PENDAHULUAN
Latar Belakang
1. Faktor Sosial
Fenomena remaja hamil di luar nikah menjadi pemicu
pembuangan bayi. Membuang bayi seakan menjadi solusi terbaik
bagi mereka karena takut, malu dengan sekitar, dan belum siap
dengan tanggung jawab. Seks bebas seakan menjadi hal lumrah
saat ini, bahkan tak jarang remaja-remaja sekarang
memamerkan kemesraan di depan umum atau di media sosial.
Perhatian dan peran orang tua menjadi sangat penting dalam hal
ini. Para remaja yang masih berfikiran labil perlu kontrol dan
pemantauan intens dari orang tua.
Dalam hal ini peran orang tua diharapkan bisa menjadi
kontrol bagi mereka. Orang tua berperan sebagai teman bukan
pelarang, dengan begini remaja lebih mau mendengarkan
penjelasan daripada dilarang terang-terangan. Selain itu, sikap
manusia yang suka mengkritik dan menghukum turut
menyebabkan pembuangan bayi semakin marak. Apabila
seorang remaja perempuan melahirkan anak di luar nikah, maka
masyarakat setempat akan menggunjingnya, menjadikan bahan
gosip dan memandang remeh padanya. Secara tidak langsung
remaja perempuan pastinya dianggap mencoreng nama baik
keluarga.
Dengan pemikiran seperti itu, remaja akan merasa tertekan
dengan beban yang ditanggung seorang diri. Demi menjaga
nama baik keluarga dan dirinya sendiri, tak jarang remaja
tersebut mengambil jalan pintas dengan membuang bayinya dan
mengabaikan resiko dari perbuatannya, karena yang ada
dipikirannya hanya bagaimana caranya dia tidak mencoreng
nama keluarga.
2. Faktor Spiritual
Kurangnya pemahaman nilai agama menjadikan mereka tidak
lagi takut akan Tuhan dan resikonya. Sehingga jalan pintas
menjadi pilihan mereka. Kekurangan didikan agama yang
merupakan panduan dan pedoman hidup telah menyebakan
mereka hilang arah dalam kehidupan dan terlibat dalam gejala-
gejala negatif seperti pergaulan bebas dan berakibat kehamlan
di luar nikah. Peran agama dalam kehidupan sangat penting
untuk membentuk pegangan hidup yang teguh dan bukannya
menuruti hawa nafsu semata-mata.
3. Faktor Ekonomi
Akhir-akhir ini faktor ekonomi juga menjadi pemicu maraknya
pembuangan bayi. Dengan alasan kendala ekonomi, tidak bisa
menghidupi karena miskin dan punya banyak anak yang harus
mereka cukupi. Kehadiran anak lagi menurut merea hanya akan
menjadi beban dan mempersulit ekonomi mereka. Mereka tega
meninggalkan bayi di teras rumah orang, di tempat pelayanan
kesehatan. Tak jarang mereka membuang bayi mereka
sembarangan bahkan di pinggir jalan. Mereka selalu punya
alasan membuang bayi mereka dengan teganya.
Trauma
Kekerasan pada anak memang akan menimbulkan luka psikologis
yang berkepanjangan. Inilah trauma jangka panjang pada bayi
korban kekerasan yang sedapat mungkin bisa dicegah.
1. Agresif. Sikap ini biasanya ditujukan anak kepada pelaku
tindak kekerasan. Umumnya ditunjukkan saat anak merasa
ada orang yang bisa melindungi dirinya. Saat orang yang
dianggap bisa melindunginya itu ada di rumah, anak
langsung memukul atau melakukan tindakan agresif
terhadap si pengasuh.
2. Peringatan : Tidak semua sikap agresif anak muncul karena
telah mengalami tindak kekerasan.
3. Murung atau depresi. Kekerasan mampu membuat anak
berubah drastis, seperti menjadi anak yang memiliki
gangguan tidur dan makan, bahkan bisa disertai dengan
penurunan berat badan. Anak juga bisa menarik diri dari
lingkungan yang menjadi sumber trauma. Ia menjadi anak
pemurung, pendiam dan terlihat kurang ekspresif.
4. Mudah menangis. Sikap ini ditunjukkan karena anak
merasa tidak aman dengan lingkungannya. Karena ia
kehilangan figur yang bisa melindunginya. Kemungkinan
besar, anak menjadi sulit percaya dengan orang lain.
5. Melakukan tindak kekerasan pada orang lain. Semua ini
anak dapat karena ia melihat bagaimana orang dewasa
memperlakukannya dulu. Ia belajar dari pengalamnnya
kemudian bereaksi sesuai yang ia pelajari.
6. Secara kognitif anak bisa mengalami penurunan. Akibat
dari penekanan kekerasan psikologisnya atau bila anak
mengalami kekerasan fisik yang mengenai bagian kepala,
hal ini malah bisa mengganggu fungsi otaknya.
Saran
Kasus-kasus penelantaran anak yang marak terjadi saat ini
tidak hanya meresahkan bagi pihak keluarga pelaku, namun juga
warga masyarakat. Karena dampak yang ditimbulkan dari
perilaku penelantaran dapat juga ditiru oleh korban pada
nantinya. Peran teman, sahabat, keluarga, dan lingkungan
sekitar akan mempengaruhi kondisi korban dan orang tua.
Seharusnya kita lebih peka terhadap lingkungan sekitar yang
dapat berpotensi memicu terjadi kasus tersebut karena kita
termasuk faktor yang dapat mencegah dan mengatasi masalah
tersebut.
Pemerintah juga seharusnya mempunyai devisi khusus dalam
kasus ini agar mereka, baik korban maupun pelaku, dapat
kembali bangkit dan menjalani hidup lebih baik selain dengan
hukuman saja.
Bagi para pembaca, pengumpulan beberapa kasus akan lebih
melengkapi tentang masalah yang sedang penulis bahas pada
makalah ini. Sehingga, data-data dalam kasus serupa dari
berbagai sumber akan lebih melengkapi dan memperinci
permasalahan yang penulis ungkap, serta menemukan solusi
yang lebih tepat untuk semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA