Anda di halaman 1dari 48

TUGAS TUTORIAL SKENARIO I

BLOK KEPERAWATAN KELUARGA

DOSEN PENGAMPU:
Ns.Yusnilawati, S.kep., M.Kep.

DISUSUN OLEH:

ETIA ZARIA AMNA G1B118007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
Kasus Tutor
Kasus 1 : Konsep Keluarga (Askep Klg dengan Anak Remaja)
Seorang mahasiswi Profesi Ners (22 th). di beritugas untuk mengelola keluarga dengan resiko tinggi,
setelah survei ia menemukan keluarga (Tn.A& Ny.N) pada tahap perkembangan anak remaja, memiliki
masalah dengan anak remaja, Hasil pengkajian data awal; tipe keluarga keluarga inti, memiliki 3 orang
anak, 2 perempuan yang masih duduk di kelas1 dan kelas3 Sekolah Dasar, dan 1 laki-laki kelas2 SMP
yang biasa di panggil (An. T). Menurut ibunya An.T tidak memiliki masalah kesehatan apapun, dari kecil
jaranng Sakit dan tidak merepotkan saya. Saat adiknya perempuannya lahir ia sangat menyayangi,. Meski
kadang2 sedikit ada persaingan sibling, dua tahun berikutnya adik keduanya lahir, fokus perhatian ibu nya
Ny.N terhadap An.T berkurang. Namun An. T punya banyak teman di sekolah dan tetangga sekitar
Rumah. Sampai meninjak remaja An.T bersama teman-temanya sering ke warnet, dan sering terlambat
pulang sekolah, kadang-kadang bolos sekolah pulang sampe malam. Ny.N mengatakan sebenarnya
masalah yg lain banyak cape saya ngadepin dia. Beda dengan dua adik perempuannya yang sangat
penurut, rajin, dan pintar-pintar ayahnya (Tn.A) sangat menyayanginya.

Lo;
- Jelaskan Konsep keluarga
- Lengkapi data apa saja yang harus di gali dari kasus diatas
- Masalah keperawatan apa yang mungking muncul pada kasus
- Secara teori Tindakan Apa yang sebaiknya dilakukan pada keluarga Tn.A& Ny.N ,

STEP 1
1. Survei
 Survei Artinya Merupakan metode untuk menjaring data penduduk dalam beberapa
peristiwa demografi atau ekonomi

2. Sibling
 Sibling Artinya Sibling adalah saudara kandung laki2 maupun perempuan

3. Keluarga Resiko Tinggi

2
 Keluarga Resiko Tinggi Artinya Keluarga resiko tinggi adalah keluarga dalam usia
subur dengan masalah seperti tingkat sosial ekonomi yang rendah ataupun keluarga
dengan keturunan yang kurang baik atau dengan penyakit keturunan

STEP 2
1. Pada tahap perkembangan anak remaja apa saja tugas orang tua seharusnya lakukan? Lintang
2. Tugas perkembangan keluarga apa yg belum terpenuhi
3. apa saja yang di kaji oleh perawat pada kasus tsb?
4. Pencegahan apa saja yang dapat di lakukan sebelum hal pada kasus tsb terjadi?
5. Apa yang harus perawat lakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada kasus ?
6. Jelaskan, pada kasus tersebut termasuk ketipe keluarga manakah?

STEP 3

1. Tahap perkembangan anak remaja


- Dimana orang tua harus memberikan kebebasan yang seimbang dengan tujuan
- orang tua mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
- mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua

Tambahan
- Pertama, bertindak sebagai teman diskusi yang menyenangkan.
- Kedua, menghindari sikap menyalahkan dan menghakimi.
- Ketiga, mengarahkan potensi dan energi mereka yang besar pada hal-hal yang positif dan
bermanfaat bagi masa depannya.
- Keempat, jangan melecehkan kondisi psikologis mereka yang labil.
- Kelima, menghindari hukuman yang dapat membuat perasaan mereka terluka.
- Keenam, menjelaskan setiap fase perkembangan mereka yang dapat menyebabkan perubahan
kondisi psikologismereka.

2.Tugas yang belum terpenuhi pada kasus yaitu


 membangun komunikasi yang baik dengan anak.
 Orangtua wajib belum memberi tanggung jawab sesuai usia dan kemampuan anak.

3
3. Pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga yg perlu dikaji yaitu :
 Mengidentifikasi data demografi dan sosiokultural
 Data Lingkungan
 Struktur dan fungsi keluarga
 Stress dan strategi koping yang digunakan keluarga
 Perkembangan keluarga

Data umum meliputi:


 Nama kepala keluarga (KK)
 Alamat dan telepon
 Pekerjaan kepala keluarga
 Pendidikan kepala keluarga
 Komposisi keluarga dan genogram
 Tipe keluarga
 Agama
 Status sosial ekonomi keluarga
 Suku bangsa
 Aktivitas rekreasi keluarga
 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
 Riwayat penyakit
 Fungsi keluarga

4. Pencegahan apa saja yang dapat di lakukan sebelum hal pada kasus
 Dengarkan uneg-unegnya

Cobalah untuk membuat anak Anda mengekspresikan semua emosinya, baik dan buruk, dengan
mendorongnya untuk bicara tentang perasaannya. Ini akan mendorong anak untuk memberi tahu Anda
bagaimana perasaannya, daripada hanya memberi sinyal-sinyal lewat tindakan fisik seperti memukul,
mencubit, atau mendorong adik bayi.
Jika balita Anda memukul adiknya, jelaskan bahwa hal ini tidak bisa ditoleransi. Katakan padanya dengan
tenang dan lembut bahwa memukul tidak diperbolehkan. Anda bisa menyarankan anak untuk
menunjukkan perasaannya dengan menunjukkan wajah cemberut atau ekspresi marah, atau Anda berdua
bisa bersama-sama meneriakkan perasaan masing-masing.

4
 Pahami bahwa ia hanya mencoba mendapatkan perhatian Anda

Beberapa balita mencoba mendapatkan perhatian orangtua mereka dengan berperilaku seperti bayi. Jika
balita Anda mulai berkelakuan aneh untuk cari perhatian, cobalah bersabar dengan sikapnya. Anak
mungkin hanya membutuhkan sedikit perhatian ekstra dari Anda untuk sementara waktu. Dengan bantuan
dari Anda, ia akan segera kembali menjadi dirinya sendiri. Pastikan anak Anda mengerti bahwa tidak apa-
apa baginya untuk merasakan hal-hal demikian.
 Libatkan anak dalam persiapan menyambut bayi

Sebelum bayi lahir, berikan izin padanya untuk merasa cemburu, dan beri tahu ia bahwa kakak yang lain
juga merasakan hal yang sama ketika adik barunya hadir. Anda mungkin bisa mencari buku anak-anak
tentang bayi, dan membacanya bersama-sama.
Anda juga bisa membiarkan anak terlibat dalam persiapan menyambut adik barunya. Dia bisa membantu
membuat keputusan sederhana, seperti apakah sprei tempat tidur bayi harus warna kuning atau merah.
 Biarkan anak tahu bahwa rasa sayang Anda padanya tidak berubah

Setelah bayi Anda lahir, ingatkan pada balita bahwa kasih sayang Anda padanya masih tetap sama.
Biarkan dia tahu bahwa dia masih spesial seperti sebelumnya. Jika dia mulai berulah dengan mengatakan
bahwa ia membenci adiknya, atau dengan mencubit adik bayi, pahami bahwa ini artinya si kakak
membutuhkan waktu lebih banyak dengan Anda.
 Pertahankan rutinitas

Dengan kehadiran anak baru, rutinitas Anda tentu berubah. Namun usahakan rutinitas kakak tidak terlalu
terganggu. Tetap membiasakan rutinitas seperti sarapan bersama, nonton acara televisi kesukaan setiap
sore, dan membacakan dongen di jam yang sama sebelum tidur, untuk membantu anak Anda
menyesuaikan diri. Hindari pula perubahan besar di saat ini, seperti pindah rumah atau sekolah.
 Ajak anak untuk membantu merawat adiknya

Cobalah untuk melibatkan anak dengan perawatan bayi. Misalnya, Anda bisa membiarkan ia memilih
pakaian tidur untuk adiknya, atau memilih apa yang akan adiknya kenakan hari ini. Anda juga bisa
memintanya untuk memberi tahu Anda ketika menurutnya adik bayinya memerlukan sesuatu (saat si bayi
menangis).
 Beri tahu tamu yang berkunjung

5
Beri tahu teman-teman dan keluarga agar peka terhadap kebutuhan balita Anda. Minta mereka untuk
menghabiskan waktu dengan si kakak, dan tidak hanya berfokus pada bayi baru Anda.
Tambahan
 Mendorong anak untuk memilih
 Membuat anak yang tua tetap merasa penting
 Bertutur kata secara baik
 Berikan pujian saat anak2 rukun
 Ajarkan anak bekerja sama yang baik dalam memecahkan masalah

5. Komponen pengkajian keluarga terdiri atas kategori pertanyaan, yaitu data pengenalan keluarga,
riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur keluarga (struktur peran, nilai,
komunikasi, kekuatan), fungsi keluarga (fungsi afektif, sosialisasi, pelayanan kesehatan, ekonomi,
reproduksi), dan koping keluarga. setelah dilakukan pengkajian perawat menganalisa data yang didapat
setelah menganalisa data kemudian didapatkan lah diagnosa masalah kemudian perawat menegakkan
intervensi dengan itu baru perawat bisa mengetahui masalah apa yang ada di keluarga tersebut dan dapat
menegakkan intervensi yang ada

6.The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan anak, baik anak
kandung maupun anak angkat

6
STEP 4

Ners Tn A dan Ny.N

1 Anak Laki-Laki An.TA 2 Anak Perempuan Adik An.TA

 Penurut
sering ke warnet, dan sering terlambat pulang
 Rajin
sekolah
 Pintar
 Disayang Tn.A

Persaingan Sibling

KONSEP KELUARGA PADA ANAK DAN REMAJA

7
STEP 5 LEARNING OBJECTIVE (LO)

1. Jelaskan Konsep keluarga

Jawab :
1. Konsep keluarga
A. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh perkawinan, adopsi dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama (friedman,
1998).
keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Effendy, 1998)
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon
dan Maglaya, 1978) , dikutip dari Setyowati, 2008)

B. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan
maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut Friedman (1998) Tipe keluarga
ada 2 yaitu :
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung
atau angkat)
2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah, misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
8
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
b. Tipe keluarga non tradisional
1) The unmarriedteenege mather Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anaak bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family Keluarga yang hidup bersama dan
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami-istri (marital partners).
6) Cohibitng couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group-marrige family Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
8) Group network family Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan
untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.

9
11) Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

C. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
1) bersifat terbuka dan jujur,
2) selalu menyelesaikan konflik keluarga,
3) berpikiran positif, dan
4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1. Karakteristik pengirim :
a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu meminta dan menerima umpan balik.
2. Karakteristik penerima :
a) Siap mendengarkan.
b) Memberi umpan balik.
c) Melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak, dan sebagainya. Tetapi kadang peran
ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa
anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang
lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.
d. Nilai-nilai keluarga

10
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku
yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah
kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah.

D. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Menurut ( Murwani, 2007 ) komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk memberikan
kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang
hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga
merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar
keluarga/masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif
sehingga anakanak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
11
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan keluarga.
Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif
didalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar bersosialisasi.Keberhasilan perembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan
dalam sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak seimbang antara suami dan
istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota
keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.

E. Tugas Kesehatan Keluarga


Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)
a Mengenal masalah kesehatan
b Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
12
c Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e Mempertahankan hubungan dengan ( menggunakan ) fasilitas kesehatan masyarakat

F. Tugas Perkembangan
Keluarga Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-
individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga
mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan menurut
Duvall dan Miller dalam (Friedman, 1998) adalah :
a. Tahap I : keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya
sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan
baru yang intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama
hingga bayi berusia 30 bulan .
c. Tahap III : keluarga dengan anak usian pra sekolah dimulai ketika anak pertama berusia
dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak berusia lima tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama telah
berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun,
awal dari masa remaja.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak pertama melewati umur 13
tahun, berlangsung selama enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika
anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal
dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda, ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak
terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung
pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal dirumah. Fase ini
ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anakanak untuk kehidupan
dewasa yang mandiri.
g. Tahap VII : orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimulai dengan salah stu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan
13
berakhir dengan pasangan lainnya meninggal dan tugas tumbuh kembang lansia pada
tahap ini adalah:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

2. Data apa saja yang harus di gali dari kasus

Jawab:
1. An. T sering ke warnet, cara mengatasinya : membuat sebuah peraturan yang disepakati
bersama, membatasi lamanya anak saat bermain game, padatkan aktivitas anak dengan
kegiatan diluar jam sekolah, mengajaknya terlibat dalam pekerjaan rumah, paham akan
apa yang dibutuhkan anak, berilah perhatian yang lebih pada anak, alihkan perhatian anak
ke aktifitas lainnya, ajak anak berlibur tamasya sekeluarga, masuki dunia anak, jadilah
teladan yang baik.
2. An. T sering terlambat pulang sekolah, cara mengatasinya : Ingat-ingat jam berapa anak
tiba di rumah, izinkan anak istirahat sejenak. Jangan disuruh atau diminta apa-apa dulu.
Biarkan anak istirahat, kemudian bisa beraktivitas lagi setelah tubuhnya kembali segar.
Saat tiba di rumah, anak memiliki banyak pengalaman yang bisa diceritakan. ini
kesempatan emas untuk mengakrabkan orang tua dengan anak. ibu/ayah bisa saling cerita
apa saja yang dilakukan saat di sekolah (emotional bounding) .
3. An. T suka pulang malam, cara mengatasinya : berikan perhatian kepada anak agar anak
betah di rumah, berikan waktu untuk bermain dengan teman-temannya secukupnya,
penuhi kebutuhan anak, jangan terlalu dikekang, pantau pergaulan anak secukupnya.

3. Masalah yang mungkin muncul pada kasus :

Jawab:
1. Gangguan proses keluarga
2. Resiko gangguan perlekatan
3. Kurangnya dukungan keluarga
4. Disgungsi proses keluarga
14
4. Secara teori Tindakan Apa yang sebaiknya dilakukan pada keluarga Tn.A& Ny.N
Jawab:

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab


2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak akan orang tua
4. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga
5. Tidak membandingkan anak 1 dengan lainnya bahkan anak tetangga
6. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri
7. Meyakinkan seorang anak mendapatkan waktu yang cukup dengan orang tua
8. Jangan memberikan tuduhan tertentu kepada anak
9. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anaknya
10. Merencanakan kegiatan keluarga
11. Memberikan respon sesuai keadaan
12. Pelajari alasan anak merasa iri
13. Turunkan ekspetasi kepada kakaknya.

15
STEP 6
“KONSEP KELUARGA PADA ANAK DAN REMAJA”

A.Definisi Sibling Rivalry


Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, perhatian dari
kedua orang tuanya (Suherni, 2007)
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara
perempuan. Hal ini terjadi pada semua Ibu yang mempunyai dua anak atau lebih (Bahiyaton, 2009).

B. Ciri khas sibling rivalry


Reaksi sibling rivalry yang dikemukan oleh Shaffer 2009 dalam (Rahmawati, 2013) yaitu :

a) Berperilaku agresif atau resentment (kekesalan, kemarahan, atau kebencian).


Perasaan kesal dan marah akibat perlakuan yang berbeda dari orang tua dilampiaskan
kepada saudaranya (adik/kakak). Hurlock (2005) juga menyampaikan bahwa
kecemburuan terhadap saudara kandung dapat ditunjukan melalui perilaku
agresif tersebut seperti memukul, mencakar, melukai, dan berusaha mengalahkan
saingannya (saudaranya), melempar barang, menyerang orang tua dan sebaginya.
b) Kompetisi atau semangat untuk bersaing (tidak suka mengalah)
Persaingan saudara ini mengakibatkan salah satu atau antar saudara kandung berusaha
menang dari saudaranya atau tidak suka mengalah dari saudaranya. Anak-anak bersaing
dan menganggap kelebihan mereka sebagai cara untuk mendapatkan perhatian.
c) Perasaan iri dengan mecari perhatian
Biasanya ditunjukan dengan mencari perhatian secara berlebihan seperti salah satu anak
menyakiti dirinya sendiri saat melihat orang tua memuji saudaranya aga orang tua
mengalihkan perhatian kepadanya (Woolfson, 2005). Anak juga menunjukan dengan
sikap sebaliknya yaitu anak menjadi penurut dan patuh hal ini dilakukan untuk
memperebutkan perhatian orang tua

C. Manifestasi Sibling rivalry

Sawicki (1997) mengemukakan bahwa ada empat manifestasi sibling rivalry, yaitu agresi, penurunan
tingkah laku, tingkah laku anak mencari perhatian orang tua serta kematangan dan kemandirian.
Manifestasi sibling rivalry ini umumnya terjadi pada anak yang lebih tua akibat kehadiran adik
dalam keluarga.
16
D. Bentuk sibling rivalry
Menurut Hurlock dalam Setiawati dan Zulkaida (2007), sibling rivalry ada 2 macam reaksi. Pertama
bersifat langsung yang dimunculkan dalam bentuk perilaku agresif mengarah ke fisik seperti menggigit,
memukul, mencakar, melukai, dan menendang atau usaha yang dapat diterima secara sosial untuk
mengalahkan saingannya. Kedua reaksi tidak langsung yang dimunculkan bersifat lebih halus sehingga
sulit untuk dikenali seperti: mengompol, pura-pura sakit, menangis, dan menjadi nakal.

E. Penyebab sibling rivalry
Menurut Mulyadi (2000), penyebab sibling rivalry adalah karena Ibu membagi perhatian dengan
orang lain, mengidolakan anak tertentu dan pembiaran rasa kesal dan kurangnya pengertian tentang
konsep diri.
Sedangkan menurut Yulia (2006), penyebab sibling rivalry adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dan berkembang bersama anak misalnya
temperamen, sikap masing-masing anak dalam mencari perhatian Ibu, perbedaan usia atau jenis kelamin,
ambisi anak untuk mengalahkan anak yang lain. Sedangkan faktor eksternal adalah sikap Ibu yang suka
membanding-bandingkan atau adanya anak emas diantara anak yang lain.

F. Akibat sibling rivalry


Menurut Priatna dan Yulia (2006), pertengkaran yang terus menerus dipupuk sejak kecil
akan terus meruncing saat anak-anak beranjak dewasa. Mereka akan terus bersaing dan saling
mendengki. Bahkan ada kejadian saudara kandung saling membunuh karena memperebutkan
warisan.
Menurut Rimm (1999), dampak sibling rivalry yaitu pada perkembangan anak selanjutnya
dalam keluarga. Dengan adanya persaingan dalam diri anak, tertanam asumsi bahwa saudara
kandung adalah saingannya dan anak harus paling baik diantara saudara kandungnya

G. Pencegahan sibling rivalry


Menurut Melinda (2011) Untuk mengatasi sibling rivalry dalam keluarga, ada beberapa tips yang dapat
dipraktekkan oleh orangtua. Jika di lakukan niscaya anak-anak akan memiliki rasa toleransi, berempati
satu sama lain serta dapat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa mendatangkan masalah baru.
a. Membagi perhatian secara adil
17
Untuk menghindari kecemburuan antar anak, sebagai orangtua harus membagi perhatian secara adil
kepada anak-anak. kecil yang didera rasa cemburu akan membuatnya mencari alasan untuk bertengkar
dengan saudara kandungnya karena merasa orangtuanya tidak adil dengan memberi perhatian yang lebih
banyak pada saudaranya
b.Memberi kesempatan yang sama
Salah satu yang kerap menjadi bahan pertengkaran adalah acara televisi. Di satu sisi sang kakak ingin
menonton acara A, sementara sang adik ingin menonton acara B. Salah satu cara mengatasinya adalah
Anda dapat memasang alarm dengan hitungan menit tertentu, misalnya 30 menit, bagi tiap orang anak
untuk menonton acara yang diinginkannya dan memegang remote tv.
c. Memakai label masing-masing barang anak
Mainan juga kadang menjadi salah satu bahan pertengkaran, terutama pada anak-anak yang berjenis
kelamin sama. Solusinya, dapat memberikan label pada masing-masing mainan anak agar mereka tidak
saling berebut. Selain itu, mereka juga akan terdidik untuk menghargai barang milik orang lain serta
melatih sikap empati dengan merasakan bila barang miliknya direbut atau dipakai oleh orang lain. Namun
setelah mereka beranjak besar, juga harus mengajarkan mereka untuk berbagi dengan menggunakan
barang yang sama secara bergantian untuk melatih toleransi dan kebersamaan.
d.Menyaring tontonan mereka
Saat ini acara-acara televisi sudah jarang yang ditujukan khusus untuk anak. Tiap stasiun televisi
cenderung membuat program-program untuk remaja dan dewasa yang lebih menguntungkan dari sisi
finansial. Disinilah tugas sebagai orangtua untuk menyortir tayangan-tayangan yang boleh ditonton anak
atau tidak. Jangan sampai karena membebaskan anak untuk menonton acara yang penuh adegan
kekerasan, anak menjadi sangat agresif pada saudara atau temannya karena meniru apa yang dilihatnya di
televisi seperti kasus-kasus pada anak yang pernah santer terdengar beberapa waktu yang lalu. Untuk itu,
latihlah anak-anak dengan memberikan aturan-aturan yang berlaku dan membuat mereka menjadi anak
yang tertib agar tidak terjadi sibling rivalry dalam keluarga.

H. Persiapan sibling
Menurut Puspitasari (2005) Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat
menimbulkan situasi krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan

a. Enam bulan sebelum bayi tiba, melibatkan balita dalam kelompok bermain. Berbagi
dan bekerjasama adalah pelajaran yang paling baik diajarkan bersama teman sebaya.

18
b. Menunjukan afeksi kepada anak –anak lain.Biarkan anak mengamati Ibu
berinteraksi  dengan anak-anak kecil lain.Beberapa anak tidak peduli ketika ibunya
menggendong atau mencium anak lain. Beberapa anak akan ragu tidak pernah
terpikir olehnya ibunya bisa tertarik pada anak lain.
c. Kenalkan anak dengan para bayi. Membacakan buku tentang bayi ; menunjukan
gambar-gambar bayi di majalah, juga fotonya sendiri ketika dia masih bayi.yang
paling baik adalah mengajaknya melihat bayi yang sesungguhnya dan berbicara
tentangnya.
d. Peka terhadap sudut pandang anak.Meskipun anak belum sepenuhnya mengerti apa
yang sedang terjadi tingkat intelektual, saya berani menyakinkan bahwa anak anda
tahu sedang terjadi perubahan .
e.  Menggunakan akal sehat dan percaya naluri.

I. Dampak Positif Sibling Rivalry


Sibling rivalry menimbulkan akibat dampak positif dan negatif terhadap perkembangan anak
Havnes 2010 dalam (Rahmawati, 2013). Dampak – dampak tersebut antara lain :

 Dampak positif
Dampak dari sibling rivalry ini yaitu saat saudara lahir, anak yang lebih tua telah
mengembangkan kemandirian penuh, terutama dalam bermain, dan peningkatan
kemampuan untuk bertanggung jawab yang mengarah ke konsep diri yang lebih bagus.
 Dampak negatif
Sibling rivalry dapat menimbulkan akibat yang negatif yaitu mencederai saudaranya
seperti anak akan memukul, mendorong, dan mencakar lawannya, sedangkan pada anak
yang lebih besar cenderung akan memaki saudara atau menganggap saudara sebagai
lawan.

J. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial
dan fisik.Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak
tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk
1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004:
19
53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.  Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun
sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut
Zakiah Darajat (1990: 23)

K. Karakteristik Remaja
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi
biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di bawah ini:

1. Transisi Biologis

Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat
nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta
kematangan sosial.Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang
dan tinggi).Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid
pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002: 79)
menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu;
perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi
panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di kemaluan,
mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya, bulu kemaluan
menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi  antara lain; pertumbuhan
tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus, dan
berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan
menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya,
tumbuh rambut-rambut halus diwajaah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir
perubahan suara, rambut-rambut diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu
dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh kelenjar pituitarydan
kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya

20
pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin
utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung Hartono, 2002: 94)

2.   Transisi Kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial.Hal ini
menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional
formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis.Remaja berpikir lebih abstrak
dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak.
Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri
sendiri, orang lain dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti
ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis
menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
3.   Transisi Sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan
selanjutnya pada masa remaja.Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas
dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan berkembang
semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun
lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008: 139)

L. Fase Pertumbuhan Remaja


1.  Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke
remaja.Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-
laki.Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon
seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi
remaja.Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase
ini.Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu
segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan
terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta
menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru
segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan
kebiasaan hidup pujaan tersebut.

21
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan
keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan
pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai
pembangkangan.Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi.Mereka lebih
senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka
juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang
berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak
boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin
kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung
bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat
teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
            Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu
siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada
saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya
untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain.
Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu
merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat.
2.      Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu
menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu
menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi
sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat.Keinginan
seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini.Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya
menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah
yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus
mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal
ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan
diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan
gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik
seksual.Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan
seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya.Kadang mereka bersikap kasar, kadang
lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini
22
semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-
peraturan dengan pikirannya sendiri.
3.      Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat
menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena
tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka.Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada
remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses
kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan
fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya.Namun kematangan psikologis belum
tercapai sepenuhnya.
4. Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik,
emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai
memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari
bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya.Sikapnya terhadap kehidupan mulai
terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta
sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.

M. Remaja dan Permasalahannya


 Masalah remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia punya masalahnya
tersendiri, termasuk periode remaja.Remaja seringkali sulit mengatasi masalah mereka. Ada dua
alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama; ketika masih anak-anak, seluruh masalah mereka selalu
diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal inilah yang membuat remaja tidak mempunyai pengalaman
dalam menghadapi masalah.Kedua; karena remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka
mempunyai gengsi dan menolak bantuan dan orangdewasa.  Remaja pada umunya mengalami
bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-
perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat
tempat mereka hidup.Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin
kompleks dan berteknologi modern.
Adapun masalah yang dihadapi remaja masa kini antara lain :
1.      Kebutuhan akan figur teladan

23
Remaja jauh lebih mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dan
keteladanan orang tua mereka daripada hanya sekedar nasehat-nasehat bagus yang tinggal
hanya kata-kata indah
2.      Sikap Apatis  
Sikap apatis meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada
saat yang bersamaan tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di
dalam ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
 3.  Kecemasan dan kurangnya harga diri
Kata stess atau frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja.Banyak
kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu
kenikmatan lewat minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
4.   Ketidakmampuan untuk melibatkan diri
            Kecenderungan untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir
ekonomis, membuat para remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif
dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat.Persahabatan dinilai dengan
untung rugi atau malahan dengan uang.
5.   Perasaan tidak berdaya
           Perasaan tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin
menguasai gaya hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau
menciptakan masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk berpikir tentang
keselamatan diri kita di tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan
pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat nilai baik
atau ijazah
6.   Pemujaan akan pengalaman
Sebagian besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-
obatan dan seks pada mulanya berawal dan hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan
anak muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.

Bentuk-bentuk dan perbuatan yang anti sosial antara lain:


a.   Anak-anak muda yang berasal dan golongan orang kaya yang biasanya memakain
pakaian yang mewah, hidup hura-hura dengan pergi ke diskotik merupakan gaya hidup
mewah yang tidak selaras dengan kebiasaan adat timur.

24
b. Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah seperti bolos, terlambat
masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain sebagainya.
c.   Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor ditengah-tengah keramaian kota dengan
kecepatan yang melampaui batas maksimum yang dilakukan oleh para pemuda belasan
tahun.
d. Membentuk kelompok (genk-genk) remaja yang tingkah lakunya sangat menyimpang
dengan norma yang berlaku di masyarakat, seperti tawuran antar kelompok.

N. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
(Departemen Kesehatan RI. 1998 ). Keluarga adalah sebagai unit kecil, terdiri dari dua orang atau lebih,
akan tetapi tidak selalu diikat dalam suatu ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu atap,
berinteraksi satu sama lain, setiap anggota keluarga menjalankan peran dan fungsinya masing-masing
serta menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan. ( Duval dalam Agus Citra D. 2002 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lainnya,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Baylon dan
Maglaya di kutip oleh Arita Murwani 2007).

O. Tugas Perkembangan Keluarga

Tugas perkembangan yang pertama dan utama adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung
jawab ketika remaja matur dan semakin mandiri. Orang tua harus mengubah hubungan mereka dengan
remaja putri atau putranya secara progresif dari hubungan dependen yang dibentuk sebelumnya kearah
suatu hubungan yang makin mandiri. Pergeseran yang terjadi dalam hubungan anak dan orang tua ini
salah satu hubungan khas yang penuh dengan konflik-konflik sepanjang jalan ( Friedman, 1998, hal. 126).

Agar keluarga dapat beradaptasi dengan sukses selama tahap ini, semua anggota keluarga, khususnya
orang tua, harus membuat “perubahan sistem” utama yaitu, membentuk peran-peran dan norma-norma
baru dan “membiarkan” remaja. Kidwell dan kawan-kawan (1983) meringkas perubahan yang diperlukan
ini “secara paradoks sistem keluarga yang dapat membiarkan anggotanya adalah sistem yang akan
bertahan dan menghasil sistem itu sendiri secara efektif pada generasi-generasi berikutnya” ( Friedman,
1998, hal. 126).
25
P. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia
Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran
dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau buat komentar-komentar yang
merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-
tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih selama
masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri
sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi,
mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja.
Kalau hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman
berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku
yang tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat
mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua
hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun
orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang dan
kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik. Masa remaja dikenal
banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh romantika, padahal sebenarnya masa ini
merupakan masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan
lingkungan social.

Q. Masalah-masalah kesehatan
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi kesehatan tetap
menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan dibicarakan dengan
keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai dari usia 35 tahun, resiko
penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria dan pada usia ini anggota keluarga yang
dewasa mulai merasa lebih rentan terhadap penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan
perkembangan dan biasanya mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan
pada remaja, kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan patah
tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi (Friedman, 1998, hal. 127). Penyalahguanaan
obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang tidak dikehendaki, dan pendidikan
dan konseling seks merupakan bidang perhatian yang relevan.

26
R. Tahapan Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu yang dianggap stabil,
misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers
(Friedman, 1998, hal. 111), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat melalui tahap
tersebut dengan sukses. Pada makalah ini akan diuraikan perkembangan keluarga berdasarkan konsep
Duvall dan Miller (Friedman, 1998).
Keluarga dengan Anak Remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersipkan diri
menjadi lebih dewasa. Seperti pada tahap-tahap sebelumnya, pada tahap ini keluarga memilki tugas
perkembanganya Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Remaja, yaitu
a.Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat remaja yang sudah
bertambah dewasadan meningkatkan otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c.Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan
d.Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

27
“ASUHAN KEPERAWATAN TEORI”
Asuhan keperawatan keluarga adalah proses kompleks yang menggunakan
pendekatan sistematik yang bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :

1. Pengkajian
Yang termasuk pengkajian keluarga yaitu cara mengidentifikasi
data demografi dan data sosiokultural, data lingkungan, kemudian
struktur dan fungsi keluarga, stress dan strategi koping yang digunakan
keluarga, dan juga perkembangan keluarga.
Yang termasuk pengkajian terhadap individu sebagai anggota
keluarga adalah pengkajian : Fisik, Mental, Emosi, Sosial, Spiritual
2. Perumusan diagnosis keperawatan
Keputusan klinik tentang semua respon individu, keluarga dan
masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai
dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat. Semua diagnosis
keperawatan harus didukung oleh data. Data diartikan sebagai definisi
karakteristik.
3. Penyusunan perencanaan
Perencanaan keperawatan juga dapat diartikan juga sebagai suatu
proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah
klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat
suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi
perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan, di
antaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai
dan kepercayaan klien, batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga
kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah,
mengambil keputusan, menulis tujuan, serta memilih dan membuat
strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis

28
instruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja
sama dengan tingkat kesehatan lain.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun
perencanaan keperawatan keluarga adalah berikut ini.
1. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis
data secara menyeluruh tentang masalah atau situasi
keluarga.
2. Rencana keperawatan harus realistik.
3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan
dan falsafah instansi kesehatan.
4. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga
4. Tindakan keperawatan
Pelaksanaan asuhan keperawatan Perencanaan yang sudah
disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang
ada di keluarga, masyarakat dan pemerintah.

TAHAP TINDAKAN KEPERAWATAN KELUARGA


Dalam pelaksanaannya, ada tiga tahapan dalam tindakan keperawatan sebagai
berikut.

1. Tahap Persiapan
Pada tahap awal ini, Anda sebagai perawat harus menyiapkan
segala sesuatu yang akan diperlukan dalam tindakan. Persiapan meliputi
kegiatan-kegiatan seperti berikut ini.
a. Review tindakan keperawatan diidentifikasi pada tahap
perencanaan. Perlu dipahami bahwa pada dasarnya prinsip dari
tindakan keperawatan disusun untuk melakukan upaya
promosi, mempertahankan, dan memulihkan kesehatan
klien/keluarga.
Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan keluarga, antara lain:

29
1) konsisten sesuai dengan rencana tindakan;
2) berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah;
3) ditujukan kepada individu sesuai dengan kondisi klien;
4) digunakan untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik dan
aman;
5) memberikan penyuluhan dan pendidikan kepada klien;
6) penggunaan sarana dan prasarana yang memadai.
b. Menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang
diperlukan. Perawat harus mengidentifikasi tingkat
pengetahuan dan tipe keterampilan yang diperlukan untuk
tindakan keperawatan.
c. Mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang
mungkin timbul. Prosedur tindakan keperawatan mungkin
berakibat terjadinya resiko tinggi kepada klien. Perawat harus
menyadari kemungkinan timbulnya komplikasi sehubungan
dengan tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan.
Keadaan yang demikian ini memungkinkan perawat untuk
melakukan pencegahan dan mengurangi resiko yang timbul.
d. Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan,
harus mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut.
1) Waktu. Perawat harus dapat menentukan waktu secara
selektif.
2) Tenaga. Perawat harus memperhatikan kuantitas dan
kualitas tenaga yang ada dalam melakukan tindakan
keperawatan.
3) Alat. Perawat harus mengidentifikasi peralatan yang
diperlukan pada tindakan.
e. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif. Keberhasilan suatu
tindakan keperawatan sangat ditentukan oleh perasaan klien
yang aman dan nyaman. Lingkungan yang nyaman mencakup
komponen fisik dan psikologis. Mengidentifikasi aspek hukum

30
dan etika terhadap resiko dari potensial tindakan. Pelaksanaan
tindakan keperawatan harus memperhatikan unsur-unsur hak
dan kewajiban klien, hak dan kewajiban perawat atau dokter,
kode etik perawatan, dan hukum keperawatan.
2. Tahap Perencanaan
Fokus pada tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah
kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Tindakan keperawatan dibedakan
berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara
profesional sebagaimana terdapat dalam standar praktik keperawatan.

Independen

Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang


dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari dokter atau
tenaga kesehatan lainnya. Tipe dari aktivitas yang dilaksanakan perawat
secara independen didefinisikan berdasarkan diagnosa keperawatan.
Tindakan tersebut merupakan suatu respon, karena perawat mempunyai
kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan secara pasti
berdasarkan pendidikan dan pengalamannya.

Lingkup tindakan independen keperawatan adalah:


1) mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien;
2) merumuskan diagnosa keperawatan sesuai respon klien yang
memerlukan intervensi keperawatan;
3) mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan
atau memulihkan kesehatan;
4) melaksanakan rencana pengukuran untuk memotivasi,
menunjukkan, mendukung, dan mengajarkan kepada klien atau
keluarga;

31
5) merujuk kepada tenaga kesehatan lain, ada indikasi dan diijinkan
oleh tenaga keperawatan klien;
6) mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan dan
medis;
7) partisipasi dengan konsumer atau tenaga kesehatan lain dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
3. Tindakan keperawatan dapat dikategorikan menjadi tiga (3) tipe sebagai
berikut.
a. Tindakan Independen
Tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu mengatasi
masalah kesehatan klien dan keluarga secara mandiri. Tindakan tersebut
meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
1) Wawancara dengan klien untuk mendapatkan data, guna
mengidentifikasi perkembangan kondisi klien atau untuk
mengidentifikasi masalah baru yang muncul.
2) Observasi dan pemeriksaan fisik. Tindakan untuk
mendapatkan data objektif yang meliputi, observasi
kesadaran, tanda–tanda vital, dan pemeriksaan fisik.
3) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana.
4) Tindakan terapeutik. Tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi, mencegah, dan mengatasi masalah klien.
Misalnya: Klien stroke yang tidak sadar dengan paralise,
maka tindakan terapeutik yang dilakukan perawat dalam
mencegah terjadinya gangguan integritas kulit adalah dengan
melakukan mobilisasi dan memberikan bantal air, pada
bagian tubuh yang tertekan dan mengenali tanda-tanda
terjadinya hipoglikemi dan cara mengatasinya.
5) Tindakan edukatif (mengajarkan). Ditujukan untuk
mengubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan kepada klien. Misalnya, perawat

32
mengajarkan kepada keluarga tentang pembuatan cairan
oralit dan senam kaki diabetik.
6) Tindakan merujuk. Tindakan ini lebih ditekankan pada
kemampuan perawat dalam mengambil suatu keputusan
klinik tentang keadaan klien dan kemampuan untuk
melakukan kerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
Misalnya, klien pasca trauma kepala, ditemukan adanya
tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat, maka
perawat harus mengkonsultasikan atau merujuk klien kepada
dokter ahli saraf untuk mendapatkan penanganan yang tepat
dan cepat dalam mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
parah.

b. Tindakan Interdependen
Tindakan keperawatan interdependen menjelaskan suatu kegiatan
yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
Misalnya, tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi
c. Tindakan Dependen
Tindakan ini berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan
medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara bahwa tindakan medis
atau tindakan profesi lain dilaksanakan. Contoh, dokter menuliskan
“perawatan colostomy“. Tindakan keperawatan adalah melaksanakan
perawatan colostomy berdasarkan kebutuhan individu dari klien
Tindakan tersebut meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini.
1) Melakukan perawatan colostomy setiap 2 hari atau sewaktu-
waktu bila kantong faeses bocor.
2) Mengganti kantong faeces.
3) Mencuci lokasi sekitar colostomy.
4) Mengkaji tanda dan gejala iritasi kulit dan stroma.

33
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan
yang lengkap dan akuarat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan.
5. Evaluasi
Effendy, 1998 menyatakan bahwa pengkajian ini juga dapat
diartikan sebagai tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur bagaimana keadaan klien (keluarga) dengan cara
memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial dan
merupakan sistem yang terintegrasi dan juga kesanggupan
keluarga untuk mengatasinya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat
dapat mengambil keputusan untuk:
3.1 mengakhiri rencana tindakan keperawatan;
3.2 memodifikasi rencana tindakan keperawatan;
3.3 melanjutkan rencana tindakan keperawatan.

Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan


tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam
menganalisis pertumbuhan da kebutuhan promosi kesehatan
keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk
kemajuan dari tahap ke tahap berikutnya.
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall & Miller
(1985): Carter & Me Goldrick (1988), mempunyai tugas
perkembangan yang berbeda seperti:
Tahap I, keluarga permula atau pasangan baru.
Tugas dari perkembangan keluarga pemula antara lain dapat membina
hubungan harmonis dan adanya kepuasan bersama dengan membangun
perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain

34
dengan menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi tua.
Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai 30
bulan).
Tugas dari perkembangan keluarga pada tahap II ini yaitu dapat
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar
dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek dan disosialisasikan
dengan lingkungan keluarga besar masing-masing pasangan. –
Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-0
tahun).
Tugas dari perkembangan keluarga pada tahap III inj yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak
sementara dan tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan
hubungan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan dan norma
kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan
beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 rahun)
Tugas dari perkembangan keluarga pada tahap IV yaitu orang tua harus
dapat mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggora
keluarga, membiasakan belajar ceratur, memperharikan anak saat menyelesaikan
tugas sekolah.
Tahap V, keluarga bersama dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20
tahun).
Tugas dari perkernbangan keluarga pada tahap V yaitu menyeimbangkan
kebebasan dengan ranggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri.
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka
antara orang tua dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan
dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

35
Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan keluarga pada tabap VI yaitu memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga yang didapat melalui perkawinan
anak-anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan. Dapat
membantu orang tua lanjut usia dan orang yang sakit sakitan dari suami maupun
istri, juga membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas
hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, dan menata kembali peran
dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan ,pensiun).
Tugas dari perkembangan keluarga pada tahap VII yaitu harus dapat
menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, kemudian
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti pada orang tua dan
lansia, memperkokoh hubungan perkawinan, dan juga harus menjaga keintiman,
dan merencanakan kegiatan yang akan datang memperhatikan kesehatan masing-
masing pasangan, harus tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak.
Tahap VIII keluarga dalam mnasa pensiun dan lansia.
Tugas dari perkembangan keluarga pada tahap VIII yaitu dapat
mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap
pendapatan yang menurun, mempertahankan hubungan perkawinan,
menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan
keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling
memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan
untuk mengisi waktu tua seperti berolalıraga, berkebun, mengasuh cucu.

36
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

Kasus 1 : Konsep Keluarga (Askep Klg dengan Anak Remaja)


Seorang mahasiswi Profesi Ners (22 th). di beritugas untuk mengelola keluarga dengan
resiko tinggi, setelah survei ia menemukan keluarga (Tn.A& Ny.N) pada tahap
perkembangan anak remaja, memiliki masalah dengan anak remaja, Hasil pengkajian
data awal; tipe keluarga keluarga inti, memiliki 3 orang anak, 2 perempuan yang masih
duduk di kelas1 dan kelas3 Sekolah Dasar, dan 1 laki-laki kelas2 SMP yang biasa di
panggil (An. T). Menurut ibunya An.T tidak memiliki masalah kesehatan apapun, dari
kecil jaranng Sakit dan tidak merepotkan saya. Saat adiknya perempuannya lahir ia
sangat menyayangi,. Meski kadang2 sedikit ada persaingan sibling, dua tahun berikutnya
adik keduanya lahir, fokus perhatian ibu nya Ny.N terhadap An.T berkurang. Namun An.
T punya banyak teman di sekolah dan tetangga sekitar Rumah. Sampai meninjak remaja
An.T bersama teman-temanya sering ke warnet, dan sering terlambat pulang sekolah,
kadang-kadang bolos sekolah pulang sampe malam. Ny.N mengatakan sebenarnya
masalah yg lain banyak cape saya ngadepin dia. Beda dengan dua adik perempuannya
yang sangat penurut, rajin, dan pintar-pintar ayahnya (Tn.A) sangat menyayanginya.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.A & Ny.N PADA ANAK REMAJA

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. A
Umur : tidak terkaji
Agama : tidak terkaji
Suku : tidak terkaji
Pekerjaan : tidak terkaji

37
Alamat : tidak terkaji
b. Komposisi Keluarga

No Nama L/P Hubungan keluarga Pekerjaan Pendidikan

1. Ny. N P Istri IRT -

2. An. T L Anak Pelajar SMP

3. An. P P Anak Pelajar SD

4. An. S P Anak Pelajar SD

c. Genogram : Tidak terkaji


d. Tipe Keluarga :
Keluarga Tn. A memiliki tipe keluarga inti, karena keluarga Tn. A terdiri
ayah, ibu dan anak yang tinggal satu rumah. Keluarga Tn. A memiliki
masalah pada anak remajanya.
e. Suku bangsa
Tidak terkaji pada kasus
f. Agama dan Kepercayaan
Tidak terkaji pada kasus
g. Status social ekonomi keluarga
Tidak terkaji pada kasus
h. Aktivitas rekreasi keluarga
Tidak terkaji pada kasus
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn. A memiliki 3 orang anak, 1 laki-laki dan 2 perempuan. Saat ini anak
pertama laki-laki keluarga Tn. A (An. T) masih sekolah kelas 2 SMP, anak ke-
2 Tn. A perempuan (An. P) masih sekolah kelas 3 SD, anak ke-3 Tn. A
perempuan (An. S) masi sekolah kelas 1 SD.
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga Tn.A masi belum terpenuhi karena Tn. A harus
membiayai 3 orang anaknya. Anak pertama Tn.A masih dalam tahap
38
perkembangan keluargaa dengan remaja, dan anak ke-2 dan ke-3 masi dalam
tahap usia sekolah.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
 Riwayat kesehatan saat ini
Riwayat penyakit yang dialami oleh Tn.A dan Ny.N tidak terkaji dalam
kasus. Riwayat kesehatan An.T menurut ibunya An.T tidak memiliki
masalah kesehatan apapun, dari kecil jarang sakit dan tidak merepotkan
saya.
 Riwayat penyakit keturunan
Keluarga Tn.A dan Ny.N tidak memiliki penyakit keturunan baik dari
pihak Tn.A maupun dari pihak Ny.N tidak memiliki penyakit serius yang
disebabkan dari keturunan
 Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan
Tidak terkaji pada kasus
 Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tidak terkaji pada kasus
3. Pengkajian Keluarga
a. Karakteristik rumah
Karakteristik tempat tinggal Tn.A dan Ny.N tidak terkaji pada kasus
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tidak terkaji pada kasus
c. Mobilitas geografi keluarga
Tidak terkaji pada kasus
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
An. T punya banyak teman di sekolah dan tetangga sekitar Rumah. Sampai
meninjak remaja An.T bersama teman-temanya sering ke warnet, dan sering
terlambat pulang sekolah, kadang-kadang bolos sekolah pulang sampe malam.
e. System pendukung keluarga
4. Struktur Keluarga
a. Pola/cara komunikasi keluarga
Tidak terkaji pada kasus

39
b. Struktur kekuatan keluarga
Tidak terkaji pada kasus
c. Struktur peran
 Tn.A : Sebagai suami dari istri, sebagai kepala keluarga dan sebagai
ayah untuk anak-anaknya
 Ny.N : Sebagai istri dari suami, sebagai ibu untuk anak-anaknya
 An.T : Sebagai anak, sebagai kakak untuk 2 adik perempuannya
 An.P : Sebagai anak dan sebagai adik
 An.S : Sebagai anak dan sebagai adik
d. Nilai dan norma keluarga
Tidak terkaji pada kasus
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Fokus perhatian ibu nya Ny.N terhadap An.T berkurang, setelah anak Ke-3
nya lahir
b. Fungsi sosialisasi
An. T punya banyak teman di sekolah dan tetangga sekitar Rumah. Sampai
meninjak remaja An.T bersama teman-temanya sering ke warnet, dan sering
terlambat pulang sekolah, kadang-kadang bolos sekolah pulang sampe malam.
An.T sangat menyayangi adiknya walaupun ada sedikit persaingan siblings
c. Fungsi keperawatan kesehatan
Tidak terkaji pada kasus
d. Reproduksi
Jumlah anak yang dimiliki Tn.A dan Ny.N ada 3 orang terdiri dari 1 anak laki-
laki dan 2 anak perempuan.
e. Fungsi ekonomi
Tidak terkaji pada kasus
6. Stress dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka panjang dan pendek
Saat adiknya perempuannya lahir ia sangat menyayangi,. Meski kadang2
sedikit ada persaingan sibling, dua tahun berikutnya adik ketiganya lahir dan

40
fokus perhatian ibu nya Ny.N terhadap An.T berkurang. Menurut ibunya An.T
berbeda dengan 2 adik perempuannya yang penurut, rajin, dan pintar, Tn.A
sangat menyayanginya.
b. Strategi koping yang digunakan
Tidak terkaji pada kasus
c. Strategi adaptasi disfungsional
Ny.N mengatakan sebenarnya masalah yg lain banyak cape saya ngadepin dia
7. Keadaan Gizi Keluarga
Tidak terkaji pada kasus
8. Harapan Keluarga
Tidak terkaji pada kasus
9. Pemeriksaan Fisik
Tidak terkaji pada kasus
B. ANALISA DATA

No Data Penunjang Penyebab Diagnosa Keperawatan

1. Data Subjektif : Kurang dukungan timbal balik Penurunan koping


dan   Sedikit dukungan yang keluarga
1. Ny.N mengatakan diberikan pada anak
masih banyak masalah
lain ynag dialami An.T
tapi Ny.N sudah capek
menghadapi An.T
2. Menurut ibunya Saat
adiknya
perempuannya lahir
ia sangat
menyayangi,. Meski
kadang2 sedikit ada
persaingan sibling

41
Data Objektif :

1. Setelah anak ke 3 lahir


fokus perhatian. karena
An.T berbeda dengan
kedua adik
perempuannya yang
rajin,pintar perhatian
ayah dan ibu ke an.t
berkurang
2. Meninjak remaja An.T
bersama teman-
temanya sering ke
warnet, dan sering
terlambat pulang
sekolah, kadang-
kadang bolos sekolah
pulang sampe malam.  

2. Data Subjektif : Ketidakmampuan Hambatan menjadi orang


mengutamakan kepentingan tua
1. Ny.N mengatakan anak dan keterampilan
masih banyak masalah komunikasi kurang efektif
lain ynag dialami An.T
tapi Ny.N sudah capek
menghadapi An.T
2. An.T Beda dengan dua
adik perempuannya
yang sangat penurut,
rajin, dan pintar-pintar
ayahnya (Tn.A) sangat

42
menyayanginya.

Data Objektif :

1. meninjak remaja An.T


bersama teman-
temanya sering ke
warnet, dan sering
terlambat pulang
sekolah, kadang-
kadang bolos sekolah
pulang sampe malam.  

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan Kurang dukungan timbal
balikdan   Sedikit dukungan yang diberikan pada anak ditandai dengan Ny.N
mengatakan masih banyak masalah lain ynag dialami An.T tapi Ny.N sudah
capek menghadapi An.T, Menurut ibunya . Saat adiknya perempuannya lahir ia
sangat menyayangi,. Meski kadang2 sedikit ada persaingan sibling, meninjak
remaja An.T bersama teman-temanya sering ke warnet, dan sering terlambat
pulang sekolah, kadang-kadang bolos sekolah pulang sampe malam. Ny.N
mengatakan sebenarnya masalah yg lain banyak cape saya ngadepin dia, Setelah
anak ke 3 lahir fokus perhatian. karena An.T berbeda dengan kedua adik
perempuannya yang rajin,pintar perhatian ayah dan ibu ke An.T berkurang
b. Hambatan menjadi orang tua berhubungan dengan Ketidakmampuan
mengutamakan kepentingan anak dan keterampilan komunikasi kurang efektif
meninjak remaja An.T bersama teman-temanya sering ke warnet, dan sering
terlambat pulang sekolah, kadang-kadang bolos sekolah pulang sampe malam,
Ny.N mengatakan masih banyak masalah lain ynag dialami An.T tapi Ny.N sudah
capek menghadapi An.T, An.T Beda dengan dua adik perempuannya yang sangat
penurut, rajin, dan pintar-pintar ayahnya (Tn.A) sangat menyayanginya

43
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Penuruna Setelah berikan asuhan NIC


koping keperawatan 1 x 24 jam
Coping Enhancement :
keluarga selama 2 bulan keluarga
diharpakan : 1. Dukungan Pemberi Asuhan :
Menyediakan informasi penting,
1.   Keluarga tidak
advokasi, dan dukungan yang
mengalami penurunan
dibutuhkan untuk memfasilitasi
koping keluarga
kebutuhan primer anak
2. Hubungan pasien-
2. Peningkatan koping: membantu
pemberi kesehatan
anak beradaptasi dengan persepsi
adekuat
stresor, perubahan, atau ancaman
3.  Kesejahteraan emosi
yang menggangu pemenuhan
pemberi asuhan
tuntutan dan peran hidup
kesehatan keluarga
3. Dukungan emosi : memberikan
4.  Koping keluarga
penenangan, penerimaan, dan
meningkat
dorongan selama periode stress
4. Pemeliharaan proses keluarga :
meminimalkan dampak
gangguan proses keluarga
5. Dukungan keluarga :
meningkatkan nilai, minat, dan
tujuan keluarga
6. Fasilitas pembelajaran :
meningkatkan kemampuan untuk
memproses dan memahami
informasi.

44
7. Fasilitas pembelajaran :
memberikan anak pengarahan
tentang pendidikan.

2. Hambatan Tujuan Umum : 1. Parenting Promotion


menjadi Setelah dilakukan tindakan
orang tua. keperawatan 1 x 24 jam  Melakukan kunjungan rumah

selama 2 bulan orang tua


 Mendampingi orang tua untuk
mampu membuat,
mendapatkan harapan terkait
mempertahankan, dan
perkembangan & level
meningkatkan lingkungan
kemampuan anak
yang optimal untuk
pertumbuhan dan  Dengarkan masalah orang tua dan
perkembangan anak jangan menyalahkan
Tujuan Khusus :
 Ajarkan orang tua untuk
1. Mengenal masalah terkait
merespon tingkah laku anak
pertumbuhan dan
perkembangan anak
2. Dapat mengambil
keputusan yang tepat 2. Parenting Promotion
untuk mengatasi masalah
3. Melakukan tindakan yang
tepat dalam memberikan  Mendampingi orang tua dengan
lingkungan yang optimal peran transisi dan pengharapan
untuk anak sebagai orang tua
4. Memodifikasi lingkungan
 Diskusikan strategi managemen
untuk mendukung untuk
tingkah laku
pertumbuhan dan
perkembangan anak  Mendukung interaksi orang tua
5. Memanfaatkan pelayanan dan anak

45
kesehatan untuk  Mendampingi orang tua dalam
membantu mengatasi mengembangkan,
masalah pertumbuhan mempertahankan, dan
dan perkembangan anak menggunakan dukungan sosial

3. Abuse Protection Support:


Child

 Identifikasi krisis situasional yang


memungkinkan terjadinya
kekerasan

 Identifikasi kebutuhan perawatan


anak (ex: ketidakmampuan
perkembangan anak)

 Monitor interaksi anak dan orang


tua selama observasi

 Ajarkan orang tua untuk tidak


melakukan hukuman untuk
mendisiplinkan anak

4. Role Enhancement

 Mendampingi keluarga untuk


mengidentifikasi peran dalam
keluarga

 Mendampingi keluarga untuk

46
mengidentifikasi perubahan peran
secara spesifik pada sakit dan
ketidakmampuan

 Fasilitasi keuntungankeluarga
dalam melaksanakan peran baru

 Mendukung keluarga untuk


mengidentifikasi deskripsi dari
perubahan peran

5. Health Care Information


Exchange
 Mendeskripsikan intervensi
keperawatan yang akan
diimplementasikan

Membagi informasi kepada keluarga


mengenai penyedia pelayanan
kesehatan lain

DAFTAR PUSTAKA

 Ayu, Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV Sagung


Seto.
 Ambarwati, 2006, Sibling pada anak, Renika Cipta, Jakarta
 Arikunto, 2007, Prosedur Penelitian, Renika Cipta, Jakarta
 Bahiyaton, 2010, Perawatan anak dan balita, Fitramaya, Yokjakarta
 BKKBN, 2008, Kesehatan Reproduksi, BKKBN, Jakarta

47
 Budiarto, 2002, Biostatistika untuk kedokteran dan Mesehatan Masyarakat,
EGC, Jakarta
 Harnaini, 2006, Penyebab sibling, Salemba Medika Jakarta
 Mubarak Wahit Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.Salimba

48

Anda mungkin juga menyukai