Anda di halaman 1dari 33

Aspek etik dalam keperawatan

Legal
• Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya
pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan
• Keterkaitan dengan legal formal dalam memberikan pelayanan
keperawatan kritis. Keterkaitan dengan kebijakan yang
memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan keperawatan
kritis, seperti: UU Kes, PERMENKES dan peraturan lainnya.
Etik
• Adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk
memutuskan apa yang benar atau apa yang paling
tepat, memutuskan apa yang konsisten dengan sistem
nilai yang adadalam organisasi dan diri pribadi
• Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau
salah dan tindakan apa yang akan dilakukan.
• Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana
seharusnya perawat berprilaku, apa yang harus
dilakukan perawat terhadap kliennya dalam
memberikan pelayanan keperawatan kritis
Maksud dan Tujuan Aspek Etik dalam Crritical Care

• Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut:


a. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat,
pasien, dan anggota tenaga kesehatan lainnya. 
b. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat
perawat yang melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk
membantu perawat yang tertuduh suatu permasalahan secara
tidak adil.
c. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan
dan untuk mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki
jajaran praktik keperawatan profesional.
d. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan
profesional
Delapan asas etik dalam keperawatan
• Autonomi
• Yaitu menghormati keputusan pasien untuk
menentukan nasibnya, dalam hal ini setiap
keputusan medis ataupun keperawatan harus
memperoleh persetujuan dari pasien atau
keluarga terdekat.
• Dengan mengikuti prinsip autonomi berarti
menghargai pasien untuk mengambil keputusan 
sendiri berdasarkan keunikan individu secara holistik.
• Non maleficence (tidak merugikan)
• yaitu keharusan untuk menghindari berbuat
yang merugikan pasien, setiap tindakanmedis
dan keperawatan tidak boleh memperburuk
keadaan pasien. Berarti tindakanyang dilakukan
tidak menyebabkan bahaya bagi pasien, bahaya
disini dapat berartidengan sengaja
membahayakan, resiko membahayakan dan
bahaya yang tidakdisengaja
• Beneficence ( kemurahan hati)
• yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada pasien, setiap
tindakan medis dankeperawatan harus ditujukan untuk
kebaikan pasien. Berarti melakukan yang baikyaitu
mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan
pasien dan keluarga
• Justice (perlakuan adil)
• yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus
bersifat adil, dokter dan perawat harus menggunakan
rasa keadilan apabila akan melakukan tindakan
kepada pasien
• Fidelity (setia, menepati janji ),
• Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab
yang dimiliki oleh seseorang. Kesetiaan berkaitan dengan
kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan dan
tanggung jawab yang telah dibuat. Setiap tenaga
keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan
keperawatan kepada individu, pemberi tugas, pemerintah
dan masyarakat. Apabila terdapat konflik diantara
berbagai tanggungjawab, maka diperlukan penentuan
prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Veracity (kebenaran, kejujuran)
• Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu
kebenaran, tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan
untuk “informed concent” yang baik. Perawat harus dapat menyingkap semua
informasi yang diperlukan oleh pasien maupun keluarganya sebelum mereka
membuat keputusan.
Confidenciality ( kerahasiahan )
• Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi
tentang klien yang dirawatnya. 
• klien harus dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga
profesional kesehatan akan dihargai dan tidak dibagikan kepada pihak lain
secara tidak tepat. 
• Berbagi informasi tentang klien dengan anggota  kesehatan lain yang ikut
merawat pasien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama informasi
tersebut relevan dengan kasus yang ditangani
• Accountability ( akuntabilitas )
• Dalam menerapkan prinsip etik, apakah
keputusan ini mencegah konsekwensi bahaya,
apakah tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan
ini adil, karena dalam pelayanan kesehatan petugas
dalam hal ini dokter dan perawat tidak boleh
membeda-bedakan
pasien dari status sosialnya, tetapi melihat dari penti
ng atau tidaknya pemberian tindakan tersebut pada
pasien.
Informed consent
• Adalah suatu proses komunikasi yang efektif
antara dokter dan pasien
dan bertemunya pemikiran tentang apa yang
 akan dan apa yang tidak akan dilakukan 
terhadap pasien. Bila dilihat dari aspek hukum
bukanlah sebagai perjanjian antara dua pihak,
melainkan lebih ke arah persetujuan sepihak
atas layanan yang ditawarkan pihak lain.
Tiga komponen informed consent
1. Threshold Element
• Elemen ini sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu pemberi consent
haruslah seseorang yang kompeten. Kompeten disini diartikan
sebagai kapasitas untuk membuat keputusan medis. Secara
hukum seseorang dianggap kompeten apabila memenuhi
kriteria antara lain telah dewasa, sadar dan berada dalam
keadaan mental yang tidak di bawah pengampuan. Dewasa
diartikan sebagai usia telah mencapai 21 tahun atau telah
pernah menikah. Sedangkan keadaan mental yang dianggap
tidak kompeten apabila mempunyai penyakit mental
sedemikian rupa sehingga kemampuan membuat keputusan
menjadi terganggu
2. Information Elements
• Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu, disclosure (pengungkapan)
dan understanding (pemahaman). Dalam hal ini, seberapa ”baik”
informasi harus diberikan kepada pasien,dapat dilihat dari 3 standar
yaitu :
• a. Standar praktik profesi.
Bahwa kewajiban memberikan informasi dan kriteria ke-adekuat-an
informasi ditentukan bagaimana biasanya dilakukan dalam komunitas
tenaga keperawatan. Dalam standar ini ada kemungkinan bahwa
kebiasaan tersebut di atas tidak sesuai dengan nilai- nilai sosial
setempat, misalnya resiko yang ”tidak bermakna” (menurut medis)
tidak diinformasikan, padahal mungkin bermakna dari sisi sosial pasien
b. Standar subyektif
• Bahwa keputusan harus didasarkan atas nilai-nilai
yang dianut oleh pasien
secara pribadi, sehingga informasi yang diberikan ha
rusmemadai untuk pasien tersebut dalam membuat
keputusan.
c. Standar pada reasonable person
• dianggap cukup apabila informasi yang diberikan
telah memenuhi kebutuhan umumnya orang awam.
3. Consent Elements
• Elemen ini terdiri dari dua bagian yaitu,
voluntariness (kesukarelaan) dan authorization
(persetujuan). Kesukarelaan mengharuskan
tidak ada tipuan, misrepresentasi ataupun
paksaan. Pasien juga harus bebas dari
”tekanan” yang dilakukan tenaga medis yang
bersikap seolah- olah akan ”dibiarkan” apabila
tidak menyetujui tawarannya
Informed consent harus meliputi 
1. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai diagnosa, tindakan,
terapi dan penyakitnya
2. Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan
seberapa besar kemungkinan keberhasilannya
3. Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan
akibat apabila penyakit tidak diobati.
4. Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau
menolak terapi, disertai upaya antisipasi yang dilakukan untuk
menghindari resiko tersebut. Risikoyang harus disampaikan meliputi
efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau
tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.
5. Biaya yang menyangkut tindakan tersebut walaupun tidak selalu
diutamakan 
Masalah yang ditemukan dalam proses informed consent

1. Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan


terlalu teknis
2. Perilaku dokter yang terburu-buru atau tidak
perhatian atau tidak ada waktu untuk tanya-
jawab
3. Pasien sedang dalam keadaan stres emosional
sehingga tidak mampu mencerna informasi
4. Pasien dalam keadaan tidak sadar/ mengamuk
Dilema etik
Pulang Paksa
adalah istilah yang digunakan apabila pasien
tidak mau lagi melanjutkan/menjalani rawat
inap lebih lama dan minta dipulangkan , tetapi
secara medis belum cukup stabil untuk
menjalani perawatan dirumah
Penyebab pulang paksa antara lain:
1. Pasien tidak mengerti mengapa, walaupun dirinya sudah menjalani perawatan
tetapi belum juga sembuh atau merasa belum ada perbaikan sehingga merasa
tidak menjalani perawatanpun tidak ada pengaruhnya, dalam hal ini ada beberapa
faktor yang mempengaruhi antara lain: penjelasan dokter yang tidak jelas
sehingga tidak dipahami pasien, tingkat pendidikan, budaya (sebagian masih
menganggap pengobatan alternatif lebih baik)
2. Pasien tidak merasa nyaman dirawat yang dapat dipengaruhi oleh
suasana,keadaan ruangan, makanan, teman satu ruangan (pasien lain).
3. Pelayanan dinilai kurang baik, perlakuan tenaga kesehatan dalam hal ini dokterdan
perawat yang dianggap kurang simpatik.
4. Keterbatasan finansial (biaya) atau keinginan dirawat ditempat yang lebih
berkualitas (pada pasien golongan atas)
5. Ada kepentingan pribadi yang dinilai lebih berharga daripada menjalani rawat inap
DO NOT RESUSCITATE (DNR): WITH HOLDING/ WITH DRAWAL
With holding 
adalah menunda terapi atau bantuan hidup pada pasien yang
dianggaps udah tidak punya harapan hidup lagi.
With drawal
menghentikan bantuan hidup pada pasien yang  biasanya 
terpasang alat bantu penunjang kehidupan seperti ventilasi
mekanik, alat pacu jantung, dll. With holding maupun with drawal
dilakukan pada pasien yang secara medis tidak punya harapan
hidup lagi. Keputusan melakukan ini harus dikomunikasikan
dengan keluarga setelah team medis mendiskusikannya dengan
team lain.
Euthanasia
• adalah tindakan untuk mengakhiri kehidupan seseorang dengan
sengaja melalui proses yang tidak menimbulkan rasa sakit atau
hanya sedikit rasa sakit. Euthanasia justru dilakukan untuk
menghentikan penderitaan pasien yang telah sakit parah dan
hampir tidak memiliki harapan untuk hidup.
• Umumnya euthanasia dilakukan dengan cara memberikan
suntikan yang mematikan atau dengan cara menghentikan
penggunaan alat medis yang menunjang hidup pasien.
• Sering kali pasien tidak dalam keadaan memungkinkan untuk
membuat pernyataan atas kesediaannya untuk
tindakan euthanasia, sehingga keputusan pun diambil oleh
keluarga, tim medis, atau oleh pengadilan.
Bentuk Euthanasia

Euthanasia aktif
• Ahli medis secara langsung mengambil tindakan untuk mengakhiri hidup pasien. Contoh
dari euthanasia aktif adalah seperti memberikan suntik mati.
Euthanasia pasif
• Saat ahli medis tidak melakukan tindakan secara langsung untuk mengakhiri hidup
pasien, tetapi membiarkan pasien tersebut meninggal.
Contoh dari euthanasia pasif adalah menghentikan pengobatan atau melepas alat
bantu medis, padahal alat tersebut adalah satu-satunya yang menunjang hidup pasien.
Voluntary euthanasia
• Adalah euthanasia yang dilakukan atas izin pasien yang memang secara sadar
menginginkan mengakhiri hidupnya.
Non-voluntary euthanasia
• Adalah euthanasia yang dilakukan pada pasien yang tidak bisa mengambil keputusannya
sendiri. Contohnya seperti pada bayi, anak yang belum cukup umur, atau kondisi lainnya
yang dianggap orang tersebut tidak dapat membuat keputusan hidup dan mati.
Involuntary euthanasia
• Adalah tindakan euthanasia yang tetap diambil meskipun pasien masih
memilih untuk hidup. Biasanya keputusan ini diambil karena dianggap
kematian adalah pilihan terbaik daripada menjalani hidup tapi dengan
penderitaan. Bentuk euthanasia ini bisa dianggap sebagai pembunuhan.
Indirect euthanasia
• Adalah pemberian perawatan yang bisa mengurangi gejala penyakit namun
sebenarnya dapat mempercepat kematian pasien. Bentuk ini masih dapat
diterima karena dianggap tidak memiliki tujuan membunuh.
Assisted suicide
• Assisted suicide atau membantu orang bunuh diri juga bisa dikategorikan
sebagai bentuk euthanasia. Contoh tindakan assisted suicide adalah seperti
membantu orang yang ingin bunuh diri mendapatkan obat atau alat lain yang
digunakan untuk bunuh diri.
Trend dan isu keperwatan gawat darurat

• Tren dan isu keperawatan adalah sesuatu yan


sedang dibicarakan banyak orang tentang
praktek keperawatan baik itu berdasarkan
fakta maupun tidak.
Tren isu keperawatan gawat darurat
• CPR
• CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada 
orang yang mengalami henti napas karena
sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk
membuka kembali jalan napas yang menyempit
atau tertutup sama sekali.
• CPR sangat dibutuhkan bagi
orang tenggelam, terkena serangan jantung, 
sesak napas, syok akibat kecelakaan, terjatuh.
Indikasi RJP
• Pasien henti nafas
• Pasien henti jantung
• Trauma dada
•  Masalah - Masalah Pada Trauma Thorax
Alur BLS
• Tahapan persiapan
1. memastikan kondisi lingkungan sekitar
aman bagi penolong.
2. memastikan kondisi kesadaran pasien.
3. mengaktifkan panggilan gawat darurat.
4. memastikan posisi pasien tepat.
Fase-fase RJP 
• Circulation (C)
• Mengkaji nadi , ada tidaknya denyut jantung korban dapat ditentukan
dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban, dengan dua atau
tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba
pertengahan leher sehingga teraba trakhea, raba dengan lembut
selama 5–10 detik.
• Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa
pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala
topang dagu untuk menilai pernapasan korban/ pasien. Jika tidak
bernapas lakukan bantuan pernapasan dan jika bernapas pertahankan
jalan napas.
• Melakukan kompresi dada jika telah dipastikan tidak ada denyut
jantung luar
• Menentukan titik kompresi (center of chest):
Cari possesus xypoideus pada sternum dengan
tangan kanan, letakkan telapak tangan kiri
tepat 2 jari diatas posseus xypoideus.
• Melakukan kompresi dada
• Kaitkan kedua jari tangan pada lokasi kompresi dada, luruskan
kedua siku dan pastikan mereka terkunci pada posisinya,
posisikan bahu tegak lurus diatas dada korban dan gunakan
berat badan anda untuk menekan dada korban sedalam
minimal 2 inchi (5 cm), lakukan kompresi 30x dengan kecepatan
minimal 100x/menit atau sekitar 18 detik. (1 siklus terdiri dari
30 kompresi: 2 ventilasi). Lanjutkan sampai 5 siklus CPR,
kemudian periksa nadi carotis, bila nadi belum ada lanjutkan
CPR 5 siklus lagi. Bila nadi teraba, lihat pernafasan (bila belum
ada upaya nafas) lakukan rescue breathing dan check nadi tiap
2 menit.
• Airway (A) 
• Tindakan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sumbatan
jalan napas oleh benda asing. Buka jalan nafas dengan head
tilt-chin lift/ jaw thrust. Jika terdapat sumbatan harus
dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat
dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi
dengan sepotong kain (fingers weep), sedangkan sumbatan
oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari
telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan
teknik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan
dengan jari telunjuk pada mulut korban.
• Breathing (B) 
• Bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke
hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada
tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak
2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan
adalah 1,5–2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah
7000–1000ml (10ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat
mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat
akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang
cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17%.
Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien
setelah diberikan bantuan napas.
• Thanks

Anda mungkin juga menyukai