Anda di halaman 1dari 59

Konsep Perawatan Paliatif

Diajukan untuk memenuhi laporan tutor


Mata Kuliah:
Keperawatan Menjelang Ajal & Paliatif
Dosen Pengampu
Ns. Yulia Rizka, M. Kep
Pembimbing Tutor
Ns. Qodri Alamsyah, S. Kep
Disusun oleh
KELOMPOK 1 (A 2019 1)

Adila Azzahra (1911111871) Azis Johari (1911111916)


Afra Azizah (1911111998) Denny Kosika (1911111736)
Alifa Sandri Yeni (1911124399) Devara Aneila Miransya (1911110400)
Angelina Harefa (1911113399) Dina Dara Kunanti (1911113703)
Anisa Herninandari (1911113139) Dina Oktavia (1911124932)
Annaya Qamara Tasman (1911111687) Erlin Youlandari (1911124863)
Annisa Febrina Rahmi (1911110769) Fadhila Khansa (1911110387)
Azat Aprianto (1911110428) Fadila Mubarokah (1911113447)
Azimah (1911155916)

FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul “Konsep Perawatan paliatif”.
Kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing Keperawatan
Menjelang Ajal dan paliatif yaitu Ns. Yulia Rizka, M. Kep dan semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah senantiasa meridhai segala urusan kita. Aamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 02 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 STEP I.................................................................................................3
2.2 STEP II...............................................................................................5
2.3 STEP III..............................................................................................5
2.4 STEP IV..............................................................................................8
2.5 STEP V...............................................................................................9
2.6 STEP VI..............................................................................................9
2.7 STEP VII............................................................................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.........................................................................................51
3.2 Saran...................................................................................................52

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................53

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan paliatif menurut world health organization (WHO) tahun 2002
dalam Sudarsa (2020) merupakan suatu pendekatan yang memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah terkait
penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghilangkan
nyeri dengan cara mengidentifikasi, memeriksa dan mengobati nyeri dan
masalah lain dari fisik, psikososial dan spiritual.
Sedangkan kunci paliatif menurut WHO dalam Sudarsa (2020) adalah
menghilangkan nyeri dan gejala lain yang membuuat menderita pasien,
memandang bahwa kehidupan dan kematian adalah suatu proses yang normal,
tidak mempercepat atau menunda kematian, mengintegrasikan aspek
psikologik dan spiritual dari perawatan pasien, membantu pasien tetap aktif
sampai datang nya kematian, memberikan sokongan kepada keluarga selama
masa sakit dan saat dukacita serta menggunakan pendekatan tim untuk
mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya, termasuk konseling dalam masa
dukacita.
Pada dasarnya perawatan paliatif sebagai bagian dari sistem perawatan
kesehatan dan elemen fundamental yang menjadi hak setiap individu
masyarakat yang harus kita utamakan kebutuhan pasien dengan pertimbangan
nilai-nilai yang ada pada pasien, martabatnya, dan otonomi atas halnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah
dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Apa definisi dari perawatan paliatif ?
2. Apa tujuan dari perawatan paliatif?
3. Apa saja kriteria dari perawatan paliatif?
4. Apa saja peran perawat paliatif?
5. Bagaimana proses perawatan paliatif?
6. Apa saja prinsip perawatan paliatif ?
7. Siapa saja tim dan dimana saja tempat program perawatan paliatif?

1
8. Apa saja masalah keperawatan pada pasien paliatif ?
9. Apa landasan hukum keperawatan paliatif?
10. Apa saja tantangan dan hambatan keperawatan paliatif?
11. Apa perspektif perawatan paliatif?
12. Apa saja komponen inti dari perawatan paliatif?
13. Apa saja ruang lingkup perawatan paliatif?
14. Jelaskan evidence based dan intervensi dari perawatan paliatif?
15. Bagaimana asuhan keperawatan dari perawatan paliatif?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui definisi dari perawatan paliatif
2. Untuk mengetahui tujuan dari perawatan paliatif
3. Untuk mengetahui kriteria dari perawatan paliatif
4. Untuk mengetahui peran perawat paliatif
5. Untuk mengetahui proses perawatan paliatif
6. Untuk mengetahui prinsip perawatan paliatif
7. Untuk mengetahui tim dan tempat program perawatan paliatif
8. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien paliatif
9. Untuk mengetahui landasan hukum keperawatan paliatif
10. Untuk mengetahui tantangan dan hambatan keperawatan paliatif
11. Untuk mengetahui perspektif perawatan paliatif
12. Untuk mengetahui komponen inti dari perawatan paliatif
13. Untuk mengetahui ruang lingkup perawatan paliatif
14. Untuk mengetahui evidence based dan intervensi dari perawatan paliatif
15. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari perawatan paliatif

2
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario:
Ners A (30 tahun) merupakan salah satu perawat di ruangan ICU RS AA.
Saat ini, RS AA mulai menerapkan perawatan paliatif meskipun belum maksimal.
Saat dinas, Ners A merawat pasien D (45 tahun) yang didiagnosa Ca paru stadium
4 sejak 6 bulan yang lalu. Pasien rutin menjalani kemoterapi meskipun pasien
merasakan penderitaan yang cukup berat selama menjalani kemoterapi. Saat ini
pasien dirawat di ICU dan terpasang ventilator. Berdasarkan hasil evaluasi dokter
terhadap pengobatan pasien, dokter memutuskan bahwa pasien memenuhi kriteria
untuk mendapatkan end of life care. Dokter menjelaskan kepada keluarga
mengenai kondisi pasien dan prognosis penyakit pasien secara hati-hati. Namun,
keluarga merasa terpukul atas penjelasan dokter dan tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Tim perawatan paliatif dimintas untuk menyusun rencana perawatan
pasien dan keluarga mulai dari end of life care, loss dan grief.

2.1 STEP I
Istilah khusus
1. Kemoterapi
Biasa digunakan untuk pasien penderita kanker, kemoterapi ialah
pengobatan yang dilakukan kepada pasien dengan menggunakan zat kimia
yang sangat kuat untuk menghentikan atau menghambat pertumbuhan sel
kanker. Kemoterapi dapat dilakukan sebelum operasi atau radiasi untuk
menghancurkan sel tumor menjadi lebih kecil, setelah operasi atau radiasi
untuk menghancurkan sel kanker dan ketika operasi untuk
memaksimalkan efek pengobatan.
2. Ventilator
Alat untuk memertahankan aliran udara yang masuk dan keluar paru-paru,
alat ini biasanya digunakan untuk membantu pernapasan.
3. Stadium

3
Tingkat masa penyakit dimana setiap individu memiliki tingkat yang
berbeda, dan proses penyembuhan serta perawatan yang berbeda setiap
tingkatannya.
4. End of life care
Perawatan yang membantu orang dengan penyakit lanjut, progresif, tidak
dapat disembuhkan untuk bertahan hidup sebaik mungkin sampai
menghadapi kematian. Tujuannya yaitu meringankan penderitaan fisik,
psikologis, dan spiritual yang dialami pasien dan keluarga.
5. ICU
Intensive care unit adalah ruang khusus untuk pasien kritis yang
memerlukan perawatan intensif dan observasi berkelanjutan.
6. Loss
Suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika
berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau
keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan
kehilangan.
7. Grief
Grief atau rasa berduka cita merupakan reaksi terhadap kehilangan
seseorang dimana individu tersebut mengalami penderitaan emosional
akibat sesuatu atau seseorang yang dicintai atau memiliki harapan besar
telah menghilang.
8. Prognosis
Perkembangan suatu penyakit, misalnya mengenai apakah tanda dan gejala
suatu penyakit akan membaik atau malah memburuk, atau apakah akan
terjadi komplikasi atau apakah pasien akan sembuh.
9. Ca paru
Kanker paru adalah suatu kondisi dimana sel-sel tumbuh secara tidak
terkendali di dalam paru-paru dengan gejala berupa batuk berdarah, nyeri
dada dan napas berbunyi.
10. Perawatan paliatif

4
Perawatan yang diberikan kepada pasien dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa yang bertujuan menurunkan kadar sakit pasien bukan
menyembuhkannya.

2.2 STEP II
Pertanyaan
1. Selain perawatan paliatif, perawatan apa saja yg dapat dilakukan di ruang
ICU?
2. Dalam melakukan perawatan paliatif ini apa saja yang harus
dipertimbangkan dan dipersiapkan oleh perawat?
3. Apa tujuan penerapan perawatan paliatif di sebuah RS?
4. Apa faktor2 yang mempengaruhi perilaku pasien paliatif?
5. Bagaimana cara yang tepat yang dapat dilakukan perawat dalam
menjelaskan kepada pasien/memberikan perawatan paliatif?
6. Apa saja peran perawat dalan perawatan paliatif?
7. Apa saja kriteria pasien yang mendapatkan end of life care?
8. Apa saja kriteria untuk mendapatkan end of life care dan apakah end of
life care efektif untuk mengurangi nyeri atau sakit yg dirasakan pasien?
9. Bagaimana cara perawat menyampaikan berita tersebut kepada keluarga
pasien pasien?
10. Apa peran perawat pada fase dimana keluarga merasa terpukul?
11. Siapa saja yang termasuk dalam tim perawatan paliatif?
12. Apa saja harapan dari pasien dan keluarga dalam melewati perawatan
paliatif?

2.3 STEP III


Jawaban
1. Pasien post operasi yang memerlukan observasi berkelanjutan.
2. Adapun prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah menghargai setiap
kehidupan, menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak
mempercepat atau menunda kematian, menghargai keinginan pasien dalam
mengambil keputusan, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu,menghindari tindakan medis yang sia-sia, memberikan

5
dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan
kondisinya sampai akhir hayat.
3. Tujuan dari perawatan paliatif adalah mengurangi penderitaan pasien,
meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada
keluarganya, jadi tujuan utama dari perawatan paliatif ini adalah tidak
untuk menyembuhkan suatu penyakit dan bukan hanya saja menangani
pasien tapi juga keluarga, wallaupun pada akhirnya pasien akan meninggal
namun sebelum pasien meninggal pasien telah memiliki mental psikologis
dan spiritual yang baik, serta tidak stress mengahadapi penyakit yang
dideritanya.
4. Yang dapat mempengaruhi perilaku pasien paliatif adalah penyakit
terminal yang dideritanya serta kurangnya dukungan keluarga, sehingga
dapat mempengaruhi perilaku dan psikologis pasien, seperti munculnya
perilaku putus asa.
5. Cara yang tepat yang dapat dilakukan perawat dalam menjelaskan kepada
pasien/memberikan perawatan paliatif dengan meningkatkan keterampilan.
Perawat mengembangkan kemampuan berkomunikasinya untuk dapat
meningkatkan hubungan yang lebih baik dengan pasien dan keluarga.
Sehingga perawat dapat memberikan informasi yang penting dengan cara
yang lebih baik saat pasien membutuhkannya, atau menjadi pendengar
yang baik saat pasien mengungkap keluhannya tanpa memberikan
penilaian atau stigma yang bersifat individual. Perawat juga perlu
memahami dan mempertimbangkan dalam menghadapi reaksi dan perilaku
dari pasien atau keluarga itu sendiri.
6. Perawat paliatif ditantang untuk dapat menciptakan lingkungan yang aman
dan damai pada pasien dan keluarga, mengelola gejala– gejala yang
muncul pada pasien sepert inyeri, perdarahan, sesak nafas, kejang, kondisi
menurun yang mungkin terjadi tiba-tiba pada jam-jam akhir hidupnya.
Peran perawat juga sebagai support sistem tidak hanya untuk pasien tapi
juga untuk keluarga.

6
7. Penyakit kronis atau penyakit terminal serta kurangnya dukungan dari
keluarga sehingga dapat mempengaruhi psikologi, emosi serta perilaku
pasien.
8. End of life care efektif untuk mengurangi nyeri atau sakit yg dirasakan
pasien karena dengan end of life care pasien lebih semangat dalam
pengobatan sehingga dapat meninggkatkan kualitas hidup pasien dan
pasien juga mendapat dukungan dari sekitarnya.
9. Menyampaikan berita dengan bahasa yang tidak tegas dan tidak terlalu
terbawa suasana.
10. Perawat sebagai pendengar yg baik dan membiarkan keluarga
mengeluarkan apa yg dia rasakan, perawat sebagai pemberi dukungan baik
itu spiritual ataupun sosial, perawat sebagai edukator yg dapat
menjelaskan tentang keadaan yang terjadi supaya keluarga tidak
menyalahkan / salah paham mengenai keadaan yang terjadi.
11. Tim perawatan paliatif meliputi kolaborasi dari dokter, perawat paliatif,
ahli agama, apoteker, dan terapis.
12. Pada umumnya perawatan paliatif adalah perawatan untuk penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, jadi harapan pasien dan keluarga setelah
melewati perawatan paliatif ini yaitu mempersiapkan mental dan spritual
serta agar tidak stress dalam menghadapi penyakit dan dapat menerima
nya, serta untuk keluarga dapat menerima bahwa suatu hari nanti pasien
akan pergi.

7
2.4 STEP IV
Skema
Ners A, perawat di ICU

s
Pasien D, diagnosa Ca Paru

Pengobatan kemoterapi Terpasang ventilator

Keluarga merasa
End of life care terpukul

Tim perawatan paliatif menyusun rencana perawatan paliatif

KONSEP PERAWATAN PALIATIF

DEFINISI TUJUAN PRINSIP PERSPEKTIF FASE


(PROSES)

TANTANGAN KOMPONEN
RUANG
& HAMBATAN INTI
LINGKUP

LANDASAN PERAN PERAWAT,


HUKUM TIM & TEMPAT

2.5 STEP V
Learning Objective
1. Definisi perawatan paliatif
2. Tujuan perawatan paliatif
3. Kriteria pasien perawatan paliatif

8
4. Peran perawat dalam perawatan paliatif
5. Fase/proses perawatan paliatif
6. Prinsip perawatan paliatif
7. Tim/tempat perawatan paliatif
8. Masalah keperawatan pada pasien paliatif
9. Landasan hukum perawatan paliatif
10. Tantangan dan hambatan perawatan paliatif
11. Perspektif perawatan paliatif
12. Komponen inti perawatan paliatif
13. Ruang lingkup perawatan paliatif
14. Evidence based dan intervensi terbaru perawatan paliatif
15. Asuhan keperawatan perawatan paliatif

2.6 STEP VI
Mandiri

2.7 STEP VII


1. Definisi perawatan paliatif
Menurut WHO perawatan paliatif ialah pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi
masalah terkait penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
penghentian penderitaan dengan identifikasi dini, penilaian dan perawatan
yg optimal dari rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan
spiritual.
Paliatif berasal dari kata “palliate” (bahasa inggris) yang artinya
meringankan, dan “palliare” (bahasa latin, yang artinya menyelubungi atau
menutupi). Perawatan paliatif adalah jenis pelayanan kesehatan yang
berfokus untuk meringankan gejala pasien, bukan menyembuhkan.
Menurut Wijayanti (2018), perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif
guna meringankan beban penderita, terutama untuk pasien kanker yang
tidak bisa disembuhkan, dan juga untuk penderita yang memiliki harapan
untuk sembuh dengan tindakan kuratif (menghilangkan nyeri dan keluhan

9
lain, dan mengupayakan perbaikan dalam aspek psikologis, sosial, dan
spiritual) (Wijayanti, 2018).
Perawatan paliatif adalah pencegahan, pembebasan, pengurangan
atau penstabilan dari gejala penyakit atau gangguan sepanjang keseluruhan
perjalanan penyakit, termasuk perawatan individu yang sekarat dan tindak
lanjut kehilangan keluarga (Supinganto, 2021).
2. Tujuan Perawatan Paliatif
Tujuan perawatan paliatif untuk membantu pasien yang sudah
mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan hidup selama
mungkin ( Nurwijaya,H, Andrijono & Suheimi, 2010).
Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk membantu individu
dengan penyakit terminal. Contohnya kenker, komplikasi penyakit
kardiovaskular, ginjal, liver dan HIV/Aids. Perawatan paliatif juga
membantu mengatasi masalah emosional, sosial, praktis,dan spiritual serta
meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan terapi paliatif ialah mempertahankan kualitas hidup pasien
sebagai bentuk penghargaan terhadap martabat manusia, dan
menyelenggarakan suatu sistem bantuan bagi pasien yang sakit dan yang
mendekati ajalnya. Terapi paliatif tidak bermaksud mempercepat
kematian, tetapi Engelhard berpendapat bahwa para dokter dibenarkan
untuk menghentikan pengobatan bila prosedur pengobatan menyebabkan
penderitaan pada pasien, tanpa memberikan harapan perbaikan. Pada saat
terapi paliatif dimulai, semua tindakan terapeutik yang agresif,
penggunaan obat, maupun tindakan medis lain dihentikan, termasuk
pembedahan; kesemuanya ini dilakukan untuk meringankan penderitaan
pasien (Felenditi, 2013).
Fokus perawatan paliatif adalah mengurangi penderitaan karena
penyakit yang diderita pasien dan meningkatkan kualitas hidup
penderitanya. Perawatan paliatif ini memiliki peran, terutama pada pasien
dengan kondisi terminal. Selain pasien, keluarga pasien dan pendamping
(caregiver) juga perlu perhatian khusus dalam kaitannya dengan perawatan
paliatif.3 Peningkatan efektivitas biaya kesehatan pada masa akhir

10
kehidupan pasien tidak dapat tercapai tanpa dilakukannya perawatan
paliatif. Selain itu, kualitas hidup dan mati seseorang tanpa perawatan
paliatif tidak akan tercapai dengan baik (Shatri, Hamzah., ddk, 2020).
3. Kriteria atau indikasi pasien yang menerima perawatan paliatif
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada
pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup yang
mengantisipasi, mencegah dan menghilangkan penderitaan. perawatan
paliatif mencakup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual,
emosional, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasiotonomi
pasien, mengakses informasi dan pilihan.
a. Nyeri atau keluhan fisik lainnya yang belum dapat diatasi.
b. Gangguan psikologis terkait dengan diagnosis atau terapi kanker.
c. Penyakit penyerta yang berat dan kondisi sosial yang diakibat-
kannya.
d. Permasalahan dalam pengambilan keputusan tentang terapi
yang akan atau sedang dilakukan.
e. Pasien/keluarga meminta untuk dirujuk ke perawatan paliatif
(sesuai dengan prosedur rujukan).
f. Angka harapan hidup <12 bulan (ECOG> 3 atau Karnofsky <50%,
metastasis otak dan leptomeningeal, metastasis di cairan
interstisial, sindromvena cava superior, kaheksia, serta kondisi
berikut bila tidak dilakukan tindakan atau tidak respon terhadap
tindakan, yaitu kompresi tulang belakang, bilirubin ≥2,5 mg/dl,
kreatinin ≥3 mg/dl) .
g. Pasien kanker stadium lanjut yang tidak memberikan respon
dengan terapi yang diberikan.
Prinsip perawatan paliatif daat di terapkan di ICU baik pada pasien
dengan penyakit terminal, pasien dengan penyakit yang masih dapat
disembuhkan pada kasus sepsis yang disebabkan menurunnya inumitas
akibat pemberian obat kemoterapi, maupun asien yang diperkirakan akan
dirawat dalam jangka waktu yang lama (Rehatta et al., 2019).
4. Peran perawatan dalam keperawatan paliatif

11
Peran perawat dalam perawatan paliatif yaitu :
a. Memberikan rasa nyaman
b. Responsif selama proses kematian
c. Respon terhadap rasa marah pasien atau keluarga
d. Memberikan support perkembangan individu
e. Meningkatkan kualitas hidup atau kualitas meninggal dengan damai
f. Respon terhadap keluarga
Peran perawat dalam perawatan paliatif juga meliputi berbagai
dimensi yang saling berhubungan. Dimensi tersebut meliputi: menilai,
menemukan arti, memberdayakan, menghubungkan, doing for, dan
mempersiapkan integritas diri dan yang lainnya. Ketika beberapa dimensi
ini menjadi orientasi aktifitas perawat maka perawat akan menunjukan
sikap yang lebih besar dan merupakan refleksi dari interpersonal dan
holistik alamiah dari perawat. Hubungan ini ditunjukan perawat sebagai
sebuah profesional yang tidak dapat dipisahkan dari perawat sebagai
personal jika hubungan teraupetic perawat pasien sudah didapat. Berikut
adalah yang menggambarkan dimensi dari peran perawat:
a. Valuing
Valuing berarti perawat memiliki kepercayaan dasar yang layak
melekat dalam kesejahteraan manusia tanpa memperhatikan
berbagai karakteristik dari beberapa individual. Valuing
mengijinkan perawat terus menghormati dan memberikan
perawatan kepada pasien,walaupun dalam kondisi yang berbeda.
b. Finding meaning
Finding meaning berarti perawat mampu mendampingi pasien
menemukan arti dalam situasi membantu pasien memfokuskan
kehidupan sampai mereka mati, membantu mereka melakukan
yang terbaik dalam situasi apapun, menyumbangkan harapan,
mendorong merefleksikan kehidupanya, membantu mereka
memenuhi kebutuhan spiritual mereka, dan mengakui kematian
dengan membicarakan dengan terbuka tentang kematian ketika
pasien dan keluarga menginginkan mereka melakukanya.

12
c. Empowering
Empowering meliputi memfasilitasi, mengakui, memperbaiki, dan
memberikan informasi, memfasilitasi kekuatan individual dan
keluarga. Perawat melibatkan pasien dan keluarga dalam membuat
strategi perencanaan, memberikan dukungan, memberikan pilihan,
dan memberikan informasi. Perawat menunjukan sikap
menghormati hak pasien dan keluarga dalam kemampuan
mengambil keputusan. Perawat juga mengakui keterbatasan dan
membantu mereka melakukan berbagai hal untuk mendapatkan
hasil yang positif. Perawat mengetahui keterbatasan pasien dan
keluarganya dalam memilih dukungan dan mendorong pasien dan
keluarga untuk melakukan apa yang mereka pilih. Membantu
pasien dan keluarga untuk yakin dengan pikiran negatif mereka
dan memberikan waktu untuk mereka ungkapkan. Mendengarkan
dengan terbuka dan tidak bertindak dengan membela diri. Perawat
membiarkan orang lain untuk membuka kemarahan mereka.
Kekuatan kapasitas pasien dan keluarga ini dapat membantu
mereka memanajemen diri mereka sendiri.
d. Connecting
Connecting adalah salah satu kegiatan perawat membuat kontak
dengan pasien dan membangun hubungan teraupetik. Kegiatan ini
meliputi pengenalan, membangun kepercayaan, menjelaskan peran,
mengumpulkan informasi utama, dan menjelaskan bagaimana bisa
menghubungi perawat.
e. Doing for
Doing for fokus pada perawatan fisik pasien. Intervensi ini
meliputi mengontrol nyeri dan gejalanya, membuat discharge
planning dan membantu keluarga untuk mengakses peralatan, dan
membantu perawatan langsung. Kolaborasi tim adalah komponen
dari doing for. Kolaborasi tim meliputi menghubungkan sistem ke
dalam kepentingan pasien dan keluarga, mengkonsultasikan
dengan anggota tim kesehatan yang lain, berbagi informasi,

13
melayani hubungan antara berbagai institusi dan program, mediasi
kepentingan keluarga dan menjelaskan keuntungan bagi pasien dan
keluarga
f. Preserving ownintegrity
Intervensi preserving ownintegrity identik dengan kemampuan
perawat menyeimbangkan rasa bersalah terhadap diri sendiri, harga
diri, dan tingkat energi. Hal ini dikaitkan dengan kegiatan perawat
yang terlalu sering menghadapi penderitaan, nyeri dan kehilangan.
Kegiatan ini merefleksikan kegiatan terpenting yang dilakukan
perawat untuk meningkatkan kualitas hidup pasien paliatif.
Hasilnya dapat dilihat melalui evaluasi perawat terhadap perawatan
yang diberikan kepada pasien.
Peran perawat dalam perawatan paliatif meliputi berpastisipasi
aktif dalam perawatan klinis, pendidikan, kolaborasi interprofesional,
sistem kapasitas, kompetensi dalam perawatan paliatif, penelitian, dan
pengembangan kebijakan. Perawatan palitif pada dasarnya dipandu oleh
prinsip perawatan kesehatan primer yang melanjutkan peran perawat untuk
menenuhi peran sebagai advokat. Perawat juga memiliki peran dalam
mendukung keluarga dan tim interprofesional. Perawatan paliatif adalah
pusat untuk mengekspresikan dan merefleksikan esensi dari keperawatan
dan perawatan perawat karena meliputi dimensi spiritual, emsoinal,
keluarga, dan klinisi lain.
5. Proses perawatan paliatif
Menurut Kementrian kesehatan RI (2013), langkah-langkah dalam
pelayanan paliatif:
a. Menentukan tujuan perawatan dan harapan pasien
b. Membantu pasien dalam membuat advanced care planning (wasiat
atau keinginan terakhir)
c. Pengobatan penyakit penyerta dan aspek sosial yang muncul
d. Tata laksana gejala
e. Informasi dan edukasi perawatan pasien
f. Dukungan psikologis, kultural dan sosial

14
g. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat
atau keputusan keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya:
pengehentian atau tidak memberikan pengobatan yang
memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator,
cairan, dll)
h. Pelayanan terhadap pasien dengan fase terminal: evaluasi, apakah
1) Nyeri dan gejala lain teratasi dengan baik
2) Stess pasien dan keluarga berkurang
3) Merasa memiliki kemampuan untuk mengontrol kondisi
yang ada
4) Beban keluarga berkurang
5) Hubungan dengan orang lain lebih baik
6) Kualitas hidup meningkat
7) Pasien merasakan arti hidup dan bertumbuh secara spiritual
8) Jika pasien meninggal: lakukan perawatan jenazah,
kelengkapan surat dan keperluan pemakaman dan
dukungan masa duka cita (berkabung)
Sedangkan menurut Kementrian kesehatan RI (2015), aktivitas
perawatan paliatif pada penderita:
a. Membantu penderita mendapatkan rasa damai
b. Membantu penderita untuk mentolerir penatalaksanaan medis
c. Membantu penderita untuk lebih memahami perawatan yang akan
di jalani
Aktivitas perawatan paliatif pada keluarga:
a. Membantu keluarga dalam memahami pilihan perawatan yang ada
b. Meningkatkan kehidupan sehari-hari penderita, mengurangi
kekhawatiran terhadap orang yang dicintai
c. Memberikan sistem pendukung yang berharga
Menurut Alkaf (2016), Perawatan paliatif memiliki tiga fase yang
berbeda. Fase pertama adalah fase pada penyakit dengan tujuan penderita
terfokus memperpanjang mempertahankan kualitas usia dan hidup dengan
mencoba mengobati keganasan yang mendasari. Fase kedua adalah

15
pendekatan berorientasi gejala. Fase ini dimulai ketika terapi antitumor
dihentikan karena kurang efektif atau menimbulkan efek samping yang
berat. Fokus fase ini adalah meningkatkan kualitas hidup dan stabilisasi
penyakit serta pencegahan gejala. Sedangkan fase terakhir atau fase
terminal adalah ketika penyakit menjadi semakin progresif dan kematian
telah menjelang. Dalam fase ini, tujuannya terutama untuk membiarkan
pasien menuju kematian dengan nyaman dengan mengatasi gejala dan
mengurangi penderitaan dengan penerimaan terhadap hilangnya fungsi
kognitif, emosional, ataupun fungsi sosial.
6. Prinsip Perawatan Paliatif
a. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain
b. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses
normal
c. Tidak bertujuan mempercepat atau menunda kematian
d. Mengintegrasikan aspek psikologis, social dan spiritual
e. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin
f. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
g. Menggunakaan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya
h. Menghindari tindakan sia-sia.
i. Bersifat individual tergantung kebutuhan pasien.
7. Tim dan Tempat Program Paliatif
Tim paliatif dibentuk berdasarkan ketersediaan sumber daya pada
tempat layanan paliatif. Dalam mencapai tujuan program paliatif pasien
kanker, yaitu mengurangi penderitaan pasien, beban keluarga, serta
mencapai kualitas hidup yang lebih baik, diperlukan sebuah tim yang
bekerja secara terpadu, termasuk keluarga. Menggunakan prinsip
interdisipliner (koordinasi antar bidang ilmu dalam menentukan tujuan
yang akan dicapai dan tindakan yang akan dilakukan guna mencapai
tujuan), tim paliatif secara berkala melakukan diskusi untuk melakukan
penilaian dan diagnosis bersama pasien dan keluarga untuk membuat
tujuan dan rencana Program Paliatif pasien kanker serta melakukan

16
monitoring dan evaluasi. Kepemimpinan yang kuat dan manajemen
program secara keseluruhan harus memastikan bahwa manajer lokal dan
penyedia layanan kesehatan bekerja sebagai tim interdisiplin dalam sistem
kesehatan dan berkoordinasi erat dengan tokoh masyarakat dan organisasi
yang terlibat dalam program ini untuk mencapai tujuan bersama.
Komposisi tim paliatif terdiri :
a. Dokter
1) Dokter umum
Dokter umum memiliki peranan penting terutama pada perawatan
pasien terminal di tingkat layanan primer (di puskesmas dan di
rumah pasien) sehingga tata laksana gejala fisik dan kebutuhan
psikososial dan spiritual dapat berjalan baik.
a) Mengkoordinir tim paliatif di tingkat layanan primer
b) Mengantisipasi dan mencegah timbulnya gejala dengan
obat dan modalitas lain
c) Mengidentifikasi gejala secara dini dan masalah psikologis,
sosial dan spiritual
d) Mengatur penggunaan obat sehingga kepatuhan pasien
dapat terjaga
e) Menggunakan modalitas non farmakologi
f) Menyusun program paliatif
g) Membangun hubungan kerja dengan tim paliatif di tingkat
sekunder dan mengkonsulkan pasien yang memerlukan
h) Membangun kerjasama dan menggunakan sumber daya
yang tersedia di wilayah layanan primer untuk
mengembangkan program paliatif.
2) Dokter Paliatif
Di tingkat layanan sekunder dan tertier:
a) Bertanggung jawab terhadap penatalaksanaan pasien
paliatif
b) Melakukan penatalaksanaan nyeri dan gejala lain apabila
terapi kausatif belum atau tidak dilakukan

17
c) Mengkoordinasikan dengan tim penatalaksana nyeri dan
gejala lain yang memerlukan keahlian spesialis lain
d) Melakukan tatalaksana gejala pada pasien stadium terminal
fase menjelang akhir kehidupan
e) Mengkoordinasikan kasus dengan dokter primer
f) Memberikan konsultasi dari layanan primer
3) Dokter Spesialis
a) Dokter spesialis berbagai disiplin melakukan identifikasi
dan menentukan pasien dalam stadium terminal dan
mengkonsulkan kepada dokter paliatif
b) Melakukan tatalaksana gejala sesuai konsul dari dokter
paliatif apabila modalitas diperlukan (misalnya radioterapi
untuk penatalaksanaan nyeri dan perdarahan, gangguan
psikiatri, tindakan bedah, fungsi paru dan ascites, dll)
c) Dokter berperan penting dalam tim paliatif yang bersifat
interdisipliner. Dokter tersebut harus memiliki pengetahuan
dan keterampilan sesuai prinsip-prinsip pengelolaan
paliatif. Dokter yang bekerja di pelayanan paliatif
bertanggung jawab dalam penilaian, pengawasan, dan
pengelolaan pasien paliatif.
b. Perawat Paliatif Perawat harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan sesuai prinsip-prinsip pengelolaan paliatif. Perawat
paliatif bertanggung jawab dalam penilaian, pengawasan, dan
pengelolaan asuhan keperawatan pasien paliatif.
1) Perawat sebagai koordinator layanan paliatif:
a) Menyiapkan pelaksanaan program paliatif, baik rawat jalan,
rawat inap atau rawat rumah.
b) Menyiapkan peralatan medis yang diperlukan.
c) Mendistribusikan dan menghubungi tenaga pelaksana kepada
anggota tim atau ke unit layanan lain.
d) Menyusun jadwal kunjungan dan tenaga paliatif yang
diperlukan.

18
e) Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program paliatif.
2) Perawat sebagai tenaga pelaksana:
a) Menerima permintaan asuhan keperawatan dari koordinator
program paliatif.
b) Berkoordinasi dengan anggota tim lain.
c) Menganalisa, menegakkan dan melakukan asuhan keperawatan
sesuai kebutuhan dan kondisi pasien
d) Menginformasikan dan mengedukasi pelaku rawat atau
penanggung jawab pasien
e) Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter
penanggung jawab dan koordinator program paliatif
f) Evalusi asuhan keperawatan yang telah dilakukan secara
langsung atau tidak langsung melalui laporan harian pelaku
rawat
g) Mengusulkan asuhan keperawatan baru atau lanjutan kepada
dokter penanggung jawab atau koordinator bila diperlukan
h) Merubah asuhan keperawatan sesuai kesepakatan dan
persetujuan dokter penanggung jawab serta menginformasikan
kepada pelaku rawat
i) Melakukan pencatatan dan pelaporan
j) Mengontrol pemakaian obat dan pemeliharaan alat medis
3) Perawat Homecare:
a) Menerima permintaan perawatan homecare dari dokter
penanggung jawab pasien melalui koordinator program
paliatif.
b) Berkoordinasi dan menganalisa program homecare dan dokter
penanggung jawab dan koordinator program paliatif.
c) Melakukan asuhan keperawatan sesuai program yang
direncanakan.
d) Reevaluasi atau evaluasi asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan.

19
e) Melaporkan setiap perkembangan pasien kepada dokter
penangung jawab pasien.
f) Mengusulkan asuhan keperawatan baru bila diperlukan.
g) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4) Pelaku rawat (caregiver)
a) Melakukan atau membantu pasien melakukan perawatan diri
dan kegiatan sehari hari (memandikan, memberi makan,
beraktifitas sesuai kemampuan pasien, dll)
b) Memberikan obat dan tindakan keperawatan sesuai anjuran
dokter
c) Melaporkan kondisi pasien kepada perawat
d) Mengidentifikasi dan melaporkan gejala fisik dan gejala lain
kepada perawat
c. Apoteker
Terapi obat merupakan komponen utama dari penatalaksanaan gejala
dalam pelayanan paliatif. Apoteker memastikan bahwa pasien dan
keluarga memiliki akses penting terhadap obat-obatan untuk pelayanan
paliatif. Keahlian apoteker dibutuhkan untuk memberikan informasi
yang tepat mengenai dosis, cara pemberian, efek samping dan interaksi
obat-obatan kanker, morfin dan anti nyeri lainnya yang diberikan
kepada pasien untuk menjalani terapi paliatifnya.
d. Pekerja sosial dan psikolog
Perannya membantu pasien dan keluarganya dalam mengatasi masalah
pribadi dan sosial akibat kanker, dan kecacatan, serta memberikan
dukungan emosional selama perjalanan penyakit dan proses
berkabung.
Pekerja Sosial Medik:
1) Menerima dan menganalisa masalah sosial ekonomi pasien dan
keluarga
2) Melaksanakan program sosial medis seperti bimbingan sosial
(misalnya masalah pendidikan dan masalah di tempat kerja) dan
memberikan alternatif pemecahan sosial ekonomi

20
3) Menjembatani dalam persiapan kelengkapan administrasi untuk
klaim asuransi
4) Bekerjasama dengan institusi atau badan sosial untuk memecahkan
masalahsosial yang dihadapi pasien dan keluarga
5) Evaluasi program yang telah dilaksanakan dan melaporkan
perkembangan pasien, serta mengusulkan program baru bila
diperlukan
Psikolog:
1) Menerima permintaan penanganan psikologi
2) Menganalisa dan menegakkan diagnosa gangguan psikologi
3) Melakukan pendekatan psikologi sesuai kebutuhan pasien dan
keluarga
4) Melakukan evaluasi pendekatan yang telah diberikan
5) berkoordinasi dengan anggota tim paliatif
e. Rohaniawan
Rohaniawan membantu mengatasi pertanyaan yang berkaitan dengan
makna kehidupan. Rohaniawan, berkoordinasi dengan anggota tim
paliatif lainnya, diharapkan mampu menganalisa kebutuhan rohani dan
keagamaan bagi pasien dan keluarga serta memberikan dukungan
dalam tradisi keagamaan, mengorganisir ritual keagamaan yang
dibutuhkan oleh pasien kanker dan keluarganya.
f. Terapis
1) Melakukan program rehabilitasi medis sesuai anjuran dokter
spesialis rehabilitasi medik
2) Berkoordinasi dengan dokter spesialis rehabilitasi medik dan
anggota tim paliatif lainnya, mengatasi keterbatasan fisik untuk
melakukan kegiatan sehari – hari sesuai kemampuan pasien dan
mengatasi gejala fisik yang timbul akibat penyakit dan terapi
kanker yang dijalankan.
g. Relawan
Peran relawan dalam tim perawatan paliatif bervariasi sesuai dengan
keperluan. Relawan dapat terlibat dalam perawatan di rumah sakit,

21
atau di rumah. Relawan berasal dari semua sektor masyarakat,
diharapkan menjembatani antara institusi layanan kesehatan dan
pasien. Dengan pelatihan dan dukungan yang tepat, relawan dapat
memberikan pelayanan langsung kepada pasien dan keluarga,
membantu tugas-tugas administratif, atau bahkan bekerja sebagai
konselor. Selain itu, dapat berperan membantu meningkatkan
kesadaran, memberikan pendidikan kesehatan, menggalang bantuan
dana, membantu rehabilitasi, atau bahkan memberikan beberapa jenis
perawatan medis.
h. Psikiater
Psikiater memainkan peran penting dalam pelayanan paliatif
interdisipliner, harus kompeten di kedokteran umum, kompeten dalam
pengendalian rasa sakit dan gejala lain, dan juga harus akrab dengan
prinsip-prinsip pengelolaan penyakit pasien terutama gangguan
psikiatri. Dokter yang bekerja di pelayanan paliatif mungkin
bertanggung jawab untuk penilaian, pengawasan dan pengelolaan dari
banyak dilema pengobatan sulit. Kurang lebih sepertiga pasien dengan
kanker dilaporkan menderita anxietas atau depresi yang membutuhkan
penatalaksanaan psikiatrik (AAHPM, (2010) dalam Ariani (2017)).
Pelayanan paliatif dapat dilakukan di:
a. Rumah Sakit
Indikasi pelayanan paliatif di rumah sakit :
1) Pasien dengan gejala dan tanda yang belum teratasi.
2) Pasien stadium terminal dan keluarga pasien menghendaki
perawatan di rumah sakit.
3) Pasien kanker yang memerlukan tindakan medis seperti pungsi
peritoneum, pungsi pleura dll.
4) Pasien yang memerlukan perawatan respite karena keluarga tidak
sanggup (kelelahan) melakukan perawatan di rumah dalam jangka
waktu tertentu (1-3 hari).
5) Pasien dengan krisis psikososial yang harus segera ditangani.
6) Pasien yang dirujuk untuk persiapan perawatan di rumah.

22
b. Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.
c. Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum
dapat dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga
kesehatan.
d. Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan
perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga.
Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana
kesehatannya adalah:
a. Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
b. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan
kelas B non pendidikan.
c. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B
Pendidikan dan kelas A.
d. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan
melibatkan semua unsur terkait.
8. Masalah keperawatan pada pasien paliatif
Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu
kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang
sering kali dikeluhkan yaitu masalah fisik, psikologi, sosial, dan spiritual
(Doyle and Woodruff, 2013).
a. Masalah Fisik
Masalah fisik yang sering kali muncul yang merupakan keluhan dari
pasien paliatif yaitu nyeri. Nyeri merupakan pengalaman emosional
dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya
jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan
hingga berat.
b. Masalah psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang dapat menyebabkan kecemasan ialah diagnosa

23
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan
kecemasan bagi pasien maupun keluarga.
c. Masalah social
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya
ketidaknormalan kondisi hubungan sosial pasien dengan orang yang
ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja pasien.
d. Masalah spiritual
Salah satu masalah yang sering muncul pada pasien paliatif adalah
distres spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnosa
penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan
serta ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang
mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri.
Selain masalah keperawatan paliatif diatas terdapat juga masalah
keperawatan lain, yaitu sebagai berikut:
a. Depresi
Depresi merupakan hal yang umum terjadi pada pasien stadium
lanjut, akan tetapi hal ini kadang jarang diidentifikasi perawat
karena sulit membedakan gejalanya dengan penyakit terminal
seperti turunnya berat badan, insomnia, anoreksi, dan keletihan.
Indikator manifestasi klinis dari depresi adalah perubahan suasana
hati, merasa tidak memiliki harapan, tidak berharga atau perasaan
yang bertumpuk, munculnya harapan-harapan kematian seperti
ingin bunuh diri (Black dan Hawks, 2014).
b. Keletihan dan kelemahan
Keletihan dan kelelahan dapat dikaitkan dengan keganasan yang
sudah stadium lanjut. Klien biasanya menggambarkan keletihan
sebagai kelelahan, keletihan,kelemahan, hilangnya energi
,peningkatan keinginan untuk istirahat atau tidur, hilangnya
motivasi, hilangnya kapasitas untuk memperhatikan atau suasana
hati yang menggangu (Black dan Hawks, 2014). Hal ini merupakan
pengalaman subjektif klien yang harus dikaji perawat agar dapat
diberikan intervensi yang tepat karena keletihan dari klien bersifat

24
reversibel. Perawat dapat mengkaji penyebab keletihan klien
seperti efek samping dari obat.
9. Landasan Hukum Perawatan Paliatif
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 812/MENKES/SK/VII/2007 TENTANG KEBIJAKAN
PERAWATAN PALIATIF MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
Menimbang : a. Bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan
semakin meningkat jumlahnya baik pada pasien dewasa
maupun anak;
b. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan bagi pasien dengan penyakit yang belum
dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan
rehabilitatif juga diperlukan perawatan paliatif bagi
pasien dengan stadium terminal;
c. Bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di
atas, perlu adanya Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medik;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Pedoman
Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan;

25
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek Panduan
Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
7. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia Nomor 319/PB/A.4/88 tentang Informed
Consent;
8. Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia Nomor 336/PB/A.4/88 tentang MATI.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
TENTANG KEBIJAKAN PERAWATAN PALIATIF
Kedua : Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan
Paliatif sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Keputusan ini
Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan keputusan ini dilakukan oleh Menteri
Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan fungsi dan tugasnya
masing-masing.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan; Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan dilakukan
perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di :
Jakarta
Ada pun landasan hukum perawatan paliatif yang lain adalah :
1. Keputusan Menteri Kesehatan RI no
604/Menkes/SK/IX/1989 tentang Pokok-Pokok
Penanggulangan Penyakit Kanker di Indonesia;
2. Undang-undang nomor 23 tahun 2002, tentang
Perlindungan Anak;

26
3. Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang
Sistem Pendidikan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1116/Menkes/SK/ NIII/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
1479/Menkes/SK/ IX/2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Terpadu;
6. Undang-undang nomor 29 tahun 2004, tentang
Praktik Kedokteran;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
430/Menkes/SK/IV/ 2007 tentang Pedoman
Pengendalian Penyakit Kanker;
8. Keputusan Menteri Kesehatan nomor
812/Menkes/SK/VII/ 2007 tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif;
9. Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika;
10. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
nomor 144 tahun 2009, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia nomor 5063);
11. Undang-undang nomor 44 tahun 2009, tentang
Rumah Sakit;
12. Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2010 tentang
Rencana Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014;

27
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1144/
Menkes/Per/ VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kese-hatan;
14. Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK
03.01/160/1/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2010 – 2014;
15. Undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
16. Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional;
10. Tantangan dan hambatan perawatan paliatif
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam memberikan perawatan
paliatif terdiri dari (Ningsih, 2011):
a. Tantangan dari keluarga
Berbagai tantangan dari keluarga didapatkan dari tidak adanya
atau belum mengurus surat jaminan perawatan, harapan, dan
tuntutan keluarga terhadap kesembuhan sehingga tidak menerima
kondisi anaknya yang sudah paliatif.
b. Tantangan dari tim paliatif
Tantangan dari tim paliatif berupa adanya persepsi yang belum
sama dalam tim tentang perawatan paliatif sehingga penjelasan ke
keluarga mengalami perbedaan tentang kondisi paliatif.
c. Tantangan dari standar pelayanan
Yaitu berupa SOP, job description, dan kompetensi yang belum
ada khususnya untuk anak.
Tantangan lain yang dihadapi dalam memberikan perawatan paliatif yaitu
(Lestari, 2015):
a. Pasien dan keluarga
Adanya tuntutan keluarga dan klien yang dirawat dirumah sakit
yang biasanya timbul masalah psikologis seperti cemas, takut,
marah dan pasrah yang dapat memperlambat tindakan
keperawatan.

28
b. Tim medis
Perawat mengalami kejenuhan atas aktifitas, jumlah pasien yang
tidak sebanding dengan jumlah perawat, kolaborasi dengan dokter
dan pemuka agama.
Terdapat beberapa hambatan dalam implementasi perawatan paliatif
yaitu:
a. Miskonsepsi perawatan paliatif
Pola komunikasi paternalistik antara pasien dan pemberi layanan
kesehatan menyebabkan informasi yang dibutuhkan pasien dan
keluarga tidak didapatkan. Pasien merasa inferior karena latar
belakang pasien/keluarga terkait rendahnya pendidikan atau berasal
dari perkampungan, dan berharap semua keputusan diarahkan oleh
dokter, pasien lebih memilih untuk menghindari konsultasi yang
dianggap akan menimbulkan konflik (Iskandarsyah et al., 2014).
Pasien dan keluarga membutuhkan informasi yang lebih detail
untuk mengatasi kondisi ketidakpastian, tetapi informasi tersebut
tidak didapatkan karena profesional kesehatan mengalami kesulitan
untuk menyampaikan kabar buruk. Hal ini menunjukkan bahwa
persepsi pasien dan pemberi perawatan yang masih kurang
sehingga perawatan paliatif yang diberikan belum mampu
memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga pasien (Nova, 2018).
a. Integrasi aspek spiritual dalam praktik perawatan paliatif
Profesional kesehatan dalam perawatan paliatif dengan prespektif
dan praktik spiritual yang kuat berdampak dalam pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien karena akan membantu memfasilitasi
atau dapat berperan sebagai konselor spiritual. Profesional
kesehatan tidak memiliki nilai spiritual yang cukup, akan menjadi
hambatan dalam perawatan paliatif karena profesional tersebut
akan mengalami kesulitan dalam memfasilitasi kebutuhan spiritual
pasien (Rochmawati et al., 2018).
b. Kebutuhan standar perawatan paliatif

29
Pasien paliatif di Indonesia memiliki permasalahan fisik,
permasalahan finansial, permasalahan psikologis dan otonomi
serta menyampaikan bahwa kebutuhan yang tidak terpenuhi pada
banyak aspek. Hal ini terjadi karena sedikitnya fasilitas untuk
melakukan perawatan, belum ada standar nasional tentang
perawatan pada pasien paliatif, dan kurangnya pelatihan kepada
perawat terkait perawatan paliatif (Effendy et al., 2014).
WHO (2014) melaporkan bahwa pendidikan dan pengetahuan para
petugas kesehatan masih sangat minim mengenai perawatan pasien di area
paliatif. WHO memperkirakan sekitar 19 juta orang di dunia saat ini
membutuhkan pelayanan perawatan paliatif, dimana 69% dari mereka
adalah pasien usia lanjut yaitu usia diatas 65 tahun. Sehingga hal ini
menjadi tantangan para petugas kesehatan terutama tenaga professional
yang bekerja di area paliatif untuk dapat memahami dengan baik cara
memberikan pelayanan yang berkualitas pada kelompok lanjut usia
tersebut dengan mengacu pada pilosofi dan standart pelayanan perawatan
paliatif (Muntamah, 2020).
Hambatan-hambatan yang sering terjadi adalah persepsi dokter
sendiri tentang kematian, atau ketidaksiapan dokter untuk menyampaikan
serta kekhawatiran akan timbulnya reaksi emosional yang hebat sehingga
akan merusak relasi terapetik yang selama ini sudah terjalin (Kemenkes
RI, 2016).
11. Perspektif perawatan paliatif
Perspektif merupakan sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang
mempengaruhi perspektif manusia sehingga menghasilkan tindakan
dalam suatu konteks situasi tertentu
Beberapa perspektif perawatan paliatif yaitu:
1. Masyarakat menganggap perawatan paliatif tujuannya untuk
kesembuhan penyakit
2. Perawatan paliatif hanya berfokus pada pasien, padahal
keluarga juga membutuhkan paliatif care

30
3. Perawatan paliatif diberikan hanya untuk pasien kanker dan
menjelang ajal
4. Pasien yang mengidap penyakit terminal akan memiliki efek
kecemasan dan depresi. Oleh karena itu, yang dapat dilakukan
adalah membantu pasien untuk beradaptasi dengan
penyakitnya dan mendapatkan perawatan paliatif
5. Dari perspektif sosial budaya, masih banyak masyarakat yang
takut atau tidak berani membicarakan hal tentang kematian
( Anita, 2016)
Ada perspektif pasien dan dokter :
a. Dari perspektif pasien
Pasien seringkali memiliki trauma menerima berita buruk,
pengalaman negatif dapat memiliki efek kecemasan dan depresi.
Oleh karena itu, penyampaian berita buruk dapat dilakukan dengan
membantu adaptasi terhadap penyakit mempererat hubungan
pasien dan dokter.
b. Dari perspektif dokter
Dokter biasanya Belajar untuk menyampaikan berita buruk kepada
pasien melalui pengalaman dan dengan melihat dokter-dokter
senior. Kelihatannya mungkin bisa untuk memperoleh
keterampilan hanya dengan menonton senior. Namun pada
kenyataannya hal ini tidak akan terjadi. Oleh karena itu
kemampuan dalam menyampaikan berita buruk dapat membantu
kinerja dokter (Sudarsa, I Wayan, 2020).

31
12. Komponen inti perawatan paliatif

Perawatan bersama pasien dengan


tim utama, untuk mengendalikan
PELAYANAN gejala dan masalah psikososial
PALIATIF dan spiritual bersamaan dengan
KONSULTATIF pasien menerima pengobatan aktif
untuk penyakitnya.

Dirujuk kembali untuk


Menurunkan peran tatalaksana aktif untuk
untuk tatalaksana aktif memperbaiki gejala
penyakit yang progresif yang ditimbulkan
penyakit progresif

Penatalaksanaan gejala pada unit


pelayanan paliatif untuk menstabilkan
akut dari gejala yang timbul dan
UNIT PELAYANAN menyediakan perawatan
PALIATIF berkelanjutan bila pasien mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan diri di
masyarakat.

Dirujuk kembali dari


Pasien dikembalikan masyarakat jika kondisi
kepada masyarakat memburuk atau pasien
dalam kondisi stabil. mengalami kesulitan
untuk menyesuaikan di
masyarakat.

Pemberian dukungan terhadap


pasien dan keluarga setelah pasien
pulang dari rumah sakit. Hal ini
PELAYANAN PALIATIF penting dilakukan untuk
DI MASYARAKAT memastikan dan
mengoptimalisasikan kualitas
hidup dan kesejahteraan pasien.

32
13. Ruang lingkup perawatan paliatif
Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
a. Penatalaksanaan nyeri
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. dukungan persiapan dan selama masa duka cita (bereavement)
Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan
kunjungan/rawat rumah. Aspek medikolegal dalam perawatan paliatif di
ruang kritis :
a. persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif
b. Resusitasi / Tidak resusitasi pada pasien paliatif
c. Perawatan pasien paliatif di ICU
d. Beberapa karakteristik perawatan paliatif di ruangan kritis
e. Isu kebijakan perawatan paliatif
14. Evidence Based Practice (Intervensi pada pasien dan Keluarga)
a. Nama peneliti :Widayati, D & Lestari, N.
Tahun :2015
Jurnal :Jurnal Ilmu Kesehatan
Judul penelitian :Peningkatan Kualitas Hidup pada Penderita
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi Hemodialisa melalui
Psychological Intervention di Unit Hemodialisa RSUD Gambiran
Kediri
Metode penelitian :Pra experiment pre post test group design
Hasil penelitian :Hasil analisis data tingkat motivasi melalui
Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan nilai p = 0,008 dan
hasil analisis data kualitas hidup melalui paired t test menunjukkan
nilai p = 0,003. Kemudian diperoleh bahwa p< 0,05 dengan
kesimpulan Hipotesis diterima yang berarti ada pengaruh

33
psychological intervention terhadap peningkatan motivasi dan
kualitas hidup penderita GGK yang menjalani terapi hemodialisa.
Pre-test dilakukan kepada 20 responden dengan melakukan
pengukuran motivasi dan kualitas hidup. Setelah itu diberikan
intervensi selama 3 kali (seminggu sekali) dengan durasi 30 menit
tiap kali intervensi. Pemberian intvensi dilakukan dengan
menggunakan alat berupa MP3 yang dihubungkan dengan headset.
Di dalam MP3 tersebut berisi dzikir bersama yang diiringi alunan
musik islami yang menyejukkan hati. Pada minggu berikutnya
(minggu ke-4) dilakukan post test dengan membagikan kuesioner
motivasi dan kualitas hidup (Widayati & Lestari, 2015).
Psychological intervention yang dilakukan melalui kegiatam
relaksasi spiritual ini mampu menciptakan peer group support
sesama penderita yang dapat meningkatkan motivasi mereka
dalam beradaptasi terhadap penyakitnya (menerima), sehingga
mampu membangun mekanisme koping yang efektif dan dapat
meningkatkan kualitas hidupnya.
b. Nama peneliti :Pratitis, N.
Tahun :2016
Jurnal :Jurnal Psikologi Indonesia
Judul penelitian :Efektivitas Problem Solving Training untuk
Menurunkan Stres Perawatan pada Family Caregiver Pasien
Paliatif
Metode penelitian :Pra experiment pre post test design
Hasil penelitian :Berdasarkan analisis data dari penelitian ini,
hasilnya adalah problem solving training dapat menurunkan stres
perawatan pada ketiga subjek dalam penelitian ini yang
merupakan family caregiver pasien perawatan paliatif. Hal itu
dapat diketahui dari hasil skor pre test dan post test skala stres
perawatan dimana terjadi penurunan nilai skor.
Problem solving training adalah intervensi psikososial untuk
meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi stresor

34
minor (problem sehari-hari yang kronis) maupun mayor (kejadian
traumatik) secara efektif. Selain itu, tujuannya adalah untuk
membantu individu mengidentifikasi penyebab stres yang
menyebabkan munculnya emosi negatif, memahami, dan
mengatur emosi negatif, memiliki harapan bahwa individu dapat
menyelesaikan masalah, lebih menerima masalah yang tidak
mampu diselesaikan, lebih terencana dan sistematis dalam
menyelesaikan masalah, tidak menghindari masalah, dan berlatih
untuk tidak mencari jalan pintas dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi (Pratitis, 2016). Adapun langkah-langkah dari
problem solving training antara lain mendefinisikan permasalahan,
optimisme/orientasi, kreativitas/menciptakan alternatif, pembuatan
keputusan, serta pemecahan/implementasi dan verifikasi.
c. Nama peneliti :Putri, A.A.N & Suryanto
Judul penelitian :Model Layanan Psikososial (Psychosocial
Care) dalam Perawatan Paliatif pada Pasien Kanker Payudara
Analisis Data :Tematik
Hasil penelitian :Tim paliatif memberikan dukungan
emosional baik pada pasien maupun keluarga. Dukungan moral
kepada pasien dan keluarga akan membantu dalam penerimaan
kenyataan dan tidak menimbulkan duka yang mendalam.
Selanjutnya dukungan informatif juga diberikan oleh tim paliatif
sebagai salah satu layanan psikososial dalam perawatan paliatif
yang membuat individu maupun kelompok memiliki pemahaman
mengenai pemecahan masalah dan tindakan yang diambil. Tim
paliatif juga memberikan dukungan penghargaan sebagai model
layanan yang terjadi lewat ungkapan. Dukungan instrumental juga
diberikan seperti membantu mengurangi beban serta konseling dan
hipnoterapi untuk meredakan stress bagi pasien dan keluarga
(Putri & Suryanto, 2020).
d. Nama penulis :Endiyona & Hendra W
Tahun :2016

35
Judul penelitian :Hubungan Dukungan Spiritual dan
Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara
di RSUD Dr. Margoro Soekarjo Purwokerto
Metode penelitian :Deskripsi korelasi dengan pendekatan cross
sectional menggunakan teknik incidental sampling
Analisis data :Analisis univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji Chi square
Hasil penelitian :Hasil uji Chi-square didapatkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan spiritual dengan
kualitas hidup pasien kanker payudara dengan p value= 0,012 <
alpha (0,05). Dan ada hubungan yang signifikan antara dukungan
sosial dengan kualitas hidup pasien kanker payudara dengan p
value = 0.028 <alpha (0,05).
Bentuk dukungan spiritual yang dapat diberikan pada pasien
kanker payudara dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya
dengan cara membacakan doa di samping pasien, selalu berada di
samping pasien mengingatkan pasien untuk berdoa, memfasilitasi
pertemuan dengan rohaniawan, dan memberikan semangat.
Pemberian dukungan spiritual kepada pasien kanker payudara
akan membuat pasien merasa senang selain itu kebutuhan akan
spiritual pasien akan terpenuhi. Dengan adanya dukungan spiritual
yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari orang-
orang disekitar akan menjadikannya berfpikiran positif, keyakinan
akan kekuasaan Tuhan tersebut menjadikan pasien pasrah, ikhlas
dan menerima takdir yang diberikan oleh Tuhan.
Bagi pasien peranan dukungan sosial sangat penting, karena
dengan adanya kebersamaan dengan orang-orang sekitar
penderita, penderita akan merasa ia disayangi, dihargai, dan
mendapatkan suatu kepedulian terhadap penyakit yang
dideritanya. Dukungan sosial yang diterima oleh penderita kanker
payudara sama seperti halnya pada umumnya, dapat berupa
beberapa bentuk dukungan antara lain dukungan emosional,

36
dukungan instrumental/materi, dukungan penghargaan, dukungan
informasi dan integritas sosial (Endiyona & Hendra, 2016).
e. Nama peneliti :Sukur, A.W & Higgi, E
Tahun :2019
Jurnal :Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Judul penelitian :Hipnoterapi Untuk Meningkatkan Support
Keluarga terhadap Pasien Palliative Care (Penyakit Cancer)
Metode penelitian :Quasy experiment (one group pre-post test
design)
Intervensi :Keluarga dari penderita kanker terutama
pasangan suami istri dari penderita sering berada dalam keadaan
depresi, yaitu saat di mana tuntutan kerja dan keluarga memaksa
mereka meluangkan waktu di luar kebutuhan, pikiran dan perasaan
masing-masing. Salah satu aplikasi hipnotis dalam terapi adalah
hypnotherapy metode ini bisa membantu penyembuhan masalah
kejiwaan ketakutan insomnia dan stres konsep yang sangat
dibutuhkan dalam membentuk mental emosional seseorang.
Teknik hipnoterapi sangat dibutuhkan dalam memberikan
kenyamanan ketenangan pikiran positif dan tentunya dapat
membantu orang yang kita cintai seperti keluarga segera
menyelesaikan masalahnya (Sukur & Higgi, 2019).
f. Nama peneliti :Muntamah, U & Haryani, S
Tahun :2019
Judul penelitian :Kebijakan Model Palliative Care untuk
Menurunkan Nyeri pada ODHA
Metode penelitian :Metode Action Research
Intervensi :Ada 2 tahap, antara lain sebagai berikut;
Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan pada tahap
pertama adalah untuk menghasilkan satu pengetahuan tentang
palliative care yang dapat dipergunakan untuk memberikan
pemahaman yang baik dan benar tentang palliative care pada
ODHA. Kegiatan utama yang dilakukan adalah analisis terhadap

37
kondisi dan tingkat pemahaman tentang palliative care pada
ODHA, serta melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perawat dalam melakukan palliative care pada
ODHA.
Tahap kedua ditujukan untuk mengimplementasikan pra modul
palliative care pada ODHA di pelayanan kesehatan. Kegiatan pada
tahap kedua ini akan dilaksanakan dalam dua langkah yaitu
mengembangkan pra-modul palliative care pada ODHA di
pelayanan kesehatan serta menguji penerapan dan efektifitas
pemanfaatannya di pelayanan kesehatan (Muntamah & Haryani,
2019).
g. Nama penulis :Awaliyah, S. N., Setyowati & Budiati, T
Tahun :2018
Judul penelitian :Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas pada Pasien
Kanker Ginekologi di Ruang Ankologi.
Intervensi :Evidence based nursing practice
menjelaskan bahwa banyaknya aspek dipengaruhi karena penyakit
kanker ginekologi secara tidak langsung memberikan dampak
terhadap kualitas hidup. Untuk dapat meningkatkan kualitas hidup
para penderita kanker ginekologi dapat dilakukan perawatan
paliatif. Bentuk jenis kegiatan perawatan paliatif yang dapat
dilakukan salah satunya adalah dengan spiritual yang sangat
penting bagi pasien yang harus dipenuhi karena berkaitan dengan
penerimaan penyakit. Metode yang digunakan adalah action
research dengan bentuk intervensi dukungan spiritual yang
dilakukan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada pasien
dengan kanker ginekologi dengan membagikan letflat doa-doa
kesembuhan dan membaca doa bersama pasien dan keluarga.
h. Nama peneliti :Sugiyanto, E. P & Mulyono
Tahun :2021

38
Judul penelitian :Penerapan Family Psiko Edukasi dalam
Penurunan Beban Keluarga Pasien Paliatif
Metode penelitian :Deskriptif
Hasil penelitian :Intervensi ini dapat menurunkan beban
keluarga melalui peningkatan kemampuan keluarga dalam
merawat klien, kemampuan mengelola stres dan kemampuan
pengelolaan beban keluarga dengan support system yang ada
didalam keluarga dalam upaya pemenuhan peran dan fungsi
keluarga (Sugiyanto & Mulyono, 2021).
Hasil intervensi :Terapi psiko edukasi keluarga adalah salah
satu program kesehatan keluarga dengan cara pemberian informasi
dan edukasi yang bertujuan meningkatkan pencapaian
pengetahuan keluarga tentang penyakit dan mengajarkan keluarga
teknik pengajaran untuk membantu mereka merawat keluarga
dengan mengetahui gejala-gejala perilaku.
i. Nama penulis :Lestari, P., Machmudah & Elisa
Tahun :2014
Judul :Efektifitas Terapi Musik terhadap Skala
Nyeri pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Dr. H
Soewondo Kendal
Jurnal :S1 Ilmu Keperawatan Kendal
Hasil penelitian :Ada pengaruh pemberian musik klasik
Pachelbel Canon In D Major terhadap skala nyeri pada pasien
kanker payudara di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Hasil ini
sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Abdurrasyid pada tahun 2009 yang menyatakan ada pengaruh
terapi distraksi mendengarkan musik klasik mozart terhadap
penurunan skala nyeri pada pasien kanker di RS. Dharmais
Jakarta, dengan hasil p < 0,05. Terapi musik adalah penggunaan
musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan, meningkatkan
fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat
mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut

39
jantung dan tekanan darah. Musik juga dapat menurunkan kadar
hormon kortisol yang meningkat pada saat stres. Musik juga
merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh yang
memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan
nyeri.
Musik Mozart dipilih karena memiliki keungulan akan kemurnian
dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya, irama,
melodi, dan frekuensi tinggi pada musik Mozart merangsang dan
memberi daya pada daerahdaerah kreatif dan motivasi dalam otak.
Musik karya Mozart memberi rasa nyaman tidak hanya ditelinga
tetapi di jiwa juga yang mendengarkannya. Musik Mozart sesuai
dengan pola sel otak manusia, karena musik Mozart begitu
bervariasi dan kaya akan nada-nada dari lembut hingga keras, dari
lambat sampai cepat (Lestari, Machmudah & Elisa, 2014).
j. Nama peneliti :Amalia, A. N & Prihati, D. T.
Tahun :2021
Judul :Penerapan Back Massage Terhadap Fatigue
(Kelelahan) Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi.
Variabel :Pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi.
Metode penelitian :Deskriptif dengan metode studi kasus dalam
bentuk rancangan one grup pre test post test
Hasil penelitian :Teknik back massage mampu mengurangi
kelelahan dimana tingkat kelelahan Ny. Su yang awal tingkat
sedang (5,3) menjadi tingkat ringan (3). Dan pada Ny. Sa awalnya
tingkat kelelahan sedang (5,6) menjadi tingkat kelelahan ringan
(3).
Intervensi :Membantu pasien untuk melakukan
perawatan sendiri dan kegiatan sehari-hari. Memberi obat sesuai
anjuran dokter. Mengidentifikasi, mencatat, dan melaporkan gejala
fisik. Perawatan non farmakologis adalah dengan melakukan back

40
massage dan pemberian aromaterapi dalam perawatan paliatif
(Amalia & Prihati, 2021).
k. Nama peneliti :Wisudawati, et al.
Tahun :2021
Judul penelitian :Studi Literature Review: Asuhan
Keperawatan Paliatif dengan Pendekatan Perawatan Spiritual
terhadap Level Nyeri Pasien Kanker Serviks
Metode penelitian :Literature review pencarian artikel
berdasarkan nasional dan internasional dengan perncarian artikel
paa database ditemukan sebanyak 799 artikel. Jumlah artikel yang
sesuai kriteria inklusi adalah sebanyak 12 artikel.
Intervensi :Pemberian asuhan keperawatan paliatif dan
perawataan spiritual secara komperhensif pada pasien kanker
serviks. Hasil yang didapatkan adalah adanya efektifitas pada
peningkatan kualitas hidup pasien atau mengurangi keluhan
keluhan yang dialami pleh pasien kanker (Wisudawati et al.,
2021).
15. Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan perawatan paliatif meliputi (Hajsmy, 2006):
a. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Data umum : nama, umur, jenis kelamin, agama,
alamat, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan,
suku bangsa, dst
b) Riwayat penyakit masa lalu
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Status kesehatan saat ini
e) Pengobatan yang sedang dan pernah dilakukan:
kemoterapi paliatif, radioterapi paliatif, pengobatan
nyeri, anti retroviral ( ARV), dan keluhan lain
f) Sirkulasi cairan
g) Pernafasan

41
h) Neurosensori
i) Sistem pencernaan
j) Eliminasi
k) Integumen
l) Reproduksi
m) Mobilisasi
n) Makan dan minum
o) Kebutuhan hygine
p) Kebutuhan istirahat tidur
q) Komunikasi
r) Faktor keamanan dan lingkungan
s) Faktor psikologis, sosial, ekonomi, kultural dan
spiritual
2) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum dan kesadaran
b) Tanda-tanda vital
c) Pemeriksaan dari ujung Rambut sampai ujung
kaki
d) Pemeriksaan khusus pada kasus paliatif : luka,
stoma,dekubitus, udema ekstremitas
3) Menganalisa hasil pemeriksaan penunjang yang
pernah dilakukan.
a) Darah lengkap, gula darah, fungsi liver, fungsi
ginjal dll. Foto thorax untuk melihat kondisi
jantung / paru
b) USG : melihat adanya massa dan kelainan organ
c) Biopsi : untuk mendeteksi adanya keganasan
d) Pemeriksaan penunjang lain
b. Diagnosa ( masalah ) keperawatan paliatif
Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi
sesuai kategori urgensi masalah berdasarkan pengkajian

42
yang telah dilakukan, diagnosa keperawatan yang mungkin
pada kasus paliatif sesuai 14 kebutuhan Handerson adalah:
1) Gangguan oksigenasi dan sirkulisasi
2) Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan
3) Gangguan kebutuhan nutrisi
4) Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari
5) Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi
BAB/BAK
6) Gangguan citra tubuh/ konsep diri
7) Gangguan istirahat
8) Gangguan mobilisasi
9) Gangguan psikologis putus asa dan merasa tidak
berguna
10) Gangguan rasa aman nyaman
11) Gangguan reproduksi
12) Gangguan integritas kulit
13) Gangguan neurosensori
14) Gangguan komunikasi
c. Rencana tindakan keperawatan pada kasus terminal
Perencanaan dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan
yang muncul dan diprioritaskan untuk:
1) Meningkatkan kualitas hidup (contoh : mengurangi
nyeri, mengurangi sesak nafas, menangani perawatan
luka)
2) Meningkatkan daya tahan tubuh
3) Mengajarkan pasien dan keluarga untuk menerima
kenyataan yang ada
4) Mengajarkan keluarga untuk menghubungi petugas bila
terjadi kondisi darurat
5) Mencegah timbulnya masalah baru
d. Pelaksanaan

43
Prinsip–prinsip dalam penanganan masalah keperawatan
paliatif didasarkan pada prioritas masalah keperawatan yang
timbul.
e. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan pada kategori masalah keperawatan
disesuaikan dengan kondisi pasien. Evaluasi mencakup dua
elemen yakni evaluasi proses dan evaluasi hasil. Untuk
dapat melihat keberhasilan setiap diagnosa keperawatan
diukur sesuai dengan kriteria hasil.
f. Diagnosa keperawatan yang lazim ditemukan pada pasien paliatif
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Rencana Evaluasi
tindakan
1. Gangguan Pola 1. Pernafa 1. Auskultasi 1.Pernafasan
pola nafas nafas san reguler, bunyi nafas, reguler,
berhubung efektif dalam dan perhatikan dalam dan
an dengan kecepatan bunyi nafas kecepatan
penumpuk nafas teratur. abnormal. nafas
an sekret. 2. Batuk 2. Monitor teratur.
efektif. usaha 2.Batuk
3. Tanda pernafasan, efektif.
dan gejala rasio inspirasi 3.Tanda dan
obstruksi maupun gejala
pernafasan ekspirasi, obstruksi
tidak ada : penggunaan otot pernafasan
stridor  (-), tambahan tidak ada :
sesak nafas pernafasan. stridor (-),
(-), weezing 3. Observasi sesak nafas
(-). produk sputum, (-), weezing
4. Suara jumlah, warna, (-)
nafas : kekentalan. 4.Suara
vesikuler 4. Berikan nafas :
kanan dan posisi semi vesikuler ka
kiri. fowler atau nan dan
5. Sputum berikan posisi kiri.
jernih, miring aman. 5.Sputum
jumlah 5. Ajarkan jernih,
normal, tidak pasien untuk jumlah
berbau dan nafas dalam dan normal,
tidak batuk efektif. tidak
berwarna. 6. Berikan berbau dan
6. Tanda- air putih hangat tidak
tanda sekresi 2000 cc perhari berwarna.
tertahan tidak jika tidak ada 6.Tanda-

44
ada : demam kontra indikasi. tanda
(-), takhikardi 7. Lakukan sekresi
(-), takipneu phisioterapi data tertahan
(-). sesuai indikasi. tidak ada :
8. Lakukan demam (-),
suction bila takikardia
perlu. (-),
takipneu (-)
2. Kurang Kebutu 1. Pasien 1. Kaji 1. Pasie
perawatan han tampak kemampuan n tampak
diri akan bersih dan pasien dalam bersih dan
berhubung perawat segar  melaksanakan segar 
an dengan an diri 2. Mulut kegiatan sehari- 2. Mulut
keterbatas terpenu bersih dan hari. bersih dan
an fungsi hi tidak berbau 2. Motivasi tidak
fisik 3. Kulit untuk berbau
dan tidak kering melakukan 3. Kulit
psikologis kegiatan sehari- tidak kering
hari.
3. Bantu
pasien untuk
mandi baik
ditempat tidur
atau
menggunakan
shower.
4. Cuci
rambut pasien
sesuai dengan
kebutuhan.
5. Lakukan
perawatan kaki.
6. Bantu
untuk perawatan
perineal.
7. antau
kondisi kulit.
8. Berikan
pelembab/lotion
pada kulit.
9. Bersihkan
tangan pasien
setelah
makan/toileting.
10. Bantu pasien
untuk oral
hygiene
3. Kurang Pasien 1. Pasien 1. Kaji 1. Pasie

45
perawatan mau berpakaian kemampuan n
diri berpaka dengan rapih pasien untuk berpakaian
(berdanda ian 2. Pasien berpakaian dan dengan
n dan dengan mau berdandan rapi.
berpakaian rapih berdandan sendiri. 2. Pasie
) dan 2. Demonstr n mau
berhubung berdand asikan cara berdandan
an dengan an berpakaian pada
gangguan pasien.
fungsi 3. Kenakan
fisik dan pakaian pasien
psikologis setelah personal
higiene selesai.
4. Motivasi
pasien untuk
berpartisipasi
dalam memilih
pakaian sendiri.
5. Bantu dan
motivasi pasien
untuk
berdandan.
4. Ketidakma Pasien 1.Pasien 1.Pasien 1. Buat
mpuan mampu mampu mempunyai jadwal
dalam memak memakan jadwal toileting.
memenuhi an makanan BAB/BAK. 2. Anjur
kebutuhan makana dalam jumlah 2.Pasien kan pasien
nutrisi n yang yang BAB/BAK untuk
berhubung disenan adekuat. sesuai dengan BAB/BAK
an gi 2.Keluarga jadwal. sesuai
dengan sesuai dapat dengan
perkemba dengan menerima jadwal.
ngan jumlah kemampuan 3. Bantu
penyakit / dan pasien untuk pasien
efek waktu makan. untuk
samping nya. melepaskan
pengobata pakaian
n dalam.
(ansietas, 4. Bantu
iritasi pasien
mukosa menggunak
saluran an
cerna , toilet/pispot
obstruksi /urinal pada
usus, interval
konstipasi waktu
dan tertentu.
kompresi 5. Jaga

46
lambung). privasi
pasien
selama
BAB/BAK.
6. Fasilit
asi higiene
toilet
setelah
selesai
BAB/BAK.
7. Ganti
pakaian
pasien
setelah
BAB/BAK
kalau perlu.
8. Siram
toilet/bersih
kan alat.
5. Gangguan Pasien 1. Pasie
pola akan n
eliminasi melaku mempunyai
berhubung kan jadwal
an dengan BAB/B BAB/BAK.
gangguan AK 2. Pasie
fungsi secara n
fisik dan teratur. BAB/BAK
psikologis. sesuai
dengan
jadwal.
6. Resiko Pasien 1. Pasien 1.Identifikasi 1. Pasie
cedera tidak tidak jatuh. kebutuhan rasa n tidak
berhubung mengal 2. Pasien aman pasien. jatuh.
an ami mampu 2.Identifikasi 2. Pasie
dengan cedera. menggunaka lingkungan n mampu
keterbatas n sumber yang menggunak
an fisik daya yang membahayakan. an
dan dimilliki. 3.Identifikasi sumber day
psikologis. keterbatasan a yang
fisik terhadap dimilliki.
jatuh.
4.Pantau
kemampuan
pasien untuk
berjalan.
5.Hindarkan
sumber-sumber
yang

47
berbahaya.
6.Atur
lingkungan
untuk
meminimalkan
pasien dari
bahaya.
7.Berikan alat
bantu bila
diperlukan.
8.Dekatkan
barang-barang
yang
dibutuhkan
dengan
jangkauan
pasien.
9.Gunakan alat
pelindung
(penghalang
tempat tidur ).
10. Beritahu
keluarga resiko
berbahaya dari
lingkungan.
11. Atur
penerangan
yang cukup
adekuat.
12. Anjurkan
pasien untuk
meminta
bantuan jika
diperlukan.
7. Gangguan Pasien 1. Pasien 1. Kaji pola 1. Pasie
pola tidur  mampu akan tidur tidur dan n akan tidur
berhubung mencipt malam hari aktifitas pasien malam hari
an dengan akan dan 2. Pantau dan
takut kembali terbangun dan catat pola terbangun
akan pola dengan tidur/istirahat dengan
kematian tidur/ist perasaan dan jumlah jam perasaan
dan irahat. enak. tidur pasien. enak.
prognosa 2. Pasien/ 3. Kaji faktor 2. Pasie
yang tidak keluarga yang n/keluarga
pasti. menyebutkan memperberat menyebutka
tindakan masalah n tindakan
yang tidur/istirahat. yang
digunakan 4. Berikan digunakan

48
untuk support untuk
meningkatka emosional/kons meningkatk
n tidur. eling untuk an tidur.
membantu
menghilangkan
kecemasan.
5. Atur
lingkungan
yang nyaman
untuk
meningkatkan
tidur.
6. Berikan
massage pada
punggung dan
atur posisi yang
nyaman.
7. Berikan
terapi
antidepressant
sesuai
kebutuhan.
8. Berikan
antiansietas
sesuai
kebutuhan.
9. Berikan
aktivitas yang
meningkatkan
waktu bangun
atau
mengurangi
tidur siang hari.
10. Anjurkan
penggunaan
obat tidur.
11. Informasi
kan pas
ien/keluarga
tentang faktor-
faktor yang
memperberat
gangguan
tidur/istirahat.
8. Perubahan Membr 1. Mukos 1. Lakukan 1. Muko
membran an a mulut pengkajian oral sa mulut
mukosa mukosa lembab dan terhadap lembab dan
mulut yang berwarna kebersihan,keke berwarna

49
berhubung mengal merah muda ringan, ulserasi merah
an ami lesi 2. Pasien dan tanda-tanda muda.
dengan sembuh dan keluarga infeksi. 2. Pasie
intake dan mampu 2. Bantu n dan
cairan infeksi melakukan untuk keluarga
yang oral tindakan melakukan mampu
tidak tertanga untuk perawatan melakukan
adekuat ni meningkatka mulut setelah tindakan
dengan n kesehatan makan. untuk
baik. mulut 3. Lakukan meningkatk
tindakan an
perawatan kesehatan
mulut jika mulut.
terjadi
stomatitis.
4. Berikan es
batu atau
permen yang
agak keras dan
basahi dengan
cairan jika
mukosa mulut
mengalami
kekeringan.
5. Anjurkan
untuk mencuci
mulut dengan
teratur.
6. Anjurkan
untuk tidak
merokok dan
minuman
alkohol.
7. Hindari
penggunaan
pencuci mulut
yang dujual
bebas.
8. Kolaboras
i pemberian
obat untuk
infeksi mulut.

50
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut WHO perawatan paliatif ialah pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi
masalah terkait penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
penghentian penderitaan dengan identifikasi dini, penilaian dan perawatan
yg optimal dari rasa sakit dan masalah lainnya, fisik, psikososial dan
spiritual. Fokus perawatan paliatif adalah mengurangi penderitaan karena
penyakit yang diderita pasien dan meningkatkan kualitas hidup
penderitanya. Perawatan paliatif ini memiliki peran, terutama pada pasien
dengan kondisi terminal. Selain pasien, keluarga pasien dan pendamping
(caregiver) juga perlu perhatian khusus dalam kaitannya dengan perawatan
paliatif.
Peran perawat dalam perawatan paliatif meliputi berpastisipasi
aktif dalam perawatan klinis, pendidikan, kolaborasi interprofesional,
sistem kapasitas, kompetensi dalam perawatan paliatif, penelitian, dan
pengembangan kebijakan. Perawatan palitif pada dasarnya dipandu oleh
prinsip perawatan kesehatan primer yang melanjutkan peran perawat untuk
menenuhi peran sebagai advokat. Perawat juga memiliki peran dalam
mendukung keluarga dan tim interprofesional. Perawatan paliatif adalah
pusat untuk mengekspresikan dan merefleksikan esensi dari keperawatan
dan perawatan perawat karena meliputi dimensi spiritual, emsoinal,
keluarga, dan klinisi lain.

51
Hambatan perawatan paliatif menurut WHO (2014) adalah
pendidikan dan pengetahuan para petugas kesehatan masih sangat minim
mengenai perawatan pasien di area paliatif. WHO memperkirakan sekitar
19 juta orang di dunia saat ini membutuhkan pelayanan perawatan paliatif,
dimana 69% dari mereka adalah pasien usia lanjut yaitu usia diatas 65
tahun. Sehingga hal ini menjadi tantangan para petugas kesehatan terutama
tenaga professional yang bekerja di area paliatif untuk dapat memahami
dengan baik cara memberikan pelayanan yang berkualitas pada kelompok
lanjut usia tersebut dengan mengacu pada pilosofi dan standart pelayanan
perawatan paliatif.
3.2 Saran
Kami mengetahui bahwa makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan. Agar
makalah ini bisa lebih baik lagi dan bisa menjadi pembelajaran untuk
kami.

52
DAFTAR PUSTAKA
Alkaf, S. (2016). Terapi paliatif bagi penderita kanker ginekologi. JK
Unila, 1(2).

Amalia, A. N & Prihati, D. T. (2021). Penerapan back massage terhadap


fatigue (kelelahan) pasien kanker payudara yang menjalani
kemoterapi. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan, 5(1), 7-13.

Anita. 2016. Perawatan paliatif dan kualitas hidup penderita kanker.


Jurnal kesehatan vol. VIII No.3 hlm 500-513.

Ariani, K. (2018). Rumah Singgah Dalam Perawatan Paliatif. Bali:


Udayana University Press.

Ariani, N. (2017) Support System Pelayanan Psikiatri Paliatif. Monografi.


Program Pendidikan Dokter Spesialisas Bagian/Smf Psikiatri Fk
Unud/Rsup Sanglah.

Awaliyah, S. N., Setyowati & Budiati. T. (2018). Peningkatan pemenuhan


kebutuhan spiritual dalam pelayanan keperawatan maternitas pada
pasien kanker ginekologi di ruang onkologi: Prosiding dari
Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat
(PINLITAMAS 1). Diakses dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://jurnal.unissula.ac.id/index.ph
p/jnm/article/download/11274/4355&ved=2ahUKEwiG2LDb6t_y
AhXUR30KHQh2C0cQFnoECAQQAQ&usg=AOvVaw1ZMUvb
T6O74Y4Zg8stN9ZB

Effendy, C. et al. (2014). Comparison of Problems and Unmet Needs of


Patients with Advanced Cancer in a European Country and an
Asian Country. World Institute of Pain, 15(5): 433–440.

Endiyona & Hendra, W. (2016). Hubungan dukungan spiritual dan


dukungan sosial dengan kualitas hidup pasien kanker payudara di
RSUD Dr. Margoro Soekarjo Purwokerto. Medisains: Jurnal
Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 14(2).

Febri Krisdianto, Boby. (2019). Perawatan Kanker di Rumah. Padang:


Andalas University Press.

Felenditi, Dionisius. (2013). Terapi Paliatif Dalam Profesi Kedokteran.


Jurnal Biomedik 5(1): 21-25.

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing,


2nd ed. New York: Oxford University Press.

53
Hasjmy, M.A. (2006). Panduan asuhan keperawatan paliatif di rumah.
Depkes RI: Jakarta

Iskandarsyah, A. et al. (2014). Psychosocial and cultural reasons for delay


in seeking help and nonadherence to treatment in Indonesian
women with breast cancer: A qualitative study. Health Psychology,
33(3): 214–221.

Kemenkes RI. (2015). Pedoman Nasional Program Paliatif Kanker.


Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. (2016). Modul TOT Paliatif Kanker Bagi Tenaga


Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2015. Pedoman nasional program paliatif kanker. Jakarta


Keputusan MenterI Kesehatan Republik Indonesia Nomor
812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.

Kemenkes RI. (2015). Program Paliatif Kanker. Jakarta.

Kemenkes RI. (2013). Pedoman teknis pelayanan paliatif kanker. Diakses


tanggal 29 Agustus 2021 melalui
http://www.pptm.depkes.go.id/cms/frontend/ebook/PEDOMAN_P
ALIATIF_acacia_15_Mei_2013.pdf

Krisdanto, B.F. (2019). Perawatan Kanker Paliatif di Rumah. Padang :


Andalas.

Lestari, P., Machmudah & Elisa. (2014). Efektifitas Terapi Musik


terhadap Skala Nyeri pada Pasien Kanker Payudara di Rumah
Sakit Umum Dr. H Soewondo Kendal.

Lestari. (2015). Pengalaman Perawat dalam Memberikan Asuhan


Keperawatan Paliatif pada Klien Kanker Nasofaring. Tesis.
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Muntamah, U & Haryani, S. (2019). Kebijakan model palliative care untuk


menurunkan nyeri pada ODHA. Jurnal Penelitian dan Pemikiran
Ilmiah Keperawatan, 5(2), 38-45.

Muntamah, U. (2020). Pedoman Perawatan Paliatif pada orang dengan


HIV/AIDS (ODHA) di Rumah Sakit. Surakarta : Yuma Pustaka.

Ningsih, N. S. (2011). Pengalaman Perawat dalam Memberikan


Perawatan Paliatif pada Anak dengan Kanker di Wilayah Jakarta.
Tesis. Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Depok.

54
Nova, P. A. (2018). Chronic heart failure patients perceptions on their
palliative care needs. Enfermería Clínica, 28.

Nurwijaya, H, Andrijono & Suneimi. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker


Serviks. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Palma, D. (2020). Mengatasi Kenker- Yang Perlu Anda Ketahui Untuk


Mendapatkan Perawatan Terbaik. Yogyakarta : ANDI OFFSET.

Pratitis, N. (2016). Efektivitas problem solving training untuk menurunkan


stres perawatan pada family caregiver pasien paliatif. Persona:
Jurnal Psikologi Indonesia, 5(03), 204–214.
https://doi.org/10.30996/persona.v5i03.850.

Putri, A. A. N & Suryanto. (2020). Model layanan psikososial


(psychosocial care) dalam perawatan paliatif pada pasien kanker
payudara. Prosiding dari Seminar Nasional Fakultas Psikologi
UMBY. Diakses dari http://ejurnal.mercubuana-
yogya.ac.id/index.php/ProsidingPsikologi/article/download/1361/7
79.

Rehatta, N. M. et al. (2019). Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

Rochmawati, E. et al. (2018). Centrality of spirituality/religion in the


culture of palliative care service in Indonesia: An ethnographic
study. Nursing & Health Sciences, 1–7.

Shatri, Hamzah., et al.. (2020). Advanced Directives pada Perawatan


Paliatif Advanced Directives in Palliative Care. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia 7(2): 126.

Siagian, Ernawati & Mori Perangin-angin. (2020). Pengetahuan dan Sikap


Perawat tentang Perawatan Paliatif di Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah
Ilmu Keperawatan Indonesia 10(3): 126.

Sinardja, A. M. G. (2020). Perawatan komprehensif paliatif. Surabaya:


Airlangga University Press.

Sudarsa, I Wayan. (2020). Perawatan Komprehensif Paliatif. Surabaya :


Airlangga University Press.

Sugiyanto, E. P & Mulyono. (2021). Penerapan family psiko edukasi


dalam penurunan beban keluarga pasien paliatif. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 9(3), 597-602.

55
Sukur, A.W & Higgi, E. (2019). Hipnoterapi untuk meningkatkan support
keluarga terhadap pasien palliative care (penyakit cancer). Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah. Edisi 2019.

Sunarti, S, et al.. (2019). Prinsip Dasar Kesehatan Lanjut Usia. Malang :


UB Press.

Supinganto, A, et al.. (2021). Keperawatan Dasar Jiwa. Medan: Yayasan


Kita Menulis.

Widayati, D., & Lestari, N. (2015). Peningkatan kualitas hidup pada


penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
melalui psychological intervention di unit hemodialisa RSUD
Gambiran Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2), 34–40.

Wijayanti, A. (2018). Keperawatan menjelang ajal dan paliatif. Jombang:


STIKes Insan Cendekia Medika.

Wisudawati, et al. (2021). Studi literature review: Asuhan keperawatan


paliatif dengan pendekatan perawatan spiritual terhadap level nyeri
pasien kanker serviks. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 6(1), 230-241.

56

Anda mungkin juga menyukai