Anda di halaman 1dari 15

Makalah Tentang

NURSING ADVOKASI
( PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIK )

DISUSUN OLEH :
NAMA : RANI N.A BASO
NIM : 201901152

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA


NUSANTARA PALU
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
pertolongan dan pimpinanNya sehingga Konsep Dasar Keperawatan Dasar 1 yang
berjudul “Nursing Advocasi ( Pengambilan Keputusan Legal Etik)”, dapat diselesaikan
tepat pada waktunya.
Saya dalam penulisan makalah ini menyadari masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini dan kami menerima dengan baik semua saran dan kritikan demi
perbaikan penulisan makalah ini.
Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dibidang pendidikan
khususnya di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu.

Palu, 23 Desember 2019

Rani N.A Baso


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat jaman sekarang


berhadapan dengan perawatan klien yang mengharapkan asuhan keperawatan yang
berkualitas dan mengharapkan perawatan profesional sebagai penyedia perawatan
kesehatan terdidik dengan baik.

Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan


keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Salah satu faktor yang
mendukung keyakinan diatas adalah kenyataan yang dapat dilihat di unit pelayanan
kesehatan seperti di rumah sakit, di mana tenaga yang selama 24 jam harus berada
di sisi pasien adalah tenaga perawatan. Namun sangat disayangkan bahwa
pelayanan keperawatan pada saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan. Keadaan
ini bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga keperawatan yang kita
miliki, tetapi terutama dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan profesional yang
dimiliki oleh sebagian besar jenis tenaga ini.

Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam


keperawatan, karena proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan
secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah yang digunakan
secara sistematis dalam mencapai diagnosa masalah kesehatan pasien, merumuskan
tujuan yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil
asuhan keperawata.

Pendekatan sistem dapat didefinisikan untuk memandang sesuatu sebagai suatu


sistem yang terdiri dari unsur-unsur, komponen-komponen, elemen-elemen atau
unit-unit yang saling berhubungan, saling berinteraksi, saling tergantung dalam
mencapai tujuan. Pendekatan sistem meliputi cara berpikir tentang fenomena secara
keseluruhan, metode atau teknik dalam memecahkan masalah atau pengambilan
keputusan (kesadaran adanya masalah karena berbagai faktor).
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan nursingadvocacy?


2. Apakah yang dimaksud dengan pengambilan keputusan legal etis?
3. Bagaimanakah cara untuk memecahkan masalah?

C. Tujuan

1. Mendeskripsikan tentang nursingadvocacy.


2. Mendeskripsikan tentang pengambilan keputusan legal etis.
3. Mendeskripsikan tentang metode pemecahan masalah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Nursing Advocacy

Definisi perawat advokat proses dimana perawat secara objektif memberikan


klien informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien
apapun keputusan yang buat.

Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan


lain dalam rangka pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan
membantu klien,memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
tim kesehatan dengan pendeketan tradisional maupun profesional.

a) Definisi perawat advokat menurut beberapa ahli:


1. Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.
2. FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan  aktif terhadap setiaap hal
yang memiliki penyebab atau dampak penting.
3. GADOW menyatakan bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal
keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu
secara bebas menentukan nasibnya sendiri.
Tanggung jawab perawat secara umum mempunyai tanggung jawab dalam
memberikan asuhan keperawatan,meningkatkan ilmu pengetahuan dan
meningkatkan diri sebagai profesi.

Tanggung jawab perawat secara khusus adalah memberikan asuhan keperawatan


kepada klien mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual yang komprehensif
dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya.

b) Peran perawat sebagai advokasi


Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela
kepentingan klien dan membantu klien memahami semua informasi dan upaya
kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional
maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak
sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan
terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan
peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-
hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak
memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan. Hak
mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:

1. penyakit yang dideritanya;


2. tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
3. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk
mengatasinya;
4. alternatif terapi lain beserta resikonya;
5. prognosis penyakitnya;
6. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;
7. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
8. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
9. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan
oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya
(informed consent);
10. hak menolak tindakan yang hendak di lakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya;
11. hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
12. hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu
pasien lain;
13. hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit;
14. hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap
dirinya;
15. hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
16. hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter;
17. hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan
sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di
rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan;
18. hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya;
19. hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit
tersebut (second opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan
sepengetahuan dokter yang menangani;

B. Pengambilan Keputusan Legal Etis


Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu
tantangan bagi seorang manajer. Dalam era global dan serba cepat ini, langkah
untuk mengambil keputusan harus cepat dan tepat pula.

a) Definisi Pengambilan Keputusan

1. Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu kesimpulan


tentang apa yang harus dilakukan/ tidak dilakukan dalam suatu situasi tertentu.
2. Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.
3. Penyelesaian masalah,yaitu menghilangkan adanya ketidakseimbangan antara
yang seharusnya dengan yang terjadi.
Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang membentuk
fungsi kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu keputusan, diperlukan
informasi-informasi pendukung, misalnya informasi mengenai:

 laporan anggaran
 laporan sensus pasien
 catatan medis
 catatan personil pegawai
 laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan
 waktu libur

Pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa. Suatu rangkaian
tahapan yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan
serta ketelitian dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:

1. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.


2. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat menengah
dalam menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan mengembangkan teknik
inovatif untuk perbaikan jalannya kelembagaan.
3. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa harian
yang dibuat sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-peraturan lainnya.

Berdasarkan situasi  yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan , keputusan


manajemen dibagi menjadi dua macam:

1. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi


menghadapi masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur memunculkan
kebijakan dan keseimbangan dan peraturan untuk membimbing pemecahan
peristiwa yang sama. Misalnya keputusan tentang cuti hamil.
2. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak terstruktur
dan bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi tertentu. Misalnya
keputusan yang berkaitan dengan pasien.

Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat dibedakan


menjadi dua model:

1. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses sistematis


dalam pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif; perlu waktu yang
cukup untuk mengenal dan menyukai pilihan yang ada.
2. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan pada
pengamatan dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun yang terbaik.

b) Aspek kelompok dalam pengambilan keputusan

Ada perbedaan antara keputusan bersama kelompok  dan  keputusan


kelompok. Dalam pengambilan keputusan bersama kelompok, kelompok
sepenuhnya berpartisipasi dalam mengambil keputusan, kecuali dalam
menetapkan keputusan akhir. Sedangkan dalam pengambilan keputusan
kelompok, kelompok sepenuhnya ikut menentukan dalam pengambilan
keputusan akhir.

c) Tipe Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang


diperhatikan)
2. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
3. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
4. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
5. Pengambilan keputusan dengan consensus
6. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

C. Metode Pemecahan Masalah


Masalah adalah perbedaan antara keadaan nyata sekarang dengan keadaan yang
dikehendaki. Dalam manajemen diperlukan proses pemecahan masalah secara
sistematis. Hal ini perlu untuk mengatasi kesulitan pada waktu membuat keputusan,
misalnya menghadapi situasi yang tidak diduga (pada keputusan yang tidak
terprogram atau tidak rutin).

a) Elemen-elemen dari proses pemecahan masalah:

 Masalah
 Desired state (keadaan yang diharapkan)
 Current state (keadaan saat ini)
 Pemecah masalah/manajer
 Adanya solusi alternatif dalam memecahkan masalah
 Solusi.

Hal lain yang harus diketahui dalam pemecahan masalah adalah, harus mengetahui
perbedaan antara masalah dengan gejala. Pertama, gejala dihasilkan oleh masalah.
Kedua, masalah menyebabkan gejala. Ketiga, ketika masalah dikoreksi maka gejala
akan berhenti, bukan sebaliknya.

b) Masalah mempunyai beberapa struktur

1. Masalah Terstruktur. Adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan


hubungan antar elemen yang semuanya dipengaruhi oleh pemecah masalah.
Pemecah masalah tersebut adalah komputer. Karena komputer dapat
memecahkan masalah tanpa perlu melibatkan manajer.
2. Masalah Tidak Terstruktur. Adalah masalah yang berisi elemen-elemen atau
hubungan antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah. Pemecahan
masalah dilakukan oleh manajer. Karena manajer harus melakukan sebagian
besar tugas memecahkan masalah.
3. Masalah Semi Terstruktur. Adalah masalah yang berisi sebagian elemen atau
hubungan yang dimengerti oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah
dilakukan oleh manajer dan komputer, yang harus bisa bekerja sama
memecahkan masalah.

Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia University pada
tahun 1970, mengidentifikasi seri penilaian pemecahan masalah:

1. Mengenali kontroversi (masalah)


2. Menimbang klaim alternatif.
3. Membentuk penilaian (solusi).

Secara umum, pemecahan masalah dalam manajemen menggunakan tahap pemecahan


masalah sebagai berikut:

1. Menyelidiki Situasi

Suatu penyelidikan yang diteliti perlu dilakukan berdasarkan tiga aspek, yaitu
aspek penentuan masalah, pengenalan tujuan dan penentuan diagnosis.

2. Mengembangkan Alternative

Sebelum mengambil keputusan, pemecahan masalah memerlukan penemuan


berbagai alternative yang kreatif dan imajinatif.

3. Mengevaluasi berbagai alternative dan menetapkan pilihan yang terbaik

Setelah mengembangkan seperangkat alternative, manajer harus


mengevaluasinya untuk melihat keefektifan setiap alternative melalui dua
kriteria, yaitu seberapa realistis alternative itu dipandang dari sumber daya
organisasi yang dimiliki dan seberapa baik alternative itu akan membantu
memecahkan masalah.

4. Melaksanakan keputusan dan Menetapkan tindak lanjut


Dalam memecahkan masalah yang menyangkut masalah teknis, ada beberapa langkah
yang dapat ditempuh :

1. Menggunakan inferensi, yaitu menarik simpulan dari beberapa bukti untuk


mencari arti atau penafsiran, yang merupakan suatu cara untuk menghasilkan
data dan informasi baru dari data yang ada.
2. Menentukan hambatan, yaitu menentukan hambatan yang sesungguhnya dari
perwujudan sasaran.
3. Membuat subsasaran, dengan mencoba membagi masalah menjadi beberapa
bagian masalah yang lebih sederhana agar dapat dipecahkan secara sendiri-
sendiri.
4. Mencari kunci melalui proses yan logis, seperti menarik simpulan dari bukti,
pengertian dan penghayatan.
5. Mengatur data untuk mengatur data dan keterkaitannya.
6. Memulai dari sasaran dan menggunakan konsep sebab akibat dari sasaran
kepada data yang ada.

Dalam pemecahan masalah yang menyangkut manusia, seringkali terdapat sisi yang
terlupakan, yaitu “perasaan”. Perasaan dapat menimbulkan hambatan mental yang
menyebabkan proses pemecahan masalah terganggu. Hambatan mental merupakan
perasaan frustasi yang dapat menghentikan kemampuan berfikir untuk memecahkan
masalah, antara lain:

1. Aku (ego), yaitu yang menyangkut harga diri seseorang.


2. Kecemasan
3. Semantik, yaitu mempunyai makna ganda.
4. Ritual, yaitu peraturan, kebiasaan, atau prosedur yang harus dilalui.

c) Untuk menanggulangi hambatan mental dapat dilakukan dengan cara-


cara:

1. Curah pendapat
2. Menggunakan suatu analogi
3. Menggunakan imajinasi untuk membentuk kreasi baru
4. Persepsi
5. Dengan komunikasi secara berkelompok.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan

Dalam suatu pendekatan sistem ada beberapa hal yang berhubungan. Salah
satunya adalah pemecahan masalah. Sebelum membahas pemecahan masalah, kita
harus mengetahui apa itu masalah. Masalah adalah suatu kondisi yang memiliki
potensi untuk menimbulkan kerugian atau menghasilkan keuntungan yang luar
biasa. Jadi sebuah masalah tidak harus berkaitan dengan sesuatu yang merugikan.
Kemudian pengertian pemecahan masalah adalah tindakan memberi respon
terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang.

Dalam memecahkan suatu masalah harus ada yang namanya pengambilan


keputusan. Keputusan adalah pemilihan strategi atau tindakan. Maka pengertian
pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi atau aksi yang diyakini
manajer akan memberikan solusi terbaik atas masalah tersebut. Jadi kunci
pemecahan masalah adalah mengidentifikasi berbagai alternatif dari keputusan.

B. Saran

Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun
keperawatan adalah hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan berbagai macam
kasus. Oleh sebab itu baik sekali bila perawat menumbuhkan minat baca
untuk menambah wawasan. Perawat juga harus mampu menemukan masalah-
masalah yang sungguh-sungguh terjadi pada klien untuk menegakkan suatu
diagnosa keperawatan yang memerlukan penanganan segera.
DAFTAR PUSTAKA
Admosudirjo, P., 1970. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan
Keputusan. Seri Pustaka Ilmu Administrasi, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1994. Pedoman Penerapan Proses Keperawatan di


Rumah Sakit. Depkes, Jakarta.

Gilles Dee Ann, 1996. Manajemen Keperawatan. FKUI, Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara, Modul PKT: Perilaku Komunikasi Manajerial.


LAN, Jakarta.

Mantra, 1986. Dasar-dasar Komunikasi. Pusat Penyuluhan Kesehatan


Departememen Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Ali. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta, Widya Medika, 2004.

Rr-Pujiastuti, SE. Model DELIKAN Meningkatkan Kemampuan Prinsip Etika


Sebagai Dasar

Pengambilan Keputusan Klinik Pada Perawat Keperawatan dan Kebidanan


Poltekes Semarang.Semarang, Poltekes, 2005.

Baharudin. Etika Individual (Pola Dasar Filsafat Moral). Cetakan I, Jakarta,


Rineka Cipta, 2000.
Ismani. Etika Keperawatan. Jakarta, Widya Medika, 2001.

Kusnanto. Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta,


EGC, 2004.

Priharjo. Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarat, Kanisius, 1995.

Potter, PA. Buku Ajar Fundamental : Konsep, Proses dan Praktik. Alih


Bahasa,     Yasmin Asih,Edisi 4, Jakarta, EGC, 2005.

Anda mungkin juga menyukai