Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN PALIATIF

“KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PERAWATAN PALIATIF”

Dosen Pembimbing :
Ibu Siti Nurjanah, S.Kep.Ns, M.Kep

Disusun Oleh :
1. Nada Fakhriya Anjali (1130019006)
2. Wulandari Kusuma Ningsih (1130019014)
3. Nor Laily (1130019027)
4. Yolanda Ivanka Putri (1130019050)
5. Nur Alfi Syahrin Al Imron (1130019094)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunianya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah ini adalah “Kebijakan nasional terkait Perawatan Paliatif”. Makalah ini di
susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif.

Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan didalamnya. Karena kami menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan laporan kami selanjutnya. Kami berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi kami umumnya dan khususnya kepada pembaca.

Penyusun

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1.Latar Belakang.............................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3.Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1.Kebijakan nasional terkait Perawatan Paliatif...............................................3


2.2.Tujuan dan sasaran kebijakan terkait Perawatan Paliatif..............................3
2.3.Aspek Medikolegal Perawatan Paliatif.........................................................4
2.4.Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif...........................................................6
2.5.Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif...................................................6
2.6.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.812/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif
Menteri Kesehatan Republik Indonesia........................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................9

3.1.Kesimpulan..................................................................................................9
3.2.Saran ........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang
mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit
dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual yang dimulai
sejak tegaknya diagnose hingga akhir kehidupan pasien (World Health
Organization, 2016). Perawatan paliatif juga merupakan suatu pendekatan
dalam perawatan pasien yang terintegrasi dengan terapi pengobatan untuk
mengoptimalkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis atau
mengancam jiwa.

Seperti yang tercantum dalam World Health Organization,


perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup pasien baik itu pasien dewasa maupun anak-anak serta keluarganya
dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara
meringankan pendekatan rasa sakit melalui identifikasi didni, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik,
psikologis, sosial dan spritual. Tujuan utamanya yaitu meningkatkan
kualitas kehidupan baik bagi pasien dan juga keluarganya. Perawatan
paliatif merupakan kolaborasi dari tim yang terdiri daari dokter, perawat,
dan tenaga ahli lainnya untuk menyediakan dukungan. Perawatan paliatif
bisa untuk pasien usia berapa saja dan pada stage sakit berapa saja serta
dapat berdampingan dengan perawatan kuratif (Kelley, Pantilat et al., 2015).

Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di Indonesia masih


belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukan
kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagi
sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan perawatan
paliatif.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,rumusan masalah dari makalah ini
yaitu:

1. Apakah ada kebijakan nasional terkait perawatan paliatif?


2. Apakah tujuan dan sasaran dari kebijakan nasional dalam perawatan
paliatif?
3. Bagaimanakah aspek medikolegal dalam perawatan paliatif?
4. Bagaimanakah lingkup kegiatan perawatan paliatif
5. Apa tempat dan organisasi perawatan paliatif

1.3 Tujuan penulisan

Tujuan dari makalah ini adalah:

1. Mengetahui apa kebijakan nasional terkait perawatan paliatif


2. Mengetahui tujuan kebijakan nasional terkait perawatan paliatif
3. Mengetahui tujuan dan sasaran kebijakan pelayanan paliatif
4. Mengetahui lingkup kegiatan perawatan paliatif
5. Mengetahui tempat dan organisasi perawatan paliatif

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan nasional terkait perawatan paliatif

Perawatan paliatif merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi pasien-


pasien yang mengalami kondisi medis tertentu dan sudah sepatutnya tenaga
medis dalam hal ini dokter, spesialis, perawat dan juga ahli lain seperti bidang
spritual berkolaborasi dalam perawatan paliatif (Campbell,2013; Lilley et al.,
2016).

Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif adalah pendekatan yang


bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa,
melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian
yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,
psikososial dan spiritual (WHO,2002).

2.2 Tujuan dan sasaran kebijakan perawatan paliatif

Tujuan umum:

1. Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia


Tujuan khusus:
2. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang
berlaku di seluruh Indonesia
3. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juklak perawatan paliatif.
4. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
5. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

Sasaran kebijakan perawatan paliatif:

1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan


yang memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di
seluruh Indonesia

3
2. Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya
dan tenaga terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait,misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain

2.3 Aspek Medikolegal Perawatan Paliatif

1. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif:

a. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan


paliatif melalui komunikasi yang intensif dan berkesinambungan anta
tim perawat paliatif dengan pasien dan keluarganya.
b. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran
pada dasarnya dilakukan sebagaimana telah di atur dalam peraturan
perundang- undangan.
c. Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif
sebaiknya setiap tindakan yang berisiko dilakukan informedconsent.
d. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan, diutamakan
pasien sendiri apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota
keluarga terdekatnya. Jika pasien tidak berkompeten maka anggota
keluarga terdekat yang sudah di percaya oleh pasien yang akan
melakukannya atas nama pasien.
e. Tim perawatan paliatif kompeten tentang apa yang harus atau boleh atau
tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian
menurun (advanced directive). Pesan dapat memuat secara eksplisit
tindakan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan, atau dapat pula
hanya menunjuk seseorang yang nantinya akan mewakilinya dalam
membuat keputusan pada saat ia tidak berkompeten. Pernyataan tersebut

4
di buat tertulis dan akan di jadikan panduan utama bagi tim perawatan
paliatif.
f. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan
paliatif dapat melakukan tindakan kedokteran yang di perlukan, dan
informasi dapat diberikan pada kesempatan pertama.

2. Resusitasi/tidak resusitasi pada pasien paliatif

a. Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat


dibuat oleh pasien yang kompeten atau oleh tim perawat paliatif.
b. Informasi tentang hal ini sebaiknya telah di informasikan pada saat
pasien memasuki atau memulai perawatanpaliatif.
c. Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki
resusitasi, sepanjang informasi adekuat yang di butuhkannya untuk
membuat keputusan telah dipahaminya. Keputusan tersebut dapat di
berikan dalam bentuk pesan (advanced directive)atau dalam informed
consent menjelang ia kehilangan kompetensinya.
d. Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan
tidak resusitasi, kecuali telah di pesankan dalam advanced directive
tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu dan atas petimbangan
tertentu yang lauyak dan petut, permintaan tertulis oleh seluruh anggota
keluarga dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk
pengesahannya.Tim perawat paliatif dapat membuat keputusan untuk
tidak melakukan resusitasi sesuai dengan pedoman klinis di bidang ini,
yaitu apabila pasien berada dalam tahap terminal dan tindakan resusitasi
diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kuaitas
hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.

3.Perawat pasien paliatif di ICU

a. Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan-


ketentuan umum yang berlaku sebagaimana di uraikan diatas.
b. Dalam menghadapi tahap terminal, tim perawatan paliatif harus
mengikuti pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian
peralatan life- supporting.

5
4. Masalah medikolegal lainya pada perawatan pasien paliatif

a. Tim perawatan paliatif bekerja berdasarkan kewenangan yang diberikan


oleh pimpinan rumah sakit,termasuk pada saat melakukan perawatan
dirumah sakit.
b. Pada dasarnya tindakan yang bersifat kedokteran harus dikerjakan oleh
tenaga medis, tetapi dengan pertimbangan yang memperhatikan
keselamatan pasien tindakan-tindakan tertentu dapat di delegasikan
kepada tenaga kesehatan non medis yang terlatih. Komunikasi antara
pelaksana dengan pembuat kebijakan harus dipelihara.

2.4 Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif

2.4.1 Jenis kegiatan perawatan paliatif

a) Penatalaksanaan nyeri
b) Penatalaksanaan keluhan fisik lain
c) Asuhan keperawatan
d) Dukungan psikologis
e) Dukungan sosial
f) Dukungan kulturan dan spiritual
g) Dukungan persiapan dan selama masa dukacita

2.4.2 Perawatan paliatif dilakukan melalui


a) Rawat inap
b) Rawat jalan
c) Kunjungan/rawat rumah

2.5 Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif

Tempat perawatan paliatif adalah :

a) Rumah sakit : untuk pasien yang harus mendapat perawatan yang


memerlukan pengawasan ketat, tidak khusus atau peralatan khusus.
b) Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan

6
c) Rumah singgah/panti : untuk pasien yang tidak memrlukan perawatan
ketat,tindakan khusus atau peralatan khusus, keterampilan perawatan
yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga.

Organisasi Perawatan Paliatif menurut tempat pelayanan kesehatannya :


a) Kelompok perawatan paliatif dibentuk di tingkat puskesmas
b) Unit perawatan paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, C, B non
pendidikan
c) Instalasi perawatan paliatif dibentuk di rumah sakit kelas B pendidikan
dan kelas
d) Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan
melibatkan semua unsur terkait.
2.6 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.812/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
Menimbang :
a) Bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin meningkat
jumlahnya, baik pada pasien dewasa maupun anak
b) Bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan
perawatan kuratif dan rehabilitatif juga diperlukan perawatan palitatif bagi
pasien dengan stadium terminal.
c) Bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a,b diatas perlu adanya keputusan
Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Palitatif.

Mengingat :
a) UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Tahun 1992
Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495)
b) UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembar Negara Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembar Negara Nomor 4431)
c) Peraturan Menteri Kesehatan RI No.159b/Menkes/Per/II/1988 tentang
Rumah Sakit

7
d) Peraturan Menteri Kesehatan RI 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medik
e) Peraturan Menteri Kesehatan 1045/Menkes/Per/XI/2006 tentang Republik
Indonesia Nomor Pedoman Organisasi RS di lingkungan Departemen
Kesehatan
f) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0588/YM/RSKS/VI/1992 tentang
Proyek Panduan Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker
g) SK.Pengurus Besar IDI No.319/PB/A.4/88 tentang Informed Consent
h) SK.Pengurus Besar IDI No. 336/PB/A.4 tentang MATI
Menetapkan:
1. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Kebijakan Perawatan
Paliatif
2. Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan Paliatif
sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum
dalam lampiran I keputusan ini.
3. Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif sebagaimana
tercantum dalam lampiran II keputusan ini
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini
dilakukan oleh Menkes,Dinkes Propinsi,Dinkes Kabupaten/Kota
sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing
5. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan
6. Apabila dikemudian hari ada kekeliruan dalam surat keputusan ini,
akan dilakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Jakarta pada tanggal 19 Juli 2007 MENKES RI


MENTERI KESEHATAN RI : Dr.dr.SITI FADILAH SUPARI
Sp.JP (K)
Tembusan kepada Yth.
1. Para Pejabat Eselon I Departemen Kesehatan RI
2. Para Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
3. Para Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan nasional terkait perawatan paliatif Perawatan paliatif
merupakan kebutuhan yang sangat esensial bagi pasien-pasien yang
mengalami kondisi medis tertentu dan sudah sepatutnya tenaga medis dalam
hal ini dokter, spesialis, perawat dan juga ahli lain seperti bidang spritual
berkolaborasi dalam perawatan paliatif.

Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif adalah pendekatan


yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi
dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah
lain, fisik, psikososial dan spiritual.

Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasien paliatif:


Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan
paliatif melalui komunikasi yang intensif dan berkesinambungan anta tim
perawat paliatif dengan pasien dan keluarganya. Namun demikian, dalam
keadaan tertentu dan atas petimbangan tertentu yang lauyak dan petut,
permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga dapat dimintakan
penetapan pengadilan untuk pengesahannya.Tim perawat paliatif dapat
membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi sesuai dengan
pedoman klinis di bidang ini, yaitu apabila pasien berada dalam tahap
terminal dan tindakan resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau
memperbaiki kuaitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.

Perawat pasien paliatif di ICU Pada dasarnya perawatan paliatif


pasien di ICU mengikuti ketentuan-ketentuan umum yang berlaku
sebagaimana di uraikan diatas. Masalah medikolegal lainya pada perawatan
pasien paliatif Tim perawatan paliatif bekerja berdasarkan kewenangan

9
yang diberikan oleh pimpinan rumah sakit,termasuk pada saat melakukan
perawatan dirumah sakit.

Perawatan paliatif dilakukan melalui Rawat Inap, Rawat jalan


Kunjungan/rawat rumah 2.5 Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif
Tempat perawatan paliatif adalah Rumah sakit : untuk pasien yang harus
mendapat perawatan yang memerlukan pengawasan ketat, tidak khusus atau
peralatan khusus. Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan pelayanan
rawat jalan c) Rumah singgah/panti : untuk pasien yang tidak memrlukan
perawatan ketat,tindakan khusus atau peralatan khusus, keterampilan
perawatan yang tidak mungkin dilakukan oleh keluarga.

Organisasi Perawatan Paliatif menurut tempat pelayanan


kesehatannya : Kelompok perawatan paliatif dibentuk di tingkat puskesmas
Unit perawatan paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, C, B non
pendidikan Instalasi perawatan paliatif dibentuk di rumah sakit kelas B
pendidikan dan kelas Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat
koordinatif dan melibatkan semua unsur terkait. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.812/Menkes/SK/VII/2007 Tentang
Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Menimbang bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin
meningkat jumlahnya, baik pada pasien dewasa maupun anak bahwa dalam
rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien dengan
penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif
dan rehabilitatif juga diperlukan perawatan palitatif bagi pasien dengan
stadium terminal.
3.2 Saran
Bagi pembaca makalah ini penulis menyarankan supaya kita semua
selalu menerapkan pola gaya hidup yang baik dan menyehatkan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, M. L. (2013) Nurse to Nurse Palliative Care : Expert Interventions.
First. New York: McGraw-Hill Companies. doi: DOI:
10.1036/0071493239.
Kelley, A. S. and Morrison, R. S. (2015) ‘Palliative Care for the Seriously Ill’, The
New England Jornal of Medicine, 373(8), pp. 747–755. doi:
10.1056/NEJMra1404684.
Menkes RI.(2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
812/Menkes/Sk/Vii/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia.http://spiritia.or.id/Dok/skmenkes812707.pdf.Diakses pada
tanggal 1 Oktober 2021.
World Health Organozation. (2016). Palliative care. Dapat diakses dari
http://www.who.int / diakses pada tanggal 1 Oktober 2021

11

Anda mungkin juga menyukai