07 Desember 2020
Diagnosa Medis : Ulkus Dekubitus
: Laki-Laki : Meninggal
44
kg.bentuk badan sedang IMT klien =17,2
1,60 x 1,60
Berdasarkan hasil pengkajian di atas, masalah keperawatan yang
muncul Defisit Nutrisi.
1. Pola istirahat dan tidur
Pada saat pengkajian pola istirahat dan tidur klien sebelum sakit yaitu
mengatakan masih dapat tidur siang dengan nyenyak selama ± 1 jam; pada
malam hari biasanya 7-8 jam. Pola istirahat dan tidur saat sakit yaitu siang <
30 menit dan tidur malam 4-5 jam.
Berdasarkan hasil pengkajian diatas ditemukan masalah keperawatan
Gangguan pola tidur
2. Kognitif :
klien dapat sudah mengetahui penyakit yang di deritannya setelah diberikan
jelaskan dokter dan tenaga medis.
Tidak ada masalah keperawatan
3. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Klien dapat menerima keadaan dirinya sekarang, klien ingin lekas sembuh,
klien seorang pria berumur 60 tahun, klien merasa selalu dihargai
Tidak ada masalah keperawatan
4. Aktivitas Sehari-hari
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien dapat beraktifitas
seperti biasa.
Tidak ada masalah keperawatan
5. Koping –Toleransi terhadap Stress
Klien selalu berdiskusi dengan keluarga disetiap permasalahan dalam
pelayanan.
Tidak ada masalah keperawatan
6. Nilai-Pola Keyakinan
Klien menatakan “ saya beragama Kristen “tidak ada masalah dalam
tindakan keperawatan.
Tidak ada masalah keperawatan
3.1.6 Sosial - Spiritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien cukup mampu berkomunikasi dengan baik dengan dokter perawat
dan keluarga.
2. Bahasa sehari-hari
Bahasa yang digunakan bahasa Indonesia/dayak
3. Hubungan dengan keluarga :
Hubungan dengan keluarga harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Hubungan dengan keluarga terutama tenaga medis sangat baik dilihat dari
segi penerimaan saat perawat datang untuk merawat.
5. Orang berarti/terdekat :
Orang terdekat adalah keluarga istri dan anak
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Klien bisa menggunakan waktu luang untuk membaca Koran dan olah raga
7. Kegiatan beribadah :
Klien beragama Kristen sebelum sakit klien rutin beribadah ke gereja
sesudah sakit klien anya berdoa agar bias cepat sembuh dari penyakitnya.
3.1.7 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang
Lainnya)
08 desember 2020
No PARAMETER UNIT REFFERENCE RANGES
1 WBC 12,4 {10^3/ul} 4.50 - 11.00{10^3/ul}
2 HBG 14.8 - {g/dl} 10.5 - 18.0{g/dl}
3 RBC 4.30x{10^3/ul} 3.5-5.5 x {10^3/ul}
4 PLT 241 {10^3/ul} 150 - 400 {10^3/ul}
5 GDS 106 mg/dl <200 mg/dl
6 Ureum 28 mg/dl 21-53 mg/dl
7 Creatin 1,2 mg/dl 0,17-1,5 mg/dl
8 SGOT/AST 14 U/L (L:<37, p :<32)
9 SGPT/ALT 10 U/L (L:<40, p :<32)
10 pH darah arteri PH <7,27 pH < 7,35pH > 7,45
aktivitas interleukin 1
dihipotalamus
Peningkatan temperatur
Hipertermi
Defisit nutrisi
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN
MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : klien mengatakan luka pada lappisan kulit Ganguan pola
“saya sulit tidur akibat
tidur
nyeri pada luka di pinggang
saya” Nyeri berkepanjangan
DO :
pola tidur terganggu
Klien tampak lelah
Jam tidur klien berkurang
hanya 4-5 jam pada malam
hari ganguan pola tidur
Klien tampak lemas
Klien terliah menguap saat
dikaji
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut Berhubungan dengan Dekubitus ditandai dengan Klien tampak
meringis Terdapat luka pada bagian pinggang Skala nyeri 5 dari (1-10), nyeri
seperti ditusuk tusuk Luka klien mengeluarkan pus ,Panjang luka ±7 cm ,Lebar
luka ±7 cm ,Kedalaman luka ±3 cm TTV : TD : 140/90 mmHG N : 89
x/menit S : 39,5 ° C RR : 20 x/menit.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan kulit klien
panas , klien tampak demam , klien tampak pucat, kulit klien tampak merah
TTV : TD : 140/90 mmHG N : 89 x/menit S : 39,5 ° C RR : 20 x/menit
3. Gangguan integritas kulit berhubungan Dekubitus ditandai dengan adanya
luka pada pinggang klien , terdapat jaringan mati ( nekrotik), kulit tampak
kemerahan, area kulit tampak basah, terdapat pus pada luka , Panjang luka ±7
cm ,Lebar luka ±7 cm ,Kedalaman luka ±3.
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan tidak nafsu makan ditandai dengan IMT
klien 17,2 , klien tampak kurus ,berat bada klien menurun dari 45 ke 44 kg ,
klien hanya menghabiskan ½ dari 1 porsi makanya ,klien tampak lelah , klien
tampak lemas
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka dekubitus ditandai dengan adanya
luka pada pinggan, terdapat jaringan mati ( nekrotik), kulit tampak kemerahan,
area kulit tampak basah, terdapat pus pada luka , Panjang luka ±7 cm ,Lebar
luka ±7 cm ,Kedalaman luka ±3 ,WBC (12,4{10^3/ul)
6. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri ditandai dengan klien
tampak lemah, klien bergerak dengan terbatas, kekuatan pergerakan
ekstremitas atas 5/5 dan kekuatan pergerakan ekstremitas bawah 1/5, ADL
klien dibantu keluarga, klien tampak lemas , klien ada Fraktur femur.
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kondisi klinis klien ditandai dengan
klien tampak lelah, jam tidur klien berkurang hanya 4-5 jam pada malam hari,
klien tampak lemas, klien terlihat menguang saat dikaji.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn.D
Ruang Rawat : bedah
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Nyeri akut Berhubungan Setelah Tindakan Keerawatan Dilakukan 1) Identifikasi Lokasi, Karakteristik, 1) Mengindikasi kebutuhan intervensi
dengan Dekubitus ditandai Selama 3 X 24 Jam Diharapkan Nyeri Durasi, Frekuensi, Kualitas, Intensitas dan juga tanda/ perkembangan/
dengan Klien tampak meringis Menurun Dengan Kriteria Hasil Nyeri resolusi komplikasi catata : sakit tidak
Terdapat luka pada bagian 1. Keluhan Nyeri Cukup Menurun Dengan 2) Identifikasi Skala Nyeri menimbulka perubahan
pinggang Skala nyeri 5 dari (1- Nilai 4, 3) Identifikasi Respon Non Verbal 2) Memfokuskan pengkajian pada
10), nyeri seperti ditusuk tusuk 2. Meringis Cukup Menurun Dengan Nilai 4) Identifikasi Factor Yang tingkat nyeri dari tingkat nyeri ringan
Luka klien mengeluarkan 5 Memperberat Dan Memperingan sampai tingkat nyeri berat
pus ,Panjang luka ±7 cm ,Lebar 3. Kesulitan tidur cukup menurun dengan Nyeri 3) Dapat mengurang ansietas dan rasa
luka ±7 cm ,Kedalaman luka ±3 nilai 4 5) Berikan Teknin Nonfarmakologi takut sehingga mengirangi persepsi
cm TTV : TD : 140/90 mmHG Untuk Mengurangi Rasa Nyeri akan intensitas rasa nyeri yang
N : 89 x/menit S : 39,5 ° C 6) Fasilitasi Istirahat Dan Tidur dirasakan
RR : 20 x/menit. 7) Jelaskan Penyebab, Periode, Dan 4) Memfokuskan pengkajian pada factor
Pemicu Nyeri yang membuat nyeri pada klien
8) Ajarkan Teknik Nonfarmakologi semakin bertambah disebabkan karena
Untuk Mengurangi Rasa Nyeri apa sehingga dapat di minimalisir
factor yang memperberat rasa sakit
( nyeri)
5) Teknik yang diberikan sebagai
pengontrol rasa nyeri yang dirasakan
klien sabagai peralihan rasanyeri
berupa teknik relaksasi nafas dalam
dan peralihan rasa nyeri berupa music
relaksasi/ visualisasi yang progresif
6) Meningkatkan relaksasi dan
menurunkan ketegangan otot
7) Sebagai fokus pengkajian timbulnya
pemicu yang menyebabkan nyeri
sehingga bisa ditangani dengan
penanangan yang tepat
8) Mengajarkan teknik nonfarmakologi
berdampak untuk meningkatkan
relaksasi dan perasaan sehat yang
dapa menurunkan kebutuhan narkotik
analgesic dimana terjadi proses
degenerative neuro/motor.
Sulidah 1, Susilowati 1
ABSTRAK
Care Plan Resources (AHCPR) bahwa meliputi mengkaji risiko klien terkena
intervensi yang dapat digunakan untuk dekubitus, perbaikan keadaan umum
mencegah dekubitus terdiri dari tiga penderita, pemeliharaan, perawatan kulit
kategori. Intervensi pertama ialah yang baik, pencegahan terjadinya luka
perawatan kulit dan penanganan dini dengan perubahan posisi tirah baring
dan masase tubuh. Intervensi kedua yaitu suatu intervensi pada kelompok
meminimalisasi tekanan dengan matras responden. Kelompok responden
atau alas tempat tidur yang baik. diobservasi sebelum dan sesudah
Intervensi yang ketiga yaitu edukasi pada intervensi untuk selanjutnya dilihat
klien dan support system. perbedaan kondisi responden sebelum
Tindakan pencegahan decubitus dan sesudah intervensi berupa tindakan
sudah sering dilakukan baik di panti pencegahan dekubitus. Populasi
jompo dan lebih-lebih di rumah sakit; penelitian ini adalah masyarakat lansia
tetapi pada tatanan komunitas hal yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas
tersebut merupakan sesuatu yang Karang Rejo Kota Tarakan. Kriteria
langka. Ketidakmampuan lansia dan inklusi ditetapkan adalah lansia yang
keluarga serta keterbatasan pengetahuan mengalami imobilisasi dan menjalani
keluarga menjadi penyebabnya. perawatan selain di unit pelayanan
Bagaimanapun, lansia sangat tergantung kesehatan.
pada bantuan orang lain untuk Besar sampel ditetapkan 18 subjek
melakukan mobilisasi. Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat Gay
perawat perlu mengajarkan pada keluarga sebagaimana dikutip oleh Setyawati
atau penjaga lansia tentang tindakan (2011) bahwa ukuran minimal sampel
pencegahan dekubitus pada lansia untuk penelitian metode eksperiman
imobilisasi dengan melakukan perubahan adalah 15 subjek. Peneliti menggunakan
posisi secara berkala. Penelitian ini teknik consecutive sampling dan
bertujuan untuk membuktikan pengaruh menetapkan kurun waktu tiga bulan
tindakan pencegahan terhadap kejadian untuk pengambilan sampel, yaitu bulan
dekubitus pada lansia imobilisasi pada Mei sampai Juli 2017.
tatanan komunitas di wilayah kerja Instrumen yang digunakan pada
Puskesmas Karang Rejo Tarakan. penelitian ini diadopsi dari Reuben
(2015). Penilaian dilakukan dengan Skor
METODE Norton. Lembar observasi digunakan
Penelitian ini menggunakan desain untuk mengetahui kondisi kulit responden
pra eksperimen one-group pre test-post sebelum dan sesudah mendapatkan
test design, yaitu peneliti ingin intervensi berupa tindakan pencegahan
melakukan dekubitus. Setiap responden dilakukan
pengamatan dua kali yaitu sebelum dan
sesudah intervensi. Intervensi yang
diberikan berupa tindakan pencegahan
dekubitus selama paling sedikit sepuluh
hari. Data dianalisis dengan uji statistik
bertingkat dari Wilcoxon.
HASIL