Anda di halaman 1dari 20

STANDAR, KEBIJAKAN, DAN ETIK DALAM PELAKSANAAN KEPERAWATAN

PALIATIF UU YANG MENGATUR PELAKSANAAN

KEPERAWATAN PALIATIF DI INDONESIA

Oleh : Kelompok 1

1.Mentalitas ndruru (032020054)

2.Ruth Dian palupi Sembiring (032020078)

3.Sr Marta (032020061)

DOSEN PENGAJAR

Sr.M.Imelda Derang.S.kep., Ns., M.kep

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN


TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang etik dan
kebijakan keperawatan paliatif ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
.Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan dating.

Medan 05 agustus 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………..ii
BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………………...1
Latar belakang ………………………………………………………………....1.1
Rumusan Masalah ……………………………………………………………....1.2
Tujuan ……………………………………………………………………..1.3
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………..2
Pengertian Etik dan Kebijakan Keperawatan paliatif ……………………………1.2
Dasar Hukum tentang Perawatan Paliatif ………………………………………2.2
Kajian Etik tentang Perawatan Paliatif ………………………………………...2.3
Kebijakan Nasional terkait Perawatan Paliatif …………………………………..2.4
BAB III PENUTU …………………………………………………………....3
KESIMPULAN ……………………………………………………………..3.1
SARAN ………………………………………………………………………...3.2
DAFRAR PUSAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,dengan
pendekatan multi disiplin yang terintegrasi. Meskipada akhirnya pasien meninggal dunia,
yang terpenting sebelummeninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual,serta tidak
setresmenghadapi penyakit yang di deritanya. Prinsip perawatan paliatif :menghargai setiap
kehidupan, mengganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau
menunda kematian, menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan, menghilangkan
nyeri dankeluhan lain yang mengganggu, mengintegrasikan aspek psikologis,social, dan
spiritual dalam perawatan pasien dan keluarga, menghindari tindakan medis yang sia sia,
memberikan dukungan yang di perlukan agarpasien tetep aktif sesuai dengan kondisinya
sampai akhir hayat, memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita. Masyarakat
menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang akan segera
meninggal.

Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan


paliatiflebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik.
Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistic dan terintegrasi dengan
melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan
perawatan terbaik sampai akhir hayatnya. Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di
Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk mendapatkan
pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik, maka diperlukankebijakan perawatan
paliatif di Indonesia yang memberikan arah bagisarana pelayanan kesehatan untuk
menyelenggarakan pelayanan perawatan paliatif.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian etik dan kebijakan keperawatan paliatif ?


2. Apa Dasar Hukum Keperawatan Paliatif?
3. Bagaimana Kajian Etik tentang Perawatan Paliatif?
4. Bagaimana Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif?

4.3 Tujuan
5. Mengetahui pengertian etik dan kebijakan keperawatan paliatif
6. Mengetahui Dasar Hukum Keperawatan Paliatif
7. Mengetahui Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif
8. Mengetahui Kebijakan Nasional terkait perawatan paliatif
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien
dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian
yangtertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososialdan spiritual
(sumber referensi WHO, 2002).Tujuannya untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya,juga memberikan supportkepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, sebelum meninggal sudah siap secara
psikologis dan spiritual. Etik adalahKesepakatan tentang praktik moral, keyakinan,
sistem nilai,standar perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa
yangbenar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan
kejahatan, apa yang dikehendaki dan apa yang ditolak.Etika Keperawatan adalah
Kesepakatan / peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusan keputusan yang
ditetapkan untukprofesi keperawatan

2.2Dasar Hukum Keperawatan Paliatif

1. Dasar hukum keperawatan paliatif diantanya meliputi:


Aspek Medikolegal dalam perawatan paliatif ( Kep. MenkesNOMOR
:812/Menkes/SK/VII/2007)
A. Persetujuan tindakan medis/informed consent untuk pasienpaliatif.
1. Pasien harus memahami pengertian, tujuan dan pelaksanaan perawatan paliatif
melalui komunikasi yang intensif dan berkesinambungan antara tim perawatan
paliatif dengan pasien dan keluarganya.
2. Pelaksanaan informed consent atau persetujuan tindakan kedokteran pada dasarnya
dilakukan sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
3. Meskipun pada umumnya hanya tindakan kedokteran (medis) yang
membutuhkan informed consent, tetapi pada perawatan paliatif sebaiknya
setiap tindakan yang berisikodilakukan informedconsent.
4. Baik penerima informasi maupun pemberi persetujuan diutamakan pasien sendiri
apabila ia masih kompeten, dengan saksi anggota keluarga terdekatnya. Waktu yang
cukup agar diberikan kepada pasien untuk berkomunikasi dengan keluarga
terdekatnya. Dalam hal pasien telah tidak kompeten, makakeluarga terdekatnya
melakukannya atas namapasien.
5. Tim perawatan paliatif sebaiknya mengusahakan untuk memperoleh pesan atau
pernyataan pasien pada saat ia sedangkompeten tentang apa yang harus atau boleh
atau tidak boleh dilakukan terhadapnya apabila kompetensinya kemudian
menurun (advanced directive). Pesan dapat memuat secaraeksplisit tindakan apa yang
boleh atau tidak boleh dilakukan,atau dapat pula hanya menunjuk seseorang yang
nantinya akanmewakilinya dalam membuat keputusan pada saat ia tidakkompeten.
Pernyataan tersebut dibuat tertulis dan akan dijadikanpanduan utama bagi tim
perawatan paliatif.
6. Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien,tim perawatan paliatif dapat
melakukan tindakan kedokteranyang diperlukan, dan informasi dapat diberikan pada
kesempatanpertama.
B. Resusitasi/Tidak resisutasi pada pasien paliatif.
1) Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakanresusitasi dapat dibuat oleh
pasien yang kompeten atau olehTim Perawatanpaliatif.
2) Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikanpada saat pasien
memasuki atau memulai perawatanpaliatif.
3) Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidakmenghendaki resusitasi,
sepanjang informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan telah
dipahaminya. Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk
pesan(advanced directive) atau dalam informed consent menjelang
iakehilangankompetensinya.
4) Keluarga terdekatnya pada dasarnya tidak boleh membuat keputusan tidak
resusitasi, kecuali telah dipesankan dalama dvanced directive tertulis. Namun
demikian, dalam keadaan tertentu dan atas pertimbangan tertentu yang layak dan
patut,permintaan tertulis oleh seluruh anggota keluarga terdekatdapat dimintakan
penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
5) Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan
resusitasi sesuai dengan pedoman klinis dibidang ini, yaitu apabila pasien berada
dalam tahap terminaldan tindakan resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan
atau memperbaiki kualitas hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut.
A. Perawatan pasien paliatif di ICU
Pada dasarnya perawatan paliatif pasien di ICU mengikuti ketentuan umum yang
berlaku. Dalam menghadapi tahap terminal, Tim perawatan paliatif harus mengikuti
pedoman penentuan kematian batang otak dan penghentian peralatanlife-supporting.
B. Masalah medikolegal lainnya pada perawatan pasienpaliatif.
Tindakan yang bersifat kedokteran harus dkerjakan oleh tenagamedis, tetapi dengan
pertimbangan yang mempertimbangkan keselamatan pasien tindakan tindakan tertentu
dapat didelegasikan kepada tenaga kesehatan yang terlatih.
1. Medikolegal Euthanasia Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu
untuk memperpanjang hidup seseorang pasien atau sengaja melakukan
sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorangpasien, dan ini
dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri
2.3 Kajian Etik Tentang Perawatan Paliatif
1. Prinsip Dasar Dari Perawatan Paliatif Perawatan paliatif terkait dengan sluruh bidang
perawatan mulai darimedis, perawatan, psikologis sosial, budaya dan spiritual, sehingga
secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat dipersamakan.dengan prinsip pada
praktek medis yang baik.Prinsip dasar perawatan paliatif Perawatan paliatif terkait
dengan sluruh bidang perawatan mulai dari medis, perawatan, psikologis sosial, budaya
dan spiritual, sehingga secara praktis, prinsip dasar perawatan paliatif dapat
dipersamakan.
dengan prinsip pada praktek medis yang baik.Prinsip dasar perawatan paliatif : (Rasjidi,2010)

a) Sikap peduli terhadap pasien termasuk sensifitas dan empati. Perlu dipertmbangkan
segala aspek dari penderitaan pasien, bukan hanya masalah kesehatan.Pendekatan yang
dilakukan tidak boleh bersifat menghakimi. Faktor karakteristik, kepandaian, suku,
agama, atau faktori nduvidal lainnya tidak boleh mempengaruhi perawatan.
b) Menganggap pasien sebagai seorang individu.Setiap pasien adalah unik. Meskipun
memiliki penyakit ataupun gejala-gejala yang sama, namun tidak ada satu pasienpun
yang sama persis dengan pasien lainnya. Keunikan inilah yang harusinilah yang harus
dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan paliatif untuk tiap individu.
c) Pertimbangan kebudayaan Faktor etnis, ras, agama, dan faktor budaya lainnya bisa jadi
mempengaruhi penderitaan pasien.Perbedaan ini harus diperhatikan dalam
perencanaan perawatan .
d) Persetujuan Persetujuan dari pasien adalah mutlak diperlukan sebelum perawatan
dimulai atau diakhiri. Pasien yang telah diberiinformasi dan setuju dengan
perawatan yang akan diberikan akan lebih patuh mengikuti segala usaha perawatan.
e) Memilih tempat dilakukannya perawatan Untuk menentukan tempat perawatan, baik
pasien dan keluarganya harus ikut serta dalam diskusi ini. Pasien dengan penyakit
terminal sebisa mungkin diberi perawatan di rumah.
f) Komunikasi Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien maupun dengan keluarga
adalah hal yang sangat penting dan mendasar dalam pelaksanaan perawatan paliatif.
g) Aspek klinis :Perawatan yang sesuaisemua perawatan paliatif harus sesuai dengan
stadium dan prognosis dari penyakit yang diderita pasien. Hal ini penting karena karena
pemberian pareawatan yang tidak sesuai, baik itu lebih maupun kurang, hanya akan
menambah penderitaan pasien. Pemberian perawatn yang berlebihan beresikountuk
memberikan harapan palsu kepada pasien. Hal ini berhubungan dengan masalah
etika yang akan dibahas kemudian.Perawatan yang diberikan hanya karena dokter merasa
harus melakukan sesuatu meskipun itu sia sia adalah tidak etis.
h) Perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai bidang profesi perawatan palitif
memberikan perawtan yangbersifat holistik dan intergratif sehingga dibutuhkan sebuah
tim yang mencakup keseluruhan aspek hidup pasien serta koordinasiyang baik dari
masing masing anggota tim tersebut untuk memberikan hasil yang maksimal kepada
pasien dan keluarga .
i) Kualitas perawatan yang sebaik mungkin Perawatan medis secara konsisten,
terkoordinasi danberkelanjutan. Perawatan medis yang konsisten akan mengurangi
kemungkinan terjadinya perubahan kondisi yang tidak terduga,dimana hal ini akan sangat
mengganggu baik pasien maupun keluarga.
j) Perawatan yang berkelanjutan.Pemberian perawtan simtomatis dan suportif dari awal
hingga akhir merupakan dasar tujuan dari parawtan paliatf. Masalah yangsering terjadi
adalah pasien dipindahkan dari satu tempatketempat lain sehingga sulit untuk
mempertahankan komunitas perawatan .
k) Mencegah terjadinya kegawatanPerawatan paliatif yang baik mencakup perencanaan
teliti untuk mencegah terjadinya kegawatan fisik dan emosional yang mungkin
terjadi dalam perjalanan penyakit. Pasien dan keluargaharus diberituaukan sebelumnya
mengenai masalah yang seringterjadi dan membentuk rencana untuk meminimalisasi
stres fisik dan emosional
l) Bantuan kepada sang perawat Keluarga pasien dengan penyakit lanjut sering kali
rentan terhadap stress fisik dan emosianal terutama apabila pasiendirawat di rumah
sehingga perlu diberikan perhatian khususkepada mereka, mengingat keberhasilan dari
perawatan paliatiftergantung dari pemberi perawatan.
m) Prinsip Otonomi Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikirlogis dan mampu membuat keputusan sendiri.prinsip otonomi merupakan
bentuk respek terhadap seseorang atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional.

a. Non maleficence (tidak merugikan)Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera


fisikdan psikologis pada klien. Prinsip tidak merugikan, bahwa kita berkewajiban jika
melakukan suatu tindakan agar jangan sampai merugikan orang lain
b. Veracity (kejujuran)Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran .Nilai ini diperlukan
oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap pasien dan
untuk menyakinkan bahwa pasien sangat mengerti.
c. Beneficience (berbuat baik)Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang
yangbaik. Kebaikan memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain.Terkadang dalam situsi pelayanan kesehatan, terjadi konflika ntara prinsip ini dengan
otonomi.
d. Justice (keadilan)Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam praktek profesional ketika tim perawatan paliatif bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum,standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
e. Kerahasiaaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini adalah bahwainformasi tentang pasien
harus dijaga privasinya. Apa yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan pasien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan pasien. Tak ada satu orang pun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali diizinkan oleh pasien dengan bukti
persetujuannya.
f. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip ini berhubungan erat dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti
pada setiap tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Akun tabilitas
merupakan standar yang pasti yang mana tindakan seorang professional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

2.4 Kebijakan Nasional terkait Perawatan Paliatif

Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien sesuai
konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya.

Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinch,


Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper (1999), adalah :

a. Gejala fisik
b. Kemampuan fungsional (aktivitas)
c. Kesejahteraan keluarga
d. Spiritual
e. Fungsisosial
f. Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan)
g. Orientasi masadepa
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri
i. Fungsi dalam bekerja

Palliative home care adalah pelayanan perawatan paliatif yang dilakukan di rumah pasien, oleh
tenaga paliatif dan atau keluarga atas bimbingan/ pengawasan tenaga paliatif.

Hospis adalah tempat dimana pasien dengan penyakit stadium terminal yang tidak
dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit
Pelayanan yang diberikan tidak seperti di rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayaan untuk
mengendalikan gejala-gejala yang ada,dengan keadaan seperti dirumah pasien sendiri.Sarana
(fasilitas) kesehatan adalah tempat yang menyediakan layanan kesehatan secara medis bagi
masyarakat. Kompeten adalah keadaan kesehatan mental pasien sedemikian rupa sehingga mampu
menerima dan memahami informasi yang diperlukan dan mampu membuat keputusan secara
rasional berdasarkan informasitersebut.

1. Tujuan Kebijakan
Tujuan Umum :
Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di Indonesia.
Tujuan Khusus :
a.Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di seluruh
Indonesia
b.Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan/juga perawatan paliatif.
c.Tersedianya tenaga medis dan non medis yangterlatih.
d.Tersedianya sarana dan prasarana yangdiperlukan.
2. Sasaran Kebijakan Perawatan Paliatif
1) Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga,lingkungan yang memerlukan
perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.
2) Pelaksana perawatan paliatif : dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga
terkait lainnya.
3) Institusi-institusi terkait,misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.
3. Lingkup Kegiatan Perawatan Paliatif
1) Jenis kegiatan perawatan paliatif meliputi :
a. Penatalaksanaan nyeri.
b. Penatalaksanaan keluhan fisik lain.
c. Asuhan keperawatan
d. Dukungan psikologis
e. Dukungan sosial
f. Dukungan kultural dan spiritual
g. Dukungan persiapan dan selama masa dukacita(bereavement).

2). Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawatjalan, dan kunjungan/rawat
rumah.

4. Sumber Daya Manusiaa)

a) Pelaksana perawatan paliatif adalah tenaga kesehatan,pekerja sosial, rohaniawan,


keluarga, relawan.
b) Kriteria pelaksana perawatan paliatif adalah telahmengikuti pendidikan/pelatihan
perawatan paliatif dan telah mendapat sertifikat.
c) Pelatihan
a. Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan kerjasama
antara para pakar perawatan paliatif dengan Departemen Kesehatan (Badan
Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Direktorat Jenderal
Bina PelayananMedik). Modul-modul tersebut terdiri dari modul untuk
dokter,modul untuk perawat, modul untuk tenaga kesehatan lainnya,modul untuk
tenaga non medis.
b. Pelatih : Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan danFakultas
Kedokteran.c.Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan
c. Pusat Pelatihandan Pendidikan Badan PPSDM. Pada tahap pertama dilakukan
sertifikasi pemutihan untuk pelaksana perawatan paliatif di 5(lima) propinsi yaitu
: Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar,Makasar. Pada tahap selanjutnya
sertifikasi diberikan setelah mengikuti pelatihan.
d. Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmukedokteran paliatif, ilmu
keperawatan paliatif).
5.Tempat dan Organisasi Perawatan Paliatif

Tempat untuk melakukan perawatan paliatif adalah

1) Rumah sakit : Untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan
pengawasan ketat, tindakan khusus atau peralatan khusus.
2) Puskesmas : Untuk pasien yang memerlukan pelayanan rawat jalan.
3) Rumah singgah/panti (hospis) : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan khusus atau peralatan khusus, tetapi belum dapat dirawat di rumah karena masih
memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
4) Rumah pasien : Untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat, tindakan
khusus atau peralatan khusus atau ketrampilan perawatan yang tidak mungkin dilakukan
oleh keluarga. Organisasi perawatan paliatif, menurut tempat pelayanan/sarana
kesehatannya adalah :
a. Kelompok Perawatan Paliatif dibentuk di tingkat puskesmas.
b. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B non
pendidikan.
c. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan dan
kelas A.
d. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua
unsur terkait

6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 812/Menkes/Sk/Vii/2007


Tentang Kebijakan Perawatan Paliatif Menteri Kesehatan Republik Indonesia Menimbang :
1) Bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan semakin meningkat jumlahnya
baik pada pasien dewasa maupun anak;
2) Bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien dengan
penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan
rehabilitatif juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium terminal;
3) Bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b di atas, perlu adanya Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Paliatif.

Mengingat :

1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun


1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2) Undang-undang Nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit;
4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik;
5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/Menkes/Per/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi RS di Lingkungan Departemen Kesehatan;
6) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 0588/YM/RSKS/SK/VI/1992 tentang Proyek
Panduan Pelaksanaan Paliatif dan Bebas Nyeri Kanker;
7) Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 319/PB/A.4/88
tentang Informed Consent;
8) Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 336/PB/A.4/88 tentang
MATI.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

1) Kesatu :keputusan menteri kesehatan tentang kebijakan perawatan paliatif


2) Kedua :Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Perawatan Paliatif sebagaimana
dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Keputusan ini.
3) Ketiga : Surat Persetujuan Tindakan Perawatan Paliatif sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Keputusan ini
4) Keempat : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini dilakukan
oleh Menteri Kesehatan, Dinas Kesehatan Propinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-masing.
5) Kelima : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan;
6) Keenam : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan
dilakukan perbaikan-perbaikan sebagaimana mestinya
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan


kualitas kehidupan pasien dan keluarganya dalam menghadapi masalah-masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa, dengan mencegah dan meringankan
penderitaan melalui identifikasi awal serat terapi dan masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual. Etik merupakan kesadaran yang sistematis terhadap perilaku yang dapat dipertanggung
jawabkan, didalam etik terdapat nila-nilai moral yang merupakan dasar dari perilaku manusia
(niat).Yang terpenting adalah rambu rambu etika, moral maupun hukum yang tegas tentang
euthanasia, agar terdapat kejelasan.

3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan ada kritik dan saran yang dapat membangun
sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.aidsindosia.or.id/uploads/20130506131833.skmenkes_Nomor_812M
ENKESSKVII2007_Tentang_Kebijakan_Perawatan_paliatif.pdf (04/09/2018;07:42)
https://es.scribd.com/document/349938260/Etik-Dalam-Perawatan-PaliatifKelompok-
1(04/09/2018;07:42) Kemp, Charles.2009. Klien Sakit Terminal, seri asuhan keperawatan. Edisi
2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai