Anda di halaman 1dari 15

Fakultas Psikologi Diserahkan kepada:

Universitas Kristen Maranatha Dr Yuspendi, S.Psi., M.Psi., Psikolog, M.Pd.


Bandung Dr.Evany Victoriana, S.Psi. M.Psi., Psikolog

Lisa Imelia, S.Psi., M.Psi. Psikolog

PSIKOTERAPI
Tugas Kasus Individu

Disusun Oleh:

Gabrielle Thamara H. D. 1830060

Kelas A

Diserahkan pada tanggal:

21 Desember 2021
IDENTITAS

Nama : Jackson

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 5 Tahun

Pendidikan : Taman Kanak-kanak (Kindergarten)

KASUS

Jackson berusia 5 tahun yang awalnya dibawa ke psikolog anak karena


kekhawatiran mengenai perilakunya dan masalah di sekolah. Ibu Jackson telah
meninggal ketika Jackson berusia 3 tahun. Jackson sekarang tinggal bersama
ayahnya dan ibu tiri baru. Pekerjaan Ayahnya mengharuskan ayahnya untuk
bekerja selama berjam-jam dan ayahnya banyak berpergian diakhir pekan karena
pekerjaannya Jackson dirawat oleh ibu tirinya ketika ayahnya pergi. Sejak
kematian ibu Jackson dua tahun yang lalu, Jackson telah berpindah tiga kali dan
mengunjungi beberapa tempat pusat penitipan anak yang berbeda. Kekhawatiran
perilaku yang disampaikan oleh keluarganya yaitu sangat mudah frustasi, tidak
mendengarkan orang dewasa (baik dirumah ataupun disekolah), membutuhkan
arahan yang diulang beberapa kali sebelum akhirnya menurut, dan menentang
orang dewasa terutama ibu tirinya dan kakek-neneknya, tetapi kecuali ayahnya.

Jackson saat ini menghadiri program taman kanak-kanak disekolah dasar


sekitar daerahnya setiap harinya. Dia dapat mengerjakan pekerjaan rumah ketika
duduk bersama ayahnya, tetapi menolak untuk mengerjakan tugas akademik di sekolah
ketika bersama dengan orang dewasa lainnya. Laporan gurunya di sekolah Jackson
memilih untuk mengikuti dan mencontoh anak-anak dengan perilaku yang lebih
mengganggu. Ayah Jackson prihatin dengan self-esteem dan kepercayaan diri
Jackson. Jackson sebelumnya tidak pernah didiagnosis dengan keterlambatan
perkembangan atau gangguan kejiwaan, meskipun ada riwayat keluarga yaitu
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Secara medis Jackson adalah

1
hasil dari kehamilan yang tidak rumit dan kelahiran yang cukup bulan. Dia
memiliki penempatan tabung pemerataan tekanan untuk infeksi telinga secara
berulang tetapi telah dinyatakan sehat. Oleh karena itu ayah dan ibu tiri Jackson
memutuskan untuk membawa Jackson ke psikolog.

TEORI

Parent Child Interaction Therapy (PCIT)

Merupakan sebuah training behavioral untuk orang tua. Orang tua


diajarkan dengan melalui dua tahap, tahap pertama yaitu Child-Directed
Interaction (CDI) dan tahap kedua yaitu Parent Directed Interaction (PDI).

PCIT sebelum dimulai, akan dilakukan pre-treatment assessment dimana


dilakukan dengan cara interview, interview dilakukan untuk menggali informasi
terlebih dahulu mengenai latar belakang dan masalah yang dimiliki. Selain
wawancara, pemberian kuesioner juga dapat dilakukan. Terapis juga dapat
mengobservasi atau merekam sample dari interaksi antara orang tua dengan sang
anak. Berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui dari sang anak, sebelum proses
PCIT dimulai adalah:
 Usia
Usia dari sang anak perlu diketahui terlebih dahulu agar dapat
menyesuaikan dengan PCIT tersebut. Adaptasi terkait usia dapat
meliputi penyesuaian jenis disiplin yang akan didiskusikan antara
terapis dengan orang tua, kemudian peningkatan inklusi anak dalam
menjelaskan tujuan serta rencana dari treatment tersebut.
 Behavior Problems
Masalah perilaku eksternal, yang meliputi perilaku seperti
agresi fisik (melempar dan memukul), membangkang (tidak menuruti
permintaan orang tua), hiperaktif dan impulsif, dan tantrum adalah
salah satu alasan utama dalam merujuk anak kecil ke praktisi
kesehatan mental. Ketika perilaku eksternalisasi ini menjadi

2
mengganggu secara fungsional dan mengganggu tugas kehidupan
sehari-hari, misalnya pergi ke supermarket atau makan di restoran,
dan bertahan di beberapa setting, hal tersebut mungkin merupakan
masalah klinis yang dapat terus meningkat. Contoh permasalahan
yang sering ditangani oleh PCIT adalah anak-anak dengan
developmental delay, memiliki riwayat kekerasan fisik, kecemasan
dan depresi, dan anak-anak dari keluarga ras dan etnis minoritas yang
kurang terwakili.
 Setting
Setting yang umumnya digunakan adalah klinis, sekolah, dan rumah.
 Format
Format yang umumnya digunakan adalah individual, grup, dan
intensif.
 Child-Directed Interaction (CDI)

CDI merupakan tahap pertama yang berfokus pada mengajarkan


orang tua untuk menggunakan selective attention. Tujuannya adalah
untuk menciptakan hubungan yang loving dan caring antara orang tua
dan anak. Orang tua akan dibantu untuk menyadari kualitas positif
dari anak dan menstimulasi perkembangan anak berdasarkan apa yang
dilakukan anak. Terdapat beberapa skill yang harus dilatih yaitu:
1. Praise-appropriate behavior
Skill ini dapat menjadi reinforcement sehingga memperkuat
anak untuk mengulang perilaku. Melalui skill ini, anak akan
mengetahui apa yang disukai oleh orang tua, juga meningkatkan
self-esteem anak. Selain dapat memberikan kehangatan ke dalam
hubungan anak dan orang tua, kedua pihak juga merasa lebih baik.
Contohnya adalah sebagai berikut:
 Aku suka bagaimana kamu bisa bermain dengan tidak
berisik.
 Aku senang kamu bisa jujur.

3
 Aku suka bermain denganmu
2. Reflect appropriate talk
Skill ini menunjukkan bahwa orang tua tidak mengendalikan
percakapan dan kegiatan mereka sehingga anak mengetahui bahwa
orang tua benar-benar mendengarkannya. Skill ini juga
mengajarkan acceptance dan understanding kepada anak, melatih
cara bicara anak, dan meningkatkan komunikasi verbal.
Contohnya adalah sebagai berikut:
 Mengikuti pola pembicaraan anak dan ikut dalam memahami
apa yang ingin atau dia pikirkan dari cerita yang ada
(misalnya ketika anak sedang bercerita mengenai
kesenangannya bermain dengan kastil kecil, lalu orang tua
akan ikut membahas mengenai asiknya bermain di kastil itu).
3. Imitate appropriate play
Skill ini membiarkan anak memimpin permainan dan
sekaligus menunjukkan bahwa orang tua setuju dengan pilihan
permainan anak. Melalui skill ini, anak melihat bahwa orang tua
terlibat sepenuhnya dan orang tua dapat mengajarkan anak
bagaimana cara bermain dengan orang lain misalnya dalam
menunggu gilirannya. Anak akan cenderung mengimitasi apa yang
dilakukan orang tua.
Contohnya adalah sebagai berikut:
 Anak: Aku akan membuat matahari di langit.
 Orangtua: Aku juga akan membuatnya di gambarku.
4. Describe appropriate behavior
Melalui skill ini, orang tua mengizinkan anak untuk
memimpin dan menunjukkan pada anak bahwa orang tua tertarik
dengan apa yang dilakukan anak. Skill ini juga mengajarkan anak
mengenai konsep, memodel cara bicara, mempertahankan atensi
anak, mengorganisasikan pikiran anak, dan dapat mendistraksi
anak dari aktivitas yang tidak diinginkan.

4
Contohnya adalah sebagai berikut:
 Wah kamu sedang menggambar muka tersenyum.
 Koboi itu terlihat senang ya.
 Wah kamu sedang membuat menara
5. Enthusiasm
Melalui skill ini, orang tua menunjukkan bahwa mereka
tertarik dengan anak sehingga mengajarkan emosi positif yang
wajar kepada anak. Skill ini juga ditunjukkan dengan adanya
statement positif yang dapat memperkuat positive relationship
antara anak dan orang tua.
Contohnya adalah sebagai berikut:
 Melakukan eye contact.
 Menunjukan beberapa gerakan ekspresi muka.
 Membuat sound effect saat bercerita.
 Menggunakan nada berbicara yang menyenangkan.
6. Ignore inappropriate behavior
Skill ini akan menghindari perilaku yang tidak diinginkan
terus dilakukan dan sekaligus mengurangi perilaku-perilaku lain.
Melalui skill ini, anak belajar mengenali perbedaan respon orang
tua terhadap perilaku baik dan buruk. Dengan skill ini, anak juga
akan mengetahui bahwa orang tua mempertahankan self-control.
Contohnya adalah sebagai berikut:
 Mengabaikan amarah yang ditunjukan anak saat bermain
 Ketika anak memukul maka permainan berhenti
7. Avoid commands
Dengan menghindari memerintah, akan mengizinkan anak
untuk memimpin dan akan menghindari anak merasa tidak senang
karena diperintah.
Contohnya adalah sebagai berikut:
- Indirect
 Bisakah kamu mengambilkan kertas itu?

5
 Bisakah kamu beritahukan mengenai alfabet?
- Direct
 Lihat ini.
 Tolong ikat tali sepatunya ya.
 Ayo kesini sebentar.
8. Avoid questions
Banyak pertanyaan yang mengandung perintah secara
terselubung, sehingga seperti sebelumnya, harus dihindari. Dengan
memberikan pertanyaan, orang tua akan terlihat tidak
mendengarkan anak atau tidak setuju dengan anak.
Contohnya adalah sebagai berikut:
 Warna apa ini?
 Apakah kamu bersenang-senang?
 Apa yang ingin kamu lakukan?
9. Avoid criticism or correction
Kritik tidak dapat mengurangi perilaku buruk namun malah
mengurangi self-esteem dari anak. Koreksi yang dilakukan terus
menerus juga akan menciptakan interaksi yang tidak
menyenangkan.
Contohnya adalah sebagai berikut:
 Kamu nakal ya sekarang.
 Aku tidak suka ketika kamu berbicara balik.
 Pesawat itu tidak terbang dibawah air.
 Kalau nanti kamu tidak berbagi, teman-teman disekolah akan
tidak senang loh sama kamu

 Parent Directed Interaction (PDI)


Parent Directed Interaction (PDI) merupakan tahap kedua yang
berfokus untuk mengajarkan orang tua cara memberikan perintah dan
konsekuensi kepada anak. Pada fase ini bertujuan untuk membangun
atau menopang keterampilan orang tua yang telah dipelajari di fase

6
Child Directed Interaction (CDI) dan mengajari anak untuk lebih
patuh dan berperilaku lebih baik. Dalam hal ini orang tua mempelajari
cara menyampaikan perintah secara jelas dan langsung, selain itu juga
memberikan konsekuensi yang konsisten pada anak, dengan cara
tersebut untuk menghargai kepatuhan dari anak dan memanfaatkan
cara strategi efektif untuk ketidakpatuhan pada anak. Adapun skill
yang dilatih dalam PDI sebagai berikut:
2. Beri perintah langsung
Orang tua diminta untuk menggunakan perintah yang
memperjelas bahwa anak diharapkan melakukan apa yang diminta
orang tua. Dengan kata lain, orang tua harus memberi tahu anak-
anak apa yang harus dilakukan alih-alih menanyakan apakah
mereka ingin mematuhinya.
3. Membuat satu perintah dibandingkan menggabungkan banyak
perintah
Instruksi harus diberikan satu per satu, daripada merangkai
beberapa secara bersama-sama. Banyak anak prasekolah, terutama
mereka yang memiliki masalah atensi, tidak dapat menyimpan
serangkaian instruksi dalam ingatan, membuat mereka cenderung
merespon dengan ketidakpatuhan atau kepatuhan sebagian.
4. Sampaikan perintah secara positif atau baik
Orang tua diminta untuk memberi tahu anak apa yang harus
dilakukan, daripada apa yang tidak boleh dilakukan. Anak-anak
lebih mungkin untuk mematuhi instruksi yang dinyatakan secara
positif, dan self-esteem mereka akan meningkat ketika mereka
melakukan hal yang "benar" daripada menghentikan perilaku yang
"buruk".
5. Buat perintah secara spesifik dan jelas
Orang tua diajarkan untuk menghindari perintah yang tidak
jelas karena anak dapat dengan mudah salah mengartikan perilaku

7
yang diharapkan. Orang tua diharapkan dapat secara spesifik
menyampaikan perilaku yang harus dilakukan oleh anak.
6. Menyampaikan perintah dengan nada suara yang netral
Membentak adalah tindakan yang kerap dilakukan banyak
orang tua dengan anak kecil yang membantah. Orang tua mungkin
mendapati diri mereka selalu harus berteriak untuk mendapatkan
perhatian anak mereka. Tujuan PDI adalah agar anak belajar
menanggapi arahan yang dikeluarkan dengan nada percakapan
yang normal. Nada netral menyiratkan pendekatan tegas dan apa
adanya yang tidak mengandung jejak teriakan atau permohonan.
7. Sopan dan menghargai
Kebiasaan baik yang harus dilakukan orang tua adalah
memulai sebagian besar instruksi dengan kata, “Tolong”. Hal ini
tidak hanya menghormati dan mencontohkan perilaku yang baik,
tetapi juga berfungsi sebagai sinyal diskriminatif kepada anak-anak
bahwa instruksi penting untuk diikuti.
8. Pastikan perintah sesuai dengan perkembangan
Saat mengajar anak untuk patuh, penting bagi orang tua dan
terapis untuk setuju bahwa anak secara fisik dan kognitif mampu
mengikuti instruksi.
9. Menggunakan gesture
Orang tua disarankan untuk menggunakan gerak tubuh saat
memberikan instruksi, karena banyak anak kecil yang dirujuk
untuk PCIT memiliki masalah pemrosesan pendengaran,
keterlambatan bahasa reseptif, atau defisit perhatian, gerakan
(gesture) digunakan untuk meningkatkan pemahaman. Ketika anak
tidak segera mematuhi, orang tua dapat menunjuk untuk
memperjelas objek atau tempat yang terlibat.
10. Gunakan perintah langsung hanya ketika benar-benar dibutuhkan
Untuk membantu orang tua menjaga konsistensi, perintah
langsung harus diberikan pada saat-saat penting bagi anak untuk

8
patuh. Jika orang tua tidak tertarik untuk meminta anak mematuhi
instruksi tertentu, perintah tidak langsung atau "pertanyaan" dapat
digunakan untuk menyarankan tindakan yang mungkin dilakukan.
Kepatuhan terhadap instruksi tidak langsung adalah opsional, tetapi
konsekuensi yang konsisten akan diberikan ketika anak menentang
perintah langsung.
11. Menggabungkan pilihan apabila sesuai
Anak-anak prasekolah cenderung lebih mudah mematuhi
ketika diberi pilihan. Dari perspektif perkembangan, pilihan
membantu anak-anak ditujukkan untuk menjadikan anak mandiri
dan belajar keterampilan dalam decision-making. Namun,
memberikan pilihan kepada anak-anak prasekolah hanya efektif
jika pilihannya sangat sederhana dan diberikan pada tingkat yang
sesuai dengan perkembangan. Saat memberikan “instruksi pilihan”,
aturan praktis yang baik adalah bagi orang tua untuk mencoba
membatasi pilihan pada dua perilaku yang sama-sama dapat
diterima.
12. Memberikan penjelasan tepat waktu
Terkadang tepat bagi anak untuk diberikan penjelasan
mengapa mereka harus melakukan perilaku yang diminta.
Penjelasan ini dapat menjadi alat pengajaran yang penting bagi
anak kecil, membantu mereka memahami motif orang lain dan
alasan mengapa sesuatu dilakukan dengan cara tertentu.
Kunci untuk “bernalar” dengan anak kecil adalah
memberikan penjelasan singkat dan tepat waktu, tanpa terbujuk ke
dalam argumen atau diskusi panjang. “tepat waktu” berarti bahwa
alasannya harus mendahului instruksi, atau diberikan setelah anak
mematuhinya. Ketika alasan diberikan antara instruksi dan
kepatuhan, itu adalah pengaturan untuk argumen.

9
ANALISIS / PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan Kasus diatas Jackson terapi yang diberikan kepada Jackson


adalah Parent Child Interaction Therapy (PCIT).

Terapis akan melakukan observasi terlebih dahulu terhadap Jackson untuk melihat
perilaku Jackson yang disampaikan oleh orang tuanya. Saat melakukan observasi
Jackson akan di tempatkan di suatu ruangan yang ada banyak mainan dan terpis
juga dapat melihatnya dari sebelah ruangan, kemudian Jackson diminta untuk
bermain dan ayahnya diminta untuk menemaninya bermain kemudian perlahan
ayahnya akan meninggalkan Jackson sendirian di ruangan tersebut. Kemudian
terapis akan meminta Ibu tiri Jackson untuk masuk dan menemani Jackson
bermain.
Dari observasi tersebut terapis melihat bahwa ketika ayahnya perlahan
meninggalkan Jackson, Jackson mulai terlihat perilaku yang dirinya mulai
menangis, dan terus meminta ayahnya untuk tidak meninggalkannya

Child-Directed Interaction (CDI)


Selama menjalani tahap CDI, orang tua Jackson diminta untuk
menerapkan perhatian sosial yang berbeda, menghindari pertanyaan, kritik,
perintah dan menghindari upaya untuk mengontrol, membiarkan Jackson untuk
memimpin permainan. Orang tua Jackson diajari untuk menggunakan
keterampilan khusus selama melakukan CDI, keterampilan tersebut adalah
PRIDE, (P) berlabel pujian untuk perilaku yang sesuai, (R) label untuk refleksi
pembicaraan yang tepat, (I) berlabel untuk meniru permainan atau perilaku yang
sesuai, (D) berlabel untuk deskripsi permainan atau perilaku yang sesuai, dan (E)
untuk menunjukkan kesenangan. Selain itu, orang tua Jackson juga diminta untuk
mengabaikan perilaku negatif Jackson.

Parent Directed Interaction (PDI)

10
Selama menjalani tahap PDI, Orang tua Jackson belajar untuk memberikan
perintah langsung yang jelas, selain itu juga memberikan pujian untuk kepatuhan
dan bagaimana menggunakan waktu jeda (time out) untuk ketidakpatuhan kepada
Jackson. Orang tua Jackson juga dilatih bagaimana mereka menggunakan
keterampilan PRIDE pada tahap CDI untuk memperkuat perilaku yang diinginkan
dan memelihara hubungan orangtua dengan anak. Selama PDI juga Orang tua
Jackson melatih keterampilan mereka dan memberikan dorongan dan dukungan
emosional kepada mereka agar Orang tua Jackson tidak merasa stress ketika
mengajarkan time out untuk ketidakpatuhan.

Dalam kasus tersebut Jackson memiliki masalah dalam perilakunya, ketika


mengerjakan tugas sekolah dia hanya akan mengerjakan ketika ada ayahnya, dan
tidak mau mendengarkan orang dewasa lainnya selain ayahnya. Jika dilihat secara
keseluruhan Jackson tidak bisa lepas dari ayahnya. Hal ini terlihat ketika
menjalani CDI Jackson menunjukan wajah dan perilaku yang ekspresif ketika
bersama dengan ayahnya, Jackson tersenyum, tertawa, berpelukan, dan duduk
didekat ayahnya, bahkan Jackson sangat antusias untuk berbicara dan menjelaskan
detail mengenai permainan yang dia mainkan kepada ayahnya. Namun, ketika
mulai ada pergantian dengan ayah dan ibu tirinya ketika bermain, Jackson
menunjukkan perilaku yang dirinya tidak mau lepas dari ayahnya dan mulai
menangis ketika berpisah dengan ayahnya, hal ini menunjukkan bahwa Jackson
mengalami rasa tidak aman dan cemas (anxiety).
Ketika Jackson bermain dengan ibu tirinya dia menunjukkan wajah yang
datar dan tidak ada emosi, selain itu Jackson juga berbicara sedikit tidak
menunjukkan antusias bermain, tidak menunjukan afeksi atau kehangatan kepada
ibu tirinya dan mengabaikan kedekatan dengan ibu tirinya. Saat bermain dengan
ibu tirinya Jackson sering kali ada permintaan untuk meminta ayahnya kembali
dan dalam beberapa kesempatan Jackson juga seringkali berusaha untuk
melarikan diri dari ruangan ketika permintaannya tidak ditanggapi.
Orang tua Jackson juga secara aktif dan bekerja sama dengan baik, untuk
membuat Jackson bisa lebih baik, tidak lagi cemas dan merasakan rasa aman

11
walaupun tidak bersama ayahnya. Hal itu terlihat dalam akhir kasus bahwa selama
terapi hingga menjelang akhir terapi Jackson mengalami perubahan, Jackson
mulai antusias, menunjukkan peningkatan pembicaraan, kontak mata dan minat
untuk bermain bersama dengan ibu tirinya saat ada ayahnya ataupun saat tidak ada
ayahnya, dan tidak lagi merengek meminta ayahnya untuk kembali.

12
KESIMPULAN

Dari kasus tersebut dapat terlihat bahwa dari situasi keadaan dimana seorang anak
ditinggalkan oleh orang terdekatnya yaitu seperti seseorang terdekat dalam
hidupnya meninggal ataupun bercerai. Karena hal tersebut dapat membuat anak
merasakan kehilangan setengah rasa aman dan munculnya rasa cemas ketika
seseorang terdekat dalam keluarganya meninggalkan dirinya. Hal ini terlihat pada
Jackson, setelah ibunya meninggal Jackson mudah frustasi, tidak mau
mendengarkan orang dewasa disekitarnya dan menolak untuk mengerjakan
pekerjaan sekolah atau lainnya, oleh sebab itu, Jackson hanya mendengarkan
ayahnya dan tidak mau berpisah dengan ayahnya.
Terapi PCIT bisa menjadi salah satu alternatif untuk membangun kembali
hubungan antara orang tua dengan anak, pada anak yang masih dalam usia
prasekolah atau muda, dan hal ini bisa membantu untuk mengenalkan orang baru
dalam keluarga seperti ibu tiri atau ayah tiri kalau orang tua anak tersebut
menikah kembali.

13
DAFTAR RUJUKAN

Franke, R. K. (2016). Parent-Child Interaction Theraphy: Case Study of


Application Parentally Bereaved Child. Journal of Child & Adolescent.
(https://www.omicsonline.org/open-access/parentchild-interaction-
therapy-case-study-of-application-to-aparentally-bereaved-child-2375-
4494-1000293.pdf). Diakses 9 Desember 2021 pukul 14.02 WIB
Kurtz, S. (n.d.). What is parent-child interaction therapy ?. PCIT International.
(https://www.kurtzpsychology.com/behavior-problems/what-is-parent-
child-interaction-therapy/). Diakses pada 9 Desember 2021 pukul 14.45
WIB.

Overview of PCIT Therapy. (n.d.). PCIT TCIT Training,.


(https://www.parentchildinteractiontherapy.com/parent-child-interaction-
therapy). Diakses 9 Desember 2021 pukul 15.00 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai