Anda di halaman 1dari 13

BAB I

Pendahuluan
A.

Latar Belakang

Sistem perawatan kesehatan berubah dengan cepat. Perawat jaman sekarang berhadapan dengan
perawatan klien yang mengharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dan mengharapkan
perawatan profesional sebagai penyedia perawatan kesehatan terdidik dengan baik.
Pelayanan keperawatan mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Salah satu faktor yang mendukung keyakinan diatas adalah
kenyataan yang dapat dilihat di unit pelayanan kesehatan seperti di rumah sakit, di mana tenaga
yang selama 24 jam harus berada di sisi pasien adalah tenaga perawatan. Namun sangat
disayangkan bahwa pelayanan keperawatan pada saat ini masih jauh dari apa yang diharapkan.
Keadaan ini bukan saja disebabkan oleh terbatasnya jumlah tenaga keperawatan yang kita miliki,
tetapi terutama dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan profesional yang dimiliki oleh
sebagian besar jenis tenaga ini.
Proses keperawatan merupakan suatu jawaban untuk pemecahan masalah dalam keperawatan,
karena proses keperawatan merupakan metode ilmiah yang digunakan secara sistematis dan
menggunakan konsep dan prinsip ilmiah yang digunakan secara sistematis dalam mencapai
diagnosa masalah kesehatan pasien, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan
tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawata.
Pendekatan sistem dapat didefinisikan untuk memandang sesuatu sebagai suatu sistem yang
terdiri dari unsur-unsur, komponen-komponen, elemen-elemen atau unit-unit yang saling
berhubungan, saling berinteraksi, saling tergantung dalam mencapai tujuan. Pendekatan sistem
meliputi cara berpikir tentang fenomena secara keseluruhan, metode atau teknik dalam
memecahkan masalah atau pengambilan keputusan (kesadaran adanya masalah karena berbagai
faktor).
B.

Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan nursing advocacy?


2. Apakah yang dimaksud dengan pengambilan keputusan legal etis?
3. Bagaimanakah cara untuk memecahkan masalah?
C.

Tujuan
1. Mendeskripsikan tentang nursing advocacy.
2. Mendeskripsikan tentang pengambilan keputusan legal etis.
3. Mendeskripsikan tentang metode pemecahan masalah.

BAB II

Pembahasan
A.

Nursing Advocacy

Definisi perawat advokat proses dimana perawat secara objektif memberikan klien informasi
yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dan mendukung klien apapun keputusan yang buat.
Perawat sebagai advokat yaitu sebagai penghubung antara klien-tim kesehatan lain dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klien. Membela kepentingan klien dan membantu klien,memahami semua
informasi dan upaya kesehatan yang diberikan tim kesehatan dengan pendeketan tradisional
maupun profesional.
Definisi perawat advokat menurut beberapa ahli:
1. Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika
yang dilakukan oleh siapa pun.
2. FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiaap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting.
3. GADOW menyatakan bahwa advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan
yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan
nasibnya sendiri.
Tanggung jawab perawat secara umum mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan
keperawatan,meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi.
Tanggung jawab perawat secara khusus adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien
mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual yang komprehensif dalam upaya pemenuhan
kebutuhan dasarnya.

Peran perawat sebagai advokasi

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan
lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan
pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat
bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap
upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat
(pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat
dalam pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-hak
klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata
tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien
menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:
1. penyakit yang dideritanya;
2. tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
3. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya;
4. alternatif terapi lain beserta resikonya;
5. prognosis penyakitnya;
6. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang dideritanya;
7. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
8. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
9. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan oleh
perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang dideritanya (informed
consent);

10. hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri
pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah memperoleh informasi yang
jelas tentang penyakitnya;
11. hak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
12. hak menjalankan ibadah sesuai agama/ kepercayaan yang mengganggu pasien lain;
13. hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit;
14. hak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya;
15. hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual;
16. hak didampingi perawat keluarga pada saat diperiksa dokter;
17. hak untuk memilih dokter, perawat atau rumah sakit dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau sarana
pelayanan kesehatan;
18. hak atas rahasia medic atau hak atas privacy dan kerahasian penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya;
19. hak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second
opion), terhadap penyakit yang dideritanya dengan sepengetahuan dokter yang
menangani;
B. Pengambilan Keputusan Legal Etis
Membuat keputusan bukanlah hal yang mudah, tetapi merupakan suatu tantangan bagi seorang
manajer. Dalam era global dan serba cepat ini, langkah untuk mengambil keputusan harus cepat
dan tepat pula.
Definisi pengambilan keputusan

1.

Suatu tindakan pemilihan, dimana pimpinan menetukan suatu kesimpulan tentang apa yang

harus dilakukan/ tidak dilakukan dalam suatu situasi tertentu.


2.

Merupakan pendekatan yang sistematis terhadap suatu masalah yang dihadapi.

3.

Penyelesaian masalah,yaitu menghilangkan adanya ketidakseimbangan antara yang

seharusnya dengan yang terjadi.


Pengambilan keputusan adalah tugas terpenting dari semua tugas yang membentuk fungsi
kepemimpinan manajerial. Sebelum mengambil suatu keputusan, diperlukan informasi-informasi
pendukung, misalnya informasi mengenai:

laporan anggaran

laporan sensus pasien

catatan medis

catatan personil pegawai

laporan jumlah waktu sakit pegawai, dan

waktu libur

pengambilan keputusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa. Suatu rangkaian tahapan
yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan, hingga dihasilkanlah ketepatan serta ketelitian dalam
menyelesaikan masalah.
Berdasarkan kebutuhan, jenis keputusan yang dipakai adalah:
1. Keputusan strategis, keputusan yang dibuat oleh eksekutif tertinggi.
2. Keputusan administratif, yaitu keputusan yang dibuat manajer tingkat menengah dalam
menyelesaikan masalah yang tidak biasa dan mengembangkan teknik inovatif untuk
perbaikan jalannya kelembagaan.

3. Keputusan operasional, yaitu keputusan rutin yang mengatur peristiwa harian yang dibuat
sesuai dengan aturan kelembagaan, dan peraturan-peraturan lainnya.
Berdasarkan situasi yang mendorong dihasilkannya suatu keputusan , keputusan manajemen
dibagi menjadi dua macam:
1. Keputusan terprogram, yaitu keputusan yang diperlukan dalam situasi menghadapi
masalah. Masalah yang biasa dan yang terstruktur memunculkan kebijakan dan
keseimbangan dan peraturan untuk membimbing pemecahan peristiwa yang sama.
Misalnya keputusan tentang cuti hamil.
2. Keputusan yang tidak terprogram, yaitu keputusan kreatif yang tidak terstruktur dan
bersifat baru, yang dibuat untuk menangani situasi tertentu. Misalnya keputusan yang
berkaitan dengan pasien.
Berdasarkan proses pembuatan keputusan, keputusan manajemen juga dapat dibedakan menjadi
dua model:
1. Keputusan model normatif atau model ideal memerlukan proses sistematis dalam
pemilihan satu alternative dan beberapa alternatif; perlu waktu yang cukup untuk
mengenal dan menyukai pilihan yang ada.
2. Keputusan model deskriptif (pendekatan, lebih pragmatis) berdasarkan pada pengamatan
dalam membuat keputusan yang memuaskan ataupun yang terbaik.
Aspek kelompok dalam pengambilan keputusan
Ada perbedaan antara keputusan bersama kelompok dan keputusan kelompok. Dalam
pengambilan keputusan bersama kelompok, kelompok sepenuhnya berpartisipasi dalam
mengambil keputusan, kecuali dalam menetapkan keputusan akhir. Sedangkan dalam
pengambilan keputusan kelompok, kelompok sepenuhnya ikut menentukan dalam pengambilan
keputusan akhir.
Tipe Pengambilan Keputusan

1. Pengambilan keputusan yang kurang tanggapan (metode yang kurang diperhatikan)


2. Pengambilan keputusan dengan cara otomatis
3. Pengambilan keputusan minoritas (yang lebih pandai yang unggul)
4. Pengambilan keputusan mayoritas (melalui pemungutan suara)
5. Pengambilan keputusan dengan consensus
6. Pengambilan keputusan dengan suara bulat

C.

Metode Pemecahan Masalah

Masalah adalah perbedaan antara keadaan nyata sekarang dengan keadaan yang dikehendaki.
Dalam manajemen diperlukan proses pemecahan masalah secara sistematis. Hal ini perlu untuk
mengatasi kesulitan pada waktu membuat keputusan, misalnya menghadapi situasi yang tidak
diduga (pada keputusan yang tidak terprogram atau tidak rutin).

Elemen-elemen dari proses pemecahan masalah:

Masalah

Desired state (keadaan yang diharapkan)

Current state (keadaan saat ini)

Pemecah masalah/manajer

Adanya solusi alternatif dalam memecahkan masalah

Solusi.

Hal lain yang harus diketahui dalam pemecahan masalah adalah, harus mengetahui perbedaan
antara masalah dengan gejala. Pertama, gejala dihasilkan oleh masalah. Kedua, masalah
menyebabkan gejala. Ketiga, ketika masalah dikoreksi maka gejala akan berhenti, bukan
sebaliknya.
Masalah mempunyai beberapa struktur
1. Masalah Terstruktur. Adalah masalah yang terdiri dari elemen-elemen dan hubungan
antar elemen yang semuanya dipengaruhi oleh pemecah masalah. Pemecah masalah
tersebut adalah komputer. Karena komputer dapat memecahkan masalah tanpa perlu
melibatkan manajer.
2. Masalah Tidak Terstruktur. Adalah masalah yang berisi elemen-elemen atau hubungan
antar elemen yang tidak dipahami oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah dilakukan
oleh manajer. Karena manajer harus melakukan sebagian besar tugas memecahkan
masalah.
3. Masalah Semi Terstruktur. Adalah masalah yang berisi sebagian elemen atau hubungan
yang dimengerti oleh pemecah masalah. Pemecahan masalah dilakukan oleh manajer dan
komputer, yang harus bisa bekerja sama memecahkan masalah.
Proses pemacahan masalah menurut John Dewey, Profesor di Colombia University pada tahun
1970, mengidentifikasi seri penilaian pemecahan masalah:
1. Mengenali kontroversi (masalah)
2. Menimbang klaim alternatif.
3. Membentuk penilaian (solusi).
Secara umum, pemecahan masalah dalam manajemen menggunakan tahap pemecahan masalah
sebagai berikut:
1. Menyelidiki Situasi

Suatu penyelidikan yang diteliti perlu dilakukan berdasarkan tiga aspek, yaitu aspek penentuan
masalah, pengenalan tujuan dan penentuan diagnosis.
1. Mengembangkan Alternative
Sebelum mengambil keputusan, pemecahan masalah memerlukan penemuan berbagai alternative
yang kreatif dan imajinatif.
1. Mengevaluasi berbagai alternative dan menetapkan pilihan yang terbaik
Setelah mengembangkan seperangkat alternative, manajer harus mengevaluasinya untuk melihat
keefektifan setiap alternative melalui dua kriteria, yaitu seberapa realistis alternative itu
dipandang dari sumber daya organisasi yang dimiliki dan seberapa baik alternative itu akan
membantu memecahkan masalah.
1. Melaksanakan keputusan dan Menetapkan tindak lanjut
Dalam memecahkan masalah yang menyangkut masalah teknis, ada beberapa langkah yang
dapat ditempuh :
1. Menggunakan inferensi, yaitu menarik simpulan dari beberapa bukti untuk mencari arti
atau penafsiran, yang merupakan suatu cara untuk menghasilkan data dan informasi baru
dari data yang ada.
2. Menentukan hambatan, yaitu menentukan hambatan yang sesungguhnya dari perwujudan
sasaran.
3. Membuat subsasaran, dengan mencoba membagi masalah menjadi beberapa bagian
masalah yang lebih sederhana agar dapat dipecahkan secara sendiri-sendiri.
4. Mencari kunci melalui proses yan logis, seperti menarik simpulan dari bukti, pengertian
dan penghayatan.
5. Mengatur data untuk mengatur data dan keterkaitannya.

6. Memulai dari sasaran dan menggunakan konsep sebab akibat dari sasaran kepada data
yang ada.
Dalam pemecahan masalah yang menyangkut manusia, seringkali terdapat sisi yang terlupakan,
yaitu perasaan. Perasaan dapat menimbulkan hambatan mental yang menyebabkan proses
pemecahan masalah terganggu. Hambatan mental merupakan perasaan frustasi yang dapat
menghentikan kemampuan berfikir untuk memecahkan masalah, antara lain:
1. Aku (ego), yaitu yang menyangkut harga diri seseorang.
2. Kecemasan
3. Semantik, yaitu mempunyai makna ganda.
4. Ritual, yaitu peraturan, kebiasaan, atau prosedur yang harus dilalui.
Untuk menanggulangi hambatan mental dapat dilakukan dengan cara-cara:
1. Curah pendapat
2. Menggunakan suatu analogi
3. Menggunakan imajinasi untuk membentuk kreasi baru
4. Persepsi
5. Dengan komunikasi secara berkelompok.

BAB III
Penutup
A.

Kesimpulan

Dalam suatu pendekatan sistem ada beberapa hal yang berhubungan. Salah satunya adalah
pemecahan masalah. Sebelum membahas pemecahan masalah, kita harus mengetahui apa itu
masalah. Masalah adalah suatu kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian atau
menghasilkan keuntungan yang luar biasa. Jadi sebuah masalah tidak harus berkaitan dengan
sesuatu yang merugikan. Kemudian pengertian pemecahan masalah adalah tindakan memberi
respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan peluang.
Dalam memecahkan suatu masalah harus ada yang namanya pengambilan keputusan. Keputusan
adalah pemilihan strategi atau tindakan. Maka pengertian pengambilan keputusan adalah
tindakan memilih strategi atau aksi yang diyakini manajer akan memberikan solusi terbaik atas
masalah tersebut. Jadi kunci pemecahan masalah adalah mengidentifikasi berbagai alternatif
dari keputusan.

B.

Saran

Sebagai perawat harus memahami suatu penyakit dari sudut medik maupun keperawatan adalah
hal yang mutlak sebelum berhadapan dengan berbagai macam kasus. Oleh sebab itu baik sekali
bila perawat menumbuhkan minat baca untuk menambah wawasan. Perawat juga harus mampu
menemukan masalah-masalah yang sungguh-sungguh terjadi pada klien untuk menegakkan suatu
diagnosa keperawatan yang memerlukan penanganan segera.

DAFTAR PUSTAKA
Admosudirjo, P., 1970. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan Keputusan. Seri
Pustaka Ilmu Administrasi, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1994. Pedoman Penerapan Proses Keperawatan di Rumah Sakit.
Depkes, Jakarta.
Gilles Dee Ann, 1996. Manajemen Keperawatan. FKUI, Jakarta.
Lembaga Administrasi Negara, Modul PKT: Perilaku Komunikasi Manajerial. LAN, Jakarta.
Mantra, 1986. Dasar-dasar Komunikasi. Pusat Penyuluhan Kesehatan Departememen Kesehatan
Masyarakat, Jakarta.
Ali. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta, Widya Medika, 2004.
Rr-Pujiastuti, SE. Model DELIKAN Meningkatkan Kemampuan Prinsip Etika Sebagai Dasar
Pengambilan Keputusan Klinik Pada Perawat Keperawatan dan Kebidanan Poltekes Semarang.
Semarang, Poltekes, 2005.
Baharudin. Etika Individual (Pola Dasar Filsafat Moral). Cetakan I, Jakarta, Rineka Cipta, 2000.
Ismani. Etika Keperawatan. Jakarta, Widya Medika, 2001.
Kusnanto.

Pengantar

Profesi

&

Praktik

Keperawatan

Profesional.

Jakarta,

EGC, 2004.
Priharjo. Pengantar Etika Keperawatan. Yogyakarat, Kanisius, 1995.
Potter, PA. Buku Ajar Fundamental : Konsep, Proses dan Praktik. Alih Bahasa,
Edisi 4, Jakarta, EGC, 2005.

Yasmin Asih,

Anda mungkin juga menyukai