Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN TUTORIAL I

MATA KULIAH KEPERAWATAN PALIATIF MENJELANG AJAL


“KONSEP PALIATIF CARE “

DOSEN PENGAMPU:
Ns.Nurhusna, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1

Lian Sagita (G1B118001)


Mona Sri Rahayu (G1B118002)
Fitri Utami (G1B118003)
Fitria Husni (G1B118004)
Indah Tri Zaina (G1B118005)
Citra Julia Anggraini (G1B118006)
Etia Zaria Amna (G1B118007)
Rachel Arga Mutiara (G1B118008)
Lintang Athala (G1B118009)
Chantika Septidianti (G1B118010)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Konseppaliatif care” dengan baik meskipun masih ada kekurangan didalamnya. Kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen pemimbing yang telah membantu kami, sehingga
kami mengerjakan makalah ini dengan lebih mudah.Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang juga membantu kelompok kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai “Konseppaliatif care”.Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi anggota
kelompok kami sendiri maupun orang yang membacanya. Kami juga mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jambi, November 2020

Kelompok1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................6

2.1 Konsep Paliatif care...................................................................................................6


2.1.1 Pengertian Paliatif care……………………………………………………….6
2.1.2 Tujuan Perwatan Paliatif care ……………………………………………….6
2.1.3 Prinsip Perwatan Paliatif care……………………………………………….7
2.1.4 Model atau tempat Perwatan Paliatif care………………………………….7
2.1.5 Peran dan fungsi Perwatan Paliatif care…………………………………….7
2.1.6 Prinsip Asuhan Keperawatan Perwatan Paliatif care………………………7
2.2 Konsep Karsinoma Sel Skuoamosa……………………………………………………7
2.2.1 Definisi Karsinoma Sel Skuoamosa……………………………………………8
2.2.2 Etiologi Karsinoma Sel Skuoamosa……………………………………………8
2.2.3 Patofisiologi Karsinoma Sel Skuoamosa………………………………………8
2.2.4 Epidemologi Karsinoma Sel Skuoamosa………………………………………9
2.2.5 Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuoamosa…………………………………9
2.2.6 Gejala Karsinoma Sel Skuoamosa……………………………………….…….9
2.2.7 Tahap Perkembangan Karsinoma Sel Skuoamosa ………………………..…9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN…………………………………………………………..10

3.1 Asuhan Keperawatan Teori……………………………………………………………10


3.2 Asuhan Keperawatan Kasus……………………………………………………………22

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………………….32

4.1 KESIMPULAN…………………………………….……………………………………32
4.2 SARAN………………………………………………………………………………….34

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif (palliative care)adalah pendekatan perawatan yang bertujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan spiritual (World Health Organization,
2002).
Upaya yang dilakukan WHO untuk mengontrol kanker didunia adalah
melalui usaha pencegahan, deteksi dini, pengobatan dan perawatan paliatif.
Perawatan paliatif juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
kanker termasuk keluarganya. Pelayanan paliatif kanker dapat dilakukan di
rumah sakit, hospis, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) hingga di rumah
(home care).
Salah satu penyakit yang belum bisa disembuhkan adalah kanker, kanker adalah
prosesyang bermula ketika abnormal diubah oleh mutase genetic dan DNA seluler. Pada
saat stadiumakhir yaitu stdium IV terjadi penurunan yang sangat signifikan di dalam
fisik, social danspiritual.

Salah satu penyakit yang belum bisa diesembuhkan adalah kanker, Kanker
adalah proses yang bermula ketika sel abnormal diubah mutasi genetic dari 
DNA seluler. Selabnormal ini membentuk klo dan mulai berproliferasi secara abnormal,
sel-sel dapat terbawa karena lain dalam tubuh untuk metastase (penyebaran kanker) pada
bagian tubuh yang lain (Brunner and Suddart, 2011).Sel abnormal ini
membentuk Menurut Aziz (2005) penderita kanker terbanyak di Indonesia adalah kanker
servik, merupakan urutan pertama dengan jumlah 3686 (17,85%).

Sementara itu, secara keseluruhan di seluruh kanker di dunia kanker serviks


meruopakan penyebab kematian ke dua dengan perkiraan kasus baru 510.000 dan 288.00
0 diantaranya meninggal (Jemal,2006). Berdasarkan data Depkes Profil kesehatan 2007
(2008) dari 10 jeniskanker terbanyak di Indonesia kanker payudara merupakan urutan
pertama dengan jumlah8.328 pasienn (19,64), kanker serviks uteri merupakan ururtan
kedua jumlah 4649 pasien(11,07%). Kejadian kanker serviks uteri di Jawa tengah pada

1
tahun 2009 sebesar 9.113 kasus(37.65%) dari 24.204 kasus semua kanker (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009). Dapat disimpulkan bahwa kanker serviks
merupakan penyakit terbanyak ke dua setelah kanker payudara, namun merupakan
penyebab kematian ke dua dari seluruh dunia. Salah satunya paliatif yang merupakan
bagian penting dalam perawatan pasien terminalyang dapat dilakukan secara sederhana
metode yang dilakukan adalah mengulas literatur keperawatan dan kedokteran dengan
menggunakan 15 jurnal yang menggunakan pasien kankerstdiumm IV.

Berdasarkan keputusan menteri kesehatan RI Nomor : 812/kemenkes/SK/VII2007


meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik
padadewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit paru
obstruktifkronis, cytis fibrosis, stroke, Parkinson gagal jantung, penyakit genetika dan
penyakit infeks seperti HIV/AIDS. Salah satu penyakit yang kita ambil sekarang adalah
kanker karena kankermerupakan salah satu penyakit yang belum bias disembuhkan,
berbagai masalah fisik yang muncul yaitu sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan
aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi
kualitas hidup pasien dan keluarganya. Perawatan paliatif merupakan bagian penting
dalam perawatan pasien yang terminal yang dapat dilakukan secara sederhana sering kali
prioritas utama adalah kualitas hidup dan bukankesembuhan dari penyakit pasien. Tujuan
perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian
sebagai prose normal, tidak mempercepat atau menunda keamatian, menghilangkan nyeri
dan keluhan lain yang mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual,
mengusahakan agar penderita tetap aktif sapai akhir hayatnya dan dan mengusahakan
membantu mengatasi duka cita pada keluarga. Namun masih jarang
terdapat perawatan paliatif dirumah sakit berfokus kepada kuratif. Sedangkan perubahan 
pada fisiksocial dan spiritual tidak bisa intervensi . Reaksi emosional tersebut ada lima
yaitu denail,anger, bergaining, depression dan acceptance (Kubler-Ross,2003).

Undang-undang
Kesehatan No. 36/2009 menyapaikan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik secara 
fisik, mental spiritual maupun sosial dan ekonomis. Sakit adalah gangguan
keseimbangan status kesehatan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial dan spiritual
(Kozier, 2010). Prevalensi penyakittidak menular di Indonesia seperti tumor merupakan
penyakit urutan keempat (4,3 per mil), sedangkan tumor ganas yang merupakan
penyebabkematian semua tumor. Sebagian

2
dari penderita penyakit tumor ganas akan masuk pada stadium lanjut diamana pasien tida
k lagimerespon terhadap tindakan kuratif (Riset Kesehatan Dasar, 2009)

Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel
skuamosa dan merupakan salah satu jenis kanker yang ditemukan pada mukosa rongga
mulut. KSS rongga mulut dapat terjadi pada semua tempat di rongga mulut, seperti pada
bagian lidah, pangkal lidah, dasar mulut, palatum, daerah tonsila, mukosa pipi dan
gingiva. Sifat letal dari KSS rongga mulut adalah kemampuan menginvasi pada jaringan
sekitar.

Sekitar 91% kanker yang ada di rongga mulut adalah karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma sel skuamosa rongga mulut (KSSRM) secara signifikan menyebabkan
morbiditas maupun mortalitas. Prevalensi kanker mulut cukup tinggi, menempati urutan
ke delapan kanker yang paling sering terjadi di dunia dengan laju insidensi yyang
bervaruiasi, 1-10 kasus per 100.000 penduduk di berbagai Negara. Di beberapa Negara
berkembang di Afrika dan Asia, insidensi kanker dan pre-kanker pada rongga mulut
semakin meningkat dan perlu perhatian.

Etiologi KSS rongga mulut sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti,
namun diduga terdapat faktor karsinogenik sebagai pemicu untuk terjadinya karsinoma
antara lain: (1) Faktor lokal, berupa kebiasaan merokok dan minum alkohol, makanan
dan status nutrisi, sinar Ultra Violet (UV), oral higiene yang buruk, iritasi kronis dan
infeksi virus salah satunya adalah Epstein-barr virus (EBV (2) Faktor sistemik berupa
defiseiensi zat besi, kekurangan vitamin A dan Syphilis. EBV juga disebut Human
herpesvirus 4 (HHV-4) yang termasuk dalam famili herpes (virus Herpes simplex dan
Cyttomegalovirus juga tergolong dalam famili herpes). Virus ini merupakan salah satu
virus yang paling umum pada manusia dan mampu menyebabkan penyakit
mononukleosis. Infeksi mononukleosis biasanya terjadi dengan cara kontak langsung
melalui saliva.

Tembakau merupakan faktor etiologi primer, faktor-faktor lain seperti alkohol,


predisposisi genetik dan diet yang kurang mikronutrien. Pada studi epidemiologi dan
bukti-bukti eksperimental mengindikasikan hubungan antara beberapa karsinogen
dengan kanker mulut seperti mengunyah sirih, mengunyah tembakau, merokok dan
alkohol, tetapi penyebab yang pasti tidak diketahui (Beevi et.al., 2004; Deshpande and
Wong, 2008; Vigneswaran and Williams, 2014; Kim et.al, 2015).

3
Karsinogenesis mulut merupakan proses multifaktorial yang melibatkan banyak
peristiwa genetik yang mengubah fungsi normal onkogen dan tumor supresor gen. Hal
ini dapat meningkatkan produksi faktor-faktor pertumbuhan atau jumlah reseptor pada
permukaan sel, dan/atau meningkatkan faktor transkripsi atau messenger sinyal
intraseluler (Trapero, 2008; Jurel et.al, 2014). Baru-baru ini, beberapa peneliti telah
menunjukkan bahwa overekspresi reseptor dan faktor pertumbuhan, aktivasi onkogen
dan inaktivasi gen penekan tumor adalah akar penyebab pengembangan fenotip kanker
yang agresif dan resisten. Disfungsi jalur sinyal intraseluler juga telah terlibat dalam
perkembangan dan progresi kanker (Seshacharyulu et.al., 2012).

Terapi utama dari kanker mulut selama ini adalah radioterapi atau pembedahan
radikal, tergantung dari lokasi dan ukuran tumor yang sering dikombinasikan dengan
kemoterapi (Deshpande and Wong, 2008; Adhim, 2012; Ichwan, 2012; Bundela, 2014).
Terapi tergantung pada tahap perkembangan kanker. Sebagian besar kemoterapi kanker
diberikan pada dosis maksimum ditoleransi (maximum-tolerated dose (MTD) pada siklus
yang pendek dengan istirahat pengobatan (Adhim, 2012).

Kekuatan obat yang digunakan pada dosis yang tinggi sering membawa efek
samping yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Studi genetik molekuler telah
mengidentifikasi keterlibatan sejumlah jalur akuisisi kemoresisten OSCC termasuk
faktor-faktor onkogenik/sinyal faktor pertumbuhan dan defek pada jalur kematian sel
(Wang et.al., 2011; Huang et.al., 2012; Wise-Draper et.al., 2012; Maseki et.al., 2012).
Strategi baru terapi kimia-gen berkembang dalam beberapa tahun terakhir.
Mengkombinasikan kemoterapi tradisional dengan terapi gen dapat mengurangi dosis
obat sambil meningkatkan efektivitas terapi gen (Jiang et.al., 2014)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan masalah konsep umum dan khusus dari Perawatan Paliatif Care dan
Karsinoma Sel Skuamosa Oral
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk menjabarkan konsep dari
Perawatan Paliatif Care dan Karsinoma Sel Skuamosa Oral dan
mengidentifikasikan Asuhan Keperawatan dari kasus pasien.

4
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan definisi dari Perawatan Paliatif Care
2) Menjelaskan tujuan dari Perawatan Paliatif Care
3) Menjelaskan prinsip dari Perawatan Paliatif Care
4) Menjelaskan model/tempat perawata Perawatan Paliatif Care
5) Menjelaskan peran dan fungsi perawat dalam Perawatan Paliatif Care
6) Menyebutkan prinsip asuhan keperawatan Paliatif Care
7) Menjelaskan definisi dari Karsinoma Skuamosa
8) Menjelaskan etiologi dari Karsinoma Skuamosa
9) Menjelaskan patofisiologi dari Karsinoma Skuamosa
10) Menjelaskan epidemologi dari Karsinoma Skuamosa
11) Menjelaskan manifestasi dari Karsinoma Skuamosa
12) Menyebutkan pemeriksaan dari Karsinoma Skuamosa
13) Menyebutkan penatalaksanaan dari Karsinoma Skuamosa
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Untuk Pembaca
Makalah ini agar bermanfaat untuk menambah literasi yang dicari, mampu
menyusun konsep yang dicari, dan dapat digunakan sebagai pengetahuan dasar
tentang Perawatan Paliatif Care dan Karsinoma Skuamosa
2.4.1 Untuk Perpustakaan
Makalah yang disusun menjadi bahan literasi yang dapat dicari dan dimanfaatkan
untuk kepentingan literasi dan pengetahuan dasar

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP PALIATF CARE

2.1.1. Pengertian Paliatif Care

Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti meringankan,
dan“Palliare” (bahsa latin yang berarti “menyelubungi”-penj), merupakan jenis
pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti
kesembuhan. Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan
penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011). Perawatan paliatif adalah
semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker terutama yang tidak
mungkin desembuhkan tetapi juga pada penderita yang mempunyai harapan untuk
sembuh bersama-sama dengan tindakan kuratif (Menghilangkan nyeri dan keluhan lain
serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan spiritual). (Depkes Pedoman Knker
Terpadu Paripurna 1997).

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita,
terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang dimaksud antara lain
menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan perbaikan dalm
aspekpsikologis, sosial dan spiritual.Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan
yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi
masalah yang terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa, melalui penceghan-
pencegahan sempurna dan pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial, spirirtual
(kemenkes RI Nomor 812, 2007).

2.1.2. Tujuan Perawatan Paliatif

Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,


memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum

6
meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit
yang dideritanya.

2.1.3. Prinsip Perawatan Paliatif Care

Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga
pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang competent dan
compassionet, Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative
care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan
pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)

2.1.4. Model/Tempat Perawatan Paliatif Care

1. Rumah sakit, (Hospice hospital care), Poliklinik, Rawat singkat, Rawat Inap
2. Rumah (Hospice home care)
3. Hospis (Hospice care)
4. Praktek bersama , Tim/ kelompok perawatan paliatif

2.1.5. Peran Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan Paliatif

1. Pelaksana perawat : pemberi asuhan keperawatam, penddikan kesehatan, koordinator,


advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan.
2. Pengelola : manajer kasus, konsultan, koordinasi
3. Penddik : Di pendidikan / dipelayanan
4. Peneliti
 
2.1.6. Prinsip Asuhan Perawatan Paliatif

1. Melakukan pengkajian dengan cermat, mendengarkan keluhan dengan sungguh-


sungguh
2. Menetapkan diagnosa / masalah keperawatan dengan tepat
3. Merencanakan asuhan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan / asuhan keperawatan
5. Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat

2.2.KONSEP KARSINOMA SEL SKUOMOSA

7
2.2.1.Definisi Karsinoma Sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa atau squamous cell carcinoma (SCC) merupakan salah satu
jenis kanker kulit yang cukup sering terjadi. Kanker ini sering ditemukan pada bagian tubuh
yang sering terpapar sinar ultraviolet (UV) matahari seperti kepala, leher, telinga, bibir,
tangan, dan kaki.Karsinoma sel skuamosa adalah kanker yang pertumbuhannya termasuk
lambat. Kanker kulit ini dapat menyebar ke jaringan, tulang, dan kelenjar getah bening
terdekat. Penyebaran sel kanker menjadikan penyakit ini sulit untuk diobati. Jika diketahui
lebih awal, kanker ini dapat disembuhkan
2.2.2. Etiologi
KSS disebabkan oleh mutasi atau perubahan DNA, yang memicu sel skuamosa pada
kulit tumbuh tidak terkendali. Mutasi DNA tersebut dapat dipicu oleh radiasi sinar ultraviolet,
seperti paparan sinar matahari langsung atau tindakan untuk menggelapkan kulit dengan sinar
UV (tanning kulit).
Selain itu ada faktor risiko lain yang juga dihubungkan dengan karsinoma sel
skuamosa. Beberapa di antaranya yaitu:

 Faktor usia, di mana usia tua lebih rentan terkena


 Faktor jenis kelamin, di mana karsinoma sel skuamosa lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita
 Orang dengan warna kulit yang lebih cerah
 Orang dengan warna mata biru, hijau, atau abu-abu
 Orang berambut merah atau pirang
 Orang yang terpapar bahan kimia seperti arsen dalam waktu lama
 Penderita penyakit Bowen, infeksi HPV, dan HIV/AIDS
 Orang yang terpapar radiasi
 Orang yang memiliki kelainan genetik yang diturunkan

2.2.3. Patofisiologi karsinoma sel skuamosa

(KSS) kulit sebagian besar disebabkan oleh mutasi genetik akibat paparan sinar
ultraviolet.
 Mutasi Genetik

Pada karsinoma sel skuamosa (KSS), terjadi perubahan keratinosit epidermis


normal menjadi neoplasia. Peristiwa ini dapat disebabkan oleh penurunan fungsi
TP53 yang menyebabkan resistensi apoptosis. Mutasi genetik lain yang diduga
berkontribusi adalah mutasi BCL2 dan RAS.

 Sinar Ultraviolet

8
Radiasi sinar ultraviolet menghasilkan mutasi pada DNA, biasanya akibat
pembentukan dimer timidin pada gen penekan tumor p53. Kegagalan untuk
memperbaiki mutasi ini dapat menyebabkan pembentukan tumor. Terapi
menggunakan sinar ultraviolet pada psoriasis dan dermatosis rekalsitrans merupakan
predisposisi terhadap pembentukan KSS. Terapi menggunakan psoralen dan UVA
bersifat fototoksik dan menyebabkan mutasi pada TP53 dan Ha-Ras.

2.2.4 Epidemiologi karsinoma sel skuamosa

(KSS) dilaporkan sebesar 500.000 kasus baru setiap tahunnya.


 Global
KSS kulit merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan dengan
urutan ke-2 dibandingkan dengan seluruh kanker kulit. Insiden dari penyakit
ini meningkat secara global dalam beberapa dekade ini. Di Amerika Serikat,
KSS dilaporkan menyebabkan hampir 8 ribu kematian setiap tahunnya.

2.2.5 Penatalaksanaan Karsinoma Sel Skuamosa

Berdasarkan panduan National Comprehensive Cancer Network (NCCN), tujuan


utama dari penatalaksanaan karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah eliminasi tumor
dengan preservasi maksimal dari fungsi dan kosmetik. Oleh karena itu, keputusan
untuk melakukan terapi harus didasarkan pada keinginan dan faktor risiko individual
dari masing-masing pasien.

2.2.6 Gejala Karsinoma Sel Skuamosa

Karsinoma sel skuamosa biasanya diawali dengan munculnya benjolan atau


bercak kemerahan pada kulit dan kulit bersisik. Gejala tersebut umumnya muncul di
bagian tubuh yang terpapar sinar matahari seperti kulit kepala, telinga, atau bibir.
Namun demikian, gejala juga bisa muncul di bagian tubuh mana pun, seperti di dalam
mulut, pada kelamin atau 0-=.Pada tahap awal, kulit  penderita akan tampak bersisik
dan berwarna kemerahan. Kemudian seiring waktu, timbul benjolan kecil yang terus
tumbuh, dan bisa mengeras atau berdarah. Di mulut, gejala yang muncul bisa berupa
luka pada mulut atau bercak putih. Dalam beberapa kasus, benjolan akan muncul di
lesi kulit yang sudah ada, misalnya pada tahi lalat atau di tanda lahir.

2.2.7 Tahap Perkembangan Karsinoma Sel Skuamosa

Perkembangan karsinoma sel skuamosa terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:

 Stadium 0 – tumor berukuran sangat kecil dan belum menyebar. Stadium ini disebut
juga dengan carcinoma in situ.
 Stadium 1 – tumor berukuran 2 cm atau kurang, dan belum menyebar.
 Stadium 2 – tumor berukuran 2 cm atau lebih dari 5 cm, dan belum menyebar.
 Stadium 3 – tumor sudah menembus ke lapisan bawah kulit, namun belum menyebar
ke kelenjar getah bening yang berdekatan.
 Stadium 4 – tumor sudah menyebar ke lebih kelenjar getah bening atau organ lain

9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

1.ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

1. Identintas pasien.

a. Nama

b. Usia.

Lebih sering pada usia 15- 44 tahun, lebih meningkat pada usia 20 tahun yang selalu
terpapar sinar matahari.

c. Jenis kelamin.

Jenis kelamin pria dan wanita memiliki resiko yang sama untuk terjadinya kanker
kulit, semua tergantung pada aktifitas ( terpapar sinar UV) atau pekerjaan.

d. Pekerjaan.

Orang yang paling beresiko adalah orang yang berkulit cerah, berambut merah yang
nenek moyangnya berdarah celtic atau orang dengan warna kulit merah muda atau
cerah di samping orang yang sudah lama terkena sinar matahari tanpa terjadi
perubahan warana kulit menjadi coklat kekuningan.

Populasi lain yang beresiko adalah para pekerja di luar rumah (seperti petani, pelaut
dan pelayan) orang - orang yang terpajan sinar matahari untuk suatu periode waktu,
Para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat tertentu (senyawa arsen, netra,
batu bara, terserta, aspal dan parafin) juga termasuk dalam kelompok yang beresiko.

2. Keluhan Utama.

Sesuai tanda dan gejala dan disertai nyeri.

3. Riwayat penyakit saat ini.

Adanya benjolan pada lokasi kanker (leher, wajah dan exstremitas) perubahan tahi
lalatyang semakin meluas dan koreng yang tak sembuh- sembuh.

4. Riwayat penyakit dahulu.

10
Orang yang menderita sikatriks akibat luka bakar yang berat dapat mengalami kanker
kulit setelah 20 hingga 40 tahun kemudian.Ulkus yang lama pada ekstrenitas bahwa
juga dapat menjadi lokasi asal kanker kulit.

5. Riwayat penyakit keluarga.

Ada tidaknya dari pihak keluarga yang mengalami hal yang sama pada pasien.

6. Pemeriksaan fisik.

a. Tanda- tanda vital.

Tekanan darah, nadi, respirasi cenderung mengalami penurunan karena proses


metastasis kanker yang mempegaruhi system tubuh dan pada suhu mengalami
peningkatan karna sebagai tanda inflamasi.

b. Pemeriksaan persistem (B1- B6)

1) B1 (pernapasan)

Kanker kulit pada stadium awal tidak mempegaruhi system pernapasan, namun pada
stadium 3 atau sudah metastasis di paru- paru makan pernapasan akan mengalami
gangguan yang di tandai dengan sesak.

2) B2 ( cardiovaskuler)

Ada beberapa gangguan diantaranya ketika kanker bermetatasis melalui pembuluh


darah makan system kerja jantung akan terganggu.

3) B3 ( persarapan)

Pusing, nyeri, atau derajat nyeri bervariasi mis : ketidak nyamanan ringan sampai
nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).

4) B4 (perkemihan)

Perubahan pada pola defekasi, mis : Perubahan eliminasi urinarius, nyeri / rasa
terbakar pada saat berkemih, hematuri, sering berkemih.

5) B5 (pencernaan)

Tergantung pada proses metastasis kanker. Biasanya ditemukan perdarahan pada


feses.

11
6) B6 (muskulosletal)

Biasanya ditemukan pada kulit bagian ekstremitas, sehingga rasa nyeri di ekstremitas
ditemukan.

c. Pemeriksaan integument (pemeriksaan tambahan)

Pada integument pemeriksaan didapat sesuai tanda gejala kanker kulit yang telah
disebutkan.

B. Diangnosa keperawatan dan intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi/ destruksi jaringan saraf, obstruksi


jaringan saraf atau inflamasi serta efek samping berbagai agen terapi saraf.Ancietas
b.d prognosis penyakit

2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi (kanker), ancaman kematian, pola


interaksi.

3. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan bedah, efek


kemoterapi, penurunan BB, impoten, nyeri tidak terkontrol, kelelahan berlebihan atau
sterilitas, psikososial (ancaman kematian, perasaan kurang terkontrol, ragu tentang
penerimaan, takut atau kehilangan).

4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik,


konsekuensi, kemoterapi, radiasi, pembedahan, distress emosional, keletihan , atau
control nyeri buruk.

5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan status


hipermetabolik, kerusakan masukan cairan, kehilangan cairan berlebihan (luka, selang
indwelling).

6. Resiko tinggi terjadi kerusakan intregitas kulit atau jaringan berhubungan dengan
efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status nutrisi atau anemia.

C. IntervensiKeperawatan

N Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

12
o Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah a.      Pasien 1.    Observasi nyeri,1.   Informasi memberikan
berhubungan dilakukan mampu frekuensi, durasi dasar untuk
dengan perawatan menjelaskan dan intensitas mengevaluasi
kompresi/destr selama 1x24 karakteristik (skala 1-10), serta kebutuhan atau
uksi jaringan jam nyeri nyerinya tindakan nyeri yang keefektifan intervensi.
saraf, obstruksi pasien b.     Pasien digunakan.
jaringan saraf menurun menilai nyeri 2.   Ketidak nyamanan
atau inflamasi (dalam menggunakan 2.    Evaluasi terapi adalah umum (misal
serta efek rentang skala tertentu, misal nyeri insisi, kulit
samping normal skalac.      Pasien pembedahan, terbakar, nyeri
berbagai agen nyeri 1-3) mengatakan radiasi, kemoterapi, punggung bawah, sakit
terapi saraf. perasaan bioterapi. Ajarkan kepala). Terbantu pada
nyaman pada klien/orang prosedur yang
berkurangnya terdekat apa yang digunakan.
nyeri diharapkan
3.   Meningkatkan
relaksasi dan membantu
3.    Tingkatkan memfokuskan kembali
kenyamanan dasar perhatian.
(misal tehnik
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan 4.   Memungkinkan klien
imajinasi) dan untuk berpartisipasi
aktivitas hiburan secara aktif dan
(misal music, meningkatkan rasa
televisi). control.
4.    Dorong
penggunaan
keterampilan 5.   Tujuannya adalah
managemen nyeri control nyeri
(misal tehnik maksimum dengan
relaksasi, pengaruh minimum
visualisasi, pada aktifitas kegiatan
bimbingan sehari-hari (AKS).
imajinasi). 6.   Untuk menurunkan
Tertawa, music dan nyeri pasien
sentuhan
terapeutik.
5.    Evaluasi
penghilang nyeri
atau control.

6.    Berikan analgesik
sesuai indikasi dan

13
advis dokter.

2. Ansietas Setelah 1.   Pasien 1.  Tinjau ulang1.   Membantu dalam


berhubungan dilakukan melaporkan pengalaman klien mengidentifikasi rasa
dengan krisis perawatan perasaan sebelum menglami takut dan kesalahan
situasi selama 3x24 ansietas dan kanker. konsep berdasarkan
(kanker), jam kondisi factor pada pengalaman
ancaman ancietas penyebabnya dengan kanker.
kematian, pola pasien 2.   Pasien 2.   Memberikan
interaksi. menurun. mampu 2.  Dorong klien kesempatan untuk
mempertahank untuk mengidentifikasi rasa
an pola tidur mengungkapkan takut, realisasi serta
dan nutrisi perasaannya. kesalahan konsep
yang normal. tentang diagnosis.
3.   Ansietas 3.   Memberikan
pasien keyakinan bahwa klien
menurun. tidak sendiri atau
3.  Pertahankan ditolak.
kontak sering4.   Dapat menurunkan
dengan klien. ansietas dan
Berikan sentuhan memungkinkan klien
jika membuat keputusan
memungkinkan. berdasarkan realita.
4.  Berikan informasi5.   Memudahkan istirahat,
akurat, konsisten menghemat energy, dan
mengenai meningkatkan
prognosis. kemampuan koping.

5.  Tingkatkan rasa
dan lingkungan
tenang.
3. Gangguan Selama 1.   Pasien 1.     Diskusikan 1.   Membantu dalam
harga diri dilakukan mengungkapak dengan klien/orang memastikan masalah
berhubungan perawatan an bagaimana terdekat bagaimana untuk memulai proses
dengan biofisik kondisi pasien kondisi harga diagnosis dan pemecahan masalah.
(kecacatan membaik dirinya saat pengobatan yang
bedah, efek ini. memengaruhi
kemoterapi, 2.   Pasien terlihat kehidupan pribadi2.   Bimbingan antipasti
penurunan BB, percaya klien dan aktivitas dapat membantu klien
impoten, nyeri dirinya kerja. atau orang terdekat
tidak meningkat 2.     Tinjauan ulang melalui proses adaptasi
terkontrol, efek samping yang pada status baru dan
kelelahan diantisipasi menyiapkan untuk
berlebihan atau berkenaan dengan beberapa efek samping,
sterilitas, pengobatan misal membeli wig
psikososial tertentu, termasuk sebelum menjalin
(ancaman kemungkinan efek radioterapi, jadwal
kematian, pada aktivitas waktu libur kerja,
perasaan seksual dan rasa memberikan rujukan

14
kurang ketertarikan/keingi pada resiko perubahan
terkontrol, ragu na, misal alopesia, seksual.
tentang kecacatan bedah. 3.   Dapat membantu
penerimaan, menurunkan masalah
takut atau yang memengaruhi
kehilangan). penerimaan pengobatan
atau merangsang
kemajuan penyakit.
4.   Memvalidasi realita
3.     Beri tahu klien perasaan dan
bahwa tidak semua memberikan izin untuk
efek samping melakukan tindakan
terjadi. apapun perlu dalam
mengatasi apa yang
terjadi.
5.   Membantu
merencanakan peralatan
saat di rumah sakit
setelah pulang.
4.     Dorong klien
untuk
mendiskusikan
tentang masalah
efek
kanker/pengobatan
pada peran sebagai
ibu rumah tangga,
orang tua dan
sabagainya.

5.     Akui kesulitan
yang mungkin
dialami klien.
Berikan informasi
bahwa konseling
sering perlu dan
penting dalam
proses adaptif.

6.     Evaluasi strutur
pendukung yang
ada dan digunakan
oleh klien/orang
terdekat.
4. Nutrisi kurang Setelah 1.   BB pasien1.   Pantau intake1.   Mengidentifikasi
dari kebutuhan dilakukan mengalami makanan setiap kekuatan/defisiensi
tubuh perawatan peningkatan hari, biarkan klien nutrisi.
berhubungan selama 7x242.   Pasien menyimpan buku
dengan status jam kondisi mampu harian tentang
hipermetabolik, nutrisi pasien mengkonsumsi makanan sesuai

15
konsekuensi, meningkat makanan habis indikasi.
kemoterapi, 3.   Pasien 2.   Ukur tinggi badan2.   Membantu dalam
radiasi, mampu makan (TB), berat baan identifikasi mal nutrisi
pembedahan, dengan sendiri (BB), dan protein sampai kalori,
distress tanpa didorong ketebalan lipatan khususnya bila BB dan
emosional, kulit trisep atau pengukuran
keletihan , atau dengan antropometrik kurang
control nyeri antrokometrik dari normal.
buruk. lainnya. Pastikan3.   Kebutuhan metabolic
jumplah penurunan jaringan ditingkatkan,
BB saat ini. begitu juga cairan untuk
3.   Dorong klien menghilangkan produk
untuk makan sisa. Suplemen berguna
dengan diet tinggi untuk mempertahankan,
kalori kaya masukkan kalori dan
nutrient, dengan protein.
intake cairan yang
adekuat. Dorong4.   Aktifitas penilaian diet
penggunaan sangat individual dalam
supplement dan mengurangi mual paska
makan sedikit terapi. Klien harus
terapi sering. mencoba untuk
menemukan solusi atau
kombinasi terbaik.
5.   Dapat meningkatkan
4.   Nilai diet sebelum respons mual/muntah.
dan setelah
pengobatan misal
makanan cairan
dingin, bubur
kering, roti krekes,6.   Untuk meningkatkan
minuman nafsu makan,
berkarbonat. mengurangi mual, dsn
Berikan cairan 1 pemenuhan nutrisi.
jam sebelum atau
sesudah makan.

5.   Kontrol factor
lingkungan, misal
bau atau tidak
sedap atau bising.
Hindari makanan
terlalu manis,
berlemak atau
makan pedas.
6.   Berikan obat
sesuai dengan
indikasi
5. Resiko tinggi Selama 1.   Pasien 1.   Pantau masukan1.     Keseimbangan cairan
kekurangan dilakukan mempertahank dan keluaran, berat negative yang terus

16
volume cairan perawatan an kondisi jenis; masukkan menerus dapat
berhubungan pasien tidak TTV dalam semua sumber menurunkan haluaran
dengan status menunjukkan batas normal keluaran, misal renal dan konsentrasi
hipermetabolik, adanya 2.   Pasien muntah, diare, luka urine. Hal ini
kerusakan dehidrasi mampu basah. Hitung menunjukkan terjadinya
masukan mempertahank keseimbangan dehidrasi dan perlunya
cairan, an BB sesuai cairan 24 jam. peningkatan
kehilangan dengan TB dan penggantian cairan.
cairan usia. 2.     sensitive terhadap
berlebihan 3.   Turgor kulit fluktruasi
(luka, selang pasien bagus keseimbangan cairan.
indwelling).                                3.     Menunjukkan
                    4.   keadekuatan volume
    Pasien sirkulasi.
mempertahank 2.   Timbang berat4.     Indicator tidak
an kadar badan sesuai langsung dari status
elektrol indikasi. hidrasi atau derajat
kekurangan.

3.   Pantau tanda vital,5.     Membantu dalam


evaluasi, nadi memelihara kebutuhan
perifer dan cairan dan menurunkan
pengisian kapiler. resiko efek samping
4.   Observasi turgor membahayakan, sistitis
kulit dan hemoragi pada klien
kelembapan yang mendapat
membrane mukosa. siklofosfamit.
Perhatikan keluhan
haus.

5.   Dorong
peningkatan,
masukkan cairan
sampai 3000
ml/hari sesuai
toleransi individu
6. Resiko tinggi Selama Suhu tubuh1.     Tingkatan 1.    Lindungi klien dari
terjadi infeksi dilakukan pasien dalam prosedur mencuci sumber infeksi seperti
berhubungan perawatan batas normal tangan yang baik pengunjung dan staf
dengan pasien tidak2.        dengan staf yang mengalami ISK.
pertahanan menunjukkan pengunjung
sekunder tidak tanda – tanda sebelum dan
adekuat, terjadinya setelah bersentuhan2.    Mengurangi resiko
malnutrisi, infeksi dengan klien. sumber infeksi dan atau
proses penyakit 2.     Tekanan hygiene pertumbuhan sekunder.
kronis atau personal. 3.    Peningkatan suhu
prosedur terjadi karena berbagai
invasive. factor.
3.     Pantau suhu4.    Pengenalan dini dan
tubuh pasien. intervensi segera dapat

17
mencegah progresi pada
4.     Pantau semua situasi atau sepsis yang
sistem, misal kulit, lebih serius.
pernafasan, 5.    Menurunkan tekanan
genitaurineira dari dan iritasi pada jaringan
adanya gejala atau dan mencegah
tanda infeksi secara kerusakan kulit.
continue.
5.     Ubah posisi
dengan sering,
pertahankan klinen
kering dan bebas
kerutan.
7. Resiko tinggi Selama 1.  Pasien tidak1.   Pantau kulit1.   Efek kemerahan dapat
terjadi dilakukan mengalami dengan sering terjadi pada area
kerusakan perawatan kerusakan kulit terdapat efek radiasi. Deskuamasi
intregitas kulit pasien tidak2.  Pasien samping terapi kering (kekeringan
atau jaringan mengalami mempertahana kanker, perhatikan pruritus).
berhubungan kerusakan kan asupan dan kerusakan atau
dengan efek integritas kulit haluaran cairan lembatnya
radiasi, secara adekuat penyembuhan luka.
kemoterapi, Tekankan
perubahan pentingnya
imunologis, melaporkan area2.   Mempertahankan
perubahan terbuka pada tanpa komunitas kulit.
status nutrisi member perawatan.3.   Membantu friksi atau
atau anemia. 2.   Mandikan klien trauma kulit.
dengan air hangat
dan sabun ringan.
3.   Dorong klien
untuk menghindari4.   Meningkatkan
menggaruk dan sirkulasi dan mencegah
menepuk kulit yang makanan pada kulit atau
kering. jaringan yang tidak
4.   Ubah posisi klien perlu.
dengan sering. 5.   Dapat meningkatkan
iritasi reaksi secara
nyata.

5.   Anjurkan klien
untuk menghindari
krim kulit apapun
kecuali atas izin
dokter.
4. Nutrisi kurang Setelah 1.   BB pasien1.   Pantau intake
1.      Mengidentifikasi
dari kebutuhan dilakukan mengalami makanan setiap kekuatan/defisiensi
tubuh perawatan peningkatan hari, biarkan klien nutrisi.
berhubungan selama 7x242.   Pasien menyimpan buku

18
dengan status jam kondisi mampu harian tentang
hipermetabolik nutrisi pasien mengkonsumsi makanan sesuai
, konsekuensi, meningkat makanan habis indikasi.
kemoterapi, 3.   Pasien 2.   Ukur tinggi badan2.   Membantu dalam
radiasi, mampu makan (TB), berat baan identifikasi mal nutrisi
pembedahan, dengan sendiri (BB), dan protein sampai kalori,
distress tanpa didorong ketebalan lipatan khususnya bila BB dan
emosional, kulit trisep atau pengukuran
keletihan , atau dengan antropometrik kurang
control nyeri antrokometrik dari normal.
buruk. lainnya. Pastikan3.   Kebutuhan metabolic
jumplah penurunan jaringan ditingkatkan,
BB saat ini. begitu juga cairan untuk
3.   Dorong klien menghilangkan produk
untuk makan sisa. Suplemen berguna
dengan diet tinggi untuk mempertahankan,
kalori kaya masukkan kalori dan
nutrient, dengan protein.
intake cairan yang
adekuat. Dorong4.   Aktifitas penilaian diet
penggunaan sangat individual dalam
supplement dan mengurangi mual paska
makan sedikit terapi. Klien harus
terapi sering. mencoba untuk
menemukan solusi atau
kombinasi terbaik.

4.   Nilai diet sebelum5.   Dapat meningkatkan


dan setelah respons mual/muntah.
pengobatan misal
makanan cairan
dingin, bubur
kering, roti krekes,6.   Untuk meningkatkan
minuman nafsu makan,
berkarbonat. mengurangi mual, dsn
Berikan cairan 1 pemenuhan nutrisi.
jam sebelum atau
sesudah makan.

19
5.   Kontrol factor
lingkungan, misal
bau atau tidak
sedap atau bising.
Hindari makanan
terlalu manis,
berlemak atau
makan pedas.
6.   Berikan obat
sesuai dengan
indikasi
5. Resiko tinggi Selama 1.   Pasien 1.      Pantau masukan 1.      Keseimbangan cairan
kekurangan dilakukan
mempertahank dan keluaran, berat negative yang terus
volume cairan perawatan
berhubungan pasien tidak an kondisi jenis; masukkan menerus dapat
dengan status menunjukkan TTV dalam semua sumber menurunkan haluaran
hipermetabolik adanya batas normal keluaran, misal renal dan konsentrasi
, kerusakan dehidrasi
2.   Pasien muntah, diare, luka urine. Hal ini
masukan
cairan, mampu basah. Hitung menunjukkan terjadinya
kehilangan mempertahank keseimbangan dehidrasi dan perlunya
cairan an BB sesuai cairan 24 jam. peningkatan
berlebihan
(luka, selang dengan TB dan penggantian cairan.
indwelling). usia. 2.     Sensitive terhadap
3.   Turgor kulit fluktruasi
pasien bagus keseimbangan cairan.
                              2.   Timbang berat3.     Menunjukkan
                    4.  
badan sesuai keadekuatan volume
    Pasien
mempertahank indikasi. sirkulasi.
an kadarlektro 4.     Indicator tidak
el langsung dari status
3.   Pantau tanda vital, hidrasi atau derajat
evaluasi, nadi kekurangan.
perifer dan
pengisian kapiler. 5.     Membantu dalam
memelihara kebutuhan
4.   Observasi turgor
cairan dan menurunkan
kulit dan resiko efek samping
kelembapan membahayakan, sistitis
membrane mukosa. hemoragi pada klien
yang mendapat
Perhatikan keluhan siklofosfamit.
haus.
5.   Dorong

20
peningkatan,
masukkan cairan
sampai 3000
ml/hari sesuai
toleransi individu
6. Resiko tinggi Selama Suhu tubuh1.   Tingkatan 1.      Lindungi klien dari
terjadi infeksi dilakukan pasien dalam prosedur mencuci sumber infeksi seperti
berhubungan perawatan batas normal tangan yang baik pengunjung dan staf
dengan pasien tidak2.        dengan staf yang mengalami ISK.
pertahanan menunjukkan pengunjung
sekunder tidak tanda – tanda sebelum dan2.    Mengurangi resiko
adekuat, terjadinya setelah bersentuhan sumber infeksi dan atau
malnutrisi, infeksi dengan klien. pertumbuhan sekunder.
proses 2.   Tekanan hygiene3.    Peningkatan suhu
penyakit kronis personal. terjadi karena berbagai
atau prosedur factor.
invasive. 4.    Pengenalan dini dan
3.   Pantau suhu tubuh intervensi segera dapat
pasien. mencegah progresi pada
situasi atau sepsis yang
4.   Pantau semua lebih serius.
sistem, misal kulit,5.    Menurunkan tekanan
pernafasan, dan iritasi pada jaringan
genitaurineira dari dan mencegah
adanya gejala atau kerusakan kulit.
tanda infeksi secara
continue.
5.   Ubah posisi
dengan sering,
pertahankan klinen
kering dan bebas
kerutan.
7. Resiko tinggi Selama 1.   Pasien tidak1.   Pantau kulit1.   Efek kemerahan dapat
terjadi dilakukan mengalami dengan sering terjadi pada area
kerusakan perawatan kerusakan kulit terdapat efek radiasi. Deskuamasi
intregitas kulit pasien tidak2.   Pasien samping terapi kering (kekeringan
atau jaringan mengalami mempertahana kanker, perhatikan pruritus).
berhubungan kerusakan kan asupan dan kerusakan atau
dengan efek integritas kulit haluaran cairan lembatnya
radiasi, secara adekuat penyembuhan luka.

21
kemoterapi, Tekankan
perubahan pentingnya
imunologis, melaporkan area2.   Mempertahankan
perubahan terbuka pada tanpa komunitas kulit.
status nutrisi member perawatan.3.   Membantu friksi atau
atau anemia. 2.   Mandikan klien trauma kulit.
dengan air hangat
dan sabun ringan.
3.   Dorong klien
untuk menghindari4.   Meningkatkan
menggaruk dan sirkulasi dan mencegah
menepuk kulit yang makanan pada kulit atau
kering. jaringan yang tidak
4.   Ubah posisi klien perlu.
dengan sering. 5.   Dapat meningkatkan
iritasi reaksi secara
nyata.

5.   Anjurkan klien
untuk menghindari
krim kulit apapun
kecuali atas izin
dokter.

2.ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Mr Ruslan adalah seorang pria berusia 58 tahun dengan riwayat merokok seratus bungkus
per-tahun, menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Sekitar dua tahun lalu pasien
menemukan bercak keperakan di lidahnya tetapi tidak segera mencari pertolongan medis. Dia
terus merokok dan menggunakan tembakau kunyah. Gejala yang muncul: Sekitar enam bulan
yang lalu pasien mencari pertolongan medis setelah ia mengalami gejala berikut: Perasaan
ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan. Kesulitan mengunyah atau menelan. Kesulitan
menggerakkan lidah. Kesulitan mengartikulasikan kata-kata, dan Lidah mati rasa.

22
Berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik ditemukan adanya karsinoma skuamosa oral dari
dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut yang sayangnya telah menjalar ke kelenjar getah
bening. Ia dirawat dengan bedah reseksi lidah luas, reseksi tulang dan jaringan lunak.
Keganasan cancer ini berkembang pesat meskipun telah diobati dan mengakibatkan nekrosis
jaringan yang luas yang mengakibatkan gejala yang mengganggu seperti : hipernasitas dan
kehilangan lidah yang membuat ucapan sama sekali tidak bisa dipahami. Kehilangan gigi
secara ekstensif ditambah dengan hilangnya fungsi lidah sehingga sangat sulit untuk menelan.
Kerusakan wajah yang parah, Ulkus rongga mulut nekrotik yang tidak sembuh-sembuh
menyebabkan bau tak sedap yang parah. Sakit wajah.

Pada awalnya, gejala yang di alami pasien cukup terkontrol dengan baik dengan terapi obat
Metadon (50 mg tiga kali sehari), morfin sulfat drift (50 mg setiap empat jam,) untuk
mengatasi rasa sakit dan, berdasarkan "sesuai kebutuhan", haloperidol (0,5 mg setiap enam
jam) untuk mual dan muntah, lorazepam (0,5 mg setiap empat jam) untuk kecemasan, dan
pasien menunjukkan respon cukup baik dengan rejimen ini selama beberapa minggu, tetapi
seiring berkembangnya penyakit, rasa sakitnya memburuk akibat nekrosis jaringan lokal yang
luas yang berpuncak pada saat masuk ke rumah sakit untuk mengontrol gejala. Setelah masuk
rumah sakit, banyak intervensi dicoba sebagai upaya untuk meredakan rasa sakit Mr. ruslan
termasuk: konversi dari metadon oral menjadi infus morfin subkutan berkelanjutan (6 mg /
jam) pasien terkontrol anestesi (PCA) dari morfin sulfat infus 2 mg setiap 15 menit sesuai
kebutuhan lorazepam (0,5mg setiap 4 jam); gel metronidazol dioleskan ke jaringan yang
mengalami ulserasi di wajah (untuk mengontrol infeksi lokal dan dengan demikian bau tak
sedap) oksigen melalui kanula hidung; dan kipas angin lembut bertiup di wajahnya.
Sayangnya, tidak ada pengobatan yang dapat meringankan atau mengurangi rasa sakitnya
yang parah.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama Klien : Ruslan
Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Tidak terkaji.
Agama : Tidak terkaji.
Suku/Bangsa : Indonesia.

23
Pendidikan : Tidak terkaji.
Pekerjaan : Tidak terkaji.
Alamat Rumah : Tidak terkaji.

Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tidak terkaji.


Alamat Rumah : Tidak terkaji.
Hubungan dengan klien : Tidak terkaji

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Karsinoma Skuamosa Oral dari 2/3 anterior lidah dan dasar mulut yang menjalar
KGB, hipernasitas, kehilangan gigi secara ekstensif, hilangnya fungsi lidah,
kerusakan wajah yang parah, ulkus rongga mulut nekrotik yang tidak sembuh
menyebabkan bau tak sedap yang parah, sakit wajah.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

Sekitar dua tahun lalu pasien menemukan bercak keperakan di lidahnya tetapi
tidak segera mencari pertolongan medis. Dia terus merokok dan menggunakan
tembakau kunyah. Gejala yang muncul: Sekitar enam bulan yang lalu pasien
mencari pertolongan medis setelah ia mengalami gejala berikut: Perasaan ada
sesuatu yang tersangkut di tenggorokan. Kesulitan mengunyah atau menelan.
Kesulitan menggerakkan lidah. Kesulitan mengartikulasikan kata-kata, dan Lidah
mati rasa.

4. Riwayat penyakit Keluarga:


Tidak terkaji
5. Pemeriksaan Diagnostik:
Ditemukan Karsinoma Skuamosa Oral dari 2/3 anterior lidah dan dasar mulut
yang telah menjalar kekelenjar getah bening. Dirawat dengan bedah reseksi lidah
luas,reseksi tulang dan jaringan lunak.

6. Pemeriksaan Fisik :

24
Terdapat Nekrosis jaringan yangluas, Hipernasitas, kehilangan lidah yang
membuat ucapan sama sekali tidakbisa di pahami, Kehilangan gigi secara
ekstensif ditambah hilangnya fungsi lidah yang dapat menyebabkan klien
kesulitan untuk menelan, kerusakan wajah yang parah, ulkus rongga mulut
nekrotik yang tidak sembuh-sembuhmenyebabkan bau tak sedap yang parah, sakit
wajah

7. Terapi:
Metadon (50 mg 3x sehari), morfin sulfat drift (50mg/4jam),
haloperidol(0.6mg/6jam), lorazepam (0,5mg/4jam), konversi dari metadon oral
menjadi infus morfin sulfat infus 2 mg/15 menit

ANALISA DATA
A. NAMA PASIEN : Ruslan
UMUR : 58 Tahun
DATA PENYEBAB MASALAH
DS : Nekrosis jaringan lokal yang Nyeri akut.
meluas dan berpuncak.
- Sakit wajah.
DO :

- Setelah MRS banyak


intervensi yang dicoba
sebagai upaya untuk
meredakan rasa sakit klien,
sayangnya tidak ada
pengobatan yang dapat
meringankan atau
mengurasi rasa sakitnya
yang parah.
DS : Karsinoma skuamosa oral  Gangguan menelan.
kerusakan anatomi.
- Perasaan ada tersangkut di
tenggorokan.

25
DO :

- Kesulitan mengunyah dan


menelan.
- Kehilangan gigi secara
ekstensif ditambah dengan
hilangnya fungsi lidah
sehingga sangat sulit untuk
menelan.
DS : Proses penyakit (karsinoma Gangguan komunikasi
skuamosa oral dari dua verbal.
- Lidah mati rasa.
pertiga anterior lidah dan
DO :
dasar mulut).
- Kesulitan menggerakkan
lidah.
- Kesulitan mengartikulasikan
kata-kata.
- Hipernasitas.
- Kehilangan lidah membuat
ucapan sama sekali tidak
bisa dipahami.
DS : Karsinoma skuamosa oral. Gangguan integritas
kulit.
-

DO :

- Kerusakan wajah yang


parah
- Ulkus rongga mulut
nekrotik

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d nekrosis jaringan lokal yang meluas dan berpuncak.
2. Gangguan menelan b.d terjadi kerusakan sistem anatomi.
3. Gangguan komunikasi verbal b.d proses penyakit (karsinoma skuamosa oral dari
dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut).

26
4. Gangguan integritas kulit b.d karsinoma skuamosa oral.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSIS TUJUAN INTERVENSI


1. Nyeri akut b.d Setelahdilakukantindakankep Menejemennyeri
nekrosis jaringan erawatanpalliatifselama 5x24
1. Lakukanpengkajiannyeris
lokal yang meluas jam
ecarakomperehensif yang
dan berpuncak. diharapkannyeridapatdiatasid
meliputilokasi,
engankriteriahasil :
karakteristik, onset/
1. Pasiendapatmengontrolny durasi, frekuensi,
eri kulaitas, intensitas, skala,
 Melaporkannyeri yang faktorpencetus.
terkontrolditingkatkan 2. Observasiadanyapetunjuk
daritidakpernahmenuju non-verbal
kkankeseringmenunju mengenaiketidaknyaman
kkan. antrutamapadamereka
 Mengenalikapannyerit yang
erjadiditingkatkandarit tidakdapatberkomunikasi
idakpernahmenujukka secaraefektif.
nkeseringmenunjukka 3. Berikanpenurunnyeri
n. yang optimal
 Menggunakan denganperesepananalgeti
analgesic yang k.
direkomendasikandipe 4. Berikaninformasimengen
rtahankanpadasecarak ainyeri yang dialami.
onsistenmenunjukkan. 5. Ajarkanprinsip-
 TTV dalamrentang prinsipmenejemennyeri.
normal. Pengaturanposisi

1. Posisikanpasien semi
fowler.
Monitor tanda-tanda vital

27
1. Monitor tekanandarah,
nadi, dan status
pernapasandengantepat.
2. Gangguan menelan Setelah dilakukan asuhan Swallowing Therapy
b.d terjadi keperawatan selama 3x24 1. Memantau hidrasi tubuh
kerusakan sistem jam kemampuan menelan (misalnya intake, output,
anatomi. klien dapat ditingkatkan, turgor kulit, membran
dengan kriteria hasil: mukosa).
2. Berikan perawatan mulut
- Makanan dapat masuk ke
yang diperlukan.
lambung.
3. Konsultasikan dengan
terapis dan / atau dokter
untuk secara bertahap
meningkatkan konsistensi
makanan pasien.
4. Membantu pasien untuk
menempatkan makanan di
belakang mulut dan di sisi
yang tidak terganggu (yang
tidak sakit).
Enteral Tube Feeding
1. Masukkan selang
nasogastrik, nasoduodenal,
atau nasojejunal, sesuai
dengan prosedur.
2. Memantau untuk
penempatan yang tepat dari
selang dengan memeriksa
rongga mulut, memeriksa
residu lambung, atau
mendengarkan udara yang
disuntikkan sementara dan
ditarik sesuai dengan
prosedur

28
3. Monitor adanya bising usus
setiap 4-8 jam sesuai
dengan kondisi.
4. Pantau status cairan dan
elektrolit.
5. Konsultasikan dengan
anggota tim perawatan
kesehatan lainnya dalam
memilih jenis dan kekuatan
makanan enteral.
6. Pantau adanya sensasi
kenyang, mual, dan muntah
7. Monitor berat badan
setidaknya tiga kali
seminggu, yang sesuai
dengan usianya.
3. Gangguan Setelah dilakukan asuhan Communication
komunikasi verbal keperawatan selama 3x24 Enhancement : Speech
b.d proses penyakit jam komunikasi verbal klien Deficit
(karsinoma dapat meningkat, dengan
1. Memberikan metode
skuamosa oral dari kriteria hasil:
alternatif komunikasi
dua pertiga
- Klien mampu bicara (misalnya, menulis
anterior lidah dan
berkomunikasi dengan tablet, berkedip mata,
dasar mulut).
orang lain dengan papan komunikasi dengan
menggunakan bahasa gambar dan huruf, kode
bicara lain ; isyarat. tangan atau gerakan
lainnya, dan komputer)
2. Anjurkan pasien untuk
berbicara perlahan
3. Kolaborasikan dengan
keluara dan terapi untuk
menyusun rencana
komunikasi efektif.

29
4. Gangguan Pengecekan Kulit
integritas kulit b.d
1. Amati warna, kehangatan,
karsinoma
bengkak, pulsasi, tekstur,
skuamosa oral.
edema, dan ulserasi pada
kerusakan.
2. Dokumentasikan
perubahan membrane
mukosa.
3. Lakukan langkah-langkah
untuk mencegah kerusakan
lebih lanjut [misal :
melapisi kasur dan
menjadwalkan posisi].
4. Ajarkan angora
keluarga/pemberi asuhan
mengeal tanda-tanda
kerusakan kulit dengan
tepat.
5. Kolaborasi pemberian obat
(dokter).

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Karsinoma sel skuamosa atau squamous cell carcinoma merupakan salah satu jenis kanker
kulit yang cukup sering terjadi. Kanker ini sering ditemukan pada bagian tubuh yang sering
terpapar sinar ultraviolet matahari seperti kepala, leher, telinga, bibir, tangan, dan
kaki. Karsinoma sel skuamosa adalah kanker yang pertumbuhannya termasuk lambat. KSS
disebabkan oleh mutasi atau perubahan DNA, yang memicu sel skuamosa pada kulit tumbuh

30
tidak terkendali.Selain itu ada faktor risiko lain yang juga dihubungkan dengan karsinoma sel
skuamosa. Orang yang memiliki kelainan genetik yang diturunkan.

 Global
KSS kulit merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan dengan urutan ke-2
dibandingkan dengan seluruh kanker kulit.
 Penatalaksanaa Karsinoma Sel Skuamosa
Oleh karena itu, keputusan untuk melakukan terapi harus didasarkan pada keinginan
dan faktor risiko individual dari masing masing pasien.
 Gejala Karsinoma Sel Skuamosa
Gejala tersebut umumnya muncul di bagian tubuh yang terpapar sinar matahari seperti
kulit kepala, telinga, atau bibir. Kemudian seiring waktu, timbul benjolan kecil yang
terus tumbuh, dan bisa mengeras atau berdarah. Di mulut, gejala yang muncul bisa
berupa luka pada mulut atau bercak putih. Dalam beberapa kasus, benjolan akan
muncul di lesi kulit yang sudah ada, misalnya pada tahi lalat atau di tanda lahir.
 Tahap Perkembangan Karsinoma Sel Skuamosa
Stadium ini disebut juga dengan carcinoma in situ. Stadium 3 – tumor sudah
menembus ke lapisan bawah kulit, namun belum menyebar ke kelenjar getah bening
yang berdekatan.

4.2 Saran
a. Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan Karsinoma Sel Skuamosa diharapkan mampu memahami konsep dasar
Karsinoma Sel Skuamosa serta konsep asuhan keperawatan.
b. Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan
dengan penyakit ini.
c. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan
ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan Karsinoma Sel
Skuamosa dengan cepat dan tepat.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Rahimi, S. (2013). Squamous cell carcinoma of skin: a brief review. La Clinica


Terapeutica (italic). 164(2). pp. 143-147
2. Najar T. Cutaneous Squamous Cell Carcinoma. In: Meyers AD, editors. Medscape,
2018. https://emedicine.medscape.com/article/1965430-overview
3. Oberholzer PA, Kee D, Dziunycz P, et al. RAS Mutations Are Associated With the
Development of Cutaneous Squamous Cell Tumors in Patients Treated With RAF
Inhibitors. Journal of Clinical Oncology, 2012. 30(3):316–321.
doi:10.1200/jco.2011.36.7680
4. Alam M, Ratner D. Cutaneous Squamous-Cell Carcinoma. New England Journal of
Medicine, 2001. 344(13): 975–983. doi:10.1056/nejm200103293441306

32
KASUS 1

BLOK PALIATIF

Mr Ruslan adalah seorang pria berusia 58 tahun dengan riwayat merokok seratus
bungkus per-tahun, menderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). Sekitar dua tahun
lalu pasien menemukan bercak keperakan di lidahnya tetapi tidak segera mencari pertolongan
medis. Dia terus merokok dan menggunakan tembakau kunyah. Gejala yang muncul: Sekitar
enam bulan yang lalu pasien mencari pertolongan medis setelah ia mengalami gejala berikut:
Perasaan ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokan. Kesulitan mengunyah atau menelan.
Kesulitan menggerakkan lidah. Kesulitan mengartikulasikan kata-kata, dan Lidah mati rasa.
Berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik ditemukan adanya karsinoma skuamosa oral
dari dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut yang sayangnya telah menjalar ke kelenjar
getah bening. Ia dirawat dengan bedah reseksi lidah luas, reseksi tulang dan jaringan lunak.
Keganasan cancer ini berkembang pesat meskipun telah diobati dan mengakibatkan nekrosis
jaringan yang luas yang mengakibatkan gejala yang mengganggu seperti : hipernasitas dan
kehilangan lidah yang membuat ucapan sama sekali tidak bisa dipahami. Kehilangan gigi
secara ekstensif ditambah dengan hilangnya fungsi lidah sehingga sangat sulit untuk menelan.
Kerusakan wajah yang parah, Ulkus rongga mulut nekrotik yang tidak sembuh-sembuh
menyebabkan bau tak sedap yang parah. Sakit wajah.
Pada awalnya, gejala yang di alami pasien cukup terkontrol dengan baik dengan terapi
obat Metadon (50 mg tiga kali sehari), morfin sulfat drift (50 mg setiap empat jam,) untuk
mengatasi rasa sakit dan, berdasarkan "sesuai kebutuhan", haloperidol (0,5 mg setiap enam
jam) untuk mual dan muntah, lorazepam (0,5 mg setiap empat jam) untuk kecemasan, dan
pasien menunjukkan respon cukup baik dengan rejimen ini selama beberapa minggu, tetapi
seiring berkembangnya penyakit, rasa sakitnya memburuk akibat nekrosis jaringan lokal yang
luas yang berpuncak pada saat masuk ke rumah sakit untuk mengontrol gejala. Setelah masuk
rumah sakit, banyak intervensi dicoba sebagai upaya untuk meredakan rasa sakit Mr. ruslan
termasuk: konversi dari metadon oral menjadi infus morfin subkutan berkelanjutan (6 mg /
jam) pasien terkontrol anestesi (PCA) dari morfin sulfat infus 2 mg setiap 15 menit sesuai
kebutuhan lorazepam (0,5mg setiap 4 jam); gel metronidazol dioleskan ke jaringan yang
mengalami ulserasi di wajah (untuk mengontrol infeksi lokal dan dengan demikian bau tak
sedap) oksigen melalui kanula hidung; dan kipas angin lembut bertiup di wajahnya.
Sayangnya, tidak ada pengobatan yang dapat meringankan atau mengurangi rasa sakitnya
yang parah.

33
LAMPIRAN

STEP 1 (ISTILAH KATA SULIT)

1. Hipernasitas
2. Morfin sulfat drif
3. Reseksi
4. Metadon
5. Ulserasi
6. Metronidazole
7. Rejimen
8. Karsinoma skuamosa

JAWAB
1. Suara yang menyerupai suara sengau
2. Morfn adalah obaat yang di gunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga
nyeri berat -obat ini mengubah carah tubuh meredakan rasa sakit.Morfin
adalah obat yang di gunakan mengobati nyeri seperti pada kanker dan jantung
3. Reseksi merupakan tidakan bedah yang di lakukan untuk mengankat
seebagian dari organ tertentu
4. Metadon adalah Obat yang di gunakan untu meringankan rasa sakit yang di
akibatkan oleh cidera ,Yaitu obat opioit sintetik yang di gunakan pengobatan
pada pasie kecaduan dari pengguna golongan opioid
5. Ulserasi adalah Keadaan jaringan terauma mulut yang terjadi karna terdapat
infeksi.Alserasi di bagi menjadi 2 Yaitu
 ulserasi akut
Bisa di sebabkanoleh trauma sikat gigi,tergigi dan sebagiannya dan
bila di biaran saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari
 ulserasi kronik
Akan sulit sembuh jika di biaran tanpa di beri tindakan apa-
apa( yemima )

34
6. Metronidazole Adaah obat antibiotik yang di gunakan untuk mengobati
peyakit yang di sebabkan oleh infeksi bakteri di bagian perut, vagina,
kulit,sendi, hati, saluran pernapasan dll.
7. Rejimen,Merupakan komposisi jenis jjumlah dan frekuensi pemberian obat
sebagai terapi pengobatan
8. Karsinoma skuamosa ,Salah satu kangker kuit yang menyerang sel skuamosa
yaitu sel yang meembentuk lapisan tengah dan luar kulit, umumnya
menyerang bagian tubuh yang terpapar matahari antaralain wajah, leher tangan
dan kaki.Berbentuk kedua kaker dari kulit yang di mana kanker kulit yang
tumbuh cukup lambat yang menyerang tulang dan kulit bagian mulut

STEP II (IDENTIFIKASI MASALAH)

1. Apa intervensi yang di lakukan untuk mengurangi keluhan klien?


2. Sebagai petugas kesehatan bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup pasien
tersebut?)
3. Apa tindakan fokus perawat yang harus di tangani pada kasus tersebut ?
4. Selain terapi dalam kasus adakah terapi yang dapat di lakukan ?
5. Apa saja factor resiko pada pasien tersebut?
6. Diaknosa keperawatan apa yang muncul pada kasus tersebuat ?
7. Berdasarka ke adaan pasien apakah tepat di lakukan perawatan paliatif ?
8. Apa perinsip pelayanan paliatif pada pasien cencer ?
9. Mengapa perlu di lakukan anastesi PCA ?

STEP III (ANALISA MASALAH)

1. Terapi Obatan yang dapat di berikan


Perawatan nyeri
Perawatan paliatif

2. Fisik, dengan pengobatan, respon obat yang diberikan pada pasien, Psikologis dengan
memberikan pengertian kepada keluarga dan pasien mengenai penyakitnya dan juga
memberikan motivasi, Dukungan Sosial dengan memberikan support system

35
keluarga, Lingkungan dengan menyediakan lingkungan yang nyaman seperti
memberikan kipas angin dengan lembut meniup wajahnya.
3. Dengan Paliatif cere Yang berfokus pada pengurangan rasa sakit dan Pemulihan
pasien.
4. Terapi karsinoma sel skuaosa dapat melibatkan satu atau beberapa terapi sekaligus
seperti pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
5. Faktor resiko yang dapat terjadi diantaranya resiko menurunnya sistem kekebalan
tubuh pada pasien, Orang yang mulai memasukin lanjut usia makin rentan trhadap
penyakit tersebut dan laki laki memiliki persentase lebih besar terkena dibanding
perempuan menambahkan pengaruh individu yang meningkatkan kerentanan
lingkungan, psikologi.
6. Nyeri akut
Gaguan komunikasi ferbal
Kerusakan interasi kulit
Gaguan tidur
Resiko infeksi
Ketidakseimbangan nutrisi
7. Pada kasus pasien tersebt Sudah tepat di lakukan perawatan paliatif karna pada kasus
terdapat indikasi “tidak ada pengobatan yang dapat meringankan atau mengurangi
rasa sakit yang parah” indikasi ini lah yang mengharuskan psien mendapatkan
perawatan paliatif .
8. Tidak mempercepat atau menudah kematian
menghilangkan nyeri atau keluahan lain
 menjaga keseimbangan psikhososiospiritual
mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
membantu mengatasi masa dukacita dalam keluarga
meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kemmatian proses yang wajar
9. Memiliki kandungan yang cocok menaggulaingi nyeri,munta dan mual pada pasien
Keuntungannya yaitu analgesia yang di kendalikan pasien termasuk penghilang
rasa sakit dan mengontor nyeri serta PCA yang cepat untuk menangankan nyeri
seperti pada saat melakukan fisio terapi .

STEP IV (MIND MAPPING)

36
Mr.Ruslan

58 Tahun

Penderita penyakit paru obstruktif

Gejala

Perasaan ada sesuatu yang tersangut di tenggorokan. Kesulitan


mengunyah atau menelan. Kesulitan menggerakan lidah,
kesulitan mengartikulasikan kata – kata, dan lidah mati rasa

Pemeriksaan Diagnostik

Di temukan ada karsinoma skuamosa oral dari dua pertiga


anterior lidah dan dasar mulut

Hipernasitas dan kehilangan lidah yang membuat ucapan sama sekali tidak
bisa di pahami, kehilangan gigi secara ekstensif di tambah dengan hilangnya
fungsi lidah sehingga sangat sulit untuk menelan, kerusakan wajah yang parah,
ulkus rongga mulut, nekrotik ang tidak sembuh-sembuh menyebabkan bau tak
sedap yang parah, sakit wajah

Karsinoma Skuoamosa
&Perawatan Paliatif Care

37

Anda mungkin juga menyukai