Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PRAKTIK ONLINE

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL PALIATIF


PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI PASIEN MENJELANG AJAL
DENGAN MELIBATKAN KELUARGA

Dosen Pembimbing;
Ratna Yunita Sari, S.Kep.,Ns.,M.Tr.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3, Kelas 5C
Nadia Dwi Saputri (1130018117)
Taufik Hidayatudin (1130018108)
Sherina Sukisno (1130018128)
Rusdi Efendi (1130018123)
Siti Lutfiatun Nisah (1130018127)
Hanna Nabilla N.S (1130018118)
Fitria Listia Ningsih (1130018071)
Lathifah (1130018098)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
limpahan rahmatnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan judul “Makalah Peran Perawat Dalam Menangani Pasien Menjelang Ajal
Dengan Melibatkan Keluarga” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Menjelang Ajal Paliatif.

Dalam penulisan makalah ini tentunya penulis berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah yang telah membimbing, memotivasi dan mendampingi
kami dalam pembelajaran. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya penulisan dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran semua pihak untuk menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 3 februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………...

A. Latar Belakang………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………..
C. Tujuan……………………………………………………………………….
D. Manfaat………………………………………………………………………

BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………….

A. Pengertian Paliatif Care……………………………………………………..


B. Tujuan Perawatab Paliatif…………………………………………………...
C. Prinsip Perawatan Paliatif Care……………………………………………..
D. Hak-Hak Penderita…………………………………………………………..
E. Dimensi Kualitas Hidup…………………………………………………….
F. Model/Tempat Perawatan Paliatif Care……………………………………..
G. Peran Fungsi Perawat Dalam Asuhan Keperawatan Paliatif………………...
H. Prinsip Asuhan Pada Paliatif Care…………………………………………..
I. Paliatif Care Plan…………………………………………………………….
J. Masalah keperawatan Pada Pasien Paliatif…………………………………..
K. Dukungan Keluarga………………………………………………………….
L. SOP…………………………………………………………………………..
M. Naskah Roleplay……………………………………………………………..

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………….

A. Kesimpulan…………………………………………………...........................
B. Saran………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang belum bisa disembuhkan adalah kanker, kanker adalah
proses yang bermula ketika abnormal diubah oleh mutase genetic dan DNA seluler.
Pada saat stadium akhir yaitu stdium IV terjadi penurunan yang sangat signifikan di
dalam fisik, social dan spiritual. Salah satu penyakit yang belum bisa diesembuhkan
adalah kanker, Knaker adalah proses yang bermula ketika sel abnormal diubah
mutasi genetic dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk klo dan mulai
berproliferasi secara abnormal, sel-sel dapat terbawa karena lain dalam tubuh untuk
metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Brunner and Suddart,
2011).
Sel abnormal ini membentuk Menurut Aziz (2005) penderita kanker terbanyak
di Indonesia adalah kanker servik, merupakan urutan pertama dengan jumlah 3686
(17,85%). Sementara itu, secara keseluruhan di seluruh kanker di dunia kanker
serviks meruopakan peneybab kematian ke dua dengan perkiraan kasus baru
510.000 dan 288.000 diantaranya meninggal (Jemal,2006). Berdasarkan data
Depkes Profil kesehatan 2007 (2008) dari 10 jenis kanker terbanyak di Indonesia
kanker payudara merupakan urutan pertama dengan jumlah 8.328 pasienn (19,64),
kanker serviks uteri merupakan ururtan kedua jumlah 4649 pasien (11,07%).
Kejadian kanker serviks uteri di Jawa tengah pada tahun 2009 sebesar 9.113 kasus
(37.65%) dari 24.204 kasus semua kanker (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2009). Dapat disimpulkan bahwa kanker serviks merupakan penyakit terbanyak ke
dua setelah kanker payudara, namun merupakan penyebab kematian ke dua dari
seluruh dunia.
Salah satunya paliatif yang merupakan bagian penting dalam perawatan pasien
terminal yang dapat dilakukan secara sederhana.metode yang dilkukan adalah
mengulas literatur keperawatan dan kedokteran dengan menggunakan 15 jurnal
yang menggunakan pasien kanker stdiumm IV. Berdasarkan kepeutusan menteri
kesehatan RI Nomor :812/kemenkes/SK/VII 2007 meningkatnya jumlah pasien
dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti
penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit paru obstruktif kronis, cytis
fibrosis, stroke, Parkinson gagal jantung, penyakit genetika dan penyakit infeksi
seperti HIV/AIDS. Salah satu penyakit yang kita ambil sekarang adalah knker
karena kanker merupakan salah satu penyakit yang belum bias disembuhkan,
berbgai masalah fisik yang muncul yaitu sesak nafas, penurunan berat badan,
gangguan aktivitas tetai juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang
mempemgaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya . Perawatan paliatif
merupakan bagian penting dalam perawatan pasien yang terminal yang dapat
dilakukan secara sederhana sering kali prioritas utama adalah kualitas hidup dan
bukan kesembuhan dari penyakit pasien. Tujuan perawatan paliatif adalah
meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai prose normal, tidak
mempercepat atau menunda keamatian, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, mengusahakan agar
penderita tetap aktif sapai akhir hayatnya dan dan mengusahakanmembantu
mengatasi duka cita pada keluarga. Namun masih jarang terdapat perawatan paliatif
dirumah sakit berfokus kepada kuratif,. Sedangkan perubahan pada fisik social dan
spiritual tidak bisa intervensi . Reaksi emosional tersebut ada lima yaitu denail,
anger, bergaining, depression dan acceptance (Kubler-Ross,2003). Undang-undang
Kesehatan No. 36/2009 menyapaikan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat baik
secara fisik, mental spiritual maupun sosial dan ekonomis. Sakit adalah gangguan
keseimbangan status kesehatan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial dan
spiritual (Kozier, 2010). Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia seperti
tumor merupakan penyakit urutan keempat (4,3 per mil), sedangkan tumor ganas
yang merupakan penyebab kematian semua tumor. Sebagian dari penderita penyakit
tumor ganas akan masuk pada stadium lanjut diamana pasien tidak lagi merespon
terhadap tindakan kuratif (Riset Kesehatan Dasar, 2009)

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perawatan pada pasien menjelang ajal dengan melibatkan keluarga?
2. Bagaimana standart operasional dari perawatan menjelang ajal dengan
melibatkan keluarga?
3. Bagaimana roleplay dari perawatan menjelang ajal dengan melibatkan keluarga?

C. Tujuan
Dengan diadakannya masalah ini dan pembahasan semoga mahasiswa S1
Keperawatan dapat memahami dan menerapkan keperawatan paliatif dalam dunia
keperawatan. Mahasiswa mampu menjelaskan perspektif keperawatan dan konsep
keperawatan paliatif.

D. Manfaat
1. Memahami bagaimana keperawatan pada pasien menjelang ajal dengan
melibatkan keluarga
2. Memahami bagaimana SOP perawatan pada pasien menjelang ajal dengan
melibatkan keluarga
3. Memahami bagaimana roleplay dari perawatan pada pasien menjelang ajal
dengan melibatkan keluarga
4. Menjadikan landasan untuk pengetahuan keperawatan menjelang ajal paliatif
5. Memberikan pengetahuan yang belum pernah dimengerti sebelumnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paliatif Care

Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti


meringankan, dan “Palliare” (bahsa latin yang berarti “menyelubungi”-penj),
merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala
klien, bukan berarti kesembuhan.

Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas


hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan
penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban


penderita kanker terutama yang tidak mungkin desembuhkan tetapi juga pada
penderita yang mempunyai harapan untuk sembuh bersama-sama dengan tindakan
kuratif (Menghilangkan nyeri dan keluhan lain serta perbaikan dalam bidang
psikologis, sosial dan spiritual). (Depkes Pedoman Knker Terpadu Paripurna 1997).

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban


penderita, terutama yang tak mungkin disembuhkan. Tindakan kuratif yang
dimaksud antara lain menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan
perbaikan dalm aspekpsikologis, sosial dan spiritual.

Paliatif care (Perawatan paliatif) adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas


hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan
penyakit yang mengancam jiwa, melalui penceghan-pencegahan sempurna dan
pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial, spirirtual (kemenkes RI
Nomor 812, 2007).
B. Tujuan Perawatan paliatif
Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan
support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal,
yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual,
tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

Perawatan paliatif meliputi :

1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya


2. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
3. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit
pasien dan kehilangan mereka.

C. Prinsip Perawatan Paliatif Care


Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga
pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang
competent dan compassionet, Mengembangkan professional dan social support
untuk pediatric palliative care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik
palliative care melalui penelitian dan pendidikan.

Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang


normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
8. Menghindari tindakan yang sia-sia

D.  Hak Hak Penderita


1. Tahu status kesehatannya
2. Ikut serta merencanakan perawtan
3. Dapat informasi tindakan invasif
4. Pelayanan tanpa diskriminasi
5. Dirahasiakan oenyakitnya
6. Dapat bekerja dan dapat produktif
7. Berkeluarga
8. Perlindungan asuransi
9. Pendidikan yang layak

E. Dimensi kualitas hidup


Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan
Harvey Scipper (1999) adalah :
1. Penaganan permasalah kondisi fisik (gejala dan nyeri)
2. Kemampuan fungsional dalam beraktifitas
3. Kesejahteraan keluarga
4. Kesejahteraan emosional
5. Spiritual
6. Fungsi sosial
7. Kepuasan pada layanan terapi (termasuk pendanaan)
8. Orientasi masa depan (rencana dan harapan)
9. Seksualitas (termasuk “body image”)
10. Fungsi okupasi

F. Model/Tempat Perawatan Paliatif Care


1. Rumah sakit, (Hospice hospital care), Poliklinik, Rawat singkat, Rawat Inap
2. Rumah (Hospice home care)
3. Hospis (Hospice care)
4. Praktek bersama , Tim/ kelompok perawatan paliatif

G. Peran Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan Paliatif


1. Pelaksana perawat : pemberi asuhan keperawatam, penddikan kesehatan,
koordinator, advokasi, kolaborator, fasilitator, modifikasi lingkungan.
2. Pengelola : manajer kasus, konsultan, koordinasi
3. Pendidik : Di pendidikan / dipelayanan
4. Peneliti

H. Prinsip Asuhan Perawatan Paliatif


1. Melakukan pengkajian dengan cermat, mendengarkan keluhan dengan
sungguh-sungguh
2. Menetapkan diagnosa / masalah keperawatan dengan tepat
3. Merencanakan asuhan keperawatan
4. Melaksanakan tindakan / asuhan keperawatan
5. Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat

I. Paliatif Care Plan


Melibatkan seorang partnerhip antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya dan
petugas kesehatan yang profesional. Support fisik, emosional, psikososial dan
spiritual khususnya, melibatkan pasien pada self care, pasien memerlukan atau
membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit terminalnya) secara
bertahap, tepat dan sesuai, Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi
terapeutik guna memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan pengaharapan dari
pasien dan keluarga.

J. Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang seringkali di
keluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi
sosial, kultural serta spiritual. Permasalahan yang muncul pada pasien yang
menerima perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah
psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta
masalah pada aspek spiritual atau keagamaan.
 Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari
pasien paliatif yaitu nyeri. Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori
yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang
terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi
dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan
objektif dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
 Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi
pasien maupun keluarga.
 Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan
kondisi hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu
keluarga maupun rekan kerja. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang
dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang
individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain
 Masalah Spiritual
Masalah yang sering muncul pada pasien paliatif adalah distress spiritual.
Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose penyakit kronis, nyeri, gejala
fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam
melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara
mandiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,
musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Definisi lain
mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang
meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan
psikososial (Keliat dkk, 2011).

K. DukunganKeluarga
 Definisi keluarga
Keluarga adalah orang yang termasuk dalam ikatan perkawinan,
kelahiran dan adopsi dengan tujuan menciptakan, mempertahankan budaya,
meningkatkan pertahanan fisik, mental, emosional, dan sosial dari setiap anggota
keluarga. Sendangkan menurut Helvie dalam Harnilawati (2013) keluarga
adalah sekelompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam
kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat.
 Tipe dukungan keluarga
 Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,
ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi ataupun
keduanya.
 Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah keluarga
lain yang mempunyai hubungan darah. Misalnya kakek, nenek, paman dan
bibi.
 Fungsi keluarga
Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut:
 Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya agar dapat
berhubungan dengan orang lain.
 fungsi sosialisasi, adalah fungsi untuk mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan/bersosialisasi dengan orang lain di luar rumah.
 Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
 Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan merupakan tempat mengembangkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
 Fungsi perawatan/pemeliharaankesehatan, adalah fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi.
 Definisi dukungan keluarga
Menurut Helnilawati (2013) dukungan keluarga adalah dukungan yang
didapatkan dari keluarga ke anggota keluarga, yang dimana dukungan ini
sangat bermanfaat bagi anggota keluarga yang mendapatkan dukungan dan
merasa diperhatikan, di hargai dan di cintai oleh keluarganya.
 Manfaat dukungan keluarga
Dukungan keluarga ini terjadi selama masa proses kehidupan dengan
sifat dan tipe dukungan yang bervariasi pada masing-masing tahap siklus
kehidupan keluarga, walapun demikian dalam semua tahapan siklus kehidupan
keluarga, dukungan keluarga dapat memungkinkan keluarga berfungsi secara
penuh dan dapat meningkatkan adaptasi keluarga dalam memenuhi kesehatan
keluarga.
 Jenis dukungan keluarga
Jenis dukungan keluarga ada empat yaitu (Harnilawati, 2013):
 Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan
praktis dan konkrit. Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah
seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata,
termasuk didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi
atau meminjamkan uang, membantu kegiatan spiritual seperti menyediakan
keperluan-keperluan yang bersangkutan dengan ibadah.
 Dukungan keluarga informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan disseminator (penyebar informasi). Jenis dukungan ini
meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di
dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat,
pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh
seseorang. Dimana keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi
informasi. Misalnya keluarga dapat memberikan atau menyediakan buku,
mendatangkan ulama atau rohaniawan.
 Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas keluarga. Misalnya anggota keluarga yang
sakit tidak bisa atau tidak mampu untuk melakukan sholat/ibadah maka
tugas keluarga yaitu membantu/mengajarkan cara melakukan sholat/ibadah.
 ukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta penguasaan terhadap emosi.
 Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
Faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga :
 Faktor internal
1. Tahap perkembangan. Setiap dukungan ditentukan oleh faktor usia
dimana termasuk pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian
setiap rentang usia memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
2. Spiritual, aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang itu
menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan, hubungan
dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan serta arti
dalam hidup.
3. Faktor emosional, factor ini juga dapat mempengaruhi keyakinan
seseorang terhadap adanya dukungan dan cara melaksanakannya.
Seseorang yang mengalami respon stress cenderung merasa khawatir
bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang
yang secara umum terlihat tenang mungkin mempunyai respon
emosional yang kecil selama ia sakit. Jadi seorang individu yang tidak
mampu melakukan koping secara emosional terhadap ancaman
penyakitnya mungkin akan menyangkal tentang penyakitnya.
 Faktor eksternal
1. Faktor keluarga, cara keluarga memberikan dukungan dapat
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
2. Faktor sosioekonomi. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang
biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang
dirasakannya sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa
ada gangguan pada kesehatannya.
3. Faktor latarbelakang budaya. Faktor ini dapat mempengaruhi keyakinan,
nilai serta kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk
cara pelaksanaan kesehatan.

L. SOP Perawatan Dalam Menangani Pasien Menjelang Ajal Dengan


Melibatkan Keluarga

M. Naskah Roleplay Perawatan Dalam Menangani Pasien Menjelang Ajal


Dengan Melibatkan Keluarga
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan
dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan
membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami memberi saran sebagai berikut.

1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan memperhatikan perawatan


pada pasien paliatif dan menjelang ajal.
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien paliatif dan
menjelang ajal.
DAFTAR PUSTAKA

 Harnilawati. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi Selatan:


Pustaka As-salam.
 Iman, Rasjidi..2010. Perawatan Paliatif Suportif & Bebas Nyeri Pada Kanker.
Jakarta : Cv.Agung Seto.
 KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan
Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
 NANDA. 2015. Nursing Diagnosis 2015-17: Definitions and Classifikation.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai