OLEH :
NI KETUT DIKA NOVITA
(2018.C.10a.0943)
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini saya yang betanda tangan
dibawah ini :
Pembimbing Akademik
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada
Tn.Z Dengan Diagnosa Medis Melanoma Pada Sistem Penginderaan”.
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2). Laporan
Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka
HarapPalangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi
NersSTIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep.,Nersselaku pembimbing akademik yang
telahbanyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaianasuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra
Klinik2 Program Studi Sarjana Keperawatan
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan
kegiatanpengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan i
LembarPengesahan ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit 4
2.1.1 Anatomi Fisiologi 4
2.1.2 Definisi 5
2.1.3 Etiologi 7
2.1.4 Klasifikasi 7
2,1.5 Patofisiologi (Pathway) 10
2.1.6 Manifestasi Klinis 13
2.1.7 Komplikasi 14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang 14
2.1.9 Penatalaksanaan 15
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan 17
2.3.1 Pengkajian Keperawatan 17
2.3.2 Diagnosa Keperawatan 18
2.3.3 Intervensi Keperawatan 18
2.3.4 Implementasi Keperawatan 22
2.3.5 Evaluasi Keperawatan 22
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan 25
3.2 Diagnosa Keperawatan36
3.3 Intervensi Keperawatan 37
3.4 Implementasi Keperawatan 41
3.5 Evaluasi Keperawatan 41
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan 45
4.2 Saran 45
DAFTAR PUSTAKA
SAP
LEAFLET
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melanoma maligna adalah bentuk kanker kulit yang paling berbahaya
(Herbst, 2014). Insiden dan mortalitas melanoma maligna meningkat di seluruh
dunia (Azimi et al., 2012). Insiden melanoma maligna tercatat di Amerika Serikat
76.100 kasus dan data yang meninggal diperkirakan 9.710 kasus untuk kedua
jenis kelamin (Siegel et al., 2014). Menurut laporan Cancer Incidence in Five
Continents Volume X yang dipublikasikan Internatinal Agency for Research on
Cancer (IARC), insiden melanoma maligna di Amerika Serikat yaitu 17,3/100.000
pada laki-laki dan 13,2/100.000 pada perempuan sedangkan insiden tertinggi di
Queensland, Australia yaitu 52,9/100.000 pada laki-laki dan 38,6/100.000 pada
perempuan (Forman et al., 2014). Di Indonesia, insiden melanoma maligna 1.069
kasus ataupun 0,5/100.000 dan data yang meninggal 543 kasus pada kedua jenis
kelamin sedangkan insinden melanoma maligna di Indonesia 658 kasus atau pun
0,7/100.000 pada laki-laki dan 411 kasus atau pun 0,3/100.000 pada perempuan
(Globocan, 2012).
Ketika sebuah lesi diduga sebagai melanoma maligna, dilakukan biopsy secara
eksisi maupun insisi pada lesi. Dari hasil biopsi lesi tersebut akan didapat kan
gambaran histologi seperti: tumor thickness, mitotic index, dan ulceration. Ketiga
gambaran histologi ini pada American Joint Committee on Cancer (AJCC) 7 the
dition memperlihatkan pengaruh terhadap prognosis dan staging pada melanoma
maligna. Diketahui variabel baru pada penelitian, mitotic index dianggap memiliki
peran penting sebagai faktor bebas prognosis pada melanoma maligna (Balch et
al., 2010). Didukung dari hasil penelitian lain, mitotic index telah terbukti menjadi
indikator untuk prognosis, dengan nilai mitotic index yang tinggi tampak
berkurangnya survival rate (Hale et al., 2013).
Menurut Balch et al.dalam Thompson et al. (2011) dilaporkan juga terdapat
pengaruh mitotic index terhadap survival rate pada melanoma maligna terlokalisir
(stadium I dan II). Pada analisa multifaktorial 10.233 pasien melanoma maligna
1
2
terlokalisir, mitotic index adalah indikator survival rate kedua setelah tumor
thickness (Balch et al., 2010). Pada penelitian lain terlihat terdapat pengaruh mitotic
index terhadap survival pada melanoma maligna stadium III, walaupun hanya
terlihat pada pasien dengan nodal micrometastases tetapi tidak dengan nodal
macrometastases (Balch et al., 2010). Pada beberapa data statistik, setidaknya nilai
mitotic index1/mm² signifikan berpengaruh terhadap survival rate (Balch et
al.,2010).
4
5
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3- 4 minggu. Dalam epidermis
terdapat 2 sel yaitu:
a) Sel merkel.
b) Sel langerhans
2.1.1.2.2 Dermis
Terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2 lapisan: pars papilaris (terdiri
dari sel fibroblast yang memproduksi kolagen dan retikularis yang
terdapat banyak darah dan akar rambut, kelenjar keringat dan k. sebaseus.
2.1.1.2.3 Subkutis
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan
banyak lemak, merupakn jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit
dan setruktur internal seperti otot dan tulang sebagai mobilitas kulit,
perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas, sebagai bantalan terhadap
trauma, sebagai tempat penumpukan energi.
2.1.2 Definisi
semua kanker kulit, namun hal itu menyebabkan jumlah terbesar kematian terkait
kanker kulit di seluruh dunia. Deteksi dini melanoma kulit adalah cara terbaik untuk
mengurangi kematian. (Arif Mutaqqin, 2012).
Melanoma maligna adalah tahi lalat atau bercak kecoklatan kulit yang ganas
dan merupakan kanker kulit yang paling berbahaya. Kanker ini berkaitan dengan
pajanan yang berlebihan terhadap radiasi ultra violet paling sering menyerang
individu berkulit terang dan berambut pirang atau merah. Penyakit ini ditandai
perubahan dalam warna, bentuk dan ukuran tahi lalat atau tahi lalat yang berdarah
atau gatal. Prognosis bergantung pada ketebalan breslow penetapan stadium yang
melibatkan penetuan status kelenjar limfe dengan biopsi kelenjar sentinel. Karsinoma
sel basal atau ulkus rodens merupakan kanker kulit yang paling sering penyakit ini
umum nya terkalit dengan pajanan terhadap sinar matahari yang berlansung bertahun-
tahun. Misalnya individu yang bekerja di luar (pekerja bangunan) atau mereka yang
berkulit terang dan tinggal di dekat khatulistiwa meskipun menyebabkan kerusakan
lokal yang luas namaun kanker ini tidak pernah bermetatastis. Karsinoma sel
skuamosa adalah sel kanker invasit yang jika di biarkan dapat bermetastatis. Terapi
kanker ini mungkin eksisi yang luas. (Eksklopedia keperawatan: 2012 hal 334 – 335).
7
2.1.3 Etiologi
2.1.3.1 Sinar Matahari.
Sinar matahari yang bersifat karsinogenik adalah sinar UVB. Lapisan ozon
yang berada di atas bumi yang dianggap sebagai penahan sinar UVB sampai
ke bumi. Meningkatnya pemakaian bahan-bahan kimia tertentu dapat
menyebabkan lapisan ozon tersebut pecah sehingga mengakibatkan pancaran
sinar UVB langsung mengenai bumi. Hal ini akan meningkatkan kejadian
kanker kulit. Selain sinar matahari sinar pengion yang dipakai untuk
pengobatan (radiasi atau radioterapi) juga dapat menimbulkan kanker kulit.
2.1.3.2 Hereditas.
Genetic (ada sejak lahir) apabila orangtua mempunyai riwayat kanker kulit
sehingga resiko penurunan penyakit kepada anak lebih besar.
2.1.3.3 Umur.
Wanita tidak sama dengan laki-laki dengan frekuensi tertinggi ditemukan
pada umur 30-60 tahun, jarang pada anak.
2.1.3.4 Iklim.
Perubahan iklim dan penipisan lapisan ozon dapat memungkinkan lebih
banyak sinar ultraviolet atau UV untuk mencapai permukaan bumi. Hal ini
dapat menyebabkan kanker kulit.
2.1.3.5 Ras Kulit.
Seseorang yang berkulit cerah dan kurang berpigmen mempunyai resiko
tinggi mendapat tumor melanoma maligna.
8
2.1.4 Klasifikasi
2.1.4.1 Klasifikasi secara klinis
Melanoma maligna ada 4 macam tipe, yaitu:
1. Superficial Spreading Melanoma
atipik, di dalam sel – sel tersebut terdapat butir – butir kromatin, kadang –
kadang dapat di temukan melanosit berbentuk kumparan dan sel – sel
radang.
2. Nodular Melanoma
Tipe ini paling sering menyerang kulit hitam dan Asia yaitu sebanyak 29-
72% dari kasus melanoma dan karena sering terlambat terdiagnosis maka
prognosisnya buruk. Sering disebut sebagai ”hidden melanoma” karena
lesi ini terdapat pada daerah yang sukar untuk dilihat atau sering
diabaikan, yaitu terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, tumit, ibu jari
tangan, atau dibawah kuku.
Melanoma subungual bisa terlihat sebagai diskolorasi difus dari kuku atau
pita longitudinal berpigmen di dasar kuku. Melanoma ini memiliki
bentukan yang sama dengan benign junctional melanotic nevus. Pigmen
akan berkembang dari arah proksimal menuju ke arah laterla kuku yang
disebut sebagai tanda Hutchinson, sebuah tanda yang khusus untuk
melanoma akral. Pada permukaan timbul papul, nodul, ulcerasi, kadang-
kadang lesi tidak mengandung pigmen.
2.1.5 Patofisiologi
Melanoma bisa berawal sebagai pertumbuhan kulit baru yang kecil dan
berpigmen pada kulit yang normal paling sering tumbuh pada kulit yang terpapar
sinar matahari, tetapi hampir separuh kasus tumbuh dari tahi lalat yang berpigmen.
Melanoma mudah menyebar kebagian tubuh yang jauh (metastase), dimana akan
terus tumbuh dan menghancurkan jaringan. Semakin sedikit pertumbuhan melanoma
ke dalam kulit, maka semakin besar peluang untuk menyembuhkannya, jika
melanoma telah tumbuh jauh ke dalam kulit akan lebih mungkin menyebar melalui
pembuluh getah bening dan pembuluh darah dan bisa menyebabkan kematian dalam
beberapa bulan atau tahun. Perjalanan penyakit melanoma bervariasi dan tampaknya
dipengaruhi oleh kekuatan pertahanan sistem kekebalan tubuh. Beberapa penderita
yang keadaan kesehatannya baik bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun
meskipun melanomanya telah menyebar.
Tanda-tanda peringatan akan terbentuknya melanoma :
1. Bintik atau tahi lalat berpigmen (terutama yang berwarna hitam atau biru tua)
yang semakin membesar
12
2. Perubahan warna pada tahi lalat, terutama pigmentasi merah, putih dan biru di
kulit sekelilingnya
3. Perubahan pada kulit diatas bintik yang berpigmen, misalnya perubahan
konsistensi atau bentuk
4. Tanda- tanda peradangan pada kulit di sekitar tahi lalat
Melanoma berasal dari melanosit yang timbul dari puncak saraf dan bermigrasi
ke epidermis, uvea, meninges, dan mukosa ectodermal. Melanosit berada di kulit dan
menghasilkan melanin pelindung yang terkandung dalam lapisan basal epidermis di
antara dermis dan epidermis. Melanoma dapat berkembang di atau dekat lesi yang
sudah ada sebelumnya atau di kulit yang tampak sehat. Sebuah melanoma ganas yang
berkembang dalam kulit yang sehat dapat dikatakan timbul de novo, tanpa bukti
adanya lesi sebelumnya. Banyak dari melanoma yang diinduksi oleh radiasi matahari
risiko terbesar yang disebabkan paparan sinar matahari yang dapat menyebabkan
melanoma dikaitkan dengan terbakar oleh sinar matahari secara akut, intens, dan
berselang. Risiko ini berbeda dibandingkan dengan kanker sel skuamosa dan basal
kulit, yang terkait dengan lama, paparan sinar matahari jangka panjang. Melanoma
juga dapat terjadi didaerah tidak terbakar kulit termasuk telapak tangan, telapak kaki,
dan perineum. Lesi tertentu dianggap prekursor lesi melanom termasuk nevus
diperoleh secara biasa nevus displastik, nevus kongenital, dan nevus biru selular.
Melanoma memiliki 2 fase pertumbuhan, radial dan vertikal. Selama fase
pertumbuhan radial sel-sel ganas tumbuh dalam mode radial pada epidermis dengan
waktu berlangsung, sebagian besar melanoma ke fase pertumbuhan vertikal,di mana
sel-sel ganas menginvasi dermis dan mengembangkan kemampuan untuk
bermetastasis.
13
Faktor Predisposisi:
1. Sinar matahari UVA & UVB
2. Jenis dan tipe kulit yang rentan terhadap
sinar matahari
3. Genetic
Melanoma
Edema Iritasi pada Sinar matahari Masa asing Ansietas Gangguan metabolism
kulit yang masuk bagi
jaringan
Peristaltik Lelah, lemah
Suplai O2 kulit
Lesi dan Kemerahan meningkat
menurun
gatal-gatal Defisit energi
Suplai O2
Peningkatan Bengkak, Mual
tidak
kerja napas Kerusakan Kebiruan muntah MK:
Simbang
jaringan kulit Intolerans
i Aktivitas
Dyspnea Luka Anoreksia
Evaporasi
MK. MK. dipermukaan
Resiko Nyeri kulit
MK. MK:Perubahan
Gangguan Kerusaka Dehidrasi
nutrisi kurang dari
Pola n
MK: kebutuhan tubuh
Napas
Gangguan MK:
Citra Kekurangan
14
2.1.7 Komplikasi
2.1.7.1 Hipertensi.
Metastasis dalam waktu singkat tidak hanya melalui kelenjar limfe regional
tetapi juga melalui aliran darah sehingga menyebabkan hipertensi.
2.1.7.2 Hypercholesterolemia.
Menderita kanker kulit karena kelainan pada genetikanya.
1. Biopsi lesi adalah hanya metode definitif pada diagnosa malignan melanoma.
Eksisi biopsy adalah prosedur diagnostik dari pilihan karena dibawah ini lebih
komplit histologic evaluasi dan tingkat mikroskop. Biopsi tidak harus
dilakukan jika terduga melanoma, karena ketebalan dan dalamnya lesi tidak
dapat di kaji, membuat keputusan tentang prognosis dan pengobatan sangat
sulit.
2. CT–scan liver menentukan jika enzim hati abnormal dan menentukan luasnya
metastasis dari hati lebih akurat.
3. X-ray dada dilakukan jika klien sulit bernafas atau hemoptisis, dimana
rangsangan paru-paru menjadi metastasis.
4. Scan tulang dilakukan untuk menentukan metastatik karena tidak dapat
menentukan nyeri tulang.
5. CT scan atau MQI dari otak yaitu menentukan pengkajian dari metastasis jika
klien sakit kepala, seizure, atau defisit neurology.
6. Biopsi jaringan dari limpa tulang belakang atau lesi kulit lain dilakukan untuk
mengidentifikasi metastasis
2.1.8 Penatalaksanaan
2.1.8.1 Pembedahan
Eksisi dilakukan seluas 1 cm di luar tumor. Eksisi dengan menyertakan fasia
profunda tidak mempengaruhi prognosis, demikian juga di seksi getah bening
regional pada tumor yang belum menunjukkan tanda metastasis jauh.
2.1.8.2 Perfusi
Setelah eksisi melanoma di ekstremitas, dapat di lakukan perfusi untuk
pembertian sitostatik ajuvan. Perfusi merupakan tindakan bedah yang agak
besar sebab ekstremitas harus di kosongkan dari peredaran darah sehingga
harus di kerjakan dengan pompa pengatur suhu dan oksigenator (mesin
jantung paru).
2.1.8.3 Imunologi
17
2.2.3 Intervensi
Dx 1. Nyeri berhubungan dengan tindakan eksisi dan graft kulit.
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau beradaptasi.
Kriteria hasil:
1. Secara obyektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala
nyeri 0-1 (0-4)
2. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri.
3. Pasien tidak gelisah.
Intervensi :
1. Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST
2. Kaji factor yang meningkatkan dan menurunkan respon nyeri pada
melanoma.
3. Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri non farmakologi
dan no invasive
4. Lakukan manajemen nyeri keperawatan:
a. Atur posisi fisiologis dan imobilisasi ekstremitas yang mengalami
selulitis
20
Rasional :
1. Harapan yang terbesar untuk mengendalikan penyakit terletak pada
pendidikan pasien mengenai pengenalan tanda-tanda dini melanoma.
Pasien yang beresiko harus diajarkan untuk memeriksa kulit dan data
mereka sebulan sekali dengan cara yang sistematis.
2. Keterlibatan keluarga terhadap cara-cara untuk mendeteksi melanoma
akan meningkatkan resiko metastasis yang lebih berat.
3. Tanda bahaya melanoma berikut ini: perubahan pada ukuran, warna,
bentuk, atau garis bentuk nevus, permukaan nevus atau kulit di sekitar
nevus.
2.2.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana
tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.
2.2.5 Evaluasi
2.2.5.1 Mengalami pengurangan rasa sakit dan gangguan rasa nyaman.kemerahan
atau pembengkakan.
a. Menyatakan bahwa rasa sakit atau nyeri sudah berkurang dan menghilang.
b. Memperlihatkan kesembuhan parut bekas pembedahan tanpa bekas,
2.2.5.2 Mencapai pengurangan kecemasan.
a. Mengekspresikan ketakutan dan khayalan.
b. Mengajukan pertanyaan mengenai kondisi medis.
c. Memohon pengulangan fakta-fakta tentang melanoma
d. Mengenali dukungan dan kenyamanan yang diberikan oleh anggota
keluarga atau orang lain yang signifikan.
2.2.5.3 Memperlihatkan pengertian terhadap cara-cara untuk mendeteksi melanoma.
a. Memperlihatkan cara pelaksanaan pemeriksaan kulit yang mandiri sebulan
setelahnya.
24
3.1 PENGKAJIAN
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan ada tanggal, 12 Oktober 2020
bertempat di Rumah Sakit, dengan teknik anamnesa (wawancara), observasi,
pemeriksaan fisik, dan data dari buku keperawatan pasien, di dapat data-data
sebagai berikut :
3.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.Z
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Rta Milono Km.6
Tgl MRS : 7 Oktober 2020
Diagnosa Medis : Melanoma
dibagian abdomen saja, skala nyeri 6/10 (nyeri sedang), nyeri muncul pada
saat beraktivitas.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan awalnya gatal dan nyeri di daerah perut kanan bagian
atas, lalu keluarga pasien melihat terdapat luka dibagian perut yang
kemudian pasien di bawa ke RS oleh keluarganya, lalu setelah di IGD
diperiksa TD: 150/80 mmHg, RR 27 x/menit, N: 110 x/menit, S: 36 oC,
pasien terlihat mual, pasien tampak kesakitan, tampak lesi di abdomen kanan
atas, terpasang infus RL 30 Tpm, lalu pasien dirawat untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut.
3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan tidak memiliki Riwayat penyakit sebelumnya dan
Riwayat operasi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
GENOGRAM KELUARGA :
KETERANGAN :
Klien :
Perempuan :
Laki-laki :
Serumah :
Meninggal :
Hubungankeluarga :
27
43 Kg
IMT= =16,80 menunjukkan kategori kurang normal kerena
1,60 cmx 1,60 cm
normal IMT pada pria adalah 18-25), tidak ada kesukaran untuk menelan, dan
diet biasa.
DS : Ansietas
Pasien mengatakan sering Defisit Nutrisi
merasa mual dan tidak nafsu Peristaltic meningkat
makan
DO : Mual, muntah
1. Pasien tampak pucat
2. Klien tampak kurus Tidak nafsu makan
3. Tinggi badan klien 160 cm
4. BB sekarang 43 Kg Asupan nutrisi kurang
5. BB sebelum sakit 58 Kg adekuat
6. IMT= 16,80
7. TTV :
TD: 150/80 mmHg
N : 110 x/menit
RR: 27 x/menit
S : 36 ˚C
35
DS : Gatal
Klien mengatakan kulit terasa
panas seperti terbakar. Kemerahan Kerusakan integritas
DO: kulit
1. Klien tampak gelisah Edema
2. Tampak luka di abdomen
dan di wajah klien Lesi dipermukaan kulit
3. Tampak kecacatan
4. Tampak kemerahan di Gangguan citra tubuh
abdomen
DS : Konsep penyakit
Klien mengatakan tidak Defisit Pengetahuan
mengerti dan mengetahui Kurang pengetahuan
mengenai penyakit yang mengenai penyakit
dialaminya.
DO :
1. Klien tampak tidak Kurangnya informasi
memahami mengenai
penyakitnya
2. Klien menanyakan penyebab
dari melanoma
3. Klien menunjukkan persepsi
yang keliru mengenai
masalah
36
PRIORITAS MASALAH
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi lapisan kulit
ditandai dengan Klien mengatakan kulit terasa panas seperti terbakar.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan asupan nutrisi kurang adekuat ditandai
dengan Pasien mengatakan sering merasa mual dan tidak nafsu makan
3. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan ditandai dengan
Pasien mengatakan kulit terasa gatal di abdomen kanan atas nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri tidak menyebar hanya dibagian abdomen saja, nyeri
muncul pada saat beraktivitas.
4. Deficit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai
dengan Klien mengatakan tidak mengerti dan mengetahui mengenai
penyakit yang dialaminya.
Into
37
RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn.Z
Ruang Rawat :
Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional
Keperawatan
Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi penyebab kerusakan 1. Mengetahui penyebab dari
integritas kulit keperawatan selama 1 x 8 jam integritas kulit. kerusakan kulit
berhubungan diharapkan kerusakan integritas 2. Monitor lokasi integritas jaringan 2. Kemerahan, bengkak, nyeri,
terganggu dan kondisinya terbakar dan gatal merupakan
dengan kulit dapat teratasi.
3. Anjurkan menghindari terpapar suhu indikasi adanya peradangan dan
destruksi ekstrem respon kekebalan tubuh terjadap
lapisan kulit 4. Monitor karakteristik luka termasuk trauma jaringan local.
warna dan ukuran 3. Paparan suhu ekstrem dapat
5. Kolaborasi dengan dokter dalam menyebabkan kerusakan pada
pemberian analgetic. kulit
4. Temuan ini akan memberi
informasi tentang tingkat cidera.
5. Analgetik memblok lintasan
nyeri sehingga nyeri akan
berkurang
38
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Melanoma maligna adalah tahi lalat atau bercak kecoklatan kulit yang ganas
dan merupakan kanker kulit yang paling berbahaya. Kanker ini berkaitan dengan
pajanan yang berlebihan terhadap radiasi ultra violet paling sering menyerang
individu berkulit terang dan berambut pirang atau merah. Penyakit ini ditandai
perubahan dalam warna, bentuk dan ukuran tahi lalatatau tahi lalat yang berdarah atau
gatal. Prognosis bergantung pada ketebalan breslow penetapan stadium yang
melibatkan penetuan status kelenjar limfe dengan biopsi kelenjar sentinel. Karsinoma
sel basal atau ulkus rodens merupakan kanker kulit yang paling sering penyakit ini
umum nya terkalit dengan pajanan terhadap sinar matahari yang berlansung bertahun-
tahun. Misalnya individu yang bekerja di luar (pekerja bangunan) atau mereka yang
berkulit terang dan tinggal di dekat khatulistiwa meskipun menyebabkan kerusakan
lokal yang luas namaun kanker ini tidak pernah bermetatastis. Karsinoma sel
skuamosa adalah sel kanker invasit yang jika di biarkan dapat bermetastatis. Terapi
kanker ini mungkin eksisi yang luas
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat
kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam
berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan
diagnosa keperawatan
46
DAFTAR PUSTAKA
Grace A. Pierce, Borley R. Nier. (2011). Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Pt Gelora
Kemenkes. 2016. Profil penyakit tidak menular. Jakarta: kementrian kesehatan RI
2017.
Tanto, C. (2014). kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid 1. jakarta: media aesculapius.
Wardani, D.W.S.R., 2014. Peningkatan Determinan Sosial dalam Menurunkan
Kejadian Tuberkulosis Paru. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(1),
pp.39–43.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori &
Aplikasi dalam Praktek. Jakarta : EGC.
3.1.4 Metode
3.1.4.1 Metode Penyuluhan
1. Ceramah : salah satu cara pendidikan kesehatan dimana
kita menerangkan satu atau menjelaskan sesuatu dengan
yang lain lisan disertai tanya jawab.
48
3.1.7 Perorganisasian
49
3.1.8 Tempat
3.1.8.1 Setting Tempat
Keterangan :
: Peserta : Dokumentasi
: Falisitator
3.1.9. Evaluasi
3.1.9.1 Evaluasi Struktur
1) Tempat dan alat sesuai rencana.
2) Peran dan tugas sesuai rencana.
3) Setting tempat sesuai dengan rencana.
3.1.9.2 Evaluasi Proses
1) Selama kegiatan semua peserta dapat mengikuti seluruh kegiatan.
2) Selama kegiatan semua peserta aktif.
3.1.9.3 Evaluasi Hasil
51
1.1.10.2 Etiologi
1. Sinar Matahari.
52
1.1.10.3 Klasifikasi
1. Superficial Spreading Melanoma
Merupakan tipe melanoma yang sering terjadi di Amerika Serikat, yaitu
sekitar 70% dari kasus yang didiagnosa sebagai melanoma. Dapat terjadi
pada semua umur namun lebih sering pada usia 30-50 tahun, sering pada
wanita dibanding pria dan merupakan penyebab kematian akibat kanker
tertinggi pada dewasa muda.
53
Pada stadium awal, tipe ini bisa berupa bintik yang datar yang kemudian
pigmentasi dari lesi mungkin menjadi lebih gelap atau mungkin abu-abu,
batasnya tidak tegas, dan terdapat area inflamasi pada lesi. Area di sekitar
lesi dapat menjadi gatal. Kadang-kadang pigmentasi lesi berkurang
sebagai reaksi imun seseorang untuk menghancurkannya. Tipe ini
berkembang sangat cepat. Diameter pada umumnya lebih dari 6mm.
Lokasi pada wanita di tungkai bawah, sedangkan laki-laki di badan dan
leher.
2. Nodular Melanoma
Merupakan tipe melanoma yang paling agresif. Pertumbuhannya sangat
cepat dan berlangsung dalam waktu mingguan sampai bulanan. Sebanyak
15%-30% kasus melanoma yang terdiagnosa sebagai melanoma
merupakan nodular melanoma. Dapat terjadi pada semua umur, namun
lebih sering pada individu berusia 60 tahun ke atas. Tempat predileksinya
adalah tungkai dan tubuh. Melanoma ini bermanifestasi sebagai papul
coklat kemerahan atau biru hingga kehitaman, atau nodul berbentuk
kubah, atau setengah bola (dome shaped) atau polopoid dan aksofitik yang
dapat timbul dengan ulserasi dan berdarah dengan trauma minor, timbul
lesi satelit. Secara klinik bisa berbentuk amelanotik atau tidak berpigmen.
Fase perkembangannya tidak dapat dilihat dengan mudah, dan sulit di
identifikasi dengan deteksi ABCDE.
Gambaran histologis Nodular melanoma pada epidermis didapatkan
melanosit berbentuk epiteloid, dan kumparan atau campuran, dapat
ditemukan pada daerah dermo – epidermal. Gambaran dermis terlihat sel –
sel melanoma menginvasi ke lapisan retikuler dermis, pembuluh darah dan
subcutis.
3. Lentigo Maligna Melanoma
Sebanyak 4-10 % kasus melanoma merupakan tipe Lentigo Maligna
melanoma. Terjadi pada kulit yang rusak akibat terpapar sinar matahari
pada usia pertengahan dan lebih tua, khususnya pada wajah, leher dan
54
lengan. Melanoma tipe ini pada tahap dini terdiagnosa sebagai bercak
akibat umur atau terpapar matahari. Karena mudah sekali terjadi salah
diagnosa maka tipe ini dapat tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan
cukup berbahaya. Pertumbuhan tipe ini sangat lambat yaitu sekitar 5-20
tahun.
Pada tahap in situ lesinya luas (>3cm) dan telah ada selama bertahun-
tahun. Karakteristik invasinya ke kulit berupa macula hiperpigmentasi
coklat tua sampai hitam atau timbul nodul yang biru kehitaman. Pada
permukaan dijumpai bercak-bercak warna gelap (warna biru) tersebar
tidak teratur, dapat menjadi nodul biru kehitaman invasive agak
hiperkeratonik.
Pada epidermis di dapatkan Melanositik atipik sepanjang membrane
basalis, berbentuk pleomorfik dengan inti yang atipik. Sel – sel yang di
jumpai berbentuk kumparan. Sedangkan pada dermisnya terdapat Infiltrasi
limfosit dan makrofag yang mengandung melanin.
4. Acral Lentigineous Melanoma
Tipe ini paling sering menyerang kulit hitam dan Asia yaitu sebanyak 29-
72% dari kasus melanoma dan karena sering terlambat terdiagnosis maka
prognosisnya buruk. Sering disebut sebagai ”hidden melanoma” karena
lesi ini terdapat pada daerah yang sukar untuk dilihat atau sering
diabaikan, yaitu terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, tumit, ibu jari
tangan, atau dibawah kuku.
Melanoma subungual bisa terlihat sebagai diskolorasi difus dari kuku atau
pita longitudinal berpigmen di dasar kuku. Melanoma ini memiliki
bentukan yang sama dengan benign junctional melanotic nevus. Pigmen
akan berkembang dari arah proksimal menuju ke arah laterla kuku yang
disebut sebagai tanda Hutchinson, sebuah tanda yang khusus untuk
melanoma akral. Pada permukaan timbul papul, nodul, ulcerasi, kadang-
kadang lesi tidak mengandung pigmen.
55
1.1.10.5 Komplikasi
1. Hipertensi.
Metastasis dalam waktu singkat tidak hanya melalui kelenjar limfe
regional tetapi juga melalui aliran darah sehingga menyebabkan
hipertensi.
2. Hypercholesterolemia.
Menderita kanker kulit karena kelainan pada genetikanya.
56
1.1.10.7 Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Eksisi dilakukan seluas 1 cm di luar tumor. Eksisi dengan menyertakan
fasia profunda tidak mempengaruhi prognosis, demikian juga di seksi
getah bening regional pada tumor yang belum menunjukkan tanda
metastasis jauh.
2. Perfusi
Setelah eksisi melanoma di ekstremitas, dapat di lakukan perfusi untuk
pembertian sitostatik ajuvan. Perfusi merupakan tindakan bedah yang agak
besar sebab ekstremitas harus di kosongkan dari peredaran darah sehingga
harus di kerjakan dengan pompa pengatur suhu dan oksigenator (mesin
jantung paru).
3. Imunologi
Melanoma memperlihatkan reaksi yang tidak di mengerti yang di duga
berdasarkan pengaruh imunologik. Penggunaan vaksin sebagai terapi
seperti vaksin BCG kadang menyebabkan regresi parsial untuk waktu
terbatas tetapi tidak mempengaruhi prignosis. Setelah pembedahan perlu
ditekankan pentingnya pengawasan berkala karena walaupun di temukan
pada derajat satu, kemungkinan kambuh cukup besar.
58
2. Nodular Melanoma
1. Sinar matahari
2. Hereditas
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA
3. Umur 4. Acral Lentigineous Melanoma
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHEHATAN
4. Iklim
PRODI S-1 KEPERAWATAN/TKT IIA
5. Ras kulit
TAHUN AJARAN 2019/2020
59
e. Biopsi jaringan
2. Tes diagnostik dapat meliputi juga seperti
ini:
a. Biopsi lesi
60
ABSTRAK
Melanoma maligna merupakan tumor ganas yang berasal dari melanosit dengan
gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit. Melanoma maligna merupakan
satu dari tiga jenis kanker kulit yang mempunyai insiden terendah namun angka
kematian yang disebabkannya cenderung lebih besar yaitu 75% akibat kanker kulit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik histopatologi melanoma
maligna pada sediaan di Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. MohammadHoesin
Palembang pada tahun 2009-2013. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional. Dari 29.175 rekam medik
pasien di Bagian Patologi Anatomi RSMH selama 2009-2013, diperoleh 30 kasus
melanoma maligna yang memenuhi kriteria inklusi. Angka kejadian melanoma
maligna di BagianPatologi Anatomi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun
2009-2013 adalah 0.103%. Melanoma maligna lebih banyak ditemukan pada
perempuan (70%) daripada laki-laki (30%), dan paling sering terjadi pada kelompok
usia 45-53 tahun dengan persentase 30%. Karakteristik histopatologi yang paling
banyak ditemukan dalam penelitian ini adalah subtipe nodular melanoma (100%).
Angka kejadian melanoma maligna di Bagian Patologi Anatomi RSMH tahun 2009-
2013 adalah 0,103%, dengan angka kejadian tertinggi pada tahun 2012 yaitu 0.28%.
Nodular melanoma merupakan subtype yang paling banyak ditemukan.
ABSTRACT
Histopathological characteristic of malignant melanoma at anatomical
pathology department of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2009-
2013. Malignant melanoma is an malignant tumour derived from melanocyte with a
macroscopic characteristic like a blackish lesion in the skin. Malignant melanoma is
one of the three types of skin cancer which has the lowest incidence of mortality, but
the number of deaths is tend to be larger, which causes 75% of deaths from skin
cancer. This study aims to know about the histopathological characteristic of
malignant melanoma at Anatomical Pathology Department of RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang in 2009-2013. The study was observational descriptive using cross
sectional approach. From 29.175 medical records at Anatomical Pathology
Department ofRSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2009-2013, obtained 30
malignant melanoma cases which met the inclusion criteria. The incidence of
malignant melanoma at Anatomical Pathology of RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang in 2009-2013 was 0.103%. Malignant melanoma is more common in
women (70%) than men (30%) and most often occurs in the age group of 45-53 years
with a percentage of 30%. The most common histopathological characteristics found
in this study is nodular melanoma (100%). The incidence of malignantmelanoma at
Anatomical Pathology of RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang in 2009-2013
was 0.103% with the highest incidence is 0.28% in 2012. Nodular melanoma was the
most frequently encountered subtype of malignant melanoma.
PENDAHULUAN
Melanoma maligna adalah Badan Registrasi Kanker-Ikatan Ahli
tumor ganas yang berasal dari Patologi Indonesia (BRK-IAPI) tahun
melanosit dengan gambaran berupa 2002, kanker kulit menempati
lesi kehitaman pada kulit. Tempat peringkat ketiga dari 10 jenis kanker
predileksi tumor dilaporkan terbanyak terbanyak ditemukan di Indonesia.
di ekstremitas bawah, kemudian Kanker kulit yang mempunyai
didaerah badan,kepala, leher, frekuensi terbanyak adalah jenis
ektremitas atas, dan kuku.Lesi awal karsinoma sel basal (39.9%) yang
dari penyakit ini sangat sulit dibedakan paling banyak berokasi di muka,
dengan tumor lainnya. Metastasis karsinoma sel squamosa (39.57%)
dapat berlangsung dalam waktu yang paling banyak berlokasi di kaki
singkat, tidak saja melalui aliran limfe dan melanoma maligna (11.44%) yang
ke kelenjar regional, tetapi juga dapat paling banyak berlokasi di telapak
menyebar melalui aliran darah ke kaki.
organ interna yang dapat menyebabkan
Melanoma maligna merupakan
kematian. 1Berdasarkan data dari
satu dari tiga jenis kanker kulit yang
62
METODE
Penelitian ini dilakukan di pada penelitian ini adalah semua arsip
Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. pasien yang diperiksa di Bagian
MohammadHoesinPalembangpadabula Patologi Anatomi RSUP Dr.
n Juni sampai Desember2014. Jenis Muhammad Hoesin Palembang tahun
penelitian yang digunakan adalah 2009-2103. Subjek penelitian diambil
metode deskriptif observasional dari populasi yang memenuhi kriteria
dengan pendekatan cross sectional. inklusi yaitu arsip pasien telah
Informasi yang diperoleh darirekam didiagnosis melanoma maligna serta
medik pasienadalah usia, jenis mempunyai data lengkap
kelamin, dan karakteristik untukmemenuhi variabel penelitian.
histopatologi.Populasi yang didapat
PEMBAHASAN
Angka kejadian melanoma 2002-Maret 2007 yang berjumlah 9
maligna di RSUP Dr. Moh. Hosein orang.6Menurut Anaise dan
Palembang tersebut masih lebih besar Downingbaik insiden maupun
jika dibandingkan dengan angka mortalitas melanoma maligna terus
kejadian melanoma maligna di RS. Dr. mengalami peningkatan di semua
M. Djamil Padang periode Januari negara yang mereka teliti.10,11Hal ini
64
LEMBAR KONSUL
Nama Mahasiswa : Ni Ketut Dika Novita
Program Studi : S1 Keperawatan
Tingkat / Semester : III A/V
Preseptor Akademik : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners
NO Hari / Hasil Konsultasi TTD TTD
Tanggal Preseptor Mahasiswa
69