Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERKULOSIS


PARU PADA TN. A

DI SUSUN OLEH :

WINDA PRILIA SISCA


2018.C.10a.0952

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Winda Prilia Sisca
NIM : 2018.C.10a.0952
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Dengan
Diagnosa Medis Tuberkulosis Paru Pada Tn.A

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan


Praktik Pra Klinik Keperawatan 2 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Ika Paskaria, S.Kep., Ners

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Dengan
Dianosa Medis Tuberkuloasis Paru Pada Tn.A. dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat
berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit
Tuberkulosis Paru.
Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan
sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katanyang kurang berkenan dan saya
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.

Palangka Raya, 23 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis Paru........................................................4
2.1.1 Definisi..................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi).................................4
2.1.3 Etilogi....................................................................................................7
2.1.4 Klasifikasi..............................................................................................8
2.1.5 Patofisologi (Patway)............................................................................9
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)................................................11
2.1.7 Komplikasi...........................................................................................11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................13
2.1.9 Penatalaksanaan Medis........................................................................14
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan..........................................................14
2.2.1 Pengkajian...........................................................................................14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................15
2.2.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................16
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................19
2.2.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................20
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................21
3.1 Pengkajian..............................................................................................21
3.2 Analisis Data...........................................................................................29
3.3 Prioritas Masalah....................................................................................31
3.4 Rencana Keperawatan............................................................................32
3.5 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan..............................................36

iii
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................38
4.1 Kesimpulan.............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN
SAP
LEAFLET

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis ditularkan melalui udara yaitu dengan
melalui percikan dahak pada penderita tuberkulosis (Aru W, 2009). Tuberkulosis
paru merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis paru hingga saat ini masih merupakan
masalah kesehatan dunia (World Health Organization, 2016).
Menurut WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi
perhatian global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan,
insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah menurun, namun
tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan
menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan
China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu
berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO,
2015).. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada
tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Tengah (Kalteng) mencatat pada 2017 penderita tuberkulosis (TB)
mencapai 7.560 kasus.

TB paru merupakan penyakit yang sangat cepat ditularkan. Cara


penularan TB paru yaitu melalui percikan dahak (droplet nuclei) pada saat
pasien batuk atau bersin terutama pada orang di sekitar pasien seperti
keluarga yang tinggal serumah dengan pasien. Perilaku keluarga dalam
pencegahan TB paru sangat berperan penting dalam mengurangi resiko
penularan TB paru. Meningkatnya penderita TB Paru di Indonesia
disebabkan oleh perilaku hidup yang tidak sehat. Hasil survey di Indonesia
oleh Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
(P2MPL) salah satu penyebab 4 tingginya anka kejadian TB Paru di
sebabkan oleh kurangnya tingkat pengetahuan (Kemenkes, 2011).

1
Jadi dapat disimpulkan, tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh suatu bakteri yaitu Microbacterium
tuberculosis yang menyerang bagian paru-paru yang disebut parenkim.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan
masalahnya adalah Bagaimana Pemberian Asuhan Keperawatan Pada
Klien Tn. A Dengan Tuberkulosis Paru.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien Tn. A
Dengan Tuberkulosis Paru.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan.
b. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
c. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan yang diberikan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya
penyakit tuberculosis paru dan pengalaman langsung dalam melakukan
penelitian.
1.4.2 Untuk Klien dan Keluarga
Menambah informasi mengenai penyakit tuberculosis paru dan
pengobatannya sehingga dapat digunakan untuk membantu progam pemerintah
dalam pemberantasan tuberculosis paru.

2
1.4.3 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internasional.
1.4.4 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan
terutama dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan
pada masyarakat.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Tuberkulosis Paru


2.1.1 Definisi
Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang
terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal
dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu
sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb
paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan
granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Tb paru dapat menular
melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk, bersin
atau bicara.
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung
yang disebabkan karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis.
Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB juga dapat
menyerang organ Tubuh yang lainnya.
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani, 2011).
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis
yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang
ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TBC kepada individu
lain yang rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium Tuberculosis
ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan
akan asam atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat
berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan
lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini
tergantung pada kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).

4
2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Sistem respirasi secara garis besar terdiri dari bagian konduksi yang
terdiri dari cavum nasi, nasofaring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
bronkiolus terminal; dan bagian respirasi (tempat terjadi pertukaran gas)
yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan alveoli.
Menurut klasifikasi berdasarkan saluran napas atas dan bawah, saluran
napas atas terbatas hingga faring sedangkan saluran napas bawah dimulai
dari laring, trakea, bronkus dan berakhir di paru.

1) Epitel Saluran Napas Atas


Saluran napas atas terdiri dari lubang hidung yang melanjut ke cavum nasi,
faring, epiglotis dan laring bagian atas. Sebagian besar bagian konduksi dilapisi
dengan epitel kolumner berlapis semu bersilia yang dikenal sebagai epitel
pernapasan.
2) Hidung & Cavum Nasi
Hidung merupakan bagian dari wajah yang terdiri dari kartilago, tulang, otot,
dan kulit yang melindungi bagian depan dari cavum nasi. Cavum nasi merupakan
bangunan menyerupai silinder dengan rongga kosong yang dibatasi tulang dan
dilapisi mukosa hidung. Fungsi dari cavum nasi adalah untuk menghangatkan,
melembabkan, dan menyaring udara yang memasuki hidung sebelum mencapai
paru.

5
3) Sel Olfaktori
Kemoreseptor penciuman terletak di epitel olfaktori. Daerah olfaktori ditutupi
selaput lendir tipis dan terletak di bagian atap rongga hidung dekat konka bagian
atas.

4) Sinus Paranasal dan Nasofaring


Sinus paranasal adalah rongga bilateral di tulang frontal, maksila, ethmoid, dan
sphenoid pada tengkorak. Dilapisi dengan epitel respiratori tipis dengan jumlah
sel yang sedikit. Lamina propria terdiri dari beberapa kelenjar kecil dan kontinu
dengan periosteum. Sinus paranasal berhubungan dengan rongga hidung melalui
lubang kecil dan lendir yang diproduksi dalam sinus mengalir ke rongga hidung
oleh karena adanya aktivitas sel-sel epitel bersilia.
5) Faring
Setelah melalui cavum nasi, udara yang diinhalasi akan memasuki faring.
Faring disebut juga sebagai tenggorokan yaitu suatu silinder berongga dengan
dinding yang terdiri dari otot. Faring merupakan bagian yang menghubungkan
bagian ujung belakang cavum nasi dengan bagian atas esofagus dan laring. Faring
dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Nasofaring merupakan bagian teratas dari faring dan berada di belakang dari
cavum nasi. Udara dari cavum nasi akan melewati nasofaring dan turun melalui
orofaring yang terletak di belakang cavum oris dimana udara yang diinhalasi
melalui mulut akan memasuki orofaring. Berikutnya udara akan memasuki 17
laringofaring dimana terdapat epiglottis yang berfungsi mengatur aliran udara dari
faring ke laring.
6) Laring
Menurut Pearce (2006), laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring terdiri atas kepingan
tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan membran, yang terbesar
diantaranya adalah tulang rawan tiroid. Laring terdiri atas dua lempeng atau
lamina yang bersambung digaris tengah . Pita suara terletak di sebelah dalam
laring, berjalan dari tulang rawan tiroid disebelah depan sampai dikedua tulang

6
rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang ditimbulkan
oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan dan dikendorkan. Dengan
demikian lebar sela-sela pita atau rima glottidis, berubah-ubah sewaktu berbicara
dan bernapas.

7) Trakea
Trakea tersusun atas 16-20 lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan
yang diikat oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah
belakang trakea, selain itu memuat beberapa jaringan otot. Trakea memiliki
panjang 9 cm. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium
bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak keatas kearah laring, maka dengan
gerakan ini debu dan butir-butir halus lainya masuk ketika bernapas (Pearce,
2006).
8) Bronkus
Bronkus merupakan lanjutan dari trakea. Ada dua buah yang terdapat pada
ketinggian vertebra torakalis ke IV dan Ke V, Mempunyai struktur seperti trakea
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus utama sebelah kiri lebih sempit,
lebih panjang, lebih horizontal dari pada bronkus sebelah kanan karena jantung
terletak agak kiri dari garis tengah (Pearce, 2006).
9) Paru
Paru adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembunggelembung. Gelembung alveoli terdiri dari sel epitel dan endotel. Paru
ada dua dan merupakan alat pernafasan utama. Paru mengisi rongga dada, terletak
disebelah kanan dan kiri, sedangkan bagian tengah dipisahkan oleh jantung
beserta pembuluh darah, dan struktur lainnya yang terletak di dalam mediastinum.
Paru terletak di dalam torak pada sisi lain jantung dan pembuluh darah besar. Paru
memanjang dari akar leher menuju diafragma. Paru dibagi menjadi beberapa
belahan atau lobus oleh fisura, paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru kiri
mempunyai dua lobus. Setiap lobus dibagi menjadi segmen yang disebut
bronkopulmoner, yang dipisahkan oleh sebuah dinding jaringan konektif, masing-
masing satu arteri dan satu vena. Setiap segmen dibagi lagi menjadi unit yang
disebut lobulus (Watson, 2002).

7
2.1.3 Etilogi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian
besar komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak/ lipid sehingga
kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia
dan faktor fisik. Mikroorganisme ini bersifat aerob yakni menyukai daerah
yang banyak oksigen.
Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah apeks
paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi
tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Somantri, 2008).
Tuberkulosis disebabkan oleh basili tuberkel yang berasal dari genus
Mycobacterium. Terdapat tiga jenis parasit obligat yang dapat
menyebabkan penyakit tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis, M.
bovis dan M. africanum. Walaupun demikian, 98% penyakit TB
disebabkan oleh M. tuberculosis ( Syamsudin et al., 2013).

2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis paru dengan tanda-tanda tertentu
yang cukup khas: batuk berkepanjangan (berlangsung lebih dari 2 minggu)
dan produksi sputum, sementara tanda-tanda yang lain : penurunan berat
badan, anoreksia, kelelahan, sesak napas, nyeri dada, demam sedang, dan
berkeringat di malam hari. Hemoptisis (darah dalam dahak) adalah tanda
yang biasanya hadir pada sekitar sepertiga dari pasien. Semua tanda-tanda
ini adalah variabel dan dapat berkembang menjadi kronis. Oleh karena itu
yang paling penting adalah mengetahui dan mempertanyakan riwayat
penyakit pasien.
2.1.4.2 Tuberkulosis Ekstra Paru adalah M. tuberculosis dapat menyebar ke organ
lain selama fase diam, umumnya pada awal infeksi. TB aktif dapat banyak
berkembang di bagian lain dari tubuh, di kelenjar getah bening khususnya,
meninges, vertebrata, sendi, ginjal, organ genital dan rongga perut. Bentuk
tuberkulosis paru dapat berkembang pada usia berapa pun. Anak-anak dan

8
orang dewasa yang terinfeksi HIV lebih rentan. Bentuk tuberkulosis paru
hadir dengan berbagai karakteristik klinis. Namun, terdapat karakteristik
umum yaitu perkembangan yang berbahaya dimulai dengan kerusakan
bertahap dari kondisi fisik (Varaine et al., 2014).

2.1.5 Patofisologi (Patway)


Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang
menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui
jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk.
Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau
sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui
sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan
korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi.
Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri),
sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil
dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar bakteri.I
nteraksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan
tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru
yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan
mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah
dari massa tersebut 8 disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas
makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk
materi yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan
menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian
bakteri menjadi nonaktif.

9
WOC TB PARU

Kuman TB

Batuk,Bersin

Percikan dahak (droplet)

Mencapai lobus paru

TB Paru

B1(Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladdeer) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Batuk Sel mucus berlebih Menginfeksi jaringan


jantung Konsentrasi plasma Kurang Nafsu
darah Penyebaran Menginfeksi tulang belakang

Peningkatan prodiusi
Penumpukan Secret Penyumbatan pembuluh
mukus
darah Merangsang hipotalamus, Anoreksia Nyeri
meningkatkan Patokan suhu Kerusakan jaringan

Akumulasisekret pada Aliran darah turun Kelemahan


Pola Nafas Tidak
Efektif saluran pernapasan
meningkat Penurunan Defisit Nutrisi
Suplai O2 turun Menggigil, meningkatnya
suhu basal kemampuan ginjal
Intoleransi
Aktivitas
Bersihan Jalan Nafas Iskemik
Tidak Efektif
Gangguan Eliminasi
Urine
Hipertermi
Perfusi Perifer Tidak
Efektif
10
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu –
minggu sampai berbulan – bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi 7
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan
berat badan.

2.1.7 Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi
lanjut.
a. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus,
Poncet’sarthropathy
b. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas (SOPT—Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, korpulmonal,
amiloidosis, sinrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada milier dan
kavitas TB.
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat terjadi pada
klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening,
sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah bening
yang menuju ronggal pleura, iga atau columna vertebralis.

11
b. Efusi pleura
Kelaurnya cairan dari peembuluh darah atau pembuluh limfe ke dalam jaringan
selaput paru, yang disebabkan oleh adanya penjelasan material masuk ke
rongga pleura. Material mengandung bakteri dengan cepat mengakibatkan
reaksi inflamasi dan exudat pleura yang kaya akan protein.
c. Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga
pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis (pleuritis tuberculosis).
d. Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis
tuberculosis.
e. TBC Milier (tulang, usus, otak, limfe)
Bakteri mycobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di dalam
saluran pernapasan akan berkembang biak terutama pada orang yang daya
tahan tubuhnya lemah, dan dapat menyebat melalaui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening, oleh karena itu infeksi mycobacterium tuberculosis
dapat menginfeksi seluruh organ tubuh seperti paru, otak, ginjal, dan saluran
pencernaan.
f. Keruskan parenkim paru berat
Mycobacterium tuberculosis dapat menyerang atau menginfeksi parenkim
paru, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut
pada parenkim yang terinfeksi.
g. Sindrom gagal napas (ARDS)
Disebabkan oleh kerusakan jaringan dan organ paru yang meluas,
menyebabkan gagal napas atau ketidak mampuan paru-paru untuk mensuplay
oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
h. Kor pulmonale
Merupakan gagal jantung kongesif karena ada tekanan balik akibat kerusakan
paru, dapat terjadi bila terdapat destruksi paru yang amat luas. Keadaan ini juga
dapat terjadi sekalipun penyakit tuberkulosis sudah tidak aktif lagi, tetapi

12
meninggalkan banyak jaringan parut. Pengobatan dini terhadap penyakit
tuberkulosis dengan jelas dapat mengurangi komplikasi ini.
i. Aspergiloma
Aspergillosis merupakan infeksi yang disebabkan moulds sphrophyte dari
genus aspergillus dapat ditemukan di tanah, air dan tumbuhan yang mengalami
pembusukan dan spesies aspergillus yang sering menyebabkan infeksi pada
manusia yaitu aspergillus fumigatus. Umumnya aspergillus akan menginfeksi
paru-paru, yang menyebabkan empatsindrom, yakni Allergic
Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA), Chronic Necrotizing Pneumonia
Aspergillosis (CNPA), aspergiloma dan aspergilosis invasif. Pada pasien yang
imunokompromais aspergilosis juga dapat menyebar ke berbagai organ
menyebabkan endoftalmitis, endokarditis, dan abses miokardium, ginjal, hepar,
limpa, jaringan lunak, hingga tulang. Aspergiloma merupakan fungus ball
(misetoma) yang terjadi karena terdapat kavitas di parenkim akibat penyakit
paru sebelumnya.

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien tuberkulosis
adalah:
a. Sputum Culture
b. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA
c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
d. Chest X-ray
e. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis
f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya selsel
besar yang mengindikasikan nekrosis
g. Elektrolit
h. Bronkografi
i. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah.

13
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3
bulan.
a. Streptomisin injeksi 750 mg.
b. Pas 10 mg.
c. Ethambutol 1000 mg.
d. Isoniazid 400 mg.
2. Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang
diberikan dengan Jenis:
a. INH.
b. Rifampicin.
c. Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan
kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila
ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi
obat :
a. Rifampicin.
b. Isoniazid (INH).
c. Ethambutol.
d.. Pyridoxin (B6).

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif
1) Data Subjektif
a) Pasien mengeluh sesak saat bernafas
b) Pasien mengeluh batuk tertahan
c) Pasien tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas
d) Pasien merasa ada suara nafas tambahan

14
2) Data Objektif
a) Pasien tampak tersengal-sengal dan pernafasan dangkal
b) Terdapat bunyi nafas tambahan
c)  Pasien tampak bernafas dengan mulut
d)  Penggunaan otot bantu pernafasan dan nafas cuping hidung
e)   Pasien tampak susah untuk batuk
2.2.1.2 Pola nafas tidak efektif
1)  Data Subjektif
a) Pasien mengatakan nafasnya tersengal-sengal dan dangkal
b) Pasien mengatakan berat saat bernafas
2) Data Objektif
a) Irama nafas pasien tidak teratur
b) Orthopnea
c) Pernafasan disritmik
d) Letargi

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


2.2.2.1 Pola Nafas Tidak Efektif b.d Penurunan Energi atau Kelelahan (D.0005)
Hal.26
2.2.2.2 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b.d peningkatan proksudi mucus
(D.0001) Hal.18
2.2.2.3 Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penyumbatan pembuluh darah (D.0009)
Hal.37
2.2.2.4 Hipertermi b.d konsentrasi plasma darah (D.0130) Hal.282
2.2.2.5 Gangguan Eliminasi Urine b.d penurunan kemampuan ginjal (D.0040)
Hal.96
2.2.2.6 Defisit Nutrisi b.d kurang nafsu makan (D.0019) Hal.56
2.2.2.7 Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan (D.0056) Hal.128

15
2.2.3 Intervensi Keperawatan
2.2.3.1 Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Penurunan Energi atau
kelelahan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam, diharapkan
pola nafas tidak efektif membaik.

Kriteria Hasil : Observasi keadaan umum Klien, Klien tidak terlihat sulit saat
mengambil nafas dengan TTV dalam batas normal

1. Monitor TTV Klien


Rasional : Mengetahui status umum klien
2. Monitor Pola Napas (Frekuensi kedalam, usaha napas)
Rasional : mengetahui pola napas klien
3. Monitor bunyi napas tambahan (mis.Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
Rasional : Mengetahui dan memastikan adanya suara napas tambahan pada
klien
4. Posisikan semi fowler atau fowler
Rasional : Memberikan kenyamanan bagi klien
5. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Rasional : Mengumpulkan dan menganalisa pernafasan dan sushu tubuh untuk
mencegah komplikasi
6. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi
Rasional : Menghindari pertukaran jalan napas untuk penyempitan jalan napas
7. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Rasional : Untuk memberikan edukasi kepada klien
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Rasional : Untuk meredakan gejalan obtruksi paru kronis
9. Kolaborasi pemberian nebulizer
Rasional : Untuk meredakan sesak pada klien

2.2.3.2 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Bunyi napas
Tujuan : Menghilangkan Suara Napas Tambahan
Kriteria Hasil : Observasi keadaan napas klien, klien tidak mempunyai suara
napas tambahan.

16
1. Monitor Pola Nafas (Frekuensi kedalam, usaha napas)
Rasional : mengetahui pola napas klien
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
Rasional : Mengetahui dan memastikan adanya suara napas tambahan pada
klien
3. Monitor adanya sumbatan jalan napas
Rasional : Mengetahui sumbatan napas
4. Posisikan semi fowler atau fowler
Rasional : Memberikan kenyamanan bagi klien
5. Berikan minum hangat
Rasional : Untuk meredakan tenggorokan klien
6. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi
Rasional : Menghindari pertukaran jalan napas untuk penyempitan jalan napas
10. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
Rasional : Untuk memantau respirasi pada klien
11. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Rasional : Untuk meredakan gejalan obtruksi paru kronis

2.2.3.3 Perfusi Perifer Tidak Efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


tentang trauma (luka berat)
Tujuan : Diharapkan dapat mengurai trauma atau luka berat
Kriteria Hasil : Untuk memastikan klien agar dapat mengurai trauma
1. Periksa sirkulasi perifer
Rasional : Mengetahui adanya sirkurasi perifer
2. Lakukan pencegahan infeksi
Rasional : Mengetahui pencegahan infeksi
3. Anjurkan berhenti merokok
Rasional : Untuk mengurai terjadi sesak

17
2.2.3.4 Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh secara
mendadak ditandai dengan demam.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan tidak
terjadi peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : Hipertermi/peningkatan suhu tubuh dapat teratasi dengan proses
infeksi hilang.
1. Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil/diaphoresis
Rasional : Mengetahui suhu tubuh klien
2. Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahan linen tempat tidur sesuai indikasi
Rasional : Mengetahui suhu lingkungan klien
3. Berikan kompres mandi hangat pada lipatan paha dan aksila, hindari
penggunaan alcohol
Rasional : Memberikan kenyamanan kepada klien
4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Rasional : Mengetahui tingkatkan cairan dan nutrisi pada klien
5. Kolaborasi dengan pemberian obat
Rasional : Untuk mengurang demam pada klien

2.2.3.5 Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Nyeri post operasi Hernia
Tujuan : Diharapkan nyeri pada klien dapat hilang
Kriteria Hasil : Klien tidak merasakan nyeri saat BAK
1. Monitor eliminasi urine (mis. Frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan
warna)
Rasional : Mengetahui jumlah pengeluran urine
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
Rasional : Untuk mengurai pengeluran urine
3. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
Rasional : Untuk menghambat terjadinya pengeluaran urine berlebih
4. Kolaborasi pemberian obat suposituria uretra jika perlu.
Rasional : Untuk meredakan nyeri

18
2.2.3.6 Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya nafsu makan
Tujuan : Diharapkan klien dapat meningkatkan nafsu makan
Kriteria Hasil : Klien dapat mengembalikan berat badan seperti sebelum sakit
dengan memberikan vitamin untuk menambah nafsu makan.
1. Identifikasi status nutrisi
Rasional : Mengetahui status nutrisi klien
2. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Rasional : Meningkatkan berat badan klien
3. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Rasional : Untuk mencerna makanan dengan baik
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
Rasional : Untuk mendapatkan hasil yang maksimal

2.2.3.7 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat kurangnya


nafsu makan
Tujuan : Diharapkan untuk Meningkatkan aktivitas klien pada saat beraktivitas
Kriteria Hasil : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa bantuan keluarga
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Rasional : Membantu memulihkan tubuh yang lelah
2. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
Rasional : Memberikan kenyamanan pada klien
3. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Rasional : Membantu mengisitirahatkan tubuh klien dalam melakukan aktivitas
4. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Rasional : Untuk mendapatkan hasil yang maksimal

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah tatus kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

19
diharapkan. Perawat melakukan tindakan implementasi terapeutik terhadap klien
yang bermasalah kesejajar tubuh dan mobilisasi yang akatual maupun beresiko.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaanya sudah berhasi dicapai. Perawat melakuakn evaluasi pada pasien
setelah dilakukan tindakan.

20
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari senin, 23 November 2020 pukul
14.30 WIB pada Tn. A jenis kelamin Laki-laki, berusia 85 Tahun, suku
Dayak/Indonesia, agama Kristen Protestan, pekerjaan swasta, Pendidikan SMP,
status perkawinan Duda, alamat Jl. Raden Saleh 5 No 25, Masuk Rumah Sakit dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya pada tanggal 23 November 2020 dengan diagnosa
medis TB Paru.
3.1.2 Riwayat Kesehatan/ Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak saat melakukan aktivitas.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan bahwa subuh tanggal 23 November 2020 beliau merasa
sesak, meringang, batuk, filek dan langsung dilarikan ke RSUD dr.Doris Sylvanus
Palangka Raya dan dilakukan memeriksaan lebih lanjut. Pukul 05.04 WIB
dilakukan tindakan TTV TD: 140/80mmHg, N:102x/menit, R:24x/menit, S:38⁰C
dan terpasang infus NaCl 0,9 20 Tpm ditangan sebelah kiri, dan memakai Oksigen
Nasal Kanul 3lpm.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Klien mengatakan pada tahun 2016, klien pernah dibawa ke RS untuk
melakukan operasi Hernia dan Klien juga memiliki riwayat TB Paru pada tahun
2010.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti Hipertensi,Diabetes
dan TB.

21
3.1.2.5 Genogram Kelurga

:Laki-laki
:Perempuan
:Tinggal Serumah
: Pasien

:Meninggal
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum
Kesadaran klien compos mentis, klien tampak sesak , berbaring terlentang,
terpasang infus NaCl 20tpm pada tangan kiri, penampilaan cukup rapi dan
terpasang Oksigen Nasal kanul 3lpm.
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos mentis , ekpresi wajah baik, bentuk badan
kurus, cara berbaring terlentang bebas, berbicara jelas, suasana hati tenang,
penampilan cukup rapi. Fungsi kognitif : Klien mengetahui waktu (pagi, sore,
malam), Klien mampu mengenal keluarga dan perawat ruangan, Klien mengetahui
dirinya berada di Rumah Sakit.
3.1.3.3 Tanda-Tanda Vital
S: 38⁰C Axilla, N: 102x/menit, RR: 30x/menit, TD: 140/80mmHg.
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Respirasi30x/menit, suara nafas vesikuler, ada nafas tambahan seperti
wheezing dan rhonci, Klien merasa sesak ,pasien tidak perokok (Berhenti
merokok sudah lama) pola nafas pasien tidak teratur, ada batuk (Batuk kering),
bentuk dada dan pergerakan dada simetris, tipe pernafasan dada dan perut,
Terdapat sputum berwarna kuning kehijauan dam terpasang Oksigen Nasal Kanul
3lpm.
Masalah Keperawatan : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif dan Pola Napas
Tidak Efektif

22
3.1.3.5 Cardiovaskular (Bleeding)
Tekanan darah : 140/80 mmHg, Nadi 102 x/menit dan teraba kuat, suara
jantung normal S1 S2 tunggal, suhu 38 º C, CRT < 2 detik, tidak sianosis, akral
teraba hangat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS : 15, E:4 (membuka mata spontan), V:5 (orientasi baik), M:6
(mengikuti perintah), Kesadaran Compos menthis, pupil normal ,Refleks Cahaya
normal, Nyeri tidak ada, Vertigo tidak ada ,klien tampak gelisah, tidak ada
aphasia ,tidak ada kesemutan, klien tampak bingung, tidak ada disarthia, tidak
ada kejang, tidak ada tremor, dan tidak ada pelo.
Uji Syaraf Kranial:
Nervus Kranial I : (Olfaktrius) klien dapat membedakan bau parfum dengan
minyak kayu putih. Nervus Kranial II : (Optikus) Klien dapat melihat dengan
jelas. Nervus Kranial III : (Okulomotorius) pasien dapat menggerakan bola mata
ke atas dan ke bawah. Nervus Kranial IV : (Troklear) klien dapat memutar bola
mata. Nervus Kranial V (Trigeminal) klien dapat memejamkan mata. Nervus
Kranial VI : (Abdusen) :klien dapat memejamkan mata kerateral. Nervus Kranial
VII : (Facial) klien dapat mengerutkan wajah. Nervus Kranial VIII :
(Albitorius)klien dapat mendengar suara dengan jelas. Nervus Kranial IX :
(Glosofaringeal) tidak diuji. Nervus Kranial X : (Vagus) klien mampu menelan.
Nervus Kranial XI : (Asesoris) klien mampu menggerakan bahu kiri. Nervus
Kranial XII (Hipoglosal) klien dapat menggerakan lidahnya.
Uji Koordinasi: Ekstemitas Atas : jari ke jari positif, jari ke hidung positif,
Estemitas bawah : tumit ke jempul kaki positif, Uji Kestabilan Tubuh Positif
Keluhan Lainnya : Klien mengatakan meringang
Masalah Keperawatan : Hipertermia

23
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Kandung kemih tidak tegang, produksi urine ± 1.500 ml 8x/hari jam,
warna kuning, bau khas amoniak.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada masalah Keperawatan
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Bibir tampak lembab, gigi tidak lengkap, gusi tidak ada lesi, lidah lembab,
mukosa lembab, tonsil tidak ada peradangan, rectum tidak ada, haemoroid tidak
ada BAB 1x sehari warna coklat padat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3.1.3.9 Tulang-Otot-Intergumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada patah tulang, tulang
belakang normal, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot ekstremitas atas normal,
ekstremitas bawah normal. 5 5
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut 5 5
Tidak ada riwayat alergi obat, tidak ada riwayat alergi makanan, tidak
ada riwayat alergi kosmesik, suhu kulit hangat, warna kulit normal, turgor normal,
tekstur kulit halus, bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
3.1.3.11 Sistem Pendengaran
1) Sistem penglihatan
Fungsi penglihatan Baik, bola mata bergerak normal, skerela normal/putih,
kunjungtiva anemis, kornea bening dan tidak menggunakan alat bantu
penglihatan.
2) Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran baik.
3) Sistem penciuman
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi dan nyeri tekan sinus.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

24
3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak teraba, jaringan parut tidak teraba kelenjar limfe tidak
teraba, kelenjar tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.

3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan


3.1.4.1 Presepsi terhadap kesehatan dan penyakit :
Menurut Tn.A kesehatan sangalah penting dan berharga .Klien
mengatakan sangat cemas dengan penyakit yang dideritanya, ia sangat ingin
sembuh dari penyakit yang dideritanya.
3.1.4.2 Nutrisida Metabolisme
TB : 158Cm IMT = BB = 43 = 17,4(Kurus)
BB sekarang : 43Kg TB X TB 157 X 157
BB Sebelum sakit : 55Kg

Diet : Khusus, mual,muntah.


Pola makan sehari-hari Sesudah sakit Sebelum sakit
Frekuensi 3x sehari 3x sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu Makan Kurang Baik
Jenis Makanan Bubur ,ayam,sayur,dll Nasi.sayur,ikan dll.
Jenis Minuman Air putih Air putih dan teh hangat
Jumlah minum/cc/24 jam ± 600-1000cc 1100-1500
Kebiasaan makan Disiapakan oleh RS Masak sendiri dan
makanan cepat saji
Keluhan/masalah Tidak Nafsu Makan Tidak ada masalah

Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi

3.1.4.3 Pola istirahat dan Tidur


Klien mengatakan pola tidur saat sakit dan sebelumnya sakit sama saja.
Tidur Siang pukul 11.30-12.30 WIB sedangkan Tidur Malam pukul 21.00-05.00
WIB.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.4.4 Kongnitif
Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
sekarang.

25
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.4.5 Konsep diri
Gambaran diri : Klien seorang yang sakit yang perlu perawatan
Ideal diri : Ingin cepat sembuh
Identitas Diri : Seorang Laki-Laki, ayah dan kakek
Peran diri : Sebagai Ayah dan Kakek, selama di rumah sakit Klien mengatakan
tidak bisa melakukan apa-apa karena masih sakit.
Harga diri : Klien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari


Kegiatan sehari-hari klien jalan-jalan dan melakukan aktivitas lainnya
dengan masa otot 5/5 + 5/5
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.4.7 Koping-Tolerasi terhadap stress


Klien mengatakan bila ada masalah biasanya ia ceritakan kepada
keluarganya.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan


Menganut agama Kristen, nilai keyakinan dengan tindakan medis tidak
ada pengaruhnya, Klien menerima tindakan medis dan klien mengatakan
meyakini agamanya sendiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan.

3.1.5 Sosial Spiritual


3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien berkomunikasi dengan baik dan jelas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari


Klien menggunakan bahasa Dayak dan Indonesia
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga

26
Baik dan Harmonis
3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Baik, klien dapat bekerja sama dengan tim kesehatan dalam pemberian
tindakan keperawatan.
3.1.5.5 Orang Penting / terdekat
Orang yang berarti bagi klien adalah keluarganya.
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Klien mengatakan waktu luang berkumpul dengan keluarganya
3.1.5.7 Kegiatan Beribadah
Kegiatan beribadah klien baik dan aktif.

3.1.6 Data Penunjang (Radiologis,Laboratorium,penunjang lainya)

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tn.A Tanggal : 23 November 2020

No Parameter Hasil Satuan Nilai


Normal
1 Glukosa-Sewaktu 125 Mg/dl <200
2 Ureum 27 Mg/dl 21-53
3 Creatinin 0,69 Mg/dl 0,7-1,5
4 LED 60 mm -
5 Hemoglobin 10 Gr/dl 12-14
6 Eritrosit 4,08 Gr/dl 4-5
7 Leukosit 11.000 Ul 10.000
8 Albumin 3,6 g/dl 3,8-5,1
9 Hematokrit 37,5 Vol% 40-50

Hasil Pemeriksaan Rontgen Tn.A Tanggal : 23 November 2020


- Hasil Rontgen didapatkan gambaran TB Paru Primer Kultur BTA (+)

3.1.7 Penatalaksanaan Medis

No Nama obat Dosis Rute Indikasi


1 NACL 0,9 % 16 Tpm IV Memenuhi kebutuhan

27
cairan dan elektrolit
2 Injeksi Omeprazole 40 mg IV OMZ Injeksi hanya
boleh diberikan jika
pasien tidak dapat
menerima obat secara
per oral
3 Inj Vancomycin 500 mg IV Antibiotik untuk
mengobati infeksi
bakteri berat yang
tidak dapat diatasi
oleh antibiotik lain.
4 Inj Ranitidin 150mg IV obat yang digunakan
untuk menangani
gejala atau penyakit
yang berkaitan dengan
produksi asam
berlebih di dalam
lambung.
5 Paracetamol Tab 500 mg PO Meredakan demam
dan nyeri

6 Nebu 4 cc Asma akut


Combibvent+Polmicort dan bronkospasme
reversibel

Palangka Raya, 25 November 2020

Mahasiswa

(Winda Prilia Sisca)

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH


OBYEKTIF
1. DS : Bakteri masuk ke pernafasan Bersihan Jalan Nafas Tidak

28
Klien mengatakan sesak nafas saat atas dan mencapai Alveolus Efektif
beraktivitas.
DO : Muncul reaksi radang
- Hasil Rontgen didapatkan
gambaran TB Paru Primer Produksi secret meningkat
Kultur BTA (+)
- Terpasang cairan infus NaCl Bersihan Jalan Nafas Tidak
0,9% 16Tpm Efektif
- Terpasang oksigen nasal kanul
3lpm
- Terdapat Sputum berwarna
kuning kejihauan
- TTV: TD: 110/70mmHg
: S : 38⁰C
: N : 102x/menit
: R : 30x/menit

2. DS : Depresi pusat pernapasan Pola Nafas Tidak Efektif


Klien mengantakan sesak nafas
DO: Hambatan jalan nafas
- Klien tampak gelisah
- Ada napas tambahan seperti Gangguan Neuromuskular
wheezing dan rhonci.
- Pola napas klien tidak teratur. Penurunan Energi
- Ada batuk kering
- Klien tampak tersenggal-senggal Pola Nafas Tidak Efektif
dan pernapasan dangkal.
- Klien tampak bernapas melalui
mulut.
- Terpasang Oksigen Nasal Kanul
3lpm.
- TTV: TD: 110/70mmHg
: S : 38⁰C
: N : 102x/menit
: R : 30x/menit

3. DS : Konsentrasi Plasma Darah Hipertermia


Klien mengatakan meringang.
DO : Merangsang hipotalamus,
- Klien tampak gelisah meningkatkan Patokan suhu
- Kulit teraba hangat
- Suhu Tubuh 38⁰C Menggigil, meningkatnya suhu
basal
- Klien batuk dan filek

29
- TTV: TD: 110/70mmHg Hipertermia
: S : 38⁰C
: N : 102x/menit
: R : 30x/menit

4. DS : Kurang nafsu makan Defisit Nutrisi


Klien mengatakan tidak nafsu
makan
DO : Anoreksia
- TB : 157cm
- BB awal 55kg
- BB sekarang 43kg Defisit Nutrisi
- IMT 17,4 (Normal 18-25)
- Penurunan berat badan sekitar
21%
- Hemoglobin 10 gr/dl (Normal
12,-14)
- Albumin 3,6 gr/dl (Normal 3,8-
5,1)
- Hematokrit 37,5 Vol%(Normal
40-50)
- Porsi makan sedikit
- Klien tampak kurus

30
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Bakteri masuk ke
pernafasan atas dan mencapai Alveolus dibuktikan dengan Klien mengatakan
sesak nafas saat beraktivitas, Hasil Rontgen didapatkan gambaran TB Paru
Primer Kultur BTA (+), Terpasang cairan infus NaCl 0,9% 16Tpm,
Terpasang oksigen nasal kanul 3lpm, Terdapat Sputum berwarna kuning
kejihauan, TTV: TD: 110/70mmHg, S : 38⁰C, N : 102x/menit, R : 30x/menit

2. Pola Nafas Tidak Efektif berhubungan dengan Depresi pusat pernafasan


dibuktikan dengan Klien mengantakan sesak nafas dan batuk kering, Klien
tampak gelisah, Ada napas tambahan seperti wheezing dan rhonci, Pola napas
klien tidak teratur, Ada batuk kering, Klien tampak tersenggal-senggal dan
pernapasan dangkal, Klien tampak bernapas melalui mulut, Terpasang
Oksigen Nasal Kanul 3lpm, TTV: TD: 110/70mmHg, S : 38⁰C, N :
102x/menit, R : 30x/menit.

3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan Kurangnya nafsu makan dibuktikan


dengan Klien mengatakan tidak nafsu makan, TB : 157cm, BB awal 55kg, BB
sekarang 43kg, IMT 17,4 (Normal 18-25), Penurunan berat badan sekitar
21%, Hemoglobin 10 gr/dl (Normal 12,-14), Albumin 3,6 gr/dl (Normal 3,8-
5,1), Hematokrit 37,5 Vol%(Normal 40-50), Porsi makan sedikit, Klien
tampak kurus.

4. Hipertemia berhubungan dengan Konsentrasi Plasma Darah dibuktikan


dengan Klien mengatakan meringang, Klien tampak gelisas, Kulit teraba
hangat, Suhu Tubuh 38⁰C, Klien batuk dan filek, TTV: TD: 110/70mmHg,
S : 38⁰C, N : 102x/menit, R : 30x/menit

31
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : TN.A


Ruang Rawat : Sistem Pernafasan
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan 1. Pola nafas kembali normal dan
Efektif berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam upaya napas bersih
Bakteri masuk ke pernafasan diharapkan bersihan jalan nafas
atas dan mencapai Alveolus efektif dengan kriteria hasil: 2. Monitor kemampuan batuk efektif 2. Mempermudah pengeluaran secret
dibuktikan dengan Klien 1. Pembersihan jalan nafas efektif
3. Monitor adanya produksi sputum 3. Mengetahui produksi sputum
mengatakan sesak nafas saat 2. Frekuensi dan irama nafas
berlebih
beraktivitas, Hasil Rontgen membaik
didapatkan gambaran TB Paru 3. Kepatenan jalan nafas 4. Posisikan semi fowler 4. Memudahkan pengeluaran secret
Primer Kultur BTA (+), 4. Ventilasi tidak terganggu
Terpasang cairan infus NaCl 5. Ajarkan kepada pasien tentang batuk dan 5. Mengencerkan secret
0,9% 16Tpm, Terpasang Teknik nafas dalam mempermudah pernafasan
oksigen nasal kanul 3lpm,
Terdapat Sputum berwarna 6. Kolaborasi pemberian obat sesuai terapi 6. Mempercepat penyembuhan dan
kuning kejihauan, TTV: TD: Dokter perawatan paru
110/70mmHg, S : 38⁰C, N :
102x/menit, R : 30x/menit

32
2. Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Mengetahui pola napas klien
berhubungan dengan Depresi keperawatan selama 3 x 24 jam, kedalaman, usaha napas
pusat pernafasan dibuktikan diharapkan Pola nafas membaik,
dengan Klien mengantakan dengan kriteria hasil:
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. 2. Mengetahui adanya suara napas
sesak nafas dan batuk kering,
1. Dispnea menurun (5) Gurgling, mengi, weezing, ronkhi tambahan
Klien tampak gelisah, Ada
2. Penggunaan otot bantu napas kering)
napas tambahan seperti
wheezing dan rhonci, Pola menurun (5)
napas klien tidak teratur, Ada 3. Frekuensi napas sedang (3) 3. Posisikan semi-Fowler atau Fowler 3. Mengatur posisi klien
batuk kering, Klien tampak 4. Berikan minum hangat 4. Memberikan minuman hangat
tersenggal-senggal dan
pernapasan dangkal, Klien
5. Berikan oksigen, jika perlu 5. Memberikan Oksigen
tampak bernapas melalui
mulut, Terpasang Oksigen
6. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, 6. Memberikan asupan ciran jika
Nasal Kanul 3lpm, TTV: TD:
jika tidak kontraindikasi. tidak terkontandikasi
110/70mmHg, S : 38⁰C, N :
102x/menit, R : 30x/menit. 7. Ajarkan teknik batuk efektif 7. Mengajarkan teknik batuk efektif

8. Kolaborasi pemberian bronkodilator, 8. Berkolaborasi dalam pemberian


ekspektoran, mukolitik, jika perlu. bronkodilator jika perlu

33
3. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah melakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi Identifikasi 1. Mengetahui status nutrisi
dengan Kurangnya nafsu keperawatan selama 3x24 jam, penyebab hipertermia (mis.
makan dibuktikan dengan diharapkan nafsu makan membaik Dehidrasi,terpapr lingkungan panas,
Klien mengatakan tidak nafsu dengan kriteria hasil: penggunaan inkubator)
makan, TB : 157cm, BB awal 1. Keinginan makan meningkat (5) 2. Monitor suhu tubuh 2. Memonitor asupan makan
55kg, BB sekarang 43kg, IMT 2. Asupan makanan meningkat (5)
17,4 (Normal 18-25), 3. Asupan Cairan meningkat (5)
Penurunan berat badan sekitar 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu 3. Memberikan makanan yang
21%, Hemoglobin 10 gr/dl yang sesuai menarik untuk menambah nafsu
(Normal 12,-14), Albumin 3,6 makan
gr/dl (Normal 3,8-5,1), 4. Berikan suplemen makan, jika perlu 4. Untuk menambah nafsu makan
Hematokrit 37,5 Vol%
(Normal 40-50), Porsi makan 5. Anjurkan posisi duduk, jika mampu 5. Menganjurkan klien untuk duduk
sedikit, Klien tampak kurus. saat makan
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 6. Untuk meningkatkan nafsu makan
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

4. Hipertemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis. 1. Mengetahui penyebab hipertermia
dengan Konsentrasi Plasma keperawatan selama 3x24 jam, Dehidrasi,terpapr lingkungan panas,
Darah dibuktikan dengan diharapkan termoreguler membaik penggunaan inkubator)
Klien mengatakan meringang, dengan kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh 2. Mengetahui keadaan suhu tubuh
Klien tampak gelisas, Kulit 1. Menggigil Menurun (5) 3. Sediakan lingkungan yang dingin 3. Menyediakan lingkungan yang
teraba hangat, Suhu Tubuh 2. Suhu tubuh membaik (5) dingin
38⁰C, Klien batuk dan filek, 3. Suhu kulit membaik (5)
4. Berikan Oksigen, jika perlu 4. Memberikan oksigen
TTV: TD: 110/70mmHg, S : 4. Tekanan Darah membaik (5)
38⁰C, N : 102x/menit, R : 5. Anjurkan Tirah 5. Menganjurkan tirah baring
30x/menit

34
6. Kolaborasi pemberian cairan dan 6. Berkolaborasi untuk memberikan
elektrolit intravena, jika perlu cairan elektrolit melalui intravena

35
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : TN. A
Ruang Rawat : Sistem Pernafasan
Hari / Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan
Nama Perawat
Senin, 23 November 1. Mengobservasi pola nafas S: Klien mengatakan sesak nafas
2020 2. Memonitorkan kemampuan batuk berkurang
Pukul 10.30 WIB efektif O:
(Diagnosa 1) - Pola nafas sedikit kembali normal
3. Memposisikan semi fowler
- Keluarga Klien tampak ikut belajar
4. Memonitorkan produksi sputum tentang batuk efektif Winda Prilia Sisca
5. Mengajarkan pasien Teknik
- Terdapat pemberian obat Nebu
relaksasi napas dalam Ventolin dan Fkixotide per 8 jam
6. Mengkolaborasikan pemberian obatA: Masalah teratasi sebagian
sesuai terapi Dokter yaitu nebu P: Lanjutkan intervensi
Ventolin dan Fkixotide per 8 jam 1. Observasi pola nafas
2. Monitor produksi secret
3. Kolaborasi pemberian obat sesuai
terapi D okter yaitu Nebu
Ventolin dan Flixotide per 8 jam
Senin, 23 November 1. Memonitor pola napas S : Klien mengatakan sesak berkurang
2020 2. Memonitor bunyi napas tambahan O : Klien tampak tidak sesak
Pukul 11.30 WIB (mis. Gurgling, mengi, weezing, : Klien diberikan terapi oksigen nasal
(Diagnosa 2) kanul 3lpm
ronkhi kering)
: Klien tidak lemas
3. Mempertahan posisi semi fowler : Irama pernapasan klien teratur
4. Memberikan minum hangat : Suara napas Vesikuler Winda Prilia Sisca

36
5. Memberikan terapi Oksigen Nasal : Tidak ada suara nafas tambahan
Kanul 3lpm : RR 30x/menit menjadi 18x/menit
6. Mengajarkan teknik batuk efektif : Klien tampak melakukan batuk efektif
7. Berkolaborasi dalam pemberian A : Masalah Teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi no.1,2,3,5 dan 7
Nebulizer
1. Memonitor pola napas
2. Memonitor bunyi napas tambahan
(mis. Gurgling, mengi, weezing,
ronkhi kering)
3. Mempertahan posisi semi fowler
4. Memberikan terapi Oksigen Nasal
Kanul 3lpm
5. Berkolaborasi dalam pemberian
Nebulizer

37
Senin, 23 November 1. Mengidentifikasi status nutrisi klien S : Klien mengatakan nafsu makan
2020 2. Memonitor asupan makanan klien meningkat
Pukul 12.30 WIB 3. Menyajikan makanan yang menarik O :
(Diagnosa 3) pada klien - Nafsu makan klien meningkat
4. Memberikan Suplemen makan - Klien mampu menghabisi makanan
kepada klien untuk menambah nafsu yang diberikan Winda Prilia Sisca
makan seperti Curvit Sirup - Klien tidak lemas
5. Menganjurkan untuk duduk ketika - Klien tidak pucat
makan - Berat badan belum meningkat
6. Berkolaborasi dalam pemberian gizi - Klien diberikan Suplemen makan
pada klien seperti Curvit Sirup
- Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian gizi pada klien
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Mengidentifikasi status nutrisi
klien
2. Memonitor asupan makanan klien
3. Menyajikan makanan yang
menarik pada klien
4. Memberikan Suplemen makan
kepada klien untuk menambah
nafsu makan seperti Curvit Sirup
5. Berkolaborasi dalam pemberian
gizi pada klien

38
Senin, 23 November 1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya S : Klien mengatakan tidak menggigil
2020 hipertermia pada klien lagi
Pukul 13.30 WIB 2. Memonitor suhu tubuh O:
(Diagnosa 4) - Klien tampak tidak menggigil lagi
3. Menyediakan lingkungan yang dingin
- Suhu Tubuh Normal
4. Pemberikan Oksigen 3lpm - Suhu Kulit Normal
5. Menganjurkan Tirah Baring - Batuk dan filek klien berkurang
6. Berkolaborasi dengan Dokter tentang - Leukosit Normal Winda Prilia Sisca
pemberian cairan dan elektrolit - Klien diberikan Oksigen nasal kanul
intravena 3lpm
- Klien diberikan cairan dan elektrolit
intravena
A : Masalah Teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi penyebab
terjadinya hipertermia pada klien
2. Memonitor suhu tubuh
3. Pemberikan Oksigen 3lpm
4. Berkolaborasi dengan Dokter
tentang pemberian cairan dan
elektrolit intravena

39
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang
disebabkan karena kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas
kuman TB menyerang paru, akan tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ
Tubuh yang lainnya.
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis ditularkan melalui udara yaitu dengan
melalui percikan dahak pada penderita tuberkulosis (Aru W, 2009). Tuberkulosis
paru merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis paru hingga saat ini masih merupakan
masalah kesehatan dunia (World Health Organization, 2016).

40
DAFTAR PUSTAKA

Werdhani RA (2009). patofisiologi, diagnosis, dan klasifikasi tuberkulosis


departemen ilmu kedokteran komunitas, okupasi, dan keluarga. Jakarta: UI Press.
Pearce Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakata: PT
Gramedia Pustaka Utama
Ginanjar, G. 2008. TBC Pada Anak. Edisi Pertama. Jakarta: Dian Rakyat.
Aru W, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta:
Interna Publishing.
Donna L. Wong. ...... et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakan
pertama. Jakarta : EGC.

41
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Nutrisi Seimbang Bagi Lansia

Waktu : 45 menit

Hari/Tanggal : Senin, 01 Desember 2014

Sasaran : Lansia

Tempat : Puskesmas RT 03 RW 02 Kel. Maleber Kec. Andir

Kelompok : Desi Rahmawati


Willan Tresna Fitriani
Ai Susan Munawaroh
Puji Cahya Astuti
Sherly Sujiastuti Pratiwi
Wida Detri Jayanti
Elita Eksafitri
Suryani

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah diberikan penyuluhan tentang pentingnya nutrisi yang seimbang untuk
lansia maka diharapkan keluarga dan lansia dapat memahami pentingnya
nutrisi yang seimbang bagi lansia.
B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
1. Keluarga dan lansia dapat mengetahui definisi nutrisi.
2. Keluarga dan lansia kebutuhan uutrisi pada lansia.
3. Keluarga dan lansia dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan gizi pada lansia.
4. Keluarga dan lansia dapat mengetahui menu sehat bagi lansia.
5. Keluarga dan lansia dapat mengetahui pedoman untuk memilih bahan
makanan yang sehat.
6. Keluarga dan lansia dapat memahami cara mengolah makanan.

42
7. Keluarga dan lansia dapat memahami cara menghidangkan makanan.
8. Keluarga dan lansia dapat mengetahui cara pemantauan status nutrisi.
C. Garis Besar Uraian Materi
1. Definisi
2. Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
4. Menu Sehat Bagi Lansia
5. Pedoman untuk memilih bahan makanan yang sehat
6. Cara mengolah makanan
7. Cara menghidangkan makanan
8. Pemantauan Status Nutrisi
D. Metoda Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, demonstrasi
dan tanya jawab.
E. Media Belajar
Media yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah lembar balik.
F. Langkah-langkah Kegiatan

No. Waktu Kegitan Penyuluh Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :
 Salam dan  Menyambut salam
memperkenalkan
diri
 Melakukan kontrak  Mendengarkan
waktu
 Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
 Persepsi dengan
memberi pertanyaan
awal tentang nutrisi.
 Menjelaskan
manfaat dari
penyuluhan

43
2. 30 menit Pelaksanaan :
 Menyampaikan  Mendengarkan
definisi nutrisi dan
 Kebutuhan Nutrisi memperhatikan
Pada Lansia
 Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Kebutuhan Gizi
Pada Lansia
 Menu Sehat Bagi
Lansia
 Pedoman untuk
memilih bahan
makanan yang sehat
 Cara mengolah
makanan
 Cara
menghidangkan
makanan
 Pemantauan Status
Nutrisi

44
31 10 menit Penutup :
 Menanyakan  Peserta menjawab
pertanyaan/kuis pertanyaan
mengenai materi
yang telah
diberikan.
 Menyampaikan  Mendengarkan
simpulan dan uraian dan membalas
materi yang telah salam
diberikan
 Mengucapkan
salam penutup

G. Evaluasi
Bentuk : lisan
Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan nutrisi ?
2. Bagaiman cara mengolah makanan untuk lansia ?
3. Sebutkan 8 pedoman dalam memilih bahan makanan untuk lansia ?
Jawaban :
1. Nutrisi adalah hasil akhir dari semua interaksi antara organisme dan
makanan yang dikonsumsinya.
2. Cara mengolah makanan :
a. Bersihkan sayuran sebelum dimasak.
b. Cuci sayuran dalam keadaan utuh, kemudian potong-potong agar zat
gizi yang terkandung di dalamnya tidak hilang.
c. Rebus sayur sesingkat mungkin.
d. Bahan makanan dimasukkan / dikukus setelah air mendidih.
e. Makanan bias di tim atau di tumis.
f. Batasi garam dan bumbu penyedap yang merangsang.
g. Pakailah penyedap rasa alamiah seperti bawang putih, kunyit, jahe, dll.
3. 8 pedoman dalam memilih makanan :

45
a. Makanan yang beraneka ragam dan mengandung gizi yang cukup.
b. Makanan yang mudah dikunyah dan dicerna.
c. Protein yang berkualitas seperti susu, telur, daging, dan ikan.
d. Sumber karbohidrat seperti roti, daging, dan sayur-sayuran berwarna
hijau.
e. makanan yang terutama mengandung lemak nabati dikurangi serta
kurangi makanan yang mengandung lemak hewani.
f. Makanan yang mengandung zat besi seperti kacang-kacangan, hati,
daging, bayam, sayuran hijau, dan makanan yang mengandung kalsium
seperti ikan atau sayur-sayuran.
g. Batasi makanan yang diawetkan.
h. Minum air putih 6-8 gelas sehari karena kebutuhan air meningkat serta
untuk memperlancar proses metabolisme. Banyak minum air putih
dapat mencegah terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) serta
menurunkan risiko menderita batu ginjal.

Lampiran Materi

46
1.1 Definisi
Nutrisi adalah hasil akhir dari semua interaksi antara organisme dan
makanan yang dikonsumsinya. Dengan kata lain nutrisi adalah apa yang
dimakan seseorang dan bagaimana tubuh menggunakannya. Nutrient adalah
zat organik, zat nonorganik, dan zat yang memproduksi energy yang
ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan untuk fungsi tubuh. Manusia
memerlukan nutrient yang penting dalam makanan untuk pertumbuhan dan
mempertahankan semua jaringan tubuh serta fungsi normal dari seluruh proses
tubuh.
1.2 Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
Setiap mahkluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan
kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan
tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan
kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh
sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang
karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah
kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan
istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga
kelompok besar, yaitu:
1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung,
gandum, ubi, roti, singkong, selain itu dalam bentuk gula seperti gula,
sirup, madu dan lain-lain.
b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan,
mentega, margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung
protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu,
telur, kacangkacangan dan olahannya.

47
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin
dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.
1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia
1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi
atau ompong.
2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap
cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.
3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus menurun.
1.4 Menu Sehat Bagi Lansia
1. Perencanaan Makanan untuk Lansia
a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka
ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi
makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat
makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
b. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan
yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah
kemungkinan terjadinya darah tinggi.
c. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan
yang berlemak seperti santan, mentega dan lain-lain.
Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Memakan makanan yang
mudah dicerna, menghindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan
goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau
gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang,

48
makan dalam porsi kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack,
susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan.
d. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan
sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah
nafsu makan.
e. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur,
daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
f. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus,
direbus, atau dipanggang, kurangi makanan yang digoreng.
1.5 Pedoman Untuk Memilih Bahan Makanan Yang Sehat
1. Makanan yang beraneka ragam dan mengandung gizi yang cukup.
2. Makanan yang mudah dikunyah dan dicerna.
3. Protein yang berkualitas seperti susu, telur, daging, dan ikan.
4. Sumber karbohidrat seperti roti, daging, dan sayur-sayuran berwarna
hijau.
5. makanan yang terutama mengandung lemak nabati dikurangi serta
kurangi makanan yang mengandung lemak hewani.
6. Makanan yang mengandung zat besi seperti kacang-kacangan, hati,
daging, bayam, sayuran hijau, dan makanan yang mengandung kalsium
seperti ikan atau sayur-sayuran.
7. Batasi makanan yang diawetkan.
8. Minum air putih 6-8 gelas sehari karena kebutuhan air meningkat serta
untuk memperlancar proses metabolisme. Banyak minum air putih dapat
mencegah terjadinya dehidrasi (kekurangan cairan) serta menurunkan
risiko menderita batu ginjal.
1.6 Cara Mengolah Makanan
1. Bersihkan sayuran sebelum dimasak.
2. Cuci sayuran dalam keadaan utuh, kemudian potong-potong agar zat gizi
yang terkandung di dalamnya tidak hilang.
3. Rebus sayur sesingkat mungkin.
4. Bahan makanan dimasukkan / dikukus setelah air mendidih.
5. Makanan bias di tim atau di tumis.

49
6. Batasi garam dan bumbu penyedap yang merangsang.
7. Pakailah penyedap rasa alamiah seperti bawang putih, kunyit, jahe, dll.
1.7 Cara Menghidangkan Makanan
1. Jenis sayura yang dihidangkan hendaknya berganti-ganti.
2. Makanan yang dihidangkan secara menarik agar menimbulkan selera
makan.
3. Bila menyajikan sayuran mentah, cucilah sampai bersih.
4. Kurangi minum the, kopi, dan coklat.
5. Hindari minuman yang mengandung alkohol.

1.8 Pemantauan Status Nutrisi


1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali,
waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5
Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu
beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan
lebih dari 0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa :
IMT = BB
TB x TB
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Apabila : IMT 25-27 = kegemukan
IMT >27 = 0besitas
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman,
kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit
untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang
mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang
ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan

50
asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit
dan tidak bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar
matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang
mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu
dan produk olahannya.

DAFTAR PUSTAKA

51
Kozier, B. (n.d.). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier. Jakarta:
EGC.

Maryam, S. (2012). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta:


Salemba Medika.

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,


dan Praktik, Jakarta: EGC

Gambaran Penyakit TB Paru:


Nama Tn. A jenis kelamin Laki-laki, berusia 85 Tahun, suku Dayak/Indonesia,
agama Kristen Protestan, pekerjaan swasta, Pendidikan SMP, status perkawinan
Duda, alamat Jl. Raden Saleh 5 No 25, subuh tanggal 23 maret 2020 beliau
merasa sesak, meringang, batuk, filek dan langsung dilarikan ke RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya dan dilakukan memeriksaan lebih lanjut. Pukul 05.04
WIB dilakukan tindakan TTV TD: 140/80mmHg, N:102x/menit, R:24x/menit,
S:38⁰C dan terpasang infus NaCl 0,9 20 Tpm ditangan sebelah kiri, dan memakai
Oksigen Nasal Kanul.
Dahak, batuk sering, penurunan berat badan hasil penunjang, BTA Positif,
rongten

52
53
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
APA ITU NUTRISI????????
Kebutuhan Gizi Pada Lansia
Pedoman Untuk Memilih Bahan Makanan
Nutrisi adalah hasil akhir dari semua 1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan
NUTRISI Yang
PADA Sehat
LANSIA Cara Mengolah Makanan Cara Menghidangkan Makanan
interaksi antara organisme dan makanan yang akibat kerusakan gigi atau ompong.
1. Makanan yang beraneka ragam dan mengandung dikonsumsinya. Dengan kata lain nutrisi adalah 2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan
1. Bersihkan
apa yang sayuran
dimakan sebelum
seseorangdimasak.
dan bagaimana
gizi yang cukup. penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
tubuh sayuran
2. Cuci menggunakannya.
dalam keadaan utuh,
2. Makanan yang mudah dikunyah dan dicerna. pahit.
3. Protein yang berkualitas seperti susu, telur, daging, kemudian potong-potong agar zat gizi 3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
dan ikan. yang terkandung di dalamnya tidak 4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
4. Sumber karbohidrat seperti roti, daging, dan sayur- hilang. 1. Jenis sayura
5. Gerakan yanggerak
usus atau dihidangkan
peristaltic hendaknya
lemah dan
sayuran berwarna hijau. biasanya menimbulkan konstipasi.
berganti-ganti.
3. Rebus sayur sesingkat mungkin.
5. makanan yang terutama mengandung lemak nabati 6. Penyerapan makanan di usus menurun
4. Bahan makananNutrisi
Kebutuhan dimasukkan / dikukus
Pada Lansia 2. Makanan yang dihidangkan secara menarik
dikurangi serta kurangi makanan yang
OLEH: setelah air mendidih. agar menimbulkan
Menu Sehatselera
Bagi makan.
Lansia
mengandung lemak hewani.
6. WINDA
Makanan yang PRILIA SISCA
mengandung zat besi seperti 1. 5.Kelompok
Makananzat bias di termasuk
energi, tim atau ke
di dalam
tumis.kelompok 3. Bila menyajikan sayuran mentah, cucilah
1. Perencanaan Makanan untuk Lansia
kacang-kacangan, hati, daging, bayam, sayuran 6.ini Batasi
adalah : garam dan bumbu penyedap yang sampai bersih.
(2018.C.10a.0952) a. Makanan harus mengandung zat gizi dari
hijau, dan makanan yang mengandung kalsium a. merangsang.
Bahan makanan yang mengandung karbohidrat 4. Kurangi
makanan minum the, kopi,
yang beraneka dan
ragam, coklat.
yang terdiri dari :
seperti ikan atau sayur-sayuran. seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong,
7. Pakailah penyedap rasa alamiah seperti 5. Hindari minuman
zat tenaga, zat pembangunyang mengandung
dan zat pengatur.
7. Batasi makanan yang diawetkan. selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, b. Banyak minum dan kurangi garam
bawang putih, kunyit, jahe, dll. alkohol
8. Minum air putih 6-8 gelas sehari. madu dan lain-lain. c. Batasi makanan yang manis-manis atau gula,
YAYASAN EKA HARAP b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak dan makanan yang berlemak seperti
PALANGKARAYA minyak, santan, mentega, margarine, susu dan santan, mentega dan lain-lain.
SEKOLAH TINGGI ILMU hasil olahannya.

KESEHATAN 2. Kelompok zat pembangun


Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang
PROGRAM STUDI SARJANA banyak mengandung protein, baik protein hewani

KEPERAWATAN maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur,


kacangkacangan dan olahannya.
TAHUN 2020 3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi54bahan-bahan yang banyak
mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-
buahan dan sayuran.

Anda mungkin juga menyukai