Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL dan PALIATIF


PERSPEKTIF KEPERAWATAN dan KONSEP
KEPERAWATAN PALIATIF

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK I :

1. RAHAYU ANITA (1614201029 )


2. PUTRIANIS OKTORIKA (1614201028)
3. RIZA IRMA SARI (1614201041)
4. MASSUJIONO (1614201024)

DOSEN PEMBIMBING
Ns.APRIZA, M.Kep
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
FAKULTAS KESEHATAN
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PERSPEKTIF
KEPERAWATAN dan KONSEP KEPERAWATAN PALIATIF, tak lupa pula kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

           Harapan kami semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sehingga dapat membantu
menunjang proses belajar para pembaca dan menjadi referensi bagi pembaca. Penulis sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun sehingga tercipta pendidikan yang sempurna.

Bangkinang, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................................1

1.2 TUJUAN........................................................................................................................2

1.3 RUANG LINGKUP.......................................................................................................3

1.4 METODE PENULISAN................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PALIATIF CARE.................................................................................4

2.2 TUJUAN PERAWATAN PALIATIF............................................................................4

2.3 PRINSIP PERAWATAN PALIATIF CARE.................................................................5

2.4 SEJARAH PERKEMBANGAN PALLIATIVE CARE.................................................5

2.5 KARAKTERISTIK PALLIATIVE CARE.....................................................................7

2.6 KLASIKIFIKASI PALLIATIVE CARE........................................................................8

2.7 HAK-HAK PENDERITA .............................................................................................10

2.8 DIMENSI KUALITAS HIDUP.....................................................................................10

2.9 MODEL/TEMPAT PERAWATAN PALIATIF CARE  ...............................................10

2.10 TIM INTERDISIPLINER PALLIATIVE CARE.........................................................11

2.11 PERAN FUNGSI PERAWAT PADA ASKEP PALIATIF………………………...12

Bab III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................19

3.2 SARAN..........................................................................................................................19

Daftar pustaka ...................................................................................................................20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 .LATAR BELAKANG

Salah satu penyakit yang belum bisa disembuhkan adalah kanker, kanker adalah proses
yang bermula ketika abnormal diubah oleh mutase genetic dan DNA seluler. Pada saat stadium
akhir yaitu stdium IV terjadi penurunan yang sangat signifikan di dalam fisik, social dan
spiritual. Salah satu penyakit yang belum bisa diesembuhkan adalah kanker, Knaker adalah
proses yang bermula ketika sel abnormal diubah mutasi genetic dari DNA seluler. Sel abnormal
ini membentuk klo dan mulai berproliferasi secara abnormal, sel-sel dapat terbawa karena lain
dalam tubuh untuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Brunner and
Suddart, 2011).

Sel abnormal ini membentuk Menurut Aziz (2005) penderita kanker terbanyak di
Indonesia adalah kanker servik, merupakan urutan pertama dengan jumlah 3686 (17,85%).
Sementara itu, secara keseluruhan di seluruh kanker di dunia kanker serviks meruopakan
peneybab kematian ke dua dengan perkiraan kasus baru 510.000 dan 288.000 diantaranya
meninggal (Jemal,2006). Berdasarkan data Depkes Profil kesehatan 2007 (2008) dari 10 jenis
kanker terbanyak di Indonesia kanker payudara merupakan urutan pertama dengan jumlah 8.328
pasienn (19,64), kanker serviks uteri merupakan ururtan kedua jumlah 4649 pasien (11,07%).
Kejadian kanker serviks uteri di Jawa tengah pada tahun 2009 sebesar 9.113 kasus (37.65%) dari
24.204 kasus semua kanker (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009). Dapat disimpulkan
bahwa kanker serviks merupakan penyakit terbanyak ke dua setelah kanker  payudara, namun
merupakan penyebab kematian ke dua dari seluruh dunia.

Salah satunya paliatif yang merupakan bagian penting dalam perawatan pasien terminal
yang dapat dilakukan secara sederhana.metode yang dilkukan adalah mengulas literatur
keperawatan dan kedokteran dengan menggunakan 15 jurnal yang menggunakan pasien kanker
stdiumm IV. Berdasarkan kepeutusan menteri kesehatan RI Nomor :812/kemenkes/SK/VII 2007
meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa
dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit paru obstruktif kronis, cytis
fibrosis, stroke, Parkinson gagal jantung, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti
HIV/AIDS. Salah satu penyakit yang kita ambil sekarang adalah knker karena kanker merupakan
salah satu penyakit yang belum bias disembuhkan, berbgai masalah fisik yang muncul yaitu
sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetai juga mengalami gangguan
psikososial dan spiritual yang mempemgaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya .
Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien yang terminal yang
dapat dilakukan secara sederhana sering kali prioritas utama adalah kualitas hidup dan bukan
kesembuhan dari penyakit pasien. Tujuan perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup
dan menganggap kematian sebagai prose normal, tidak mempercepat atau menunda keamatian,
menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, menjaga keseimbangan  psikologis
dan spiritual, mengusahakan agar penderita tetap aktif sapai akhir hayatnya dan dan
mengusahakanmembantu mengatasi duka cita pada keluarga. Namun masih jarang terdapat
perawatan paliatif dirumah sakit berfokus kepada kuratif,. Sedangkan perubahan pada fisik social
dan spiritual tidak bisa intervensi . Reaksi emosional tersebut ada lima yaitu denail, anger,
bergaining, depression dan acceptance (Kubler-Ross,2003). Undang-undang Kesehatan  No.
36/2009 menyapaikan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental spiritual
maupun sosial dan ekonomis. Sakit adalah gangguan keseimbangan status kesehatan  baik secara
fisik, mental, intelektual, sosial dan spiritual (Kozier, 2010). Prevalensi penyakit tidak menular
di Indonesia seperti tumor merupakan penyakit urutan keempat (4,3 per mil), sedangkan tumor
ganas yang merupakan penyebab kematian semua tumor. Sebagian dari  penderita penyakit
tumor ganas akan masuk pada stadium lanjut diamana pasien tidak lagi merespon terhadap
tindakan kuratif (Riset Kesehatan Dasar, 2009)

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Dengan diadakannya masalah ini dan pembahasan semoga mahasiswa S1 Keperawatan


dapat memahami dan menerapkan keperawatan paliatif dalam dunia keperawatan. Mahasiswa
mampu menjelaskan perspektif keperawatan dan konsep keperawatan paliatif.

2. Tujuan Khusus

a.Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Perawatan Paliatif  

b.Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari Perawatan Paliatif

c. Mahasiswa mampu menjelaskan lingkup Perawatan Paliatif

d. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip Perawatan Paliatif

e. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis Perawatan Paliatif

f. Mahasiswa mampu menjelaskan model / tempat Perawatan Paliatif


g. Mahasiswa mampu menjelaskan peran Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan
Paliatif

h. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip asuhan Perawatan Paliatif

1.3 Ruang Lingkup

Dalam makalah ini hanya membatasi bagaimana konsep perawatan paliatif sehingga
mahasiswa mampu menjelaskannya.

1.4 Metode Penulisan

Dalam pembuatan ini kami menggunakan tehnik studi kepustakaan yaitu mempelajari
buku- buku sumber utk memperoleh bahan-bahan ilmiah yang berhubungan dengan penulisan
makalah, mengambil bahan dari internet berupa jurnal keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Paliatif Care

Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti meringankan, dan
“Palliare” (bahsa latin yang berarti “menyelubungi”-penj), merupakan jenis pelayanan kesehatan
yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti kesembuhan.

Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan
spiritual (WHO 2011).

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker
terutama yang tidak mungkin desembuhkan tetapi juga pada penderita yang mempunyai harapan
untuk sembuh bersama-sama dengan tindakan kuratif (Menghilangkan nyeri dan keluhan lain
serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan spiritual). (Depkes Pedoman Knker Terpadu
Paripurna 1997).

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita,
terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud antara lain
menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalm aspekpsikologis,
sosial dan spiritual.

Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit yang
mengancam jiwa, melalui penceghan-pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah
lain, fisik, psikososial, spirirtual (kemenkes RI Nomor 812, 2007).

2.2 Tujuan Perawatan Paliatif

Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,


memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif meliputi :

1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya


2. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
3. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit pasien
dan kehilangan mereka.

2.3 Prinsip Perawatan Paliatif Care

Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga pasien,
Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang competent dan compassionet,
Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative care, Melanjutkan
serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell, &
Coyle, 2007: 52).

Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
8. Menghindari tindakan yang sia-sia.

2.4 Sejarah Perkembangan Palliative Care

 Munculnya palliative care di dunia dimulai dari sebuah gerakan rumah sakit pada awal
abad ke-19, kaum beragama menciptakan hospice yang memberikan perawatan untuk orang sakit
dan sekarat di London dan Irlandia. Dalam beberapa tahun terakhir, perawatan paliatif telah
menjadi suatu pergerakan yang besar, yang mempengaruhi banyak penduduk. Pergerakan ini
dimulai sebagai sebuah gerakan yang dipimpin relawan di Negara-negara Amerika dan telah
berkembang menjadi bagian penting dari system perawatan di kesehatan.
Palliative care dan hospice telah berkembang pesat sejak tahun 1960-an. Cicely Saunders
seorang pekerja yang merintis perawatan ini dimana sangat memiliki peran penting dalam
menerik perhatian pasien pada akhir kehidupannya saat mengidap penyakit ganas stadium lanjut.
Palliative care mulai didefinisikan sebagai subyek kegiatan ditahun 1970 dan dating untuk
menjadi sinonim dengan dukungan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual pasien dengan penyakit
yang membatasi hidup, disampaikan oleh tim multidisipliner.

Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada 1997 di Jepang. Pendidikan palliative care
masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah kedokteran dan semua sekolah keperawatan. Dua puluh
layanan yang terkait dengan palliative care tersedia di seluruh negeri. Tiga belas organisasi yang
dibangun di Singapura untuk menyediakan palliative care. Modul palliative care ditambahkan ke
kurikulum sekolah kedokteran. Pemerintah mulai menerapkan di setiap kabupaten dan rumah
sakit umum untuk memperkenalkan suatu palliative care pada tahun 1998 di Malaysia. Palliative
care dimasukkan ke dalam rencana kesehatan nasional Mongolia. Modul palliative care termasuk
dalam kurikulum sekolah kedokteran di Mongolia. Sebuah program pendidikan palliative care
telah diterapkan untuk asisten keperawatan di Selandia Baru. Empat puluh satu pelayanan
palliative care ini sudah tersebar di seluruh negeri dan mulai tahun 2005 palliative care diakui
sebagai spesialisasi medis di Australia.

Sejarah dan perkembangan palliative care di Indonesia bermula dari adanya perubahan
yang terus-menerus setiap rapat kerja untuk membahas system penanggulangan penyakit kanker
pada tahun 1989. Penanggulangan penyakit kanker ini harus dilaksanakan secara paripurna
dengan mengerjakan berbagai intervensi mulai dari pencegahan, deteksi dini, terapi, dan
perawatan paliatif.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan surat Keputusan Menteri


Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VIII/2007 pada tanggal 19 Juli 2007 yang berisi
keputusan Menkes tentang kebijakan palliative care. Dengan terbitnya surat keputusan tersebut
diharapkan bisa menjadi pedoman-pedoman pelaksanaan palliative care di seluruh Indonesia
serta mendorong lajunya pengembangan palliative care secara kualitas maupun kuantitas.

2.5 Karakteristik Palliative Care

Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya
mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja sosial,
psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan melayani
sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home
care), day care dan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien,
terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk
memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan keluarganya,
baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah menitipkan pasien
selama jam kerja jika pendamping atau keluarga yang merawatnya memiliki keperluan lain
(seperti day care pada penitipan anak). Sedangkan respite care adalah layanan yang bersifat
psikologis melalui konseling dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan penderita
kanker lain, mengikuti terapi musik, dan lain-lain.

Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:

1. Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.

2. Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.

3. Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.

4. Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.

5. Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.

6. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah kematian.

7. Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk
konseling masa duka cita, jika diindikasikan.

8. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi perjalanan
penyakit.

9. Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti
kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih
memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.

2.6 Klasifikasi Palliative Care

Palliative care / perawatan (terapi) paliatif terbagi menjadi beberapa macam diantaranya
adalah sebagai berikut:

1.      Palliative Care Religius


Agama merupakan hubungan antara manusia dengan tuhan. Terapi religious sangat penting
dalam memberikan palliative care. Kurangnya pemenuhan kehidupan beragama, menimbulkan
masalah pada saat terapi. Pengetahuan dasar dari masing-masing agama sangat membantu dalam
mengembangkan palliative care.
Terkadang palliative care spiritual sering disamakan dengan terapi paliatif religious.
Palliative care spiritual bisa ditujukan kepada pasien yang banyak meyakini akan adanya Tuhan
tanpa mengalami ritual suatu agama dan bisa juga sebagai terapinreligius dimana selain meyakini
ritual agama memiliki tata cara beribadah dalam suatu agama.
Dalam agama islam perawatan paliatif yang bisa diterapkan adalah :
 a) Doa dan dzikir
b) Optimisme
c) Sedekah
d) Shalat Tahajud
e) Puasa

2. Terapi Paliatif Radiasi

Terapi paliatif radiasi merupakan salah satu metode pengobatan dengan menggunakan radiasi
/ sinar untuk mematikan sel kanker yang akan membantu pencegahan terhadap terjadinya
kekambuhan. Terapi radiasi dapat diberikan melalui dua cara. Pertama dengan menggunakan
cara radiasi eksterna, dan kedua dengan brakiterapi. Radiasi eksterna adalah suatu teknik radiasi
dimana sumber radiasi berada di luar tubuh pasien. Radiasi ini menggunakan suatu mesin yang
mengeluarkan radiasi yang ditujukan kea rah sel kanker. Brakiterapi adalah suatu teknik radiasi
dimana sumber radiasi diletakkan di dalam tubuh pasien dekat dengan sel kanker tersebut. Peran
radioterapi pada palliative care terutama adalah untuk mengatasi nyeri, yaitu nyeri yang
disebabkan oleh infiltrasi tumor local.

3. Terapi Paliatif Kemoterapi


Pemakaian kemoterapi pada stadium paliatif adalah untuk memperkecil masa tumor dan
kanker dan untuk mengurangi nyeri, terutama pada tumor yang kemosensitif. Beberapa jenis
kanker yang sensitive terhadap kemoterapi dan mampu menghilangkan nyeri pada lymphoma.
Myeloma, leukemia, dan kanker tentis.Pertimbangan pemakaian kemoterapi paliatif harus benar-
benar dipertimbangkan dengan menilai dan mengkaji efek positif yang diperoleh dari berbagai
aspek untuk kepentingan pasien.
4.      Pembedahan
Tindakan pembedahan pada perawatan paliatif bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan
menghilangkan gangguan fungsi organ tubuh akibat desakan massa tumor / metastasis. Pada
umumnya pembedahan yang dilakukan adalah bedah ortopedi / bedah untuk mengatasi obstruksi
visceral. Salah satu contoh tindakan pembedahan pada stadium paliatif adalah fiksasi interna
pada fraktur patologis / fraktur limpeding / tulang panjang.
5.      Terapi Musik

Alunan musik dapat mempercepat pemulihan penderita stroke, demikian hasil riset yang
dilakukan di Finlandia. Penderita stroke yang rajin mendengarkan music setiap hari, menurut
hasil riset itu ternyata mengalami Peningkatan pada ingatan verbalnya dan memiliki mood yang
lebih baik dari pada penderita yang tidak menikmati musik. Musik memang telah lama
digunakan sebagai salah satu terapi kesehatan, penelitian di Finlandia yang dimuat dalam Jurnal
Brain itu adalah riset pertama yang membuktikan efeknya pada manusia. Temuan ini adalah
bukti pertama bahwa mendengarkan music pada tahap awal pasca stroke dapat meningkatkan
pemulihan daya kognitif dan mencegah munculnya perasaan negative.
6.      Psikoterapi
Gangguan citra diri yang berkaitan dengan dampak perubahan citra fisik, harga diri dengan
citra fungsi sosial, fungsi fisiologis, dan sebagainya dapat dicegah / dikurangi dengan melakukan
penanganan antisipatorik yang memadai. Tetapi hal ini belum dapat dilaksanakan secara optimal
karena kondisi kerja yang belum memungkinkan.
7.      Hipnoterapi
Hipnoterapi merupakan salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti
untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan perilaku. Hipnoterapi bisa bermanfaat dalam
menerapi banyak gangguan psikologis-organis seperti hysteria, stress, fobia (ketakutan terhadap
benda-benda tertentu atau keadaan tertentu), gangguan kecemasan, depresi, perilaku merokok,
dan lain-lain.

2.7 Hak Hak Penderita

1. Tahu status kesehatannya.


2. Ikut serta merencanakan perawtan.
3. Dapat informasi tindakan invasive.
4. Pelayanan tanpa diskriminasi.
5. Dirahasiakan oenyakitnya.
6. Dapat bekerja dan dapat produktif.
7. Berkeluarga.
8. Perlindungan asuransi. 

2.8 Dimensi Kualitas Hidup

Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey
Scipper (1999) adalah :

1. Penaganan permasalah kondisi fisik (gejala dan nyeri)


2. Kemampuan fungsional dalam beraktifitas
3. Kesejahteraan keluarga
4. Kesejahteraan emosional
5. Spiritual
6. Fungsi sosial
7. Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)
8. Orientasi masa depan (rencana dan harapan)
9. Seksualitas (termasuk “ body image”)
10. Fungsi okupasi

2.9 Model/Tempat Perawatan Paliatif Care  

1. Rumah sakit, (Hospice hospital care), Poliklinik, Rawat singkat, Rawat Inap
2. Rumah (Hospice home care)
3. Hospis (Hospice care)
4. Praktek bersama , Tim/ kelompok perawatan paliatif

2.10 Tim Interdisipliner Palliative Care

Dalam melakukan palliative care membutuhkan tim kerja yang terdiri dari berbagai
multidisiplin ilmu karena ilmu kedokteran pada zaman sekarang ini telah berkembang menjadi
adanya interaksi dari fisik, fungsional, emosional, psikologis, sosial, dan aspek spiritual yang
akan menjadi multidisiplin ilmu.

Tim palliative care dapat terdiri dari perawat, dokter, psikiater, petugas sosial medis,
rohaniawan, terapis, dan anggota lain sesuai kebutuhan. Setiap anggota tim sebaiknya memahami
dan menguasai prinsip-prinsip dan praktek palliative care. Tim harus berani menjamin bahwa
pasien akan mendapat pelayanan seutuhnya, baik fisik maupun mental, sosial, serta spiritual
dengan cara yang benar dan dalam porsi yang seimbang.

Tim paliatif ini akan dipimpin oleh seorang dokter yang memiliki pengalaman yang luas
tentang menangani penyakit tingkat lanjut dan gejala yang kompleks. Dokter dapat memberikan
konsultasi untuk membantu dokter lain. Perawat yang diberi pelatihan khusus dalam merawat
pasien dengan penyakit stadium lanjut dan terminal akan merawat pasien di dalam pallitaitive
care. Perawat bertanggung jawab untuk memberikan kasih saying dan pendidikan kepada pasien
dan keluarganya.

Konseling spiritual juga merupakan salah satu dari tim interdisiplin. Konseling spiritual
dapat diberikan kepada penderita yang tidak memiliki agama sekalipun. Konseling spiritual
dapat membantu meningkatakan iman yan berfungsi sebagai mekanisme koping bahkan terapi
pada penderita yang sedang sekarat. Pendeta, ustadz, atau pemuka agama lainnya dapat
membantu membentuk ikatan di dalam tim palliative care.

Tim paliatif memiliki ciri khas yakni profesi setiap anggota tim telah dikenal cakupan
dan lingkup kerjanya. Para professional ini bergabung dalam satu kelompok kerja secara
bersama mereka menyusun dan merancang tujuan akhir perawatan melalui beberapa langkah
tujuan jangka pendek. Tim adalah motor penggerak dari semua kegiatan pasien. Proses interaksi
komunikasi merupakan kunci keberhasilan pengobatan palliative care.

2.11 Peran Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan Paliatif


1. Pelaksana perawat : pemberi asuhan keperawatam, penddikan kesehatan, koordinator,
advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan.
2. Pengelola : manajer kasus, konsultan, koordinasi
3. Penddik : Di pendidikan / dipelayanan
4. Peneliti .

2.12 Prinsip Asuhan Perawatan Paliatif

1. Melakukan pengkajian dengan cermat, mendengarkan keluhan dengan sungguh-sungguh


2. Menetapkan diagnosa / masalah keperawatan dengan tepat
3. Merencanakan asuhan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan / asuhan keperawatan
5. Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat

2.13 Paliatif Care Plan

Melibatkan seorang partnerhip antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya dan petugas
kesehatan yang profesional. Support fisik, emosional, psikososial dan spiritual khususnya,
melibatkan pasien pada self care, pasien memerlukan atau membutuhkan gambaran dan kondisi
(kondisi penyakit terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai, Menyediakan diagnostic atau
kebutuhan intervensi terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan
pengaharapan dari pasien dan keluarga (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003: 42)

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF

1. Pengkajian :
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk
dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam
hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Respon terhadap
penyakit yang mengancam hidup ada empat fase, yaitu :

1.      Fase Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit.

2.      Fase Akut : berpusat pada kondisi krisis.

Klien dihadapkan pada serangkaian keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal,


maupun psikologis.

3.      Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. pasti terjadi.

4.      Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik, psikologis,
maupun social-spiritual.

Gambaran problem yang dihadapi pada kondisi terminal antara lain :

  Problem Oksigenisasi : Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes,
sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia,
akumulasi secret, dan nadi ireguler.

  Problem Eliminasi : Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang


diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi
oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin
terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misalnya : Trauma medulla spinalis,
oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.

  Problem Nutrisi dan Cairan : Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun,
distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak,
mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.

  Problem suhu : Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.

  Problem Sensori : Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati
kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.

  Problem nyeri : Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien
harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.

  Problem Kulit dan Mobilitas : Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit
sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.
  Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak respon
emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem psikologis lain yang
muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang control diri, tidak mampu lagi
produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan harapan, kesenjangan komunikasi atau barrier
komunikasi.

  Perubahan Sosial-Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi
peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju
kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan
yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau
mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Faktor-faktor yang perlu dikaji :

1.      Faktor Fisik

Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada
fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada penglihatan, pendengaran, nutrisi,
cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri.

Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien mungkin
mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus
respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.

2.      Faktor Psikologis

Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat harus peka dan
mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa mengenali ekspresi wajah
yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem psikologis lain yang muncul pada
pasien terminal antara lain ketergantungan, kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus
mengenali tahap-tahap menjelang ajal yang terjadi pada klien terminal.

3.      Faktor Sosial

Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal, karena pada
kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin berkomunikasi, dan
sering bertanya tentang kondisi penyakitnya. Ketidakyakinan dan keputusasaan sering membawa
pada perilaku isolasi. Perawat harus bisa mengenali tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien
dapat memberikan dukungan social bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu
menemani klien.

4.      Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian, bagaimana sikap
pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin mendekatkan diri pada Tuhan ataukah
semakin berontak akan keadaannya. Perawat juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini apakah
pasien mengharapkan kehadiran tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.

Konsep dan prinsip etika, norma, budaya dalam pengkajian Pasien Terminal
nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya yang mempengaruhi
reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga
mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat tidak boleh
menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga
reaksi menghakimi harus dihindari.

Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan. Perawat harus
mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive
terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual
klien menjelang kematian dapat terpenuhi.

2. Diagnosa Keperawatan :

I.       Ansietas (ketakutan individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan situasi yang
tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek
negatif pada pada gaya hidup.

II.    Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan
fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.

III. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut


akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres ( tempat perawatan ).

IV. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman
kematian.

3. Intervensi :
Diagnosa I :

1.      Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya :


  Berikan kepastian dan kenyamanan.

  Tunjukkan perasaan tentang pemahman dan empti, jangan menghindari pertanyaan.

  Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan yang berhubungan


dengan pengobtannya.

  Identifikasi dan dukung mekaniosme koping efektif Klien yang cemas mempunbyai
penyempitan lapang persepsi denagn penurunan kemampuan untuk belajar. Ansietas cendrung
untuk memperburuk masalah. Menjebak klien pada lingkaran peningkatan ansietas tegang,
emosional dan nyeri fisik.

2.      Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang
Beberapa rasa takut didasari oleh informasi yang tidak akurat dan dapat dihilangkan denga
memberikan informasi akurat. Klien dengan ansietas berat atauparah tidak menyerap pelajaran.

3.      Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka


Pengungkapan memungkinkan untuk saling berbagi dan memberiakn kesempatan untuk
memperbaiki konsep yang tidak benar.

4.      Berika klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif Menghargai klien untuk
koping efektif dapat menguatkan renson koping positif yang akan datang.

Diagnosa II :

1.      Berikan kesempatan pada klien da keluarga untuk mengungkapkan perasaan, didiskusikan


kehilangan secara terbuka, dan gali makna pribadi dari kehilangan.jelaskan bahwa berduka
adalah reaksi yang umum dan sehat Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang
dibutuhkan dan bahwa kematian sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan
ketidak berdayaan, marah dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi
terbuka dan jujur dapat membantu klien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi
dan respon mereka terhdap situasi tersebut.

2.      Berikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan
keberhasilan pada masa lalu Stategi koping fositif membantu penerimaan dan pemecahan
masalah.

3.      Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang positif Memfokuskan
pada atribut yang positif meningkatkan penerimaan diri dan penerimaan kematian yang terjadi.

4.      Bantu klien mengatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan
dengan jujur Proses berduka, proses berkabung adaptif tidak dapat dimulai sampai kematian
yang akan terjadi di terima.
5.      Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan ketidak nyamanan
dan dukungan Penelitian menunjukkan bahwa klien sakit terminal paling menghargai tindakan
keperawatan berikut :

  Membantu berdandan.

  Mendukung fungsi kemandirian.

  Memberikan obat nyeri saat diperlukandan.

  Meningkatkan kenyamanan fisik ( skoruka dan bonet 1982 ).

Diagnosa III :

1.      Luangkan waktu bersama keluarga atau orang terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang
empati Kontak yang sering dan me ngkmuikasikan sikap perhatian dan peduli dapat membantu
mengurangi kecemasan dan meningkatkan pembelajaran.

2.      Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan
kekawatiran. Saling berbagi memungkinkan perawat untuk mengintifikasi ketakutan dan
kekhawatiran kemudian merencanakan intervensi untuk mengatasinya.

3.      Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU. Informasi ini dapat membantu mengurangi ansietas
yang berkaitan dengan ketidak takutan.

4.      Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan berikan
informasi spesifik tentang kemajuan klien.

5.      Anjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan perawan Kunjungan
dan partisipasi yang sering dapat meningakatkan interaksi keluarga berkelanjutan.

6.      Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber komunitas dan sumber lainnya Keluarga
denagan masalah-masalh seperti kebutuhan financial , koping yang tidak berhasil atau konflik
yang tidak selesai memerlukan sumber-sumber tambahan untuk membantu mempertahankankan
fungsi keluarga.

Diagnosa IV :

1.      Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau
spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesemptan pada klien untuk melakukannya Bagi
klien yang mendapatkan nilai tinggi pada do’a atau praktek spiritual lainnya , praktek ini dapat
memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi sumber kenyamanan dan kekuatan.
2.      Ekspesikan pengertrian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik
religius atau spiritual klien menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu mengurangi
kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.

3.      Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat
dilaksanakan Privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan refresi dan
perenungan.

4.      Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo,a bersama klien lainnya atau membaca buku
ke agamaan Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau keyakinan yang sama dengan
klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan spritualnya.

5.      Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit untuk
mengatur kunjungan. Jelaskan ketidak setiaan pelayanan ( kapel dan injil RS ) Tindakan ini
dapat membantu klien mempertahankan ikatan spiritual dan mempraktikkan ritual yang penting (
Carson 1989 ).

Evaluasi :

1.      Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.

2.      Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.

3.      Klien selalu ingat kepada Tuhan yang maha Esa dan selalu bertawakkal.

4.      Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Tuhan yang maha Esa akan kembali
kepadanya.

BAB III

PENUTUP
Dari kesimpulan makalah ini pembahasan tentang perspektif keperawatan dan konsep
keperawatan paliatif.

3.1 Kesimpulan

Perawatan paliatif care adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan
spiritual.

3.2 Saran

Bagi pembaca makalah ini penulis menyarankan supaya kita semua selalu menerapkan pola
gaya hidup yang baik dan menyehatkan. Sakit dapat terjadi pada orang yang kurang peduli
terhadap kebersihan lingkungan sekitar. Oleh karena itu penulis menyarankan juga supaya kita
bisa meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat sehingga dapat terhindar dari infeksi
bakteri/virus.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2010). Proyek CPP-Indonesian Aged Care Project “Memahami Perawatan
Paliatif.http://indonesianwelfare.org.au/dmdocuments/CPP/Articles/Perawatan_Paliatif_June_20
10.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2013.

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (2010). Oxford Textbook of palliative nursing 3nd ed. New York :
Oxford University Press Nugroho, Agung.(2011). Perawatan Paliatif Pasien Hiv / Aids.
http://www.healthefoundation.eu/blobs/hiv/73758/2011/27/palliative_care.pdf.Diakses tanggal
17 Mei 2013.

Menkes RI.(2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


812/Menkes/Sk/Vii/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.http://spiritia.or.id/Dok/skmenkes812707.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2013.

Read more at: http://wanthyan-chan.blogspot.com/2013/12/oke.htmlCopyright


www.wanthyanchan.blogspot..com Under Common Share Alike Atribution

Anda mungkin juga menyukai